Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup

masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan

Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka

mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal selama

hamil dan melahirkan pada 2015, untuk mencapai target MDGs

penurunan angka kematian ibu antara 2010 dan 2015 seharusnya 6,5

persen per tahun. (http://akuindonesiana.wordpress.com, diakses tanggal 9

Mei 2015).

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah melalui

Departemen Kesehatan dewasa ini menerapkan Strategi Making

Pregnancy Safer (MPS), atau Membuat Kehamilan Lebih Aman, yang

merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya tentang Penyelamatan

Ibu Hamil. Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis

walaupun tidak mengabaikan aspek non-medis. Indonesia telah

mencanangkan MPS (Making Pregnancy Safer) sebagai strategi

pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2015 pada

12 Oktober 2012 sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam

arti kata luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama,
2

yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan

mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan

dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan

penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga

pembangunan, sektor swasta, keluarga dan anggota masyarakat.

(http://www.suramerdeka.com, diakses tanggal 9 Mei 2015).

Para ahli dari World Health Organization (WHO) dan menteri

kesehatan negara-negara Asia Tenggara melakukan pembahasan khusus

tentang angka kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong

masih tinggi. WHO menyebutkan kematian ibu (AKI) yang tertinggi di

Asia Tenggara pada tahun 2013 yaitu berkisar 225,8 per 100.000

kelahiran hidup. di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia,

Nepal dan Myanmar Anonim, 2010, Penurunan Angka Kematian

Maternal. (http://www. akuindonesiana. wordpress.com, di akses 19 Mei

2015).

Direktur Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat Kementerian Kesehatan Sri Hermiyanti mengatakan, dari

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 yaitu

berkisar 290,8 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2013, angka

kematian ibu indonesia menurun mencapai 228 per 100.000 kelahiran

hidup dengan beberapa faktor penyebabnya yaitu perdarahan 28%,


3

preeklampsia dan eklampsia 24%, infeksi jalan lahir 11%, abortus 5 %,

partus lama 5%, emboli obstetri 3%, komplikasi masa puerperium 8%,

kelahiran serotinus mencapai 15% dan lain-lain 11%. Meskipun telah

terjadi penurunan angka kematian ibu tetapi masih jauh dari sasaran yang

ditetapkan untuk tahun 2015. (http://www.suaramerdeka.com.id, diakses

20 April 2015).

Usia kehamilan dianggap normal jika persalinan terjadi dalam usia

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu. Melebihi batas usia

tersebut dianggap kehamilan lewat waktu. Kehamilan lewt waktu ialah

meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Data statistik

menunjukkan angka kematian ibu dalam kehamilan cukup bulan cuma

1-2 %, sedangkan yang dalam kehamilan lewat waktu mencapai 5-7 %

(http://www.Indomedia.com.online diakses 15 April 2015).

Misi dari MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu semua kehamilan

dan persalinan dapat berlangsung dengan aman, bayi yang dilahirkan

dapat hidup dan sehat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka sebagai

tenaga medik seyogyanya dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki

sehingga dapat memberikan asuhan yang optimal kepada klien terutama

pemantauan antenatal care yang teratur selama masa hamil. Dengan

demikian kemungkinan munculnya komplikasi atau penyulit-penyulit

pada masa hamil dapat terdeteksi lebih dini yang pada akhirnya persalinan
4

dan masa nifas dapat berlangsung normal (www.Indomedia.com.online

diakses 15 April 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi

Sulawesi Tengah tahun 2014 AKI berkisar 121 orang diantaranya

perdarahan 63 orang (52,06%), infeksi 2 orang (1,65%), preeklampsia 28

orang (23,14%),abortus 1 orang (0,82%),partus lama 1 orang (0,82%) dan

penyebab lainnya 26 orang (21,48%).Sedangkan angka kematian bayi

(AKB) selama tahun 2013 sebanyak 638 orang diantaranya asfiksia 191

orang (29,73%), tetanus neonaturum sebanyak 8 orang (1,25%), sepsis

sebanyak 25 orang (3,91%), kelainan kongenital sebanyak 46 orang

(7,21%), ikterus sebanyak 19 orang (2,98%), BBLR sebanyak 224 orang

(35,10%), dan penyebab lain sebanyak 125 orang (19,59%). Terdapat 102

ibu dengan kelahiran bayi serotinus (16,6%) (Profil Dinas Kesehatan

Propinsi Sulawesi Tengah 2014).

Pada tahun 2012 dari Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah

Poso terdapat 26 (0,86%) jumlah kelahiran serotinus dari 3010 kelahiran.

Pada tahun 2013 terdapat 32 (1,16%) jumlah kelahiran serotinus dari 2760

kelahiran, pada tahun 2014 terdapat 40 (1,02%) jumlah kelahiran serotinus

dari 3900 kelahiran, dimana sebanyak 19 kasus (47,5%) lahir mati dan

selebihnya lahir hidup dengan berbagai kasus.(Medikal record RSUD

Poso tahun 2012-2014). Dan tahun 2015 bulan Januari April terdapat 6

kelahiran serotinus dari 64 kelahiran.


5

Dari data tersebut menunjukkan bahwa jika tidak mendapatkan

penanganan yang baik, maka keadaan dapat menjadi lebih buruk dan

dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Berdasarkan fenomena diatas

penulis merasa termotivasi untuk menelusuri lebih lanjut faktor tersebut

melalui penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dirumuskan

masalah sebagai berikut ; Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan ibu hamil

Tentang Serotinus di Rumah Sakit Umum Daerah Poso

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kejadian serotinus di RSUD Poso periode

2012 sampai dengan 2014

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya angka kejadian serotinus di Rumah Sakit Umum

Daerah Poso tahun 2012

b. Diketahuinya angka kejadian serotinus di Rumah Sakit Umum

Daerah Poso tahun 2013

c. Diketahuinya angka kejadian serotinus di Rumah Sakit Umum

Daerah Poso tahun 2014


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Poso

Sebagai bahan informasi untuk menangani masalah pada ibu hamil

terutama tentang kehamilan ibu dengan serotinus.

2. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan acuan yang dapat dimanfaatkan terutama dalam

pengembangan konsep tentang masalah kehamilan serotinus di

STIKES Husada Mandiri Poso Prodi DIII Kebidanan.

3. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan yang

berhubungan dengan kehamilan serotinus.

Anda mungkin juga menyukai