Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI HOSPITALITY

“AKUNTANSI RUMAH SAKIT SWASTA”

Disusun oleh :
Kelompok 4
Dedy M. Mujianto 21702009
Brigita Pondaag 21702006
Natalia C. Umboh 21702027
Ayu E. Biantoro 21702005
Jeane Fransisca 21802029
Kevin K. Sarajar 21702023

PROGRAM STUDI AKUTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EBEN HEAZER MANADO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI

1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................4
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP TINGKAT LABA RSU
BLU/BLUD.................................................................................................................................5
2.2 STRATEGI RSU BLU/BLUD UNTUK MENINGKATAN PENDAPATAN LABA
SELAMA PANDEMI COVID-19............................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................12
3.2 REFERENSI......................................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah bagian integral dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan
fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarkat,
serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah
sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian
bio-medik. fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun
bagian mata rantai rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengalaman sampai saat ini,
pengaduan mengenai pelanggaran etik maupun malpraktek yang dilakukan oleh dokter tidak
kurang 80% terjadi di rumah sakit. Lagi pula, segal prinsip yang berlaku di rumah sakit secar
proporsional dapat juga diberlakukan di saran pelayanan kesehatan lainnya.
Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu serta teknologi kedokteran, rumah
sakit telah berkembang dari suatu lembaga kemanusiaan, keagamaan, dan sosial yang murni,
menjadi suatu lembaga yang lebih mengarah dan lebih berorientasi kepada “bisnis”, terlebih
setelah para pemodal diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit dibawah badan hukum
yang bertujuan mencari profit. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang padat modal,
padat karya, dan padat ilmu serta teknologi, dimana untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
yang tinggi, diperlukan profesionalisme yang andal dalam hal pengelolaan lembaga bisnis
yang modern.
Kewaiban setiap insan kesehatan adalah mensosialisasikan pengertian rumah sakit
sebagai “unit Sosio-Ekonomi”, sehingga persepsi masyarakat bisa berubah. Sosialisasi
dikalangan insan kesehatan sendiri dan para insan rumah sakit sangat diperlukan. Sebagai
contoh, para dokter dan para perawat tidak boleh menganggap rumah sakit sebagai lahan
untuk mencari nafkah semata, apalagi rumah sakit dianggap sebagai tambang emas untuk
menghimpunkekayaan. Rumah sakit sebagai lahan pengabdian profesinya masing-masing
merupakan pengabdian yang sepantasnya bag setiap insan kesehatan atau insan rumah sakit.
Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang bisa menggambarkan suatu kondisi dan
kinerja organsasi dilihat dalam kacamata nilai moneter. Untuk itulah akuntansi diperlukan
dalam setiap organisasi baik besar maupun kecil sekalipun. Dalam dunia kesehatan, akuntansi
rumah sakit dikenal relatif rumit diimplementasikan, hal ini dikarenakan organisasi rumah
sakit secara fisik relatif besar, melibatkan banyak orang dan memiliki berbagai unit dengan
bermacam – macam kegiatannya. Sehingga untuk menyusun laporan keuangan seorang
akuntan harus dapat mengumpulkan berbagai macam data yang ada di berbagai unit dengan
berbagai macam orang di dalamnya.

3
Rumah sakit swasta milik perorangan seringkali mengalami kendala dalam menyusun
laporan keuangan. Kendala yang dihadapi biasanya rumah sakit tidak menyiapkan tenaga
akuntan yang mampu untuk mengumpulkan berbagai macam data keuangan yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan keuangan semenjak awal berdirinya rumah sakit. Kesadaran
kebutuhan akan laporan keuangan baru akan muncul ketika ada kewajiban untuk menyusun
laporan keuangan untuk kepentingan pembayaran pajak. Padahal laporan keuangan sangat
dibutuhkan oleh manajemen maupun pemilik sebagai dasar dalam pembuatan keputusan.
Untuk itu perlu adanya kesadaran bagi pemilik rumah sakit swasta perorangan untuk
segera mempersiapkan rumah sakitnya agar mampu menyusun laporan keuangan yang
reliable dan cepat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang diangkat pada penulisan karya tulis ini adalah :
a. Bagaimana konsep akuntansi jika Rumah Sakit Swasta harus/memilih menggunakan
SAK Umum dalam pelaksanaan akuntansinya?
b. Bagaimana konsep akuntansi jika Rumah Sakit Swasta harus/memilih menggunakan
SAK ETAP dalam pelaksanaan akuntansinya?
c. Apa perbedaan PSAK 45 dan ISAK 35?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui :
a. Konsep akuntansi jika Rumah Sakit Swasta harus/memilih menggunakan SAK
Umum dalam pelaksanaan akuntansinya.
b. Konsep akuntansi jika Rumah Sakit Swasta harus/memilih menggunakan SAK ETAP
dalam pelaksanaan akuntansinya.
c. Perbedaan PSAK 45 dan ISAK 35.

BAB II
PEMBAHASAN

4
2.1 KONSEP AKUNTANSI JIKA RUMAH SAKIT SWASTA HARUS/MEMILIH
MENGGUNAKAN SAK UMUM DALAM PELAKSANAAN AKUNTANSINYA.

2.2 KONSEP AKUNTANSI JIKA RUMAH SAKIT SWASTA HARUS/MEMILIH


MENGGUNAKAN SAK ETAP DALAM PELAKSANAAN AKUNTANSINYA
SAK ETAP adalah Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas
publik. SAK ETAP lebih sederhana dibanding PSAK – IFRS sehingga lebih mudah
diimplementasi. Akuntansi rumah sakit adalah sistem akuntansi yang mengakumulasi,
mengkomunikasikan, dan menginterpretasi data ekonomi historis dan perkiraan yang berguna
untuk memastikan posisi keuangan dan hasil operasional rumah sakit. Jika rumah sakit
swasta menggunakan SAK ETAP maka tidak perlu mengatur pajak tangguhan, dan untuk
laporan arus kas menggunakan metode tidak langsung.
Laporan keuangan dalam SAK ETAP :
 Necara
 Laporan laba rugi
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
Informasi laporan arus kas digunakan bersama-sama dengan informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna
untuk menilai:
a. Kemampuan rumah sakit dalam menghasilkan kas dan setara kas
b. Sumber dana rumah sakit
c. Penggunaan dana rumah sakit
d. Kemampuan rumah sakit untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya untuk
masa yang akan datang
Untuk informasi dalam catatan atas laporan keuangan mencakup, antara lain :
Pendahuluan, kebijakan akuntansi, penjelasan atas pos-pos neraca, penjelasan atas
pos-pos laporan aktivitas, penjelasan atas pos-pos laporan arus kas, kewajiban kontijensi, dan
informasi tambahan lainnya.

5
Dengan adanya SAK ETAP rumah sakit swasta bisa menyusun sendiri laporan
keuangannya, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga dapat menggunakan
laporan keuangannya untuk dana (misalkan dari Bank) untuk pengembangan usaha

2.3 PERBEDAAN PSAK 45 DAN ISAK 35


2.3.1 Alasan PSAK 45 diganti dengan ISAK 35
DSAK IAI menganggap aturan mengenai penyajian laporan keuangan telah diatur
dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan sehingga tidak perlu ada 2 (dua) PSAK hanya
untuk mengatur hal yang esensinya sama.
Dua pernyataan yang mengatur penyajian laporan keuangan yang berbeda dalam level
standar (tier) yang sama dapat menimbulkan inkonsistensi pengaturan serta ketidakjelasan
tentang batasan ruang lingkup antara PSAK 1 dan PSAK 45. Ruang lingkup PSAK 45
berlaku untuk entitas berorientasi nonlaba, sedangkan ruang lingkup PSAK 1 dipahami
seolah-olah hanya berlaku untuk entitas bisnis berorientasi laba. Padahal PSAK 1 juga
membuka peluang penerapan untuk entitas berorientasi nonlaba. Paragraf 05 di dalam PSAK
1 menyatakan bahwa:
“Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorientasi laba,
termasuk entitas bisnis sektor publik. Jika entitas dengan aktivitas nirlaba di sektor swasta
atau sektor publik menerapkan Pernyataan ini, maka entitas tersebut mungkin perlu
menyesuaikan deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos yang terdapat dalam laporan
keuangan dan laporan keuangan itu sendiri.”
Dengan demikian, ruang lingkup PSAK 1 secara substansi telah mencakup ruang
lingkup penyajian laporan keuangan entitas dengan aktivitas nonlaba. Namun demikian,
PSAK 1 tidak menyediakan pedoman bagaimana entitas dengan aktivitas nonlaba menyajikan
laporan keuangannya yang mungkin memiliki istilah dan penamaan pos yang berbeda dengan
entitas berorientasi laba.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka pada tanggal 26 September 2018,
DSAK IAI mengesahkan beberapa Draf Eksposur (DE) berikut :
1. DE Amendemen PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan tentang Judul Laporan
Keuangan;
2. DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba;
3. DE PPSAK 13: Pencabutan PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.

6
Atas DE tersebut di atas telah dilakukan dengar pendapat publik pada tanggal 31
Oktober 2018 di Grha Akuntan dan direncanakan berlaku efektif untuk periode tahun buku
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2020.
DE Amendemen PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan tentang judul laporan
keuangan
DE Amendemen PSAK 1 merupakan penyesuaian beberapa paragraf dalam PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan yang sebelumnya tidak diadopsi dari IAS 1 Presentation of
Financial Statements menjadi diadopsi. DE amendemen ini membuka opsi yang
memperkenankan entitas untuk menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam
PSAK 1. Intensi DSAK IAI melakukan amendemen terhadap PSAK 1 selain mengembalikan
pengaturan ke principle based juga untuk membuka jalan bagi entitas berorientasi nonlaba
untuk membuat penyesuaian judul atas laporan keuangannya.

DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba


DE ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI mengatur tentang penyajian laporan
keuangan entitas berorientasi nonlaba. DSAK IAI tidak memberikan definisi atau kriteria
untuk membedakan entitas berorientasi nonlaba dari entitas bisnis berorientasi laba karena
perundang-undangan di Indonesia yang mengatur secara spesifik mengenai definisi dan ruang
lingkup entitas berorientasi nonlaba tidak ditemukan. Oleh karena itu, entitas melakukan
penilaiannya sendiri untuk menentukan apakah entitas merupakan suatu entitas berorientasi
nonlaba, terlepas dari bentuk badan hukum entitas tersebut, sehingga dapat menerapkan
Interpretasi ini.
DE ISAK 35 merupakan interpretasi dari PSAK 1 paragraf 05 yang memberikan
contoh bagaimana entitas berorientasi nonlaba membuat penyesuaian baik: (i) penyesuaian
deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan keuangan; dan (ii) penyesuaian
deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri. DE ini dilengkapi dengan dasar
kesimpulan dan contoh ilustratif yang bukan merupakan bagian dari DE ISAK 35. Contoh
ilustratif memberikan contoh sederhana penyajian laporan keuangan yang mencakup laporan
posisi keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Selanjutnya, pengaturan penyajian laporan keuangan entitas nonlaba yang
sebelumnya diatur dalam PSAK 45 dicabut oleh DE PPSAK 13: Pencabutan PSAK 45:
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.

7
Dasar Pertimbangan Pencabutan (Paragraf 03) Berdasarkan DE PPSAK 13
Pencabutan PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba dilandasi alasan sebagai
dampak dari konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) yang
mengakibatkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis industri harus dicabut karena
sudah diatur dalam SAK lain. PSAK 45 mengatur mengenai pelaporan keuangan entitas
nirlaba. Pencabutan PSAK 45 seiring dengan penerbitan DE ISAK 35: Penyajian Laporan
Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba yang memberikan pedoman penyajian laporan
keuangan untuk entitas berorientasi nonlaba.

2.3.2 Perbedaan PSAK 45 dengan ISAK 35


 PSAK 45
1. Menjelaskan tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba telah disahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 8 April 2011
2. Istilah terjemahan atas kata “Not-for-Profit” sebelumnya dalam PSAK 45
diterjemahkan sebagai “Nirlaba”
3. Merevisi PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah
dikeluarkan pada tanggal 23 Desember 1997
4. Perbedaan pada format laporan keuangan, lihat PSAK 45
https://drive.google.com/file/d/1TrvSd5RucblLZGR1_Zr8SaEpR5XtdpQe/view?
usp=sharing

 ISAK 35
1. Menjelaskan tentang Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba
2. Istilah terjemahaan kata “Not-for-Profit” dirubah oleh DSAK IAI dalam ISAK 35
menjadi NonLaba dengan dasar bahwa sesungguhnya aktivitias utamanya tidak
berorientasi mencari laba namun bukan berarti tidak menghasilkan laba (nirlaba).
3. ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI merupakan interpretasi dari PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan paragraf 05 yang memberikan contoh bagaimana entitas
berorientasi nonlaba membuat penyesuaian.
4. Perbedaan pada format laporan keuangan, lihat DE ISAK 35
https://drive.google.com/file/d/1MHVsovDbIsE4LPSESaX0woquFqkmb42E/view?
usp=sharing

8
2.3.3 Organisasi yang Harus Berpedoman ke ISAK 35
Ruang Lingkup dan Permasalahan (dalam Draf Eksposur ISAK 35)
1. DK04. Ruang lingkup DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas
Berorientasi Nonlaba memberikan pedoman penyajian laporan keuangan untuk entitas
berorientasi nonlaba sebagai Interpretasi dari PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 05.
2. DK05. Interpretasi ini diterapkan juga oleh entitas berorientasi nonlaba yang
menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP).
3. DK06. Perundang-undangan di Indonesia yang mengatur secara spesifik mengenai
definisi dan ruang lingkup entitas berorientasi nonlaba tidak ditemukan. Oleh karena
itu, DSAK IAI tidak memberikan definisi atau kriteria untuk membedakan entitas
berorientasi nonlaba dari entitas bisnis berorientasi laba.
4. DK07. Entitas melakukan penilaiannya sendiri untuk menentukan apakah entitas
merupakan suatu entitas berorientasi nonlaba, terlepas dari bentuk badan hukum
entitas tersebut, sehingga dapat menerapkan Interpretasi ini. Beberapa faktor yang
dapat dipertimbangkan entitas adalah:
a. apakah sumber daya entitas berorientasi nonlaba berasal dari pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomik
yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan;
b. menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
entitas berorientasi nonlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak
dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas berorientasi nonlaba tersebut;
c. tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis berorientasi laba,
dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas berorientasi nonlaba tidak dapat
dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas berorientasi nonlaba
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas berorientasi nonlaba.

Contoh Organisasi Nirlaba yang Harus Berpedoman Pada ISAK 35


a) Organisasi Pemerintah Pusat. Misalnya : Lembaga legislatif (MPR,DPR,DPD), lembaga
eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden), lembaga yudikatif (MA,MK,KY)
b) Organisasi Pemerintah Daerah
c) Organisasi Partai Politik. Misalnya : PDIP, Partai Demokrat ,PKS, dsb.
9
d) Organisasi LSM. Misalnya : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
e) Organisasi Yayasan. Misalnya : Yayasan Kanker Indonesia
f) Organisasi Pendidikan. Misalnya : Aliansi Guru Nasional Indonesia(AGNI)
g) Organisasi Kesehatan. Misalnya : Rumah Sakit
h) Organisasi Tempat Peribadatan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba telah disahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 8 April 2011. PSAK 45 ini merevisi PSAK 45

10
tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah dikeluarkan pada tanggal 23
Desember 1997.
Sedangkan ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi
NonlabaISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba.
ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI merupakan interpretasi dari PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan paragraf 05 yang memberikan contoh bagaimana entitas berorientasi
nonlaba membuat penyesuaian

11

Anda mungkin juga menyukai