Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Simple Distribution (Direct Allocation /Apportionment)”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. MILA KARMILA (P10119006)


2. RAHMELIA ANDINI (P10119012)
3. FAKHRUNNISA (P10119024)
4. NURUL IZZA (P10119036)
5. KEZIA RHEMA TA’DUNG LEBANG (P10119042)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan menggunakan
informasi dari kajian literatur dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses penyusunan.

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Direct Allocation (Simple


Distribution/Apportionment)”, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi
Kesehatan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam


makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu kami mrngundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

Palu, 23 November 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pengertian Biaya........................................................................................4
B. Analisa Biaya............................................................................................4
C. Metode Simple Distribution (Direct Allocation).......................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................9


A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat
bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Layanan kesehatan adalah salah satu
jenis layanan publik yang merupakan ujung tombak dalam pembangunan
kesehatan masyarakat. Maka sebagai organisasi publik, rumah sakit
diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada
masyarakat.
Rumah Sakit sebagai penyelenggara layanan kesehatan tak jarang
menghadapi tantangan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
Disatu sisi rumah sakitjuga dituntut agar dapat memberikan pelayanan yang
cepat dan bermutu, namun disisi lain tarif yang dikenakan kepada masyarakat
juga harus dapat dijangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Menurut Peraturan Pemerintah No.74/2012 tentang Badan Layanan
Umum, manajemen rumah sakit sangat dituntut untuk senantiasa
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki
oleh rumah sakit termasuk sumber daya keuangan yang tidak terlepas dari
biaya pelayanan rumah sakit itu sendiri. Masalah biaya pelayanan ini
menjadikan sesuatu yang sangat krusial sehingga mendorongseluruh elemen

iv
yang berkepentingan, untuk menghitung secara riil berapa biaya pelayanan
yang dikeluarkan oleh rumah sakit.
Rumah sakit dalam kegiatan operasionalnya memerlukan laba untuk
kelangsungan pelayanan di masa mendatang, namun tidak hanya berfokus
pada laba tetapi juga harus mempertahankan fungsi sosialnya dan
meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Dewasa ini perkembangan
rumah sakit sangat pesat, dengan melihat secara langsung banyaknya rumah
sakit didirikan satu dengan yang lain secara berdekatan. Hal ini menimbulkan
persaingan yang sangat pesat.
Situasi tersebut menuntut para manajer untuk lebih memperhatikan
sistem manajemen yang dipergunakan. Sistem manajemen yang berlaku
global mempengaruhi pola pikir manajer rumah sakit, dengan menekankan
pada aspek efisiensi dan produktifitas serta memperhatikan pemerataan
pelayanan.
Untuk dapat menerapkan bisnis yang sehat berdasarkan kaidah-
kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang
bermutu dan berkesinambungan, serta dikelola secara otonomi dengan
prinsip efisien dan produktifitas dalam penyelenggaraan fungsi
organisasinya, rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Disatu sisi RS dituntut agar dapat
memberikan pelayanan yang cepat dan bermutu, disisi lain tarif yang
dikenakan harus dapat dijangkau masyarakat pada umumnya. Masalah biaya
pelayanan ini menjadi sesuatu yang sangat krusial sehingga mendorong seluruh
elemen yang berkepentingan, untuk menghitung secara riil berapa biaya
pelayanan yang dibutuhkan. Tarif yang terlalu tinggi akan membuat konsumen
merasa dirugikan dan mencari alternatif lain atau pindah ke rumah sakit lain.
Untuk itulah diperlukan suatu analisis biaya pelayanan. Analisis biaya melalui
perhitungan biaya per unit ini (unit cost) dapat dipergunakan rumah sakit
sebagai dasar pengukuran kinerja, sebagai dasar penyusunan anggaran dan
subsidi, alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan dapat pula
dijadikan acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan rumah sakit yang baru dan

v
terjangkau masyarakat.
Kegiatan analisisi biaya atau cost analysis yang dilanjutkan dengan
analisa unit cost merupakan bagian dari akuntansi pembiayaan yang belum
banyak dikerjakan oleh rumah sakit. Isu-isu terbaru seperti Suppy Chain
Finance (SCF) atau Revolving yang yang merupakan skema pembiayaan dan
penyedia dana terkait dengan pelayanan pasien peserta Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan sesungguhnya merupakan
pekerjaan Akuntansi Pembiayaan. Terbitnya Pemendagri Nomor 79 Tahun
2018 yang merupakan revisi Pemendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Bada Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) juga
merupakan upaya memberi ruang gerak lebih luas terhadap pembiayaan rumah
sakit.
Dalam teori biaya, terdapat beberapa metode alokasi atau distribusi
biaya, yaitu Metode Simple Distribution, Metode Step Down, Motode Double
Distribution, dan Metode Multiple Distribution. Pada pembahasan ini kita akan
membahas terkait Metode Simple Distribution

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari biaya?
2. Apa itu analisa biaya?
3. Apa itu metode Simple Distribution (Direct Allocation)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari biaya.
2. Untuk mengetahui apa itu analisa biaya.
3. Untuk mengetahui itu metode Simple Distribution (Direct Allocation).

vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya
Biaya (Cost) adalah seluruh pengerbonan (Sacrifice) untuk
memproduksi atau mengkonsumsi suatu komoditas atau produk tertentu yang
berwujud barang atau jasa. Bentuk pengorbanan bisa berupa uang, tenaga,
barang kenyamanan, waktu atau kesempatan (yang diukur dengan nilai
moneter). Biaya juga dapat dikatakan sebagai nilai seluruh input yang dipakai
untuk menghasilkan output (Hani, 2019).
Pengertian lain juga menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam nilai moneter.
Biaya tidak hanya terdiri atas biaya yang tercatat sebagai hasil transaksi tetapi
lebih luas mengandung pengertian opportunity cost atau biaya peluang. Biaya
peluang didefinisikan sebagai nilai peluang hilang sebagai akibat dari
penggunaan sumber daya. Secara umum, biaya terdiri dari biaya langsung,
tidak langsung, biaya intangibles (tidak berwujud) (Nadjib, dkk, 2020).

B. Analisa Biaya
Analisis biaya atau cost analysis adalah suatu kegiatan menghitung
biaya untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara total
maupun perpelayanan per klien dengan cara menghitung seluruh biaya pada

vii
seluruh unit yang ada dimana biaya yang terdapat pada unit yang tidak
menghasilkan produk (pusat biaya) didistribusikan kepada unit-unit yang
menghasilkan produk dan menghasilkan pendapatan (pusat pendapatan) (Hani,
2019).
Tujuan dari kegiatan analisis biaya ini adalah guna memperoleh
informasi biaya yang akurat dan factual. Adapun tujuan lainnya yaitu:
1. Mendapatkan gambaran mengenai unit/bagian yang merupakan Pusat Biaya
(cost center) serta Pusat Pendapatan (Revenue center).
2. Mendapatkan gambaran biaya pada tiap unit tersebut, baik biaya tetap
( fixed cost) atau biaya investasi yang disetahunkan maupun biaya tidak
tetap (Variable cost) atau biaya operasional dan pemeliharaan.
3. Mendapatkan gambaran biaya satuan pelayanan di sarana pelayanan
kesehatan.
4. Mendapatkan gambaran tarif dengan menggunakan Break Even Point.
5. Mendapatkan gambaran dan peramalan pendapatan sarana pelayanan
kesehatan.

Manfaat analisis biaya yaitu:


1. Pricing. Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan
kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit
cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang merugi, break even, atau
menguntungkan. Dan juga dapat diketahui berapa besar subsidi yang dapat
diberikan pada unit pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan
kelas III rumah sakit.
2. Budgeting/Planning. Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit
produksi dan biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit,
sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.
3. Budgetary control Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor
dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya
mengidentifikasi pusat-pusat biaya yang strategis dalam upaya efisiensi
rumah sakit.

viii
4. Evaluasi dan Pertanggung Jawaban. Analisis biaya bermanfaat untuk
menilai performance keuangan RS secara keseluruhan, sekaligus sebagai
pertanggungan jawaban kepada pihakpihak berkepentingan.

Kegiatan analisis biaya meliputi 2 kegiatan utama yaitu:


1. Melakukan penelusuran biaya (Cost Tracing),
2. Melakukan distribusi atau alokasi biaya (Cost Allocation).

Tujuan dan manfaat analisis biaya adalah untuk:


1. Mendapatkan informasi Unit cost atau Biaya Satuan,
2. Mendapatkan informasi Struktur Biaya ,
3. Perencanaan anggaran, dan
4. Modal Negosiasi dengan Pihak Ketiga (Asuransi, Pemda, DPRD dan lain
sebagainya).

Dalam proses melakukan analisis biaya, terdapat 3 yang harus


dilakukan secara bertahap dan bertingkat, yaitu:
1. Identifikasi Pusat Biaya (Cost Centre),
Kegiatan identifikasi pusat biaya atau (cost centre) dengan cara
melihat Struktur Organisasi dan Tata Kerja (STOK) rumah sakit yang terdiri
Unit Produksi (Revenue Centre) dan Unit Penunjang (Suporting Centre).
Unit produksi adalah instansi-intansi pemberi pelayanan secara
langsung yang menghasilkan produk berupa jasa layanan seperti Instalasi
Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA), Bedah Sentral (OK),
Laboratorium, radiologi dan sebagainya. Sementara Unit Penunjang
biasanya terdiri dari jajaran direksi, keuangan, rumah tangga, Tata Usaha
dan lain sebagainya.
2. Pengumpulan Data Biaya
Kegiatan pengumpulan data biaya bertujuan untuk mendapatkan
biaya asli yang timbul dari sebuah pusat biaya. Biaya asli adalah biaya yang
melekat atau yang diserap oleh masing-masing pusat biaya (Cost Centre)
dan belum didistribusikan. Data biaya yang dibutuhkan terdiri dari data

ix
keuangan sesuai dengan hasil telusur biaya biaya (biaya investasi, biaya
operasional dan biaya pemeliharaan).
Selain data biaya, pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data
non keuangan sebagai dasar alokasi yaitu data luas lantai, jumlah pegawai,
Kg cucian, porsi makan, KWH listrik dan lain sebagainya. Juga dilakukan
pengumpulan data output atau produksi dalam rentang waktu tertentu (di
rumah sakit biasa disebut dengan data Utilisasi) seperti data jumlah pasien,
jumlah kunjungan, hari rawat, jumlah operasi, jumlah pemeriksaan radiologi
dan sebagainya.
3. Alokasi atau Distribusi Biaya
Kegiatan alokasi biaya atau distribusi adalah melakukan
pembebanan biaya dari pusat biaya supporting centre ke pusat biaya
revenue centre. Prinsipnya adalah memindahkan biaya dari unit penunjang
ke unit produksi dengan tujuan akhir adalah seluruh biaya pada unit
penunjang berpindah ke unit produksi sehingga unit penunjang tidak lagi
memiliki beban atas biaya yang muncul pada unit kerjanya.
Dalam melakukan pembebanan atau pendistribusian biaya, maka
harus dilakukan:
a. Identifkasi hubungan atau kaitan unit penunjang dengan unit produksi.
b. Menentukan dasar alokasi yang sesuai atau mendeteksi sesuai.
Misal:
- Administrasi : Jumlah Pegawai
- Pemeliharaan : Luas Lantai
- Laundry : Kg Cucian
- Gizi : Porsi Makan

C. Metode Simple Distribution (Direct Allocation)


Dalam teori biaya, terdapat beberapa metode alokasi atau distribusi
biaya, yaitu Metode Simple Distribution, Metode Step Down, Motode Double
Distribution, dan Metode Multiple Distribution. Pada pembahasan ini kita akan
membahas terkait Metode Simple Distribution.

x
1. Pengertian Simple Distribution (Direct Allocation)
Simple Distribution (Direct Allocation) adalah metode pembebanan
biaya dengan cara memindahkan biaya dari unit penunjang ke unit produksi
saja secara langsung dan secara sederhana (Hani, 2019).
Hansen dan Mowen dalam bukunya Akuntansi Manajerial
(2009:376) mendifinisikan metode langsung sebagai proses pengalokasian
biaya Departemen Pendukung hanya ke Departemen Produksi. Tidak jauh
berbeda dengan Hansen dan Mowen, William K. Carter dalam bukunya
Akuntansi Biaya (2009:485) juga mendefinisikan alokasi metode langsung
merupakan proses alokasi biaya departemen jasa hanya ke departemen
produksi saja.
Secara garis besar metode simple distribution merupakan proses
distribusi biaya-biaya yang dikeluarkan dipusat biaya penunjang, langsung
ke berbagai pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan satu persatu dari
masing-masing pusat biaya 23 penunjang. Tujuan distribusi dari suatu unit
penunjang tertentu adalah unit-unit produksi yang relevan, yaitu yang secara
fungsional diketahui mendapat dukungan dari unit-unit penunjang tertentu
tersebut. Contoh misalnya disebuah rumah sakit biayanya itu langsung
didistribusikan di unit yang ada dirumah sakit tersebut dan bagian
pemeliharaan bagian pemeliharaan itu seperti medis (peralatan medis) dan
non medis (bangunan listrik dan pembersih udara). Nah karna di simple
distribution juga pembebanan biaya dari unit penunjang ke unit produksi
maka, Bila dimisalkan sebelum dialokasikan biaya yang dikeluarkan dari
unit rawat jalan dan rawat inap sebesar x Maka biaya ini akan ditambah
dengan biaya yang berasal dari unit penunjangnya nah teman” sekedar
informasi unit penunjangnya itu seperti (administrasi, kebersihan, laundry).
Sesuai dengan namanya maka teknik ini sangat sederhana yaitu
melakukan distribusi biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya penunjang
secara langsung ke berbagai pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan
satu persatu dari masing-masing pusat biaya penunjang. Tujuan distribusi
dari suatu unit penunjang tertentu unit-unit produksi yang relevan, yaitu

xi
yang secara fungsional diketahui mendapat dukungan dari unit penunjang
tertentu tersebut.
2. Kelebihan Simple Distribution (Direct Allocation)
a. Kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan
b. Segi pengendalian biaya melalui akutansi pertanggung jawaban, kepada
departemen pembantu hanya bertanggung- jawab atas biaya yang terjadi
dan dapat dikendalikan di departemen saja.
3. Kelemahan Simple Distribution (Direct Allocation)
a. Kelemahannya adalah asumsi bahwa dukungan fungsional hanya terjadi
antara unit penunjang dengan unit penunjang bisa juga terjadi transfer
jasa, misalnya direksi yang mengawasi unit dapur, unit dapur yang
memberi makan kepada direksi dan staff tata usaha dan lain-lain.
b. Tidak dapat menggambarkan aliran biaya sesuai dengan jasa yang
dinikmati oleh setiap departemen.
c. Harga pokok jasa yang di alokasikan terlalu rendah karena tidak
memperhitungkan harga pokok dari departemen pembantu lainnya.
4. Metode Mengatasi Kelemahan Simple Distribution (Direct Allocation)
Untuk mengatasi kelemahan simpledistribution method
tersebut, dikembangkan metode distribusi anak tangga. Dalam metode
ini, dilakukan distribusi biaya unit penunjang kepada unit penunjang lain
dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya dilakukan secara
berturut-turut dimulai dengan unit penunjang yang biasanya terbesar.
Biaya unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain
(penunjang dan produksi yang relevan). Setelah selesai dilanjutkan
dengan distribusi biaya dari unit penunjang lain yang biayanya nomor dua
terbesar. Proses ini terus dilakukan sampai semua biayadari unit
penunjang habis didistribusikan ke unit produksi. Perlu dicatat dalam
metode ini biayayang didistribusikan dari unit penunjang kedua,
ketiga, keempat dan seterusnya mengandung dua elemen biaya yaitu asli
unit penunjang yang bersangkutan ditambah biaya yang ia terima dariunit
penunjang lain. Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukannya

xii
distribusi dari unit penunjang keunit penunjang lain.

xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya (Cost) adalah seluruh pengerbonan (Sacrifice) untuk
memproduksi atau mengkonsumsi suatu komoditas atau produk tertentu yang
berwujud barang atau jasa. Bentuk pengorbanan bisa berupa uang, tenaga,
barang kenyamanan, waktu atau kesempatan (yang diukur dengan nilai
moneter). Biaya juga dapat dikatakan sebagai nilai seluruh input yang dipakai
untuk menghasilkan output (Hani, 2019).
Analisis biaya atau cost analysis adalah suatu kegiatan menghitung
biaya untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara total
maupun perpelayanan per klien dengan cara menghitung seluruh biaya pada
seluruh unit yang ada dimana biaya yang terdapat pada unit yang tidak
menghasilkan produk (pusat biaya) didistribusikan kepada unit-unit yang
menghasilkan produk dan menghasilkan pendapatan (pusat pendapatan) (Hani,
2019). Tujuan dari kegiatan analisis biaya ini adalah guna memperoleh
informasi biaya yang akurat dan factual.
Simple Distribution (Direct Allocation) adalah metode pembebanan
biaya dengan cara memindahkan biaya dari unit penunjang ke unit produksi
saja secara langsung dan secara sederhana (Hani, 2019). Tujuan distribusi dari
suatu unit penunjang tertentu unit-unit produksi yang relevan, yaitu yang
secara fungsional diketahui mendapat dukungan dari unit penunjang tertentu
tersebut.
B. Saran
Kami menyarankan untuk para pembaca dapat mempelajari juga
metode-metode analisis biaya lainnya agar semakin menambah
pengetahuannya dan dan kami juga berharap para pembaca dapat memahami
isi dari makalah kami ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hani. T. M. 2019. Perhitungann UUnit Cost (UC) Dan Penyusunan Tarif Rumah
Sakit Dengan Metode Double Distribution (DD). Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA.

Nadjib. M, dkk. 2020. Evaluasi Ekonomi Di Bidang Kesehatan: Teori Dan


Aplikasi. Jakarta: UI Publishing Anggota IKAPI & APPTI.

Sulistyorini. N & Bendrong. M. 2012. Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi


dengan Metode Distribusi Ganda. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia.
Vol. 14 No. 3.

15

Anda mungkin juga menyukai