FAILURE (HHF)
Disusun Oleh :
JURUSAN FISIOTERAPI
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk dalam
sistem sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa darah untuk
dunia, baik di Negara berkembang maupun negara maju. Di Asia, diperkirakan hipertensi
dialami 10-20% dari seluruh populasi. Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah
tekanan darah tinggi darah tinggi yang berlangsu yang berlangsung kronis, namun
penyebab tekanan darah tinggi dapat beragam. Esensial hipertensi menyumbang 90%
mbang 90% dari kasus hipertensi pada kasus hipertensi pada orang dewasa, orang
dewasa, hipertensi sekunder berjumlah tensi sekunder berjumlah 10% dari sisa kasus
darah koroner, koroner, dan sistem konduksi konduksi jantung. jantung. Perubahan ini
penyakit arteri koroner (CAD), berbagai penyakit sistem konduksi, serta disfungsi sistolik
dan diastolik dari miokardium, yang bermanifestasi klinis sebagai angina atau infark
miokard, aritmia jantung ( terutama fibrilasi atrium), dan gagal jantung kongestif (CHF)
(Prawisanthi, 2018).
Heart failure atau gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler
yang menjadi masalah serius di Amerika, American Heart Association (AHA) tahun 2004
melaporkan 5,2 juta penduduk amerika menderita gagal jantung, asuransi kesehatan
Medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal
jantung (ACC / AHA 2005) dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru gagal jantung
B. Rumusan Masalah
rasa lelah, meningkatkan mobilitas sangkar thoraks dan kemampuan fungsional jantung
C. Tujuan penulisan
fisioterapi dalam mengurangi nyeri. sesak napas dan rasa lelah, meningkatkan mobilitas
sangkar thoraks dan kemampuan fungsional jantung pada pasein old MI + HHF.
D. Tujuan penulisan
1. Bagi Penulis
penatalaksanaan fisioterapinya.
medis lainnya.
3. Bagi Pembaca
KAJIAN TEORI
A. Anatomi Jantung
a. Jantung
rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti
kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis
medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9cm dari kiri
kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm dan tebalnya 6cm dengan berat sekitar
200-425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan sekitar 225 gram.
Terdapat tiga lapisan jantung, yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium,
lapisan bagian tengah disebut miokardium yang tersusun atas otot lurik dan
endocardium yang terdiri dari jaringan endothelia yang juga melapisi ruang
c. Selaput Jantung
juga infeksi, yaitu perinardium parietal yang tersusun atas jaringan fibrosa
d. Ruang Jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yang dipisahkan oleh otot pemisah
ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel
kiri.
e. Katup jantung
Jantung memiliki dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikuler dan katup
f. Siklus jantung
g. Frekuensi jantung
Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata
75 kali per menit. Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali disebut
Penyakit jantung hipertensif merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
dan tidak terkendali terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan
koroner, koroner, gangguan sistem konduksi sistem konduksi, disfungsi sistolik dan
diastolik yang nantinya bermanifesta yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina
(nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung
kongestif.
HHF bisa ditegakkan bila dapat dideteksi hipotrofi ventrikel kiri, peningkatan
bertahap pada pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Decompensasi cordis atau
heart failure adalah penururnan fungsi jantung untuk memompa kebutuhan darah ke
C. Epidemiologi HHF
tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensif sekitar 14,3% dan meningkat menjadi
sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia. Sebanyak
sekunder dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar
6% pasien hipertensi sekunder sedangkan dipusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%
Studi berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa hipertensi dapat
sebanyak 50-60% dari pasien. Pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal jantung
meningkat sebesar 2kali lipat pada laki-laki dan 3 kali lipat pada wanita. 3 Meskipun
frekuensi tepat LVH tidak diketahui, berdasarkan temuan EKG adalah sekitar 2,9% pada
pria dan 1,5% pada perempuan. Tingkat LVH berdasarkan temuan echocardiography
adalah 15-20%. Dari data pasien tanpaLVH, 33% memiliki bukti disfungsi diastolik LV
tanpa gejala.
D. Patofisiologi HHF
Rasio masa dan volume akhir diastolic ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan
volume diastolic yang merupakan khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik.
konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik pompa jantung.
jantung.
E. Etiologi HHF
Klasifikasi
Kelas III : Saat istirahat tak ada keluhan, aktifitas fisik yang kurang
F. Pemeriksaan Penunjang
2. Foto Rontgen dada. Dapat melihat pembesaran jantung dan melihat kondisi paru-paru.
3. EKG Treadmill. Berfungsi untuk melakukan pemantauan jantung mengukur terhadap
jantung, struktur jantung, katup jantung, dan aliran darah dalam jantung. Ekokardiografi,
dinding luar dada, lalu akan menampilkan hasil gambar ke monitor. Selain melalui
dinding dada, probe dapat dimasukan melalui mulut ke dalam kerongkongan (esofagus)
dengan tujuan melihat jantung lebih dekat lagi, tes ini disebut transesophageal
echocardiogram (TEE).
pembuluh darah koroner dan dilakukan foto Rontgen. Untuk menyuntikkan zat warna,
akan dimasukan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah arteri di lengan atau
tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah koroner secara rinci,
6. MRI jantung. Pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui tingkat
Nama : Ny. M
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
No. RM : 1738853
(Diagnosa medis, catatan klinis, medika metosa, hasil lab, radiologi, dll)
Insulin 1-0-1,
Hasil Lab :
Radiologi :
C. SEGI FISIOTERAPI
1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Tanggal pemeriksaan :
Delapan tahun yang lalu px mengalami pusing yang sangat hebat hingga px
merasa akan kehilangan kesadaran serta rasa sesak saat bernapas dan nyeri pada
koroner. Pada tahun 2021 pasien mulai mengeluhkan nyeri dan kaku bahu
kemudian menjalani perawatan sp. Orth dan dirujuk ke sp.JP. Setelah beberapa
Failure). Pada bulan februari 2023 px dirujuk rawat jalan di poli rehab medik
2. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
badan )
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
4. Palpasi
5. Joint Test
Tidak dilakukan
6. Muscle Test
7. Neurological Test
(Pemeriksaan reflek, myotom test, dermatom test, Straight Leg Raising, dll)
Tidak dilakukan
8. Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan Nilai
Nyeri Diam 2
Nyeri Tekan 0
Nyeri Gerak 1
b. Borg scale
Pemeriksaan Nilai
SOB 5
RPE 14
D. UNDERLYING PROCCESS
(CLINIC REASONING)
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
2. Functional Limitation
3. Participation Restriction
F. PROGRAM FISIOTERAPI
Mengurangi nyeri
Meningkatkan mobilitas sangkar thoraks
Mengurangi sesak napas dan cepat lelah
G. TEKNOLOGI INTERVENSI
Ultrasound
Breathing Exercise
Static Cycle Exercise
Home program
H. RENCANA EVALUASI
I. PROGNOSIS
J. PELAKSANAAN TERAPI
T1
Beban : 25 watt
T2
Beban : 25 watt
T2
Beban : 25 watt
b. BREATHING EXERCISE
Dosis :
Frekuensi : 1 mHZ
Time : 5 menit
Skala Borg
Pemeriksaan T1 T2 T3
SOB 5 4 3
RPE 14 12 11
6 MWT (Pre)
6MWT (Post)
VAS
Pemeriksaan T1 T2 T3
Nyeri Diam 2 2 1
Nyeri Tekan 0 0 0
Nyeri Gerak 1 0 0
Mobilitas Sangkar Thoraks
T1
T2
T3
T1
Pemeriksaan 2 Menit Pre Exc 2 Menit Post Exc 5 Menit Post Exc
TD 130/67 140/60 126/64
SaO2 98 97 99
HR 86 95 92
SOB 1 5 3
RPE 9 14 11
T2
Pemeriksaan 2 Menit Pre Exc 2 Menit Post Exc 5 Menit Post Exc
TD 126/65 132/60 122/62
SaO2 99 98 98
HR 85 100 95
SOB 1 4 2
RPE 7 11 10
T3
Pemeriksaan 2 Menit Pre Exc 2 Menit Post Exc 5 Menit Post Exc
TD 126/65 135/65 120/65
SaO2 99 99 99
HR 75 115 105
SOB 0.5 3 2
RPE 6 11 10
L. EDUKASI
Jika pasien mengalami sesak napas, bisa dilakukan latihan breathing exercise
– breathing control
Jika pasien mengalami nyeri, bisa meminum obat nyeri
Jika melatih endurance, bisa dilakukan latihan Static Cycle Exercise, hentikan
latihan jika sesak bertambah dan nyeri dada
Setelah melakukan terapi sebanyak 3x pasien Ny. M dengan diagnosa HHF disertai
IM dengan modalitas fisioterapi berupa latihan aerobik menggunakan Static Cycle
Exercise dan breathing exercise, didapatkan hasil yang cukup baik dan sudah dapat
kembali menjalankan aktivitas fungsional kembali walaupun belum sepenuhnya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien Ny. M usia 59 tahun dengan diagnose HHF , setelah mendapatkan penanganan
fisioterapi dengan latihan aerobic exercise berupa static cyle exercise dan breathing
exercise berupa breathing control. Hal ini diharapkan dapat membantu pasien untuk
B. Saran
1. Bagi pasien dengan kondisi HHF dianjurkan agar sering latihan seperti yang
sudah diajarkan oleh terapis di Rumah Sakit. Pasien dan keluarga pasien juga
kondisi HHF agar segera diperiksa ke dokter atau tenaga medis untuk segera
3. Bagi Institusi Rumah Sakit sebagai bahan acuan dalam pemberian tindakan terapi,
maka perlu adanya alat yang menunjang pelayanan secara optimal. Hal ini selain
Diamond JA, PhillipsRA. Hypertensive Heart Disease. Hypertens Res Vol. 28, No. 3
http://www.nature.com/hr/journal/v28/n3/abs/hr200525a.html
Prawisanthi GAR, Pratanu I, Hipertensi Gagal Jantung. Seri Buku Ilmiah Kardiologi
Soetomo. AHA. Heart disease and stroke statistics 2004 update. Dallas:
Price SA, Wilson LM. Prosedur diagnostik Penyakit Kardiovaskuler. In: Hartanto H,
PAPDI. 2000. Nongestif Hearth Failure (New Zork Heart Assoniation (NZHA)).