PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat
ini banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Penyakit
ini merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia (WHO, 2013). Data
yang diterbitkan oleh WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 17.3
miliar orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler dan
diperkirakan akan mencapai 23.3 miliar penderita yang meninggal pada tahun
2020. Indonesia menempati urutan nomer empat negara dengan jumlah
kematian terbanyak akibat penyakit kardiovaskuler (WHO, 2013). Salah satu
penyakit kardiovaskuler yang banyak di derita di Indonesia adalah penyakit
CHF, atau disebut Congestive Heart Failure (CHF).
Chronic Heart Failure (CHF) merupakan hasil dari suatu kondisi
fisiologis ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. CHF sebenarnya merupakan
kumpulan gejala atau sindrom klinis kompleks yang merupakan hasil akhir
dari setiap gangguan struktur jantung atau fungsi yang menurunkan nilai
struktural atau fungsional pengisian ventrikel atau pemompaan darah
sehingga merusak kemampuan pemompaan jantung(Jane, 2012; Yancy, et al.,
2013). CHF dapat terjadi karena perubahan fungsi sistolik dan diastolik
ventrikel kiri (Black & Hawks, 2009). Di Amerika serikat sebanyak 5,1 miliar
penduduk menderita penyakit Chronic Heart Failure (CHF). Hampir 50 %
pasien dengan Chronic Heart Failure (CHF) meninggal dalam waktu 5 tahun
setelah didiagnosa penyakit CHF (Center of Disease Control and Prevention,
2014). Di Indonesia pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian
tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang
disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama
penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat
masalah
kesehatan
yang
dapat
berdampak
secara
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang agar dapat digunakan secara tepat
untuk mempertahankan fungsi optimal (Tomey & Alligood, 2014).
Pelaksanaan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu untuk melakukan intervensi keperawatan secara
mandiri serta dapat mengatur dalam segala kebutuhannya sehingga klien
berpartisipasi secara aktif baik secara mandiri maupun dengan bantuan
keluarga maupun petugas kesehatan.
Hal ini yang melatarbelakangi penulis dalam membuat asuhan
keperawatan dengan klien yang diagnosa medis CHF, untuk melatih para
pembaca mampu melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan teori keperawatan dan berbasis pada fakta yang terjadi serta
mampu berpikir secara kritis.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa medis CHF menggunakan
pendekatan Teori Keperawatan Dorothea Orem.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan
pemahaman
mengenai
penyakit
CHF
dan
1) Atrioventrikularis
Memisahkan antara atrium dan ventrikel. Terdapat dua jenis yaitu
katub trikuspidalis dan mitralis/bikuspidalis. Katub trikuspidalis
memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri.
2) Semilunaris
Katub semilunaris terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang
bersangkutan. Katub antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
disebut katub pulmonalis. Katub antara ventrikel kiri dan aorta disebut
katub aorta (Syaifuddin, 2006).
Suplai oksigen yang diterima jantung dibawa oleh darah arteri
koronaria kanan dan kiri. Sirkulasi ini dimulai pada fase distolik ketika
atrium mengisi ventrikel sekitar 5% darah yang dipompa dari jantung
masuk ke arteri koronaria. Orifisium Arteri koronaria terletak dibagian
atas katup semilunar aorta kemudian arteri ini melintasi jantung, pada
bagian akhirnya membentuk jaringan kapiler yang luas. Sebagian besar
darah vena dikumpulkan ke vena kecil yang bergabung membentuk sinus
koroner yang terbuka hingga ke atrium kanan. Sisanya langsung
melewati bilik jantung melalui saluran vena kecil (Lewis, 2011).
Aktivitas listrik yang berulang dan ritmis yang bersumber dari serat
otot jantung khusus yang disebut serat otoritmik.Serat ini secara berulang
menciptakan potensial aksi yang memicu jantung untuk berkontraksi.
konduksi jantung Normal berasal dari nodus sinoatrial (SA) yang
kemudian dialirkan ke nodus atrioventrikular (AV). Kemudian AV node
menghantarkan impuls ke berkas HIS yang terbagi menjadi cabang kiri
dan kanan serta diteruskan ke serat Purkinje (Standring, 2008).
b. Fisiologi Jantung
1) Cardiac Output (CO) atau Curah Jantung
Adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per
menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit.
Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran ratarata dan kurang 20 % pada perempuan. Cardiac Output merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan arteri (mean arterial
pressure [MAP]) selain resistensi/tahanan perifer total (total
peripheral resistence [TPR]) atau resistensi vaskular sistemik
(systemic vascular resistance [SVR]). Jika TPR dipengaruhi oleh
faktor ukuran lumen vaskuler, panjang vaskuler, dan viskositas darah;
maka CO dipengaruhi oleh faktor stroke volume (SV) dan heart rate
(HR).SV ditentukan bagaimana kondisi preload, kontraktilitas
miokard, dan afterload. Sedangkan HR diatur oleh respon sistem saraf
pusat dan tepi serta kimiawi (hormonal dan kation) (Standring, 2008).
miokard.
Kontraktilitas
miokard
(inotropik)
juga
dan
glossofaringeal
ke pusat
sehingga
meningkatkan
tekanan
darah.
Pusat
kemudian
menyekresikan
Angiotensin-Converting
salah
satu
komplikasi
10
angiotensin
vasokontriksi,
dan
menyebabkan
pelepasan
11
jantung
tetapi
penyakit
struktural
struktural I
II
III
Aktifitas
biasa
Nyaman
saat
aktifitas
biasa
tidak
istirahat
tidak
tetapi
menimbulkan
gejala CHF.
Pembatasanaktifitas
fisik.Nyaman saat istirahat, tetapi
sedikit
IV
aktifitas
biasa
Gejala
CHF
berulang
dan IV
membutuhkan intervensi
7. Komplikasi
CHF dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari
CHF meliputi efusi pleura, aritmia, pembentukan trombus pada ventrikel
kiri, dan pembesaran hati (hepatomegaly, serta gagal ginjal (Lewis, 2011)
a. Efusi Pleura
16
Kriteria mayor :
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Distensi vena leher
Ronchi paru
deffort
Hepatomegali
Kardiomegali
Efusi pleura
Edema paru akut
Penurunan kapasitas vital 1/3 Suara Gallop S3
dari normal
Takikardia >120/menit
18
hepar
(enzim
hepar,
bilirubin,
ferritin/TIBC)
akan
lokasi
19
9. Penatalaksanaan
a. Non-farmakologi
Manajemen perawatan mandiri
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan CHF dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala
CHF, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan prognosis.
Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakantindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari
perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal
perburukan CHF.
1) Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup pasien. Program perawatan diri dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan mengubah perilaku mereka serta mengurangi
rawat inap dan / atau peristiwa jantung (Kato, N, 2016).
2) Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat
kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan
dosis diuretik atas pertmbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan
bukti C).
3) Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada
pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan
20
rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak
memberikan keuntungan klinis.
4) Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan
CHF dipertimbangkan untuk mencegah perburukan CHF, mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa,
tingkatan bukti C).
5) Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada CHF
berat.Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor
penurunan angka kelangsungan hidup.Jika selama 6 bulan terakhir
berat badan > 6 % dari berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai
retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status nutrisi
pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan
bukti C)
6) Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien CHF kronik
stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik
dikerjakan di rumah sakit atau di rumah. Olahraga jantung dan
konseling perawatan diri memberikan manfaat klinis yang signifikan
untuk individu dengan CHF stabil; kapasitas latihan meningkat, gejala
klinis yang nyata membaik, kualitas hidup meningkat, dan risiko
komplikasi menurun (Philip, 2013).
b. Farmakologi
Tujuan manajemen medis (Hinkle & Cheever, 2014) meliputi :
1) Peningkatan fungsi jantung dengan mengurangi preload dan afterload.
2) Mengurangi gejala dan meningkatkan status fungsional.
3) Stabilisasi kondisi pasien dan penurunan risiko rawat inap.
4) Memperlambat perkembangan CHF dan memperpanjang harapan
hidup.
5) Meningkatkan gaya hidup yang kondusif untuk kesehatan jantung.
Adapun bentuk penatalaksanaan farmakologi yang diberikan adalah :
1) Menurunkan Kerja Otot Jantung
Penurunan kerja otot jantung dilakukan dengan pemberian diuretik,
vasodilator dan beta-adrenergic antagonis (beta bloker). Diuretik
merupakan pilihan pertama untuk menurunkan kerja otot jantung.
21
Terapi ini diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal (Smeltzer, 2012). Diuretik yang biasanya dipakai adalah loop
diuretic, seperti furosemid, yang akan menghambat reabsorbsi natrium
di ascending loop henle. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan
volume sirkulasi, menurunkan preload, dan meminimalkan kongesti
sistemik dan paru (Black & Hawks, 2014). Efek samping pemberian
diuretik jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremi dan
pemberian dalam dosis besar dan berulang dapat mengakibatkan
hipokalemia (Smeltzer, 2012). Hipokalemia menjadi efek samping
berbahaya karena dapat memicu terjadinya aritmia (Black & Hawks,
2014). Pemberian vasodilator atau obat-obat vasoaktif dapat
menurunkan kerja miokardial dengan menurunkan preload dan
afterload sehingga meningkatkan cardiac output (Black & Hawks,
2014; Smeltzer, 2012). Sementara itu, beta bloker digunakan untuk
menghambat efek sistem saraf simpatis dan menurunkan kebutuhan
oksigen jantung (Black & Hawks, 2014). Pemberian terapi diatas
diharapkan dapat menurunkan kerja otot jantung sekaligus.
2) Mengurangi Retensi Cairan
Mengurangi retensi cairan dapat dilakukan dengan mengontrol asupan
natrium dan pembatasan cairan. Pembatasan natrium digunakan
digunakan dalam diet sehari-hari untuk membantu mencegah,
mengontrol, dan menghilangkan edema. Restriksi natrium <2
gram/hari membantu diuretik bekerja secara optimal. Pembatasan
cairan hingga 1000 ml/hari direkomendasikan pada CHF yang berat
(Black & Hawks, 2014; Smeltzer, 2012).
3) Meningkatkan Pompa Ventrikel Jantung
Penggunaan adrenergic agonist atau obat inotropik merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan pompa
ventrikel jantung. Obat-obatan ini akan meningkatkan kontraktilitas
miokard sehingga meningkatkan volume sekuncup. Salah satu
inotropik yang sering digunakan adalah dobutamin. Dobutamin
memproduksi beta reseptor beta yang kuat dan mampu meningkatkan
curah jantung tanpa meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung
atau menurunkan aliran darah koroner. Pemberian kombinasi
22
23
c. Tindakan
pembedahan
Menurut Timby & Smith, 2010, pilihan pembedahan dilakukan saat
perawatan medis saja tidak berhasil, tindakan pembedahan seperti
penyisipan perangkat untuk membantu ventrikel, cardiomyoplasty, serta
implan jantung buatan. Jenis tindakan pembedahan jantung yaitu :
1) Ventricular Assist Device
Ventricular Assist Device (VAD) merupakan alat pacu jantung yang
membantu jantung bagian kiri untuk memompa darah. VAD atau
biasa yang disebut left ventricular assist device (LVAD) adalah alat
yang digunakan sementara untuk mencegah CHF yang fatal, alat ini
disebut sebagai jembatan transplantasi, menurut AHA alat ini
digunakan sebelum donor jantung yang sesuai ditemukan.
2) Cardiomyoplasty
Cardiomyoplasty adalah prosedur pembedahan di mana otot besar
yang ada dipunggung klien (latissimus dorsi) dicangkokkan ke aorta
dan membungkus jantung kemudian distimulasi dengan pacemaker
buatan. Stimulator listrik ditempatkan dalam kantong subkutan.
3) Restorasi ventrikel
Surgical ventricular restoration (SVR) adalah prosedur pembedahan
mengurangi ukuran jantung mendekati ukuran dan bentuk normal
dengan mengangkat jaringan otot jantung yang tidak berkontraksi
dengan baik.
4) Jantung buatan
24
Saat ini, hasil terbaik telah dicapai ketika jantung buatan yang
digunakan saat klien menunggu organ donor yang kompatibel dengan
jaringan dan golongan darah.
B. Konsep Keperawatan
1. Teori Self Care Orem
a. Konsep utama
Pelaksanaan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu untuk melakukan intervensi keperawatan
secara mandiri serta dapat mengatur dalam segala kebutuhannya. Model
ini tidak hanya menyentuh aspek fisik, tetapi juga psikologis, lingkungan,
sampai dengan perawatan klien setelah pulang ke rumah.
Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self
care diantaranya :
1) Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi :
pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif
dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam
memenuhi
serta
mempertahankan
kehidupan,
kesehatan
serta
25
tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari
(ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar
manusianya.
2) Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan dan dapat diterapkan pada kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Orem mengidentifikasi lima metode yang
dapat digunakan dalam membantu self care :
a) Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
b) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c) Memberikan dukungan fisik dan psikologis.
d) Memberikan dan memelihara lingkungan
yang mendukung
pengembangan personal.
e) Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa
atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
3) Teori Sistem Keperawatan
Teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan
diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari
pada kebutuhan diri sendiri, kebutuhan pasien dan kemampuan pasien
dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori Orem
memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan
diantaranya :
a) Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan
bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan
pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang
memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan.
b) Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)
Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian
saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara
minimal di mana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci
26
27
darah
oleh
jantung
untuk
2) Objektif :
a) Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadap aktivitas
b) Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
1) Tirah dan baring dan imobilitas
2) Kelemahan umum
3) Ketidak seimbangan anatara suplai dan kebetuhan okisgen
4) Gaya hidup yang kurang gerak
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan
Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengantaran nutrisi
ke jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik serebral:
1) Perubahan status mental
2) Perubahan perilaku
31
33
pembuluh
darah
kecil
visera
abdomen
untuk
vaskulatur
pulmonal
untuk
memerfusi
unit
alveoli/kapiler
i) Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah dalam rentang normal.
3)Intervensi NIC :
a) Reduksi perdarahan : membatasi kehilangan volume darah selama
episode perdarahan
b) Perawatan
jantung:
membatasi
komplikasi
akibat
34
atau
meniadakan
untuk
mencegah
atau
meminimalkan
komplikasi
neurologis
n) Manajemen syok: Jantung: meningkatkan keadekuatan perfusi
jaringan untuk pasien mengalami gangguan fungsi pompa jantung
o) Manajemen syok: Volume: meningkatkan keadekuatan perfusi
jaringan untuk pasien mengalami gangguan volume intravaskular
berat
p) Pemantauan Tanda Vital: mengumpulkan dan menganalisis dara
kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh untuk menentukan dn
mencegah komplikasi
4)Aktivitas Keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus
pada pemantauan tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah
jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (mis, hipovolemia,
disritmia), pelaksanaan protokol atau program dokter untuk
35
36
di
rumah,
meliputi
pembatasan
aktivitas,
dengan
dokter
menyangkut
parameter
dan
nitrogliserin,
titrasikan
dan
obat
vasodilator
antiaritmia,
untuk
inotropik,
mempertahankan
37
d) Aktifitas Lain
(1) Ubah posisi pasien ke posisi datar atau Trendelenburg ketika
tekanan darah pasien berada pada rentang lebih rendah
dibandingkan dengan yang biasanya
(2) Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses
intravena untuk pemberian cairan intravena atau obat untuk
meningkatkan tekanan darah
(3) Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas,
ansietas, dan/atau nyeri pada disritmia
(4) Jangan mengukur suhu dari rectum
(5) Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas
lain yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis
sirkulasi perifer
(6) Regulasi Hemodinamik (NIC)
(a) Minimalkan atau hilangkan stresor lingkungan
(b) Pasang kateter urine, jika diperlukan
b. Gangguan pertukaran gas
1) Tujuan :
a) Gangguan pertukaran gas akan berkurang yang dibuktikan tidak
terganggunya resopon alergi: sistemik, keseimbangan elektrolit
dan asam basa, respon ventilasi mekanis: orang dewasa, status
pernapasan: pertukaran gas, status pernapasan: ventlasi, perfusi
jaringan paru dan tanda-tanda vital.
38
39
asam-basa
mencegah
komplikasi
akibat
asam-basa
mencegah
komplikasi
akibat
memberikan
oksigen
dan
memantau
efektivitasnya
m) Pemantauan pernapasan: mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan adekuatnya
pertukaran gas
n) Bantuan ventilasi: meningkatkan pola pernapasan spontan yang
optimal
dalam
memaksimalkan
40
pertukaran
oksigen
dan
priduksi
sputum
sebagai
indikator
keefektifan
41
pentingnya
ketdaknormalan
42
gas
darah
arteri,
pernapasan
dengan
kepatenan
pengisapan
dan
jalan
napas
mempertahankan
dengan
slang
43
4) Aktivitas keperawatan :
a) Pengkajian
(1) Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral dan
periorbital pada skala +1 sampai +4.
(2) Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap
gangguan sirkulasi dan integritas kulit.
(3) Kaji efek pengobatan pada edema.
(4) Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas.
(5) Manajemen cairan (NIC)
44
c) Aktivitas kolaboratif
(1) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium.
(2) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan
cairan menetap.
d. Intoleransi Aktivitas
1) Tujuan:
a) Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran
fisik, energi psikomotorik, dan perawatan diri: aktivitas kehidpan
sehari hari (AKSI)
b) Menujukkan aktivitas toleransi, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut seberat, disebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan :
(1) Saturasi oksigen saat aktivitas
(2) Frekuensi pernapsan saat beraktivitas
(3) Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
45
aktivitas
hidup
sehari-hari,
nutrisi
dan
keamanan personal
f) Perwatan diri: ativitas kehidupa sehari-hari (aksi): kemampuan
untuk melalukan tugasa-tugas fisik yang paling dasar dan
aktivitas perwatan pribadi secara mandiri denga atau tanpa alat
bantu.
g) Perawatan
diri
aktivitas
kehidupan
sehari
hari
46
47
4) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian.
(1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat
tidur, berdiri,ambulasi,dan melakukan aksi.
(2) Kaji respon emosi,sosial,dan spiritual terhadap aktivitas.
(3) Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktifitas.
(4) Manajemen energi (NIC)
(a) Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawat, nyeri
dan pengobatan).
(b) Pantau
respon
kardiorespiratori
terhadap
aktivitas
respon
oksigen
pasien
(misalnya,denyut
48
teknik
relaksasi
(misalnya,
distraksi,
c) Aktivitas kolaboratif
49
pasien
ke pelayanan
kesehatan
rumah
untuk
tanda
tanda
vital
sebelum,selama,dan
setelah
50
51
3.
4.
5.
6.
7.
2) Kriteria NOC:
a)
b)
c)
d)
e)
3) Intervensi NIC:
a) Promosi perfusi serebral : meningkatkan keadaekuatan perfusi
meminimalkan komplikasi untuk pasien yang mengalami atau
beresiko mengalami ketidakadekuatan perfusi serebral
52
untuk
mencegah
atau
meminimalkan
komplikasi
neurologis
d) Manajemen sensasi perifer: mencegah atau meminimalkan cedera
atau ketidaknyamanan pada pasien yang mengalami perubahan
sensasi
4) Aktivitas Keperawatan
(a) Pengkajian
(1) Pantau hal-hal berikut ini:
TTV
Periksa pupil
Periksa mata
Sakit kepala
Curah jantung
Perhatikan
terhadap stimulus
53
perubahan
pasien
sebagai
respon
obat-obatan
untuk
meningkatkan
volume
f. Kurang Pengetahuan
Hasil yang diharapkan Tujuan: Klien memahami akan kondisi
(Penyakit) ditandai dengan:
1) Pasien atau orang dengan verbalisasi dapat mengetahui apa yang
diinginkan.
2) Pantien dapat melakukanketerampilanyang diinginkan.
Rencana Tindakan
1) Observasi
a) Kaji pengetahuan pasien tentang penyebab, pengobatan, dan
tindak lanjut perawatan yang berhubungan dengan CHF
Rasional :Informasi ini memberikan dasar awal untuk sesi
pendidikan. Mengajar konten standar bahwa pasien sudah tahu
membuang waktu yang berharga dan menghalangi pembelajaran
kritis.
b) Identifikasi kesalahpahaman yang ada tentang perawatan.
54
memperjelas
kesalah
pahaman
dan
dapat
meningkatkan kepatuhan.
e) Pentingnya mengikuti terapi
Rasional: CHF adalah alasan paling umum untuk diterima
kembali, terutama pada populasi yang lebih tua. Ketaatan
bantuan terapi dalam mengurangi gejala dan diterima kembali.
Terapi
harus
memfasilitasi
disederhanakan
kepatuhan.
sebanyak
Pasien
harus
mungkin
untuk
didorong
untuk
55
motivasi
yang
diperlukan
untuk
membuat
dan
mempromosikan
spesifik
mengurangi
penyesuaian
tingkat
56
medis
tambahan,
termasuk
implan
cardioverter
57
g) Makan
h) Berpakaian
i) Toileting
j) Mandi
k) Hygiene
l) Oral hygiene
m) Ambulasi: berjalan
2) Intervensi NIC
a) monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
b) monitor kebutuhan klien untuk alat-alat, bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
c) sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
d) dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
e) dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukanya.
f) ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukanya.
g) berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
6. Discharge Planning pada pasien dengan CHF yaitu : (Heart
Foundation, 2011)
a. Ajarkan pasien memonitor dan mengontrol kebutuhan keseimbangan
cairan dengan cara :
1) Batasi diet sodium kurang dari 2 gr/hari dan intake cairan < 2
lt/hari (1,5 lt. CHF berat) tetap disesuaikan dengan kondisi
individu, batasi mengkonsumsi kafein 1-2 gelas/hari.
2) Gunakan dasar berat badan sebagai tanda kelebihan cairan, jelaskan
bahwa peningkatan berat badan adalah tanda dari retensi cairan.
Anjurkan pasien untuk menimbang berat badan setiap pagi (setelah
buang air kecil dan sebelum berpakaian dan sarapan) dan hubungan
dokter atau perawat spesialis CHF bila peningkatan 2 kg dalam
waktu 48 jam.
58
yaitu :
Batasi intake alkohol : tidak lebih dari 1-2 gelas/hari. Pasien yang
mengalami cardiomyopati karena alkohol harus menghentikan konsumsi
2)
3)
4)
59
60
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian Kasus CHF
b. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
c. Discharge Planning
Pendidikan kesehatan pada pasien dengan CHF yaitu :
1. Ajarkan pasien memonitor dan mengontrol kebutuhan keseimbangan
cairan dengan cara :
a. Batasi diet sodium kurang dari 2 gr/hari dan intake cairan < 2
lt/hari (1,5 lt. CHF berat) tetap disesuaikan dengan kondisi
individu, batasi mengkonsumsi kafein 1-2 gelas/hari.
b. Gunakan dasar berat badan sebagai tanda kelebihan cairan,
jelaskan bahwa peningkatan berat badan adalah tanda dari
retensi cairan. Anjurkan pasien untuk menimbang berat badan
setiap pagi (setelah buang air kecil dan sebelum berpakaian dan
sarapan) dan hubungan dokter atau perawat spesialis CHF bila
peningkatan 2 kg dalam waktu 48 jam.
c. Jelaskan tanda dari dyspnea, edema dan bengkak serta laporkan
jika menemukan tanda-tanda tersebut.
d. Ajarkan menggunakan obat diuretik untuk mengatasi retensi
cairan.
2. Jelaskan perubahan pola hidup dan tindakan pencegahan pada CHF
yaitu :
a. Istirahat total saat kondisi tidak stabil atau selama kondisi akut
b. Mengukur nadi dan tekanan darah setiap hari
c. Tingkatkan aktivitas dengan latihan berjalan
d. Hindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres
e. Catat nadi bila kurang dari 60 x/mnt atau lebih dari 120 x/mnt
sebelum pemberian obat digitalis
f. Kontrol yang teratur.
BAB 4
PEMBAHASAN
61
A. Jurnal terkait
Analisa menggunakan format PICOT
1. Judul
The patient work system: An analysis of self-care performance barriers
among elderly heart failure patients and their informal caregivers.
Peneliti
Richard J. Holden, PhD, Christiane C. Schubert, PhD, and Robin S.
Mickelson, MS, RN
Tahun
2015. Halaman 133-150
a. Population
Sebuah model Sistem Kerja Pasien dikembangkan untuk memandu
pengumpulan dan analisis wawancara, survei, dan pengamatan pasien
dengan CHF (n = 30).
b. Intervention
Intervensi pada penelitian ini diterapkan manusia sebagai satu alat
dasar, model sistem, untuk menyelidiki hambatan kinerja perawatan
diri di antara pasien lansia sakit kronis dan keluarga yang merawat
mereka. Sebuah model Sistem Kerja Pasien dikembangkan untuk
memandu pengumpulan dan analisis wawancara, survei, dan
pengamatan pasien dengan CHF. Analisis berulang mengungkapkan
sifat dan prevalensi hambatan perawatan diri di komponen dari model
sistem kerja pasien. Hambatan orang terkait yang umum dan berasal
dari kondisi pasien, keterbatasan pengetahuan, preferensi, dan
persepsi serta karakteristik pengasuh informal dan profesional
kesehatan. Hambatan tugas juga sangat lazim dan termasuk kesulitan
tugas, waktu, kompleksitas, ambiguitas, konflik, dan konsekuensi
yang tidak diinginkan.
c. Control
Kontrol pada penelitian ini pada sebuah model Sistem Kerja Pasien
yang dikembang dikembangkan yaitu keluarga atau yang merawat
pasien dengan gagal janjung (n = 14).
d. Outcome
Tujuan dari tugas akhir ini Penelitian ini menunjukkan satu aplikasi
dari orientasi pasien atau hal yang terlibat dalam diri pasien sebagai
suatu konsep faktor-faktor dan data yeng membangun dari "Sistem
Kerja Pasien." Untuk faktor manusia untuk terus membuat kontribusi
62
64
65
BAB 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi,
atau bisa juga disebut sindrom klinis yang dihasilkan dari gangguan
jantung struktural atau fungsional yang merusak kemampuan ventrikel
untuk mengisi dan mengeluarkan darah, yang ditandai dengan kelebihan
cairan atau perfusi jaringan yang tidak memadai (Smeltzer, 2012; Hinkle
& Cheever, 2014).
2. Penyakit terjadi ketika kondisi fisiologis ketika jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
CHF sebenarnya merupakan kumpulan gejala atau sindrom klinis
kompleks yang merupakan hasil akhir dari setiap gangguan struktur
jantung atau fungsi yang menurunkan nilai struktural atau fungsional
pengisian ventrikel atau pemompaan darah sehingga merusak kemampuan
pemompaan jantung.
3. Gejala yang ditimbulkan yang berefek pada kehidupan yang dijalani
pasien setiap hari. Komplesitas etiologi dan faktor resiko CHF
menyebabkan perubahan secara patofisiologi yaitu terjadinya kerusakan
pada kontraktilitas ventrikel, peningkatan afterload dan gangguan
pengisian diastolik yang berefek pada penurunan cardiac output. CHF
dapat terjadi karena gangguan mekanisme yang mana dapat berasal dari
dalam jantung itu sendiri (intrinsik), dan faktor luar (ekstrinsik) yang
66
B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan selalu didasarkan pada evidence base
agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien tepat dan sesuai
sasaran.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ades, Philip A., Keteyian, Steven J., Balady, Gary J., Houston-Miller, N.,
Kitzman, Dalane W., Mancini, D.M., Rich, Michael W. 2013. Cardiac
Rehabilitation Exercise and Self Care for Chronic Heart Failure. JACC
Heart Fail. 1(6): 540547.
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis:
Elsevier Mosby.
Black, J., & Hawks, J. 2014. Medical Surgical Nursing. Singapura: Elsevier
(Singapura) Pte Ltd
Brown, D., Edward, H.R., Lewis , S.M., Heitkemper, M.M., &Dirksen, S.R. 2005.
Medical surgical Nursing. Elsevier pty. Limited.
Clark, A.P., McDougall, G., Riegel, B., Joiner-Rogers, G.,
Meraviglia, M.,
69
Holden, Richard J., Christiane, C., Schubert., Mickelson, Robin S. 2015. The
patient work system: An analysis of self-care performance barriers
among elderly heart failure patients and their informal caregivers. Appl
Ergon. 0: 133150
Ignasius, D. D., & Worman, M. (2010). Medical Surgical Nursing: Patient
-Centered.
Kato, N.P., Kinugawa, K., Sano, M., Kogure, A., Sakuragi5, F., Kobukata, K.,
Ohtsu, H., Wakita, S., Jaarsma, T., Kazuma, K. 2016. How effective is
an in-hospital heart failure self-care program in a Japanese setting?
Lessons from a randomized controlled pilot study. Patient Preference and
Adherence. 10 171181.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M.
(2011). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of
Clinical Problems. St. Louis: Mosby.
Millucci, L., Paccagnini, E., Ghezzi, L., Bernardini, G, Braconi, D., Laschi, M.,
Consumi, M., Spreafi, A., Tanganelli, Piero., Lupetti, Pietro., Magnani,
A., Santucci, A. 2011. Different Factors Affecting Human ANP Amyloid
Aggregation and Their Implications in Congestive Heart Failure. Atrial
Amyloidosis and Congestive Heart Failure . PLoS ONE 6(7).
Moser, D. K., & Riegel, B. (2008). Cardiac Nursing : A Companion to
Braunwald's Heart Disease. St. Louis: Saunders.
Palazzuoli, A., Gallotta, M., Quatrini, I., Nuti, R. 2010. Natriuretic peptides (BNP
and NT-proBNP): measurement and relevance in heart failure. Vascular
Health and Risk Management. (6) 411418
Riset Kesehatan Dasar. (2013, Desember). Dipetik OKtober 2014, dari
www.terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index/blp/catalog/book/64.
70
71