Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“KONSEP DASAR TEORI BIAYA”

DISUSUN OLEH :

ZIKRUL SA’BAN (K011201122)

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN A

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
atas berkat dan karunia-Nya lah sehingga Saya dapat menyusun dan menyajikan materi dalam
makalah ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam yaitu lelaki pilihan
Allah sebagai atasanya untuk menyempurnakan Akhlak dan Aqidah umat manusia.

Maksud dan tujuan dari penulisan Makalah ini tidak lain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah “Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan” , merupakan bentuk langsung
tanggung jawab dari pada tugas yang diberikan dengan judul ″ Konsep Dasar Teori Biaya”.
Pada kesempatan ini Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr.
Darmansyah, SE., M.S selaku Dosen Pengampu serta semua Pihak yang telah membantu
penyelesaian Masalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya sebagai penulis telah berusaha mencurahkan segala kemampuan dan kekuatan
untuk menyajikan materi sebaik-baiknya. Apabila ada kesalahan dan kekurangan Saya
sebagai penulis mohon maaf. Semoga ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi Saya, pembaca dan seluruh Mahasiswa Universitas Hasanuddin.

i
Makassar, 30 Agustus 2021.

Zikrul Sa’ban

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan masalah............................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

ii
A. Ruang lingkup dan gambaran umum pembiayaan dan penganggaran kesehatan...........3

B. Konsep biaya.................................................................................................................10

C. Biaya Peluang (opportunity cost).................................................................................11

D. Biaya Eksplisit dan Implisit..........................................................................................11

E. Biaya Incremental dan Sunk Cost.................................................................................11

F. Produksi, Produktivitas dan Biaya................................................................................12

G. Biaya Jangka Pendek Dan Jangka Panjang...................................................................12

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

A. Kesimpulan...................................................................................................................21

B. Saran dan kritik.............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dalam dunia ekonomi modern, terutama mengenai makna biaya dan produksi,
menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan yang tidak bisa dipisahkan layaknya uang
keping logam yang memiliki dua muka yang berbeda namun dalam satu kesatuan.

Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi, ilmu pengetahuan, dan


bertambahnya penduduk, memaksa kebutuhan hidup terus meningkat. Pada saat ini
kebutuhan hidup tidak bisa diambil langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu
dengan cepat, efesien, dan harga terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh
sebagian orang untuk memperoleh keuntungan. Akan tetapi, permintaan pasar berubah-
ubah sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan produksinya, seperti
produk apa yang akan di produksi? Namun dalam melakukan proses produksi suatu
barang, perusahaan seharusnya memperhatikan beberapa hal sebelum melakukan
produksi, salah satunya kekuatan finansial yang mereka miliki, seperti biaya produksi.
Biaya produksi merupakan proses mengeluarkan pengorbanan yang biasanya dapat
berupa uang atau peralatan, agar produksi dapat dilaksanakan. Selain biaya produksi, ada
biaya-biaya lain yang harus diperhatikan, seperti biaya admintrasi, biaya keuangan, dan
biaya pemasaran. Sedangkan biaya produksi terbagi menjadi dua berdasarkan yang
dikeluarkan yaitu biaya produksi eksplisit dan implisit. Selain itu biaya produksi dapat
dibagi dua pula berdasarkan jangka yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam kasus perusahaan besar yang memiliki aset yang cukup banyak, dalam
melakukan proses produksi tentu sudah ada perhitungan yang matang seperti jumlah
variabel, bunga, sewa tanah, gaji pegawai, jumlah produk yang harus diproduksi supaya
memperoleh keuntungan.

Selain latar belakang yang dijelaskan secara umum diatas, dalam ekonomi
kesehatan ada yang disebut sebagai biaya atau pembiayaan kesehatan. Yang dimana ini
penting juga kita bahas karena pada era krisis kesehatan seperti sekarang ini, ekonomi

1
sangat mempengaruhi kesehatan dan juga kesehatan sangat mempengaruhi ekonomi
dalam suatu negara.

B. Rumusan masalah

1. Ruang lingkup dan gambaraan umum pembiayaan dan penganggaran kesehatan


2. Bagaimana konsep biaya ?
3. Apa definisi dari biaya peluang (opportunity cost) ?
4. Apa perbedaan biaya eksplisit dan biaya implisit ?
5. Apakah perbedaan biaya incremental dan sunk cost ?
6. Apa hubungan antara produksi, produktivitas dan biaya ?
7. Bagamana konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkung dan gambaraan umum pembiayaan dan
penganggaran kesehatan
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep biaya ?
3. Untuk mengetahui apa definisi dari biaya peluang (opportunity cost) ?
4. Untuk mengetahui apa perbedaan biaya eksplisit dan biaya implisit ?
5. Untuk mengetahui apakah perbedaan biaya incremental dan sunk cost ?
6. Untuk mengetahui apa hubungan antara produksi, produktivitas dan biaya ?
7. Untuk mengetahui bagaimana konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang lingkup dan gambaran umum pembiayaan dan penganggaran kesehatan

1. Pembiayaan kesehatan
 Pengertian biaya
Biaya(cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan (dipakai) untuk
menghasilkan suatu produk atau output yang akan mengkonsumsi suatu produk atau
output (Depkes RI, 1997).
Menurut Supriyono (2000), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau
digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai
sebagai pengurang penghasilan.
Menurut Mulyadi (2001), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.
 Pengertian biaya dan pembiayaan kesehatan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).
Sedangkan pembiayaan kesehatan adalah suatu sistem yang mengatur tentang besarnya
dana, alokasi dana dan pemanfaatan dana secara efektif dan efisien
 Karakteristik biaya
- Biaya : biaya aktiva harus dinyatakan dengan uang
- Hak pemakaian : perusahaan akan mempunyai hak untuk menggunakan aktiva atau
mendapatkan berbagai manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.

3
- Nilai : biaya suatu aktiva mencerminkan nilai ekonomis yang nantinya tersebut akan
digunakan oleh perusahaan.
- Kondisi dan pembatasan : hak atas pemakaian bersifat tak bersyarat dan jika aktiva
tersebut milik perusahaan melalui pembelian maka hak perusahaan akan aktiva
menjadi tidak dapat dibatasi.
- Unsur waktu : jika aktiva memberikan waktu pemakaian yang lama maka akan
mencerminkan biaya yang berbeda .
- Berwujud dan tak berwujud.
- Nilai guna.
 Penggolongan biaya
- Perubahan skala produksi.
- Lama penggunaan.
- Fungsi/aktivitas biaya
 Biaya berdasarkan pengaruh pada perubahan skala produksi
- Biaya tetap (fixed cost )
- Biaya variabel (variabel cost)
 Biaya berdasarkan lama penggunaan
- Biaya investasi (investment cost)
- Biaya operasional (operasional cost)
 Biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya
- Biaya langsung (direct cost)
- Biaya tidak langsung (indirect cost)
 Jenis Biaya Kesehatan
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas :
a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan
pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah
peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor
pemerintah.
 Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional
a. Fee for Service ( Out of Pocket )

4
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan,
dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi pelayanan
kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan
atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula
pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih
bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan
World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia
masih bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti
sistem Health Insurance (WHO, 2009).
b. Healt insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau
pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health insurance ini
dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG system). Sistem
kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana PPK
menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan
per periode waktu.
Contoh health insurance yang di berada dibawah naungan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial diantaranya :
1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
4. Taspen
5. Jamsostek
6. Dan lain sebagainya
 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional
- Bersumber Dari Anggaran Pemerintah
- Bersumber Dari Anggaran Masyarakat
- Bantuan Biaya Dari Dalam Dan Luar Negeri
- Gabungan Anggaran Pemerintah Dan Masyarakat
 Konsep Sistem Pembiayaan Kesehatan

5
a. Revenue Collection
WHO mendefinisikan pembiayaan kesehatan sebagai: "Fungsi sistem kesehatan
berkaitan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang untuk menutupi kebutuhan
kesehatan masyarakat, baik secara individu maupun kolektif dalam sistem kesehatan”.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia, serta untuk
mengatur insentif keuangan yang tepat untuk provider kesehatan, hal ini berfungsi untuk
memastikan bahwa semua individu memiliki akses terhadap kesehatan masyarakat yang
efektif dan pelayanan kesehatan individu (WHO 2000). Sistem pembiayaan kesehatan
yang baik yaitu mengumpulkan dana yang memadai untuk kesehatan, mencari cara yang
memastikan orang dapat menggunakan layanan yang dibutuhkan, dan dilindungi dari
bencana keuangan atau pemiskinan akibat pembayaran layanan kesehatan. Hal tersebut
juga memberikan insentif bagi penyedia dan pengguna untuk efisien (WHO, 2007).

6
b. Konsep Pooling
Pooling adalah bagaimana pengumpulan dana dibagikan yang mempunyai risiko
kesehatan diantara pengumpul dana /atau anggota kelompok (pool member). Dana yang
dikumpulkan untuk kesehatan akan dibayarkan ke provider kesehatan, namun tempat
penampungan (pools) dana bisa berbagai macam, seperti anggaran pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, asuransi kesehatan publik dan swasta, dan asuransi kesehatan berbasis
masyarakat. Risk pooling dan prepayment merupakan hal yang penting dalam
memberikan perlindungan finansial.
c. Konsep Purchasing
Pembelian mengacu pada proses di mana dana dialokasikan untuk penyedia layanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atas nama penduduk atau untuk
menghubungkan kebutuhan pelayanan kesehatan dan prioritas untuk alokasi sumber daya
keuangan untuk berbagai intervensi pelayanan kesehatan. Pembelian pelayanan kesehatan
melibatkan tiga rangkaian keputusan:
1. Mengidentifikasi tiga hal yang berhubungan dimana intervensi atau jasa yang akan
dibeli sesuai kebutuhan penduduk, dengan mempertimbangkan prioritas kesehatan
nasional dan efektivitas biaya mereka (yaitu apa yang harus dibeli dan untuk siapa);
2. Memilih penyedia jasa dari siapa yang akan dibeli, mempertimbangkan kualitas,
efisiensi dan pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan (yaitu dari siapa untuk
membeli)

7
3. Menentukan bagaimana layanan ini harus dibeli, termasuk pengaturan kontrak dan
mekanisme pembayaran ke penyedia layanan (yaitu bagaimana membayar nya dan
berapa harganya).

2. Penganggaran kesehatan
 Pengertian anggaran

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik yang meliputi seluruh
kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu
tertentu yang akan datang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis
dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan koordinasi dan
pengawasan. (Winarno, 2013)

Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan


dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode
mendatang. Anggaran ini merupakan cerminan dari apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, termasuk didalamnya adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri dari
pos penerimaan dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat. (Trisugiarto,
2016)

Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu
mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana
saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan
keserasian tujuan diantara diantara para manajer dan bawahannya. (Widodo, 2012)

 Fungsi Anggaran
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.

8
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

 Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi
pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan
indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi
ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat mempertimbangkan berbagai empat dimensi
untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab, 2016)
- Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
- Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
- Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
- Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.
 Konsep penganggaran kesehatan
1. Sistem Anggaran Negara
Sistem anggaran negara, meliputi :
a. Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-item
budgeting system) adalah sistem anggaran yang berdasarkan obyek pengeluaran,
dengan titik berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan anggaran. (Winarno,
2013)
Konsep penganggaran tradisional ini telah diterapkan pada paruh kedua Abad
20 dan di anggap sebagai alat utama pencapaian tujuan perusahaan. (Luecke,
2017)
b. Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting system,
merupakan penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang menekankan
pada manajemen anggaran yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan
keuangan pelaksanaan anggaran. (Winarno, 2013)
c. Penganggaran Program

9
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di atas, lebih
menekankan pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian
anggaran. (Winarno, 2013)
2. Alokasi dana kesehatan

Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi,


yaitu sebagai berikut : (Winarno, 2013)

a. Besarnya pendapatan daerah yaitu  Dana Alokasi Umum (DAU), Dana


Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang realistis.
c. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks
pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan.
d. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan
DPRD.
3. Langkah-Langkah Penganggaran
a. Penetapan tujuan
b. Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c. Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d. Persetujuan akhir
e. Pendistribusian anggaran yang disetujui.

B. Konsep biaya

Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini dipakai
analisis teori biaya produksi. Dalam konsep ini ada biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan
keuangan. Contoh biaya eksplisit adalah biaya listrik, telepon dan air, pembayaran gaji
buruh dan gaji karyawan. Biaya implisit adalah biaya kesempatan, antara lain biaya
tenaga kerja, biaya barang modal dan biaya kewirausahaan. Biaya barang modal, dalam
biaya ekonomi penggunaan barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus
dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh
bila mesin disewakan kepada perusahaan lain. Wirausahawan adalah orang yang
mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa

10
barang dan jasa. Atas keberanian menanggung resiko, pengusaha mendapat balas jasa
berupa laba. Laba adalah kelebihan pendapatan yang diperoleh dibanding dengan
pengeluaran yang dilakukan.

C. Biaya Peluang (opportunity cost)

Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut bisa
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah
perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu
perusahaan tersebut juga menawarkan sumber daya tersebut kepada para pemakai
alternatif. Oleh karena itu konsep biaya peluang menunjukkan kenyataan bahwa semua
keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang sebuah
sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya
tersebut.

D. Biaya Eksplisit dan Implisit

Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk


membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi.
Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah biaya yang tidak
terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit
diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah
yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga
yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya
implisit berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-
biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu
seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima
seorang petani dari ladang jika la tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya
implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.

E. Biaya Incremental dan Sunk Cost

Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau
pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi).

11
Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan.
Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu
sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena
keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan baku.
 Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk
memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini
adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk
melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh,
saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda
atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk
membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa
mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli
motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda
sebesar 2 juta tadi.

F. Produksi, Produktivitas dan Biaya

Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai
dengan biaya yang lebih rendah. Produktivitas dan biaya mempunyai hubungan terbalik.
Jika produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan makin rendah. Begitu juga
sebaliknya. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya
tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam
jangka panjang,karena semua faktor produksi adalah variabel artinya biaya produksi
dapat disesuaikan dengan tingkat produksi. Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih
mudah meningkatkan produktivitas dibanding dalam jangka pendek. Itu sebabnya ada
perusahaan yang mampu menekan biaya produksi. Sehingga setiap tahun biaya produksi
per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya rata – rata ini berkaitan dengan karakter
fungsi produksi jangka panjang.

G. Biaya Jangka Pendek Dan Jangka Panjang


Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan
harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antaa biaya
dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada
fungsi produksi preusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang

12
digunakan perusahaan tersebut.
1. Kurva biaya jangka pendek
Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek
sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 6.1.
(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap
tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap total atau fixed cost (TFC) dan biaya variabel
total atau variabel cost (TVC).
Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata atau biaya marjinal, digunakan hampir
untuk semua tujuan-tujuan pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat
bermanfaat bagi kita untak menelaah biaya-biaya ini.
TFC
Average Fixed Cost = AFC = Q
TFC
Average Variabel Cost = AVC = Q
TFC
Average (Total) Cost = AC Q = AFC + AVC
TC dTC

Marginal Cost = Q dQ

13
Gambar 6.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek

2. Kurva biaya jangka panjang


Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh karena
itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya
jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost
combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu),
maka kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa
sebuah pabrik yang optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk
memproduksi tingkat output tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat input akan menduakali lipatkan
biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total JQ yang linear, seperti
dilukiskan oleh gambar 6.2. Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing
returns to scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.10. input harus lebih dari dua kali
lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat.

Gambar 6.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang
Constant Returns to Scale

Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan),


fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat
kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.3.

14
Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan kemudian
decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 6.3. fungsi produksi ini ditunjukkan
lagi dalam gambar 6.4. Di sini proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi
kenaikan output pada kisaran decreasing returns to scale, tetapi lebih besar pada saat
terjadi decreasing returns to scale. Semua hubungan langsung antara fungsi produksi dan
fungsi biaya yang dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga input
adalah konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka fungsi biaya
tersebut akan menunjukkan kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu prusahaan pada
keadaan constant returns input yang dibeli, akan berbentuk seperti ditunjukkan oleh
gambar 6.3. proporsi kenaikan biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan output. Di
lain pihak, potongan kuantitas (pembelian) akan rnenghasilkan sebuah fungsi produksi
yang meningkat pada decreasing return, seperti halnya halnya pada increasing returns
dalam gambar 6.4.

Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari
harga-harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk
menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-
harga input dan produktivitas secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.

Gambar 6.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang
Increasing Returns to Scale

Return To Scale

15
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pola produksi di mana mula-mula
increasing returns to scale kemudian decreasing returns to scale. Scale produksi yang
ekonomis (economies of scale), yang menyebabkan biaya rata-rata jangka panjang atau
log-run average cost (LRAC) menurun, terjadi karena hubungan produksi dan
hubungan pasar. Spesialisasi dalam penggunaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor
penting yang menghsilkan economies of scale. Para pekerja disebuah perusahaan kecil
biasanya mempunyai beberapa pekerjaan, dan keahlian mereka untuk suatu jenis pekerjaan
biasanya lebih rendah dari para pekerja yang hanya berspesialisasi dalam satu pekerjaan
saja dan produktivitas tenaga kerja seringkali lebih tinggi dalam suatu perusahaan
yang besar, dimana individu bisa dipekerjakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Hal
tersebut akan menurunkan unit biaya produksi untuk skala produksi yang lebih besar.

Gambar 6.4. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang
Mula-mula Increasing Returns To Scale Kemudian Decreasing Returns To Scale.

Faktor teknologi juga bisa menimbulkan economies of scale. Skala produksi yang
besar biasanya memungkinkan penggunaan peralatan modern yang canggih. Produktivitas
peralatan tersebut seringkali juga meningkatkan jumlah produksi lebih cepat daripada
biaya. Misalnya, pemangkit listrik yang berkekuatan 500.000 kilowatt biasanya
membutuhkan biaya tidak sampai dua-kali dari biaya pembangkit listrik yang

16
berkekuatan 250.000 kilowatt.

Adanya potongan-potongan kuantitas (pembelian) juga bisa menyebabkan


economies of scale melalui pembelian bahan baku, persediaan dan input-input lainnya
secara besar-besaran. Keadaan yang ekonomis ini meluas sampai biaya kapital. Biasanya,
semakin besar suatu perusahaan maka ia mempunyai akses yang lebih besar pula terhadap
pasar modal dan bisa memperoleh dana dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Faktor-
faktor tersebut dan yang lain-lainnya bisa menghasilkan increasing returns to scale dan
oleh karena itu akan menurunkan biaya-biaya. Ada beberapa tingkat output, economies to
scale biasanya tidak berlangsung lama, karena kemudian biaya rata-rata atau average cost
(AC) mulai meningkat. Kenaikan AC pada tingkat output yang tinggi
seringkali disebabkan oleh keterbatasan menajemen dalam mengkoordinasi sebuah
organisasi pada saat manajemen tersebut mencapai ukuran yang sangat besar daripada
output (yang menyebabkan kenaikan unit biaya) dan manajemen menjadi kurang efisien yang
akhirnya meningkatkan biaya produksi suatu produk. Walaupun keberadaan diseconomies
of scale seperti itu masih diperdebatkan oleh para peneliti, namun kenyataan
menunjukkan bahwa diseconomies memang terjadi dalam industri-industri tertentu.

Elastisitas Biaya

Walaupun Gambar 6.1., 6.3. dan 6.4. sangat membantu untuk menjelaskan
hubungan antara biaya total (TC) dan output dengan returns to scale, tetapi akan lebih
mudah bagi kita untuk menghitung returns to scale suatu sistem produksi melalui
elastisitas biaya.

Elastisitas biaya, c mengukur persentase perubahan biaya total (TC) yang disebabkan
oleh satu persen perubahan output.

Secara aljabar elastisitas biaya tersebut adalah :

Persentase perubahan biaya total (TC)


c=
Persentase perubahan output (Q)

17
TC Q

= Q TC

Hubungan antara elastisitas biaya dengan returns to scale adalah sebagai berikut:

Jika m Returns

Pada elastisitas biaya lebih kecil satu (c < 1), biaya akan meningkat lebih lambat
daripada output. Jika harga-harga Input tidak berubah (konstan), maka c < I tersebut
secara tidak langsung menunjukkan rasio output-input yang lebih tinggi dan keadaan
increasing returns to scale c = 1, maka proporsi kenaikan output dan biaya besarnya
sama dan ini menunjukkan constant returns to scale. Jika c > 1, maka setiap kenaikan
output akan menyebabkan kenaikan biaya yang lebih besar, ini menunjukkan keadaan
decreasing returns to scale.

Pengetahuan tambahan mengenai skala produksi yang ekonomis dan hubungan


antara biaya jangka panjang dan jangka pendek bisa diperoleh melalui penelaahan kurva
biaya rata-rata jangka panjang atau long-run average cost (LRAC). Karena kurva-kurva
biaya jangka panjang menunjukkan skala-skala pabrik yang optimal untuk setiap tingkat
produksi, maka kurva LRAC bisa dianggap sebagai amplop dari kurva-kurva biaya rata-rata
jangka pendek atau short-run average cost (SRAC). Konsep ini dilukiskan pada gambar
6.5. dimana 4 kurva SRAC menyajikan 4 skala pabrik yang berbeda. Keempat pabrik
tersebut masing-masing mempunyai kisaran output paling efisien. Misalnya pabrik A,
mempunyai sistem produksi dengan biaya terkecil (least cost) pada kisaran antara 0 dan

18
Q, unit. Pabrik B pada kisaran antara Q 1 dan Q2, sedangkan pabrik C pada kisaran
antara Q2 dan Q3, dan pabrik D pada kisaran di atas Q3.

Bagian yang bergaris tebal pada sebab kurva dalam gambar 6.5. tersebut
menunjukkan LRAC minimum untuk menghasilkan setiap tingkat output, dengan
mengasumsikan bahwa hanya ada empat kemungkinan skala pabrik. Kita bisa
menggeneralisir hal tersebut dengan menganggap bahwa pabrik-pabrik tersebut
mempunyai berbagai ukuran, dimana masing-masing mempunyai ukuran sedikit lebih
besar dari yang sebelumnya. Seperti ditunjukkan dalam gambar 6.6. kurva SRAC.
Pada setiap titik singgung tersebut, skala pabrik yang terjadi adalah optimal. Sistem
biaya yang dilukiskan dalam gambar 6.5 dan 6.6 mula-mula menunjukkan keadaan
increasing returns to scale kemudian decreasing returns to scale. Pada kisaran
output yang dihasilkan oleh pabrik A, B dan C dalam gambar 7.5 biaya rata-rata
(AC) menurun. Menurunnya biaya tersebut menunjukkan bahwa kenaikan biaya total
lebih kecil daripada output. Karena biaya minimum pabrik D lebih besar daripada pabrik
C, maka sistem tersebut menunjukkan decreasing returns to scale pada tingkat output
yang lebih tinggi.

Gambar 6.5. Kurva SRAC untuk empat skala pabrik yang berbeda

19
Sistem produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns to scale,
kemudian constant returns to scale, dan kemudian dimishing returns to scale akan
menghasilkan kurva LRAC yang berbentuk U seperti ditunjukkan pada gambar 6.6.
perhatikan bahwa dengan kurva LRAC yang berbentuk U, pabrik yang paling effisien untuk
setiap tingkat output biasanya tidak akan beroperasi pada SRAC minimum, seperti yang
bisa dilihat pada gambar 6.5. kurva SRAC pabrik B lebih rendah. Secara umum, pada saat
increasing returns to scale terjadi, pabrik yang mempunyai biaya terkecil untuk
menghasilkan suatu output akan beroperasi lebih rendah dari kapasitas, penuhnya. Hanya
untuk satu tingkat output dimana LRAC minimum (output Q* dalam gambar 6.5. dan
6.6.), sebuah pabrik yang optimal akan beroperasi pada titik minimum dari kurva SRAC-
nya. Pada semua tingkat output dalam kisaran dimana decreasing returns to scale terjadi,
yakni pada setiap output yang lebih besar dari Q*, pabrik yang paling efisien akan
beropersi pada suatu tingkat output yang sedikit lebih besar dari pada kapasitasnya.

Gambar 6.6. Kurva LRAC Sebagai "Amplop" Dari Kurva-kurva SRAC


Biaya Minimum Yang Efesien
Bentuk kurva LRAC tidak hanya penting karena implikasinya bagi penentuan skala pabrik,
tetapi juga karena ia mempengaruhi tingkat persaingan potensial yang akan tejadi dalam suatu
industri, keadaan yang mula-mula increasing returns to scale dan kemudian constant returns to
scale sering dijumpai. Dalam industri-industri seperti itu, kurva LRAC-nya berbentuk L.
Biasanya, persaingan cenderung akan lebih keras di dalam industri yang mempunyai kurva

20
LRAC yang berbentuk U dan pada yang berbentuk L atau kurva LRAC yang berslope menurun.
Pengetahuan mengenai hal ini bisa diperoleh melalui penelaahan konsep biaya minimum efficient
scale (MES) dari sebuah pabrik. MES ini didefinisikan sebagai tingkat output dimana LRAC
adalah minimum. MES akan terdapat pada titik minimum kurva LRAC yang berbentuk U
(output Q* dalam Gambar 7.5 dan 7.6) dan pada sudut kurva LRAC yang berbentuk L.
Pada umumnya persaingan cenderung akan lebih keras di dalam industri¬-industri dimana
MES-nya sangat kecil jika dibandingkan dengan permintaan industri secara total karena kecilnya
faktor penghalang untuk memasuki industri tersebut, misalnya persyaratan investasi modal dan
tenaga kerja terlatih. Persaingan tidak akan begitu keras jika MES cukup besar karena faktor
penghalang untuk memasuki pasar cenderung cukup kuat sehingga membatasi jumlah pesaing
potensial. Untuk mengamati pengaruh persaingan pada suatu tingkat MES tertentu, kita harus
selalu memperhatikan ukuran industri secara keseluruhan. Dalam industri-industri yang cukup
besar, jumlah pesaing yang sangat besar dan efisien bisa muncul. Dalam keadaan seperti itu,
walaupun MES cukup besar secara absolut, tetapi MES tersebut bisa sangat kecil secara relatif,
dan persaingan yang keras masih mungkin terjadi. Lebih jauh lagi, jika kerugian biaya operasi
yang kecil dari ukuran MES pabrik-pabrik itu secara relatif kecil, maka kadang-kadang akan ada
akibat-akibat anti persaingan. Dengan kata lain, pengarah halangan dari MES tersebut tergantung
pada ukuran MES pabrik tersebut dibandngkan dengan permintaan industri secara total.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan
manajerial. Konsep-konsep biaya menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan
fungsi produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Walaupun
konsep biaya relevan berbeda-beda untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi
ada beberapa hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya
relevan biasanya didasarkan pada konsep penggunaan alternatif. Biaya relevan suatu
sumberdaya ditentukan oleh nilainya dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Kedua,
biaya relevan dari sebuah keputusan hanya mencakup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh
tindakan yang sedang dilakukan. Inilah yang disebut dengan biaya inkremental. Jika satu
biaya tertentu tidak berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkremental yang
relevan adalah sama dengan nol.

Penggunaan konsep biaya relevan membutuhkan suatu informasi tentang hubungan


biaya atau output dari sebuah perusahaan atau fungsi biayanya. Fungsi biaya tersebut
ditentukan oleh fungsi produksi dan fungsi penawaran input yang digunakan perusahaan
tersebut, di mana fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara input dan output
dan harga-harga input mengubah hubungan fisik tersebut menjadi fungsi biaya atau
output. Dua fungsi biaya yang utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan-
keputusan manajerial adalah fungsi biaya jangka pendek yang digunakan dalam
keputusan-keputusan sehari-hari dan fungsi biaya jangka panjang yang digunakan untuk
tujuan-tujuan perencanaan. Jangka pendek adalah periode waktu di mana beberapa sarana
produksi sebuah perusahaan tidak bisa diubah, dan jangka panjang adalah periode waktu
22
yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah sistem
produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau penggantian asset-
asetnya.

Kemudian teori dasar mengenai biaya ini juga sangat penting dalam bidang
kesehatan, dimana itu akan sangat berguna dalam perhitungan anggaran dan juga
pembiayaan seluruh sistem yang ada dalam lembaga dan instansi kesehatan. Seperti yang
kita ketahui ekonomi khususnya dalam pembiayaan dan penganggaran kesehatan sangat
mempengari berjalannya sistem kesehatan dan juga sebaliknya.

B. Saran dan kritik

Teori dasar pembiyaan sangat perlu di perhatikan demi kelancaran ekonomi dari suatu
industry khususnya dibidang kesehatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno, 2013.Mikro Ekonomi Teori pengantar Jakarta. Pt Raja Grafindo


Suherman Rosyidi 2005, Pengantar Teori Ekonomi.Surabaya. PT Raja Grafindo Persada
Walter Aicholas. 1995. Teori Mikro Ekonomi.Jakarta Barat. Bina Pusara Aksara
Sugiarto,dkk, 2007. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Konprehensif.Jakarta. eds.cet.3.Pt
Gremedia Pustaka Utama.
http://niia1993.blogspot.co.id/2013/03/teori-biaya-produksi.html
Hedwigis esti riwayati. markonah matematika ekonomi bisnis.Jakarta. gramedia
Karl E, case, Ray C, far. 2007. Prinsp-prinsip ekonomi. Jakarta.erlangga
T.Gilarso. 2003. pengantar ilmu ekonomi Mikro. Cet Revisi.1 Jakarta. Kanisius
Domkinick Salvatore. 1994 Mikro Ekonomi. Jakarta. Erlangga,
Dominick salavatore. 2006. mikro ekonomi. jakarta eds 4. Erlanggah

Vinent gaspersz ekonomi manajer. gramedia


Hendricus w, ismanthono. 2003. Kamus istilah ekonomi pouler jakarta. KDT
Paulus kurniawan, made kembar sri budhi. 2015. pengantar ekonomi mikro dan makro.
yogyakarta KDT

24
Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economics = Ekonomi Manajerial Dalam
Perekonomian Global, buku 1. Terjemahan. “ Dominick Salvatore “2005. Salemba
Empat. Jakarta.

Carter, William    2009.  Akuntansi Biaya. Edisi 14. Dialihbahasakan oleh Krista. Jakarta:
Salemba Empat

http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/EKONOMIMANAJERIAL/document/Ekonomi_Man
ajerial_(.pdf)/BAB_6.pdf?cidReq=EKONOMIMANAJERIAL

http://blog.ub.ac.id/parlist/2013/05/19/makalah-ekonomi-manajerial-teori-biaya/

25

Anda mungkin juga menyukai