Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen : Ibu Adriyana Adevia Nuryadin, SE.,M.Ak

“Konsep Dasar Biaya Rumah Sakit”

Disusun oleh kelompok 2 :

Nur Indrianti Kalam 202103079


Nurfadillah Aulia Sari 202103081
Nurul Reski Aulia 202103088
Nurul Wahidah Anggraeny B 202103089
Rezky Wahyuni Ma’ruf 202103092
Sri Lestari Yulianingsih 202103095
Yusniat Filiandini 202103101

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan tugas
Manajemen Keuangan “Konsep-Konsep Dasar Biaya Rumah Sakit”.

Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, yang merupakan suri tauladan bagi kita semua. Selain itu kami juga sadar
bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya.

Di akhir kami berharap paper sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf Yang sebesar-besarnya apabila dalam paper kami ada
perkataan yang tidak berkenan di hati.

Makassar, Maret 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Hal.

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Definisi Biaya................................................................................................. 3
B. Klasifikasi dan Jenis Biaya............................................................................ 3
C. Pemisahan Biaya Semi Variabel.................................................................... 8
D. Matrik Biaya................................................................................................... 13
E. Pemetaan Biaya ............................................................................................. 14
F. Pusat-Pusat Biaya .......................................................................................... 18
G. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pembiayaan Rumah Sakit..................... 20

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 23


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 24

BAB 1

iii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak beberapa tahun belakang ini, pengelolaan Rumah sakit di Indonesia mendapat
sorotan yang semakin tajam oleh berbagai pihak, baik dari kalangan medis maupun
kalangan di luar medis. Sorotan yang semakin tajam ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain karena meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang seolah-olah tidak
terkendali dan peningkatan tersebut jauh meninggalkan kamampuan-kampuan sumber-
sumber pembiayaan yang ada. Diasamping itu sistem pembiayaan Rumah Sakit yang
berlaku sampai saat ini dirasakan sudah tidak dapat mendukung pengelolaan Rumah
Sakit yang efisien serta tidak dapat memberikan informasi keuangan yang memadai bagi
pengambilan keputusan dan pengendalian interen.
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu upaya yang perlu dilaksanakan adalah
meningkatkan kamampuan manajemen Rumah Sakit serta menghindari kemungkinan
untuk merumuskan suatu dengan perkembangan sistem pelayanan. Upaya terobosan
seperti ini sudah mulai dirasakan kebutuhannya terutama oleh para pengelola Rumah
Sakit yang setiap harinya menghadapi masalah serta keterbatasan sumber daya di dalam
melaksanakannya.
Pendekatan yang bersifat formal legalistic nampaknya belum dapat memecahkan
permasalahan secara keseluruhan, sehingga perlu dicarikan upaya-upaya terobosan yang
sejalan dengan upaya deregulasi dan debirokratisasi oleh pemerintah di segala bidang
termasuk dalam sistem pengelolaan keuangan dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
Masalah kekurangan biaya operasional di rumah sakit- rumah sakit pemerintah baik
rumah sakit pemerintah pusat maupun rumah sakit milik pemerintah daerah, sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang disatu pihak harus tetap dapat mengembangkan
misinya memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk masyarakat berpenghasilan
rendah, namun harus tetap bekerja dengan sumber daya tenaga, biaya, peralatan dan lain-
lain yang serba terbatas.

B. RUMUSAN MASALAH

iv
1. Definisi Biaya
2. Klasifikasi dan Jenis Biaya
3. Pemisahan Biaya Semi Variabel
4. Matrik Biaya
5. Pemetaan Biaya
6. Pusat-Pusat Biaya
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Rumah Sakit
8.

v
BAB II
PENJELASAN

A. DEFINISI BIAYA
Orang awam sering mencampuradukkan pengertian pengeluaran (expenditure) dengan
pengertian biaya (cost). Pengeluaran dapat diartikan sebagai cost yang sudah
dilaksanakan (expired). Sedangkan cost itu sendiri adalah semua biaya yang ditujukan
untuk mendapatkan pendapatan.

Dalam upaya menghasilkan suatu output yang dapat berupa barang ataupun jasa,
diperlukan beberapa input yang untuk selanjutnya akan diproses untuk dapat
menghasilkan output. Biaya merupakan nilai dari input tersebut yang dipakai untuk
menghasilkan produk dan jasa layanan sebagai keluaran.

Dalam bidang kesehatan, produk atau output yang dihasilkan adalah jasa pelayanan
yang di berikan oleh institusi pelayanan kesehatan. Di puskesmas misalnya, output
atau produksinya adalah pelayanan dari Balai Pengobatan, Balai Pengobatan Gigi dan
pelayanan darurat sebagai bagian dari pelayanan kuratif, pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak, keluarga Berencana dan Imunisasi sebagai bagian dari pelayanan promotif dan
preventif. Sedangkan apabila di Rumah Sakit dapat berupa pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, UGD, ICU/ ICCU, laboratorium dan radiologi.

Seperti dikatakan sebelumnya bahwa untuk menghasilkan produk di bidang


kesehatan, maka diperlukan input baik yang secara langsung digunakan untuk
penerima pelayanan kesehatan seperti fasilitas gedung kesehatan, peralatan kesehatan,
obat, tenaga medis dan lain-lain maupun yang secara tidak langsung menunjang
kelancaran kegiatan pemberian pelayanan kesehatan seperti gedung perkantoran/
administrasi, tenaga non medis, peralatan listrik, konsumsi air, bahan bakar dan lain-
lain.

Jadi dapat dikatakan bahwa biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan
atau dipakai untuk menghasilkan suatu produk atau output, atau untuk mengkonsumsi
suatu produk atau output yang dapat diukur dengan uang. Dengan demikian biaya bisa
berbentuk ang, barang, waktu atau ke sempatan (yang dikorbankan).

B. KLASIFIKASI DAN JENIS BIAYA


Biaya-biaya dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, tergantung pada tujuan analisis
yang ingin dicapai. Akan tetapi perlu dilakukan penyamaan persepsi diantara pihak-
pihak berkepentingan untuk mencegah salah pengertian tentang biaya-biaya yang
terjadi akibat pelayanan kesehatan.

vi
Berikut ini akan disampaikan beberapa klasifikasi atau pengelompokan biaya yang
dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran atau merencanakan suatu
program.
1. Klasifikasi Biaya Menurut Fungsi
Berdasarkan fungsinya, biaya dapat dibagi menjadi biaya investasi dan biaya
operasional, dan biaya pemeliharaan.
a. Biaya Investasi
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk barang modal yang
berhubungan dengan pembangunan maupun pengembangan fisik dan
kapasitas produksi yang kegunaan atau pemanfaatannya bisa berlangsung
selama lebih dari satu tahun. Dalam program kesehatan, contoh biaya
investasi adalah:

 Biaya pembangunan gedung rumah sakit


 Biaya pembelian alat non medis
 Biaya pembelian alat medis
 Biaya pendidikan staf

Biasanya perhitungan biaya-biaya investasi dilakukan dalam kurun waktu


satu tahun, sehingga untuk biaya di ataspun dilakukan dalam kurun waktu
satu tahun. Untuk menghitung nilai investasi peralatan medis dan non medis
terdapat beberapa batasan yang harus disepakati terlebih dahulu, karena
apabila tidak, akan sedikit rancu dengan biaya operasional, seperti:

misalnya dengan batasan harga, apabila mempunyai harga di bawah Rp.


200.000,- akan tetapi dapat dimanfaatkan lebih dari satu tahun termasuk
dalam biaya investasi (kalkulator, jam dinding dan lain-lain). Dalam
menghitung biaya investasi, oleh karena dalam kurun waktu setahun, maka
yang dilakukan adalah dengan menyetahunkan (annu ally) biaya tersebut
dengan menggunakan rumus yang biasa dilakukan dengan
mempertimbangkan harga beli, masa pakai dan umur barang yaitu :

AFC =

Di mana:
AFC : Annualized Fixed Cost (Biaya yang disetahunkan)

vii
IIC : Innitialized Investment Cost (harga beli)
I : Laju inflasi
T : Masa pakai pada saat perhitungan
L : Perkiraan masa pakai

Perkiraan masa pakai atau umur ekonomis milik institusi pelayanan


kesehatan pemerintah ditetapkan berdasarkan standar akutansi yang berlaku
di pemerintahan.

Terdapat dua aliran dalam upaya menghitung biaya investasi pembangunan


dan pengembangan gedung yang sudah berdiri, yang pertama dengan
mensetahunkan biaya bangunan dengan menggunakan rumus di atas, dan
yang kedua dengan menggali informasi tentang harga kontrak bangunan di
sekitar institusi pelayanan kesehatan tersebut barada.

b. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat "habis
pakai" dalam kurun waktu relatif singkat biasanya kurang dari satu tahun.
Misalnya:

 Biaya/insentif pegawai
 Biaya obat
 Biaya alat dan bahan habis pakai Biaya alat tulis kantor
 Biaya rekam medik
 Biaya perjalanan
 Biaya jejaring pelayanan kesehatan Biaya bahan bakar
 Biaya sistem informasi manajemen
 Biaya telepon, air, listrik
 Biaya pemeliharaan gedung Biaya pemeliharaan alat medis
 Biaya pemeliharaan alat nonmedis
 Biaya pemeliharaan kendaraan
 Biaya makanan Biaya laundry
 Dan sebagainya

c. Biaya Pemeliharaan

viii
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang diperlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kapasitas barang investasi agar barang investasi tersebut
dapat bertahan lama yang akan juga memperlama waktu untuk produksi lebih
lama. Sebagai contoh adalah :

 Biaya pemeliharaan gedung


 Biaya pemeliharaan alat non-medis
 Biaya pemeliharaan alat medis
 Biaya pemeliharaan SDM (traning)

2. Klasifikasi Biaya Menurut Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya lelap, biaya
variabel dan biaya semi variabel. Dalam kaitannya dengan aktivitas organisasi,
biaya tidak langsung tersebut dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost),
ialah biaya yang besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas
organisasi. Ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan ataupun penurunan
aktivitas organisasi, Biaya Tetap ini tidak mengalami perubahan. Atau
dengan lain perkataan, Biaya Tetap tidak peka terhadap perubahan aktivitas
organisasi. Dengan bahasa statistika dapat dikatakan bahwa sampai dengan
batas tertentu, tidak ada korelasi antara aktivitas organisasi sebagai variabel
yang mempengaruhi (independent) dengan Biaya Tetap sebagai variabel
yang dipengaruhi (dependent). Dengan demikian koefisien korelasi antara
kedua variabel tersebut adalah nol (r=0).
b. Biaya Variable (Variable Cost),
ialah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perubahan aktivitas
organisasi. Ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan aktivitas organisasi,
maka jumlah Biaya Variabel akan meningkat pula dan sebaliknya. Dengan
bahasa statistika dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi positif antara
aktivitas organisasi sebagai variabel yang mempengaruhi (inde pendent),
dengan Biaya Variabel sebagai variabel yang dipengaruhi (dependent).
Dengan demikian koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut lebih
besar daripada nol (0<r<1).
c. Biaya Semi-variabel (Semivariable Cost),
ialah biaya yang sebagian mempunyai sifat tetap, yang besar-kecilnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan aktivitas organisasi, dan sebagian lainnya
mempunyai sifat variabel, yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perubahan
aktivitas organisasi. Ini berarti bahwa Biaya Semi- variabel merupakan satu
biaya, tetapi mengandung dua unsur, yaitu unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel. Unsur biaya tetap akan selalu sama jumlahnya, meskipun terjadi
peningkatan atau penurunan aktivitas organisasi. Sedangkan unsur biaya
variabel akan meningkat jumlahnya, jika terjadi peningkatan aktivitas

ix
organisasi, dan sebaliknya. Biaya semacam ini misalnya Biaya Pemeliharaan
Gedung, Biaya Pemeliharaan Peralatan dan gaji dengan insentif dan
sebagainya.

Dengan demikian ciri utama Biaya Semi-variabel, yaitu:


a. Bilamana organisasi tidak mengadakan aktivitas sama sekali (aktivitas
nol), biaya ini tetap ada dalam jumlah tertentu, yaitu sebesar unsur biaya
tetap yang terkandung di dalamnya. Sedangkan unsur biaya variabel
yang terkandung di dalamnya tidak ada (nol).
b. Bilamana organisasi meningkatkan aktivitasnya, maka jumlah biaya ini
akan meningkat, karena unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya mengalami peningkatan. Sedangkan unsur biaya tetap yang
terkandung di dalamnya tidak berubah dan tidak mengalami
peningkatan.
c. Sebaliknya, bilamana organisasi menurunkan aktivitasnya, maka jumlah
biaya ini akan menurun, karena unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya mengalami penurunan.

Sesuai dengan sifat-sifatnya, ada sebagian dari jenis-jenis Biaya Semi-


variabel yang dengan mudah dapat diketahui besarnya unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel yang terkandung di dalamnya, serta ada pula sebagian
dari jenis-jenis Biaya Semi-variabel yang sulit diketahui besarnya unsur
biaya tetap dan unsur biaya variabel yang erkandung di dalamnya.

Jenis-jenis Biaya Semi-variabel yang dengan mudah dapat diketahui


besarnya unsur tetap dan unsur variabel yang terkandung di dalamnya,
terutama disebabkan karena penentuan besar-kecilnya unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel tersebut, sepenuhnya menjadi wewenang pimpinan
sesuai dengan peraturan pemerintah.

Jenis-jenis biaya semi-variabel yang mempu nyai sifat seperti ini misalnya
biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan peralatan medik dan
bangunan dan lingkungan dan sebagainya. Terhadap biaya-biaya semacam
ini, hanya dengan wewenang saja tidak dapat ditentukan secara pasti besar-
kecilnya unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya, sebab besar kecilnya biaya tersebut banyak ditentukan oleh aspek
teknis.

3. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Alokasinya


a. Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan pada unit yang langsung
melayani klien atau biaya yang langsung untuk memberikan pelayanan,
misalnya biaya obat biaya reagen, biaya bahan medis habis pakai.
b. Biaya tidak langsung (Indirect cost)

x
Biaya tidak langsung adalah biaya yang digunakan secara tidak langsung
demi kelancaran pelayanan, misalnya biaya alat tulis, administrasi,
transportasi dan sebagainya.

4. Klasifikasi Biaya Menurut Cara Perhitungannya


a. Biaya total (total Cost)
Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap, biaya variabel dant biaya semi
variabel, atau :

TC = FC + (VC. Q)
Di mana :
TC adalah Total Cost
FC adalah Fixed Cost
Q adalah Jumlah unit satuan

C. PEMISAHAN BIAYA SEMI VARIABEL


Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung didalam Biaya Pemeliharaan tersebut,
adalah: (Munandar, 2003)
1. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
Untuk menentukan unsur biaya tetap sesuatu biaya semi- variabel dapat
diperkirakan dengan cara menghentikan aktivitas organisasi selama jangka waktu
tertentu (misalnya selama satu bulan). Dengan demikian selama jangka waktu
tersebut tidak ada aktivitas organisasi sama sekali (aktivitas = nol). Unsur biaya
yang masih tetap harus dibayar (ditanggung) oleh organisasi selama organisasi
tidak mengadakan aktivitas itulah yang merupakan unsur biaya tetap. Selisih
antara jumlah biaya semi-variabel pada tingkat aktivitas tertentu, dengan unsur
biaya tetap tersebut, adalah merupakan unsur biaya variabelnya.
2. Metode Taksiran Langsung (Direct Estimate Method)
Perkiraan dilakukan dengan cara mengandaikan organisasi menghentikan
aktivitasnya selama jangka waktu tertentu (misalnya satu bulan). Dengan
demikian diandaikan selama jangka waktu tersebut tidak ada aktivitas organisasi
sama sekali (aktivitas = nol). Unsur biaya yang diperkirakan masih tetap harus
dibayar (ditanggung) oleh organisasi, seandainya organisasi menghentikan
aktivitasnya tersebut, merupakan taksiran unsur biaya tetap. Selisih antara jumlah
Biaya Semi-variabel pada tingkat aktivitas tertentu, dengan taksiran unsur biaya
tetap tersebut merupakan taksiran unsur biaya variabelnya. Oleh karena besar-
kecilnya biaya semi-variabel semacam ini banyak ditentukan oleh aspek teknis,
maka untuk dapat memperkirakan besarnya unsur biaya tetap seandainya
organisasi menghentikan aktivitasnya tersebut, tentu diperlukan bantuan para
teknisi yang lebih paham.

Metode ini pada dasarnya hanya dipakai pada keadaan tertentu, di mana
perhitungan unsur-unsur biaya secara kuantitatif tidak dapat dilakukan, misalnya:

xi
 Suatu bagian baru saja didirikan
 Dilakukannya kegiatan yang tidak rutin
 Mulai dipakainya mesin baru
 Terjadi perubahan pada metode produksi
 Terjadi perubahan kebijaksanaan manajemen

3. Metode Maksimum - Minimum (Maximum - Minimum Method) yang


menentukan bahwa unsur biaya variabel sesuatu biaya semi- variabel dapat
diperkirakan dengan cara memperbandingkan antara besarnya biaya semi-
variabel yang bersangkutan pada aktivitas maksimum yang pernah dicapai oleh
organisasi, dengan besarnya biaya semi-variabel tersebut pada aktivitas minimum
yang pernah dialami organisasi. Oleh karena Metode Maksimum dan Minimum
ini dirumuskan untuk pertama kalinya oleh J.H. Williams, inaka metode tersebut
sering pula disebut sebagai Metode Williams.

Untuk menghitung biaya pemeliharaan yang rasional pada tingkat aktivitas


(jumlah pasien) terten tu dapat dirumuskan sbb:
TCt = FC + VC. At
Dimana :
TCt = Biaya pemeliharaan pada tingkat aktivitas tertentu
FC= Biaya tetap pemeliharaan (fixed cost)
VC = Biaya variabel (variabel cost) per unit aktivitas (pasien)
At = Tingkat aktivitas pada t (prediksi jumlah pasien tertentu)

Untuk mencari nilai FC dan VC pada tingkatan aktivitas tertentu Williams


menurunkan rumus diatas dengan formulasi sebagai berikut:

T Cmax = Mmax -

Dimana:
TMmax = adalah Total biaya pemeliharaan (total maintenance cost) pada aktivitas
maksimum

xii
TMmin = adalah Total biaya pemeliharaan (total maintenance cost) pada aktivitas
minimum
Mmin = adalah Biaya pemeliharaan pada aktivitas minimum
Mmax = adalah Biaya pemeliharaan pada aktivitas maksimum
Amax = adalah indikator pada aktivitas maksimum (jumlah pasien)
Amin = adalah indikator pada aktivitas minimum (jumlah pasien)

VC=

Menurut Metode William (Maximum-Minimum Method), jumlah biaya


pemeliharan akan sangat terkait erat dengan tingkat aktivitas organisasi. Dalam
pembahasan ini tingkat aktivitas diwakili oleh Jumlah Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung (JKTKL) sebagai contoh.

Meskipun dalam situasi lain bisa saja biaya pemeliharaan tersebut dapat dikaitkan
dengan faktor lain sebagai driver- nya. Dalam kasus sesungguhnya, sebelumnya
harus dilakukan penelusuran biaya (cost tracing) untuk mengetahui variabel apa
yang menjadi penyebab munculnya unsur variabel pada biaya pemeliharaan
tersebut.

Jumlah JKTKL dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah pasien rawat inap
dengan length of stay (LOS) kemudian dikalikan 24 jam, karena perawatan
memang dilakukan selama 24 jam per hari. Perhitungan jam kerja Tenaga kerja
langsung dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 7.1 Perhitungan Tingkat Aktivitas Tahun 2004-2008

Tahun Pasien (org) Length of Stay Jam Kerja TKL


(LOS)

(1) (2) (3) (4)=(2) (3)x(24)

2004 370 3,2 28.416

2005 461 4,6 50.894

2006 878 5,8 122.218

2007 1.357 3,6 117.245

xiii
2008 1.524 3,7 135.331

Jumlah 4.590 20,9 454104

Rata-rata 918 4,18 90820,8

Oleh karena data tahunan untuk biaya pemeliharaan tidak ada keseragaman klasifikasi
atau pengelompokan, maka tingkat aktivitas juga bisa digunakan berdasarkan data
bulanan dimana data biaya pemeliharaan dianggap paling valid. Untuk lebih jelasnya,
perhitungan tingkat aktivitas bulan pada tahun 2008 dimaksud disajikan pada tabel di
bawah ini:

Tabel 7.2 Perhitungan Tingkat Aktivitas Tahun 2008

Bulan JKTKL Jumlah Jumlah Jumlah Ket.


Pasien Kum.
Kum.
Pasien
JKTKL

Jan 7.921 8.673 89 89

Feb 8.673 16.594 98 187

Mar 8.673 25.267 98 285

Apr 10.176 35.443 115 399

Mei 12.432 47.875 140 539

Jun 14.688 62.653 165 705

Jul 15.364 77.927 173 878

Agt 18.071 95.998 204 1081 Maks

Sep 15.533 111.351 175 1256

Okt 6.571 118.102 74 1330 Min

Nov 7.639 125.741 86 1416

Des 9.613 135.354 108 1524

Jumlah 135.354 1524

Setelah diperoleh data aktivitas maksimum dan minimum, maka diperlukan informasi
tentang Realisasi Biaya pemeliharaan bangunan dari laporan pengeluaran kas pada
tahun bersangkutan, misalnya didapatkan data hipotetis sebagai berikut:

xiv
Bulan Biaya pemeliharaan

Jan 1.825.000

Feb 1.750.000

Mar 1.800.000

Apr 2.275.000

Mei 2.625.000

Jun 3.150.000

Jul 3.307.500

Agt 3.937.500

Sep 3.346.000

Okt 1.719.500

Nov 2.519.500

Des 1.968.750

Total realisasi 30.223.750

Dengan mensubsitusikan angka-angka pada tingkat aktivitas maksimum dan minimum


tersebut, kemudian mencari selisih biaya dan selisih aktivitas, maka kita akan
mendapatkan biaya variabel per unit dari tingkat aktivitas rumah sakit. Untuk lebih
jelasnya, dengan mengaplikasikan rumus-rumus di atas anggaran biaya pemeliharaan
yang paling rasional dapat kita hitung sebagai berikut:

Biaya Pemeliharaan Aktivitas


Bangunan (Rp) (Jumlah pasien)
Maksimum 3.937.500 18.071
Minimum 1.719.500 6.571

Selisih 2.218.000 11.500

xv
4. Metode Regresi (Regression Method) yang menentukan bahwa unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel sesuatu Biaya Semi-variabel dapat diperkirakan dengan menggunakan
data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Data-data tersebut ialah data tentang
aktivitas organisasi dari bulan-kebulan, yang merupakan variabel yang mempengaruhi
(variabel X), serta dala Biaya Semi-variabel yang bersangkutan pada setiap tingkat aktivitas
organisasi dari bulan ke bulan tersebut, yang merupakan variabel yang dipengaruhi (variabel
Y).

Metode regresi sederhana dinyatakan sebagai sebuah persamaan atau model matematis Y = a
+ bX. Misalkan dengan menggunakan contoh di atas data yang akan kita analisis adalah
Penggunaan program aplikasi komputer jelas akan membuat solusi yang lebih cepat dan
akurat. Dibawah ini disajikan contoh output penyelesaian kasus di atas dengan menggunakan
program Excel.

D. MATRIK BIAYA
Dengan menggunakan klasifikasi biaya di atas dapat dibuat matriks biaya yang dapat
dipergunakan sebagai pegangan untuk mengumpulkan data biaya masing-masing program.
Tabel 7.4 Matriks Biaya Untuk Pemetaan Biaya

Biaya tidak langsung Biaya langsung

Biaya Investasi  Gedung kamar suntik


 Gedung pelayanan
 Gedung kantor
lain
 Halaman
 Meja periksa pasien
 Furniture kantor
 Alat-alat medis
kepala
 Alat-alat laboratorium
 Alat non medis lain
lain
 Dan lain-lain

Biaya Operasional  Gaji pesuruh  Gaji sebagai petugas


 Gaji petugas  Insentif
 Administrasi  Obat dan bahan
 Gaji dokter sebagai  Makan pasien
kepala  Dan lain-lain
 ATK

xvi
 Dan lain-lain

Biaya Pemeliharaan  Pemeliharaan gedung  Pemeliharaan gedung


dan kantor pelayanan pasien
 Pemeliharaan alat non  Pemeliharaan alat
medis medis
 Pemeliharaan
kendaraan
 Pemeliharaan
furniture
 Dan lain-lain

E. PEMETAAN BIAYA
Di samping matriks biaya tersebut, di bawah ini akan disampaikan informasi yang diperlukan
dan sumber data yang perlu digali agar nantinya dapat dihitung biaya yang akan diperlukan.
Alat bantu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis biaya adalah:
a. organisasi sarana pelayanan struktur a) Informasi mengenai kesehatan dan unit-unitnya
b. informasi mengenai unit mana yang menjadi Pusat biaya dan mana yang Pusat
Pendapatan
c. Data kepegawaian: Nama pegawai, pendidikan, unit kerja, Jabatan, Masa kerja, Gaji dan
Insentif
d. Data unit kerja pegawai: Nama pegawai, Unit kerja pokok dan % waktu yang digunakan
di Unit kerja pokok tersebut, Unit kerja lain dan % waktu yang digunakan di Unit kerja
lain tersebut
e. Data gedung: luas lantai masing-masing unit yang ada, dibangun tahun, masa pakai,
masa hidup, biaya dan AFC
f. Data inventaris peralatan medis: Jenis alat, Jumlah alat, tahun beli, masa pakai, masa
hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
g. Data inventaris peralatan non medis: Jenis alat, Jumlah alat, tahun beli, masa pakai, masa
hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
h. Data inventaris kendaraan: Jenis kendaraan, Jumlah kendaraan, tahun beli, masa pakai,
masa hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
i. Data biaya obat dan bahan medis habis pakai: di unit-unit yang berfungsi sebagai Pusat
pendapatan
j. Data bahan habis pakai nonmedis: di unit-unit baik di Pusat Biaya maupun Pusat
Pendapatan

xvii
k. Data biaya pemeliharaan gedung
l. Data biaya pemeliharaan peralatan medis
m. Data biaya pemeliharaan peralatan nonmedis
n. Data biaya umum misalnya telepon, Air, Listrik, dan lain-lain

1. Biaya Investasi langsung dan tidak langsung.


Untuk Rumah sakit maupun Puskesmas, baik dengan tempat tidur ataupun Puskesmas biasa,
ataupun Puskesmas pembantu, informasi yang diperlukan, data, sumber data serta ukuran
yang akan dipakai untuk analisis adalah sebagaimana di bawah ini.
Tabel 7.5 Data Biaya Investasi Yang Diperlukan

Jenis Investasi Data yang diperlukan Sumber data

Gedung kamtor Ukuran m2 luas bangunan Dinas kesehatan dati I/II,


Puskesmas atau bagian
Biaya pembangunan/ m 2
umum Rumah Sakit
Tahun pembangunan

Salasar Ukuran m2 luas salasar Dinas kesehatan dati I/II,


Puskesmas atau bagian
Biaya pembangunan/ m 2
umum Rumah Sakit
Tahun pembangunan

Halaman / Taman Ukuran m2 luas halaman Dinas kesehatan dati I/II,


Puskesmas atau bagian
Biaya pembangunan/ m 2
umum Rumah Sakit
Tahun pembangunan

Furniture / Mebeulair Harga pemgembalian setiap Dinas kesehatan dati I/II,


item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian

Alat non medis lain Harga pemgembalian setiap Dinas kesehatan dati I/II,
item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian

Kendaraan Harga pemgembalian setiap Dinas kesehatan dati I/II,


item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit

xviii
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian

Gedung pelayanan RJ / RI Ukuran m2 luas bangunan Dinas kesehatan dati I/II,


Puskesmas atau bagian
Biaya pembangunan/ m 2
umum Rumah Sakit
Tahun pembangunan

Peralatan medis Harga pemgembalian setiap Dinas kesehatan dati I/II,


item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian

Pendidikan Siapa, dimana, berapa tahun, Dinas kesehatan dati I/II,


dibiayai siapa dan berapa Puskesmas atau bagian
besar biaya umum Rumah Sakit

Khusus untuk penghitungan biaya gedung, terdapat dua cara yang masing-masing dapat
dipakai untuk menghitung biaya tersebut Yang pertama adalah dengan mensetahunkan biaya
bangunan dengan menggunakan rumus Annualized Investment cust, dan yang kedua dengan
menggali informasi tentang harga kontrak bangunan yang berlaku di sekitar institusi
pelayanan kesehatan tersebut berada.
Apabila kita menggunakan cara ke dua, maka informasi yang diperlukan adalah luas
bangunan dalam meter persegi dan wawancata dengan masyarakat di sekitar bangunan
institusi pelayanan tersebut menyangkut harga sewa yang berlaku serta menghitung luas
bangunan tersebut, dengan demikian akan didapatkan informasi sewa bangunan setiap meter
persegi. Demikian pula untuk sewa tanah yang merupakan konversi dari harga sewa halaman
institusi pelayanan kesehatan.

2. Biaya Operasional
Untuk biaya Rumah sakit maupun puskesmas baik dengan tempat tidur ataupun puskesmas
biasa, ataupun puskesmas pembantu, informasi yang diperlukan, data, sumber data serta
ukuran yang akan dipakai untuk analisis data modul berikutnya adalah sebagaimana pada
tabel di bawah ini
Tabel 7.6 Pemetaan Biaya Operasional

Jenis Investasi Data yang diperlukan Sumber data

xix
Pegawai Jumlah staf masing-masing Dinas kesehatan dati II,
unit, jenis pegawai, jumlah Puskesmas atau
gaji dan honor Kepegawaiaan Rumas Sakit

Obat-obatan Jenis dan jumlah obat yang Puskesmas atau bagian


dipakai selama satu tahun farmasi Rumah Sakit, GFK
serta harga satuan obat

Bahan medis habis pakai Jenis, jumlah dan harga Puskesmas atau maing-
satuan bahan yang dipakai masing unit Rumah Sakit
setiap unit selama satu tahun

ATK Jenis, jumlah dan harga TU Puskesmas atau Rumah


satuan ATK yang dipakai Sakit
setian unit selama setahun

Pemeliharaan gedung Biaya pemeliharaan termasuk Dinas kesehatan dati II,


perbaikan gedung masing- Puskesmas atau bagia IPSRS
masing unit selama satu Rumah Sakit
tahun

Pemeliharaan alat medis dan Biaya pemeliharaan termasuk Dinas kesehatan dati I/II,
non medis perbaikan alat masing- Puskesmas atau bagian
masing unit selama satu IPSRS Rumah Sakit
tahun

Pemeliharaan kendaraan Biaya pemeliharaan / Dinas kesehatan dati II,


perbaikan termasuk BBM Puskesmas atau bagia IPSRS
selama satu tahun Rumah Sakit

Biaya perjalanan Biaya perjalanan yang pernah Dinas kesehatan dati II,
dilakukan oleh masing- Puskesmas atau bagia IPSRS
masing unit selama satu Rumah Sakit
tahun

Biaya makanan (Puskesmas Biaya makan dan minum Puskesmas atau instalasi gizi
TT dan Rumah Sakit) baik untuk keperluan Rumah Sakit
puskesmas / Rumah Sakit
maupun untuk pasien

Biaya cucian (Puskesmas TT Biaya cucian untuk keperluan Puskesmas atau bagian
dan Rumah Sakit) puskesmas / Rumah Sakit laundry Rumah Sakit
maupun untuk pasien

Biaya umum Tgiha telepon, listrik dan air Puskesmas atau bagian
selama satu tahun umum Rumah Sakit

Biaya lain-lain Biaya surat-menyurat, Puskesmas dan Rumah Sakit

xx
photocopy dan lain-lain

Biaya proyek lain Banyaknya biaya dari proyek Puskesmas dan Rumah Sakit
lain

F. PUSAT-PUSAT BIAYA
Untuk mengetahui lebih jelas apa dan di mana saja adanya pembiayaan, kita harus mengenal
dahulu apa yang disebut dengan pusat-pusat biaya (cost centers). Terdapat tiga macam
kelompok pusat- pusat biaya, yaitu:
1. Pusat biaya yang tidak menghasilkan pendapatan (nonrevenue- producing cost
centers)
2. Pusat biaya yang menghasilkan pendapatan (revenue-producing cost centers)
3. Area pelayanan pasien (patient sevice areas)

1. Pusat Biaya Yang Tidak Menghasilkan Pendapatan


a. Depresiasi
b. Administrasi
c. Pusat data dan kantor
d. Kepegawaian, Keuangan (gaji) dan Kesejahteraan Pegawai
e. Pusat Pembelian Barang
f. Loket Penerimaan Pasien
g. Dobi (Laundry)
h. Housekeeping, Cleaning Service
i. Pemeliharaan (Maintainance)
j. Dapur
k. Cafetaria
l. Pencatatan Pelaporan (Medical Record)
m. Pelayanan Sosial

xxi
n. Administrasi perawatan Klinik

2. Pusat Biaya Yang Menghasilkan Pendapatan


a. Kamar Bedah dan Kamar Penyembuhan (Recovery Room)
b. Laboratorium
c. Radiology
d. Pusat cairan infus
e. Farmasi / Apotik
f. Pusat Logistik (Barang, alat dan sebagainya)
g. Kamar Bersalin
h. Pusat pendapatan lainnya (bagian-bagian yang dapat dijadikan pusat pemasukan
pendapatan, seperti pemeriksaan jantung, Fisioterapi, dan lain-lain)
i. Pendidikan paramedis (honor, uang sekolah, ruangan, dan lain-lain)
j. Pusat Pelayanan Perawatan, Diagnostik, Terapi, dan lain- lain.

3. Area Pelayanan Pasien


a. Penyakit Dalam dan Bedah
b. Penyakit Anak
c. ICU dan ICCU
d. Obstetri (kebidanan)
e. Perawatan
f. Fasilitas Perawatan Ahli
g. Rawat Jalan (Rujukan)
h. UGD (Unit Gawat Darurat)

Contoh di atas masih dapat ditambahkan, sesuai dengan kelas rumah sakit maupun
kemampuan yang dipunyai. Untuk rumah sakit khusus, area pelayanan pasien tentulah khusus
pula sifatnya. Kemampuan rumah sakit selain tergantung pada fasilitas medis juga sangat
tergantung pada ketenagaan yang ada.

xxii
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT

1) Bentuk dan sifat organisasi. Bentuk organisasi dapat dibedakan antara lain organisasi
pemerintah dan swasta. Organisasi pemerintah pada umumnya ditujukan u tuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat luas. terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, serta
lebih mengutamakan aspek pemerataan pelayanan sehingga dengan demikian organisasi
pemerintah lebih bersifat sosial dan tidak mencari keuntungan (not for profit organization).

Organisasi swasta, pada umumnya ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, yang
walaupun ada yang bersifat sosial dan tidak mencari keuntungan, namun sekurang-kurangnya
untuk menjaga kesinambungan operasionalnya harus berusaha agar jumlah pendapatannya
minimal sama dengan jumlah biaya atau pengeluarannya. Hal ini bukan berarti organisasi
yang tidak mencari keuntungan tidak perlu berusaha untuk mendapatkan "surp lus" dari
operasionalnya, karena surplus ini pada dasarnya harus dikembalikan kepada Rumah Sakit
untuk menambah investasi atau meningkatkan pelayanannya. Dari kenyataan tersebut jelas
bahwa bentuk dan sifat organisasi ini sangat mempengaruhi pola dan sistem pembiayaan
yang diterapkan di masing-masing organisasi tersebut.

2) Status Kepemilikan
Rumah Sakit pemerintah Pusat, Rumah Sakit Pemerintah Daerah TK.I & II serta Rumah
Sakit yang dimiliki oleh Departemen lainnya masing-masing mempunyai sistem pembiayaan
yang berbeda baik perencanaan, pelaksanaan mau pun pengawasan dan diatur dengan
landasan peraturan perundang-undangan yang berbeda pula. Untuk Rumah Sakit milik
pemerintah pusat dasar pengaturannya adalah Undang-undang APBN yang mempunyai
peraturan-peraturan pelaksanaannya sendiri dan untuk Rumah Sakit milik pemerintah daerah
diatur dengan peraturan daerah tentang APBD juga dengan peraturan-peraturan
pelaksanaannya.

3). Kelas Rumah Sakit.


Penetapan kelas-kelas Rumah Sakit pemerintah menjadi Rumah Sakit kelas A, B1, B2, C dan
D berdasarkan kemampuan pelayanan masing-masing Rumah Sakit tersebut juga
memberikan dampak dalam sistem pembiayaan Rumah Sakit tersebut terutama dalam besar
kecilnya or ganisasi serta kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit tersebut.

xxiii
Rumah Sakit pendidikan memerlukan biaya yang jauh lebih besar daripada RS yang hanya
melakukan pelayanan saja.

4). Sistem Pelayanan


Sampai saat ini kita belum mempunyai suatu standar pelayanan Rumah Sakit yang baku dan
mantap serta yang nasional bersifat kebutuhan sarana dan prasarana, peralatan, tenaga, biaya
yang dapat dipakai sebagai dasar untuk merencanakan dan mungkin juga sistem dan prosedur
pelayanan. Pedoman pelayanan yang telah diciptakan untuk Rumah Sakit kelas B dan C,
disamping kurang sesuai lagi dengan klasifikasi Rumah Sakit pemerintah berdasarkan SK
Menteri Kesehatan no. 159 b tahun 1988, juga belum dapat dikatakan sebagai standar yang
baku dan belum bersifat menyeluruh.

Dampak yang ditimbulkan dalam segi pembiayaan antara lain adalah tidak adanya ukuran
atau standard dan kriteria yang dapat dipergunakan untuk menyusun rencana kebutuhan serta
untuk mengukur tingkat keberhasilan dari sistem pembiayaan yang dilaksanakan dewasa ini.

5). Ketenagaan
jenis dan jumlah ketenagaan yang bekerja di Rumah Sakit juga sangat mempengaruhi sistem
pembiayaan Rumah Sakit bersangkutan. Dari segi jenis ketenagaan, kita mengenal adanya
tenaga pusat yang dipekerjakan, tenaga pusat yang diperuntukkan, dan juga pegawai daerah.
Disamping itu kita mengenal juga status kepegawaian yaitu pegawai negeri, calon pegawai
negeri dan tenaga harian, yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan sudah tidak
dibenarkan lagi.
Selanjutnya di Rumah Sakit kita jumpai juga tenaga-tenaga yang merupakan pegawai
Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Anggota ABRI yang
dikaryakan bahkan sering juga pensiunan ABRI yang dipekerjakan sebagai tenaga honorer.
Semua jenis tenaga tersebut telah membawa dampak yang serius pada sistem pembiayaan
Rumah Sakit sehingga sering kali sulit diketahui besarnya jumlah gaji dan tunjangan serta
belanja pegawai lainnya yang dapat diperhitungkan sebagai "cost" dari pelayanan Rumah
Sakit yang bersangkutan.

6). Sarana/Prasarana & peralatan


Pembangunan sarana/prasarana dan pengadaan peralatan bagi rumah sakit berasal dari
berbagai sumber pembiayaan yang satu sama lainnya berbeda dengan tata cara pelaksanaan
yang juga berbeda. Hal ini telah menimbulkan dampak ketidakjelasan status assets yang
berada di kewenangan dan tanggung jawab atas pengolahan assets tersebut serta penyediaan
biaya operasional dan pemeliharaannya.

xxiv
7). Jenis dan jumlah kegiatan pelayanan
Pada dasarnya jenis dan jumlah kegiatan pelayanan Rumah Sakit merupakan output atau
"hasil produksi" dari pelaksanaan tugas dan fungsi Rumah Sakit yang bersangkutan. Jumlah
dan jenis kegiatan pelayanan ini seyogyanya menjadi dasar pemilihan sistim pembiayaan
yang akan diterapkan di Rumah Sakit yang bersangkutan dan juga sebagai dasar dari
penetapan tarif pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit kepada masyarakat.

xxv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan atau dipakai untuk
menghasilkan suatu produk atau output, atau untuk mengkonsumsi suatu produk atau
output yang dapat diukur dengan uang. Dengan demikian biaya bisa berbentuk ang,
barang, waktu atau ke sempatan (yang dikorbankan). Biaya-biaya dapat
diklasifikasikan dalam banyak cara, tergantung pada tujuan analisis yang ingin
dicapai. Akan tetapi perlu dilakukan penyamaan persepsi diantara pihak-pihak
berkepentingan untuk mencegah salah pengertian tentang biaya-biaya yang terjadi
akibat pelayanan kesehatan.
B. SARAN

xxvi
DAFTAR PUSTAKA

Armen, F., & Azwar, V. (2012). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Qosyen Publishing.

xxvii

Anda mungkin juga menyukai