Anda di halaman 1dari 14

Ekonomi Kesehatan

“Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan”

Dosen Pengampu : Destanul Aulia

DI SUSUN OLEH :

1. 211000298 ZSAZSA CALLISTA PRAYETNO PUTRI


2. 211000299 MARCEL CAROLUS SITEPU
3. 211000300 MENA PUTRISYA REINATHA BR SITORUS
4. 211000301 DARA NAURA DHINANTI
5. 211000302 ZIKRA HUSNA LUBIS
6. 211000303 KHARISMA DIVAYANTI SIANTURI
7. 211000304 HELDA RONAULI PURBA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 2021/2022


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan” ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Ekonomi dan Kesehatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Daftar Isi

Cover ..............................................................................................................................................1
Daftar Isi ........................................................................................................................................2
Isi

1.Penilaian dan Ketidakpastian....................................................................................................3


2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.......................................................................................4
2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan........................................................................................5
2.1.2 Konsep Pelayanan Kesehatan....................................................................................5
2.1.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan...........................................................................5
3. Pelayanan Kesehatan...........................................................................................................6
4. Beberapa dimensi pelayanan kesehatan...............................................................................7
5. Tantangan perubahan sosial yang terjadi...............................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya untuk menyelenggarakan perorangan atau


bersama sama dalam organisasi untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan,
memelihara serta menyembuhkan penyakit dan juga memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok, keluarga dan ataupun publik masyarakat.

Evaluasi ekonomi pada program kesehatan. dapat didefinisikan sebagai suatu


penilaian secara kuantitatif • dari apa yang diharapkan/diinginkan oleh masyarakat
• dalam melakukan investasi pada suatu proyek atau program, dimana
harapan/keinginan dinilai dari segi biaya dan konsekuensinya

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah
yang kemudian disusun didalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2. Siapa saja sasaran dari pelayanan kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi ekonomi pada program kesehatan?
4. Apasaja karakteristik pelayanan kesehatan?
5.Bagaimana konsep pelayanan kesehatan?

Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah ekonomi kesehatan
2. Untuk menambah wawasan tentang ekonomi pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui karakteristik pelayanan kesehatan
5. Untuk mengetahui bagaimana layanan kesehatan dan perubahan sosial
BAB II
PEMBAHASAN

Penilaian dan Ketidakpastian

Pelaksanaan Penilaian secara umum semuanya memiliki ketidakpastian meskipun


dilaksanakan dalam kondis pasar wajar (perekonomian yang stabil/normal) dan tersedianya data
dan informasi yang memadai sebagaimana definisi dari Penilaian itu sendiri (Ewa Kucharska,
2013). Penilaian merupakan estimasi nilai suatu objek/aset pada saat waktu tertentu ini tercantum
dalam semua Standar Penilaian Baik IVS, RICS maupun SPI. Sehingga tidak menutup
kemungkinan atas suatu objek/aset yang sama akan memiliki nilai yang berbeda jika
dilaksanakan oleh lebih dari satu Penilai. Bahkan Damodaran (2006) dalam penelitiaannya atas
tiga pendekatan dalam penilaian menyatakan, penilaian tidak mengarah ke nilai sebenarnya
karena “semua penilaian bias”, Penilaian tidak memastikan estimasi nilai yang tepat karena
“tidak ada penilaian yang tepat”.
Penilaian adalah proses estimasi/memperkirakan harga di pasar tanpa adanya penjualan
aktual (dari property yang dinilai). Keahlian Penilai adalah mengambil data/fakta/informasi pasar
dari penjualan yang sebanding yang telah terjadi yang untuk dibandingkan dan diinprestasikan
dengan sentiment (kecendrungan) pasar saat ini dari calon pembeli/investor potensial. Hal ini
merupakan sifat sebenarnya dari Penilaian. Dalam istilah akademik, Penilaian didefinisikan
sebagai serangkaian nilai yang mungkin terjadi pada distribusi normal dimana nilai yang
mungkin mulai dari nilai yang rendah hingga yang tertinggi. Sebagaimana disebutkan dalam
buku Apprasial Institute yang menyatakan bahwa nilai merujuk pada “harga yang paling
memungkinkan”. Jadi dalam proses analisisnya nilai dalam Penilaian bukanlah angka tunggal,
melainkan kisaran angka yang mungkin. Meskipun dalam praktik dan implementasinya Penilai
harus merujuk pada satu angka tunggal dan bukan range angka yang disampaikan kepada Klien
melalui Laporan Penilaian.Para Penilai bekerja dalam lingkungan dan kondisi yang sama
sehingga ketidakpastian pasar pelaksanaan Penilaian akan dialami oleh semua Penilai di setiap
titik waktu yang sama.

Pemerintah pusat dan daerah dalam mengatasi pandemi COVID-19 mengambil kebijakan
pembatasan pergerakan manusia, para pekerja disarankan melaksanakan tugasnya dari rumah,
para pelajar dan pendidik melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari rumah. Pusat
perdagangan, perkantoran, hiburan, industri manufaktur juga para investor bersama-sama
mengurangi kegiatan dan aktivitas. Hal ini menekan tingkat dan pola konsumsi masyarakat.
Pergeseran tingkat dan pola konsumsi ini menjadikan kondisi pasar secara umum bergerak tidak
pada keseimbangan yang normal. Sebagai contoh, pada pasar properti berdasarkan survei yang
dilaksanakan oleh Indonesia Property Watch (IPW) menyebutkan bahwa pada kuartal I 2020
terjadi penurunan nilai penjualan rumah di wilayah JABODETABEK sebesara 50,1%.
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia akan
mengalami kontraksi hingga -3,1 persen pada kuartal II/2020 dan diharapkan ekonomi Indonesia
pada kuartal III dan kuartal IV akan kembali membaik.
Adanya penurunan tingkat pembelian property di kuartal I-2020 sebagaiman survey dari
IPW berdampak pada terbatasnya data/fakta/informasi yang dapat digunakan oleh para Penilai
untuk digunakan sebagai data masukan dalam melakukan analisis perhitungan nilai. Kebijakan
pembatasan oleh pemerintah juga ikut membatasi ruang gerak Penilai dalam melaksanakan
survey/inspeksi lapangan baik atas objek penilaian ataupun survei atas kondisi pasar. Keadaan
ini membuat Penilai dihadapkan pada pemilihan model atau metode yang akan digunakan dalam
proses Penilaian menjadi terbatas. Sebagaimana dalam kajian literatur yang dipaparkan
sebelumnya, ketidakpastian dalam Penilaian disebabkan oleh tiga hal yaitu: ganguan pasar
(market disruption), ketersediaan data/informasi input (input avaibilty); dan pemilihan model
atau metode (choice of method or model), berkaca pada kondisi saat ini sangat mungkin dalam
Penilaian ketidakpastian akan dihadapi oleh para Penilai. Kondisi ini memunculkan pertanyaan
bagaimana Penilai mengatasi ketidakpastian dalam pelaksanaan Penilaian dimasa pandemi
global dikarenakan COVID-19?

Merespon kondis pandemi global tersebut, komite standar penilaian internasional (IVSC)
menerbitkan panduan penerapan Penilaian dalam masa covid. Hal ini diikuti oleh semua
lembaga/asosiasi profesi Penilai di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dimana MAPPI
menerbitkan Petunjuk Teknis Khusus SPI Penilaian Dalam Kondisi Bencana COVID-19 (PTKS
PDKBC). Tidak ketinggalan untuk para Penilai Pemerintah di lingkungan DJKN diterbitkan
Peraturan Dirjen 4/2020 yang kemudian direvisi dengan Peraturan Dirjen 6/2020. Berdasarkan
panduan dari Standar Penilaian yang ada dinyatakan bahwa kesehatan dan keselamatan adalah
yang paling utama baik Penilai maupun pihak Klien/Pemohon/Pemberi Tugas. Berikut hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan Penilaian pada masa pandemi COVID-19
sebagaimana panduan dari Standar Penilaian (IVS,RICS,Appraisal Institute, KEPI & SPI).
Asas ketidakpastian (uncertainly) . Artinya, seseorang tidak tahu secara pasti kapan akan
membutuhkan pelayanan kesehatan. Pada dasarnya tidak ada orang yang menginginkan untuk
jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, yang diinginkan adalah menjadi sehat.
Pelayanan Kesehatan Perseorangan. Pelayanan kesehatan perseorangan ini dilaksanakan
oleh praktek dokter atau tenaga kesehatan yang di bantu oleh pemerintah baik daerah maupun
swasta. Dalam pelayanan kesehatan perseorangan ini harus tetap mendapat izin dari pemerintah
sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Dalam pelayanan kesehatan perseorangan sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) adalah
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Pelayanan
kesehatan ini adalah mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibandingkan
kepentingan lainnya. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan nondiskriminatif, dalam bahasa (peraturan
ini) pemerintah sangat bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan, serta menjamin standar
mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian sangat jelaslah secara normatif bahwa dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan, pemerintah sangat peduli dengan adanya ketentuan-ketentuan
yang berlaku menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dengan
demikian hak-hak warga negara sebagai penerima pelayanan kesehatan tersebut (seharusnya)
dapat terlindungi.
pembagian pelayanan kesehatan
Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehtan
perorangan, keluarg, kelompok atau masyarakat.

2.1.2 Konsep Pelayanan Kesehatan


Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yng berlaku umum
terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerpan dalam
bidang kesehtan seperti berikut:
1. Kesehatan secra mendasar berhunbungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber
daya-bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, dan obat,
melainkan sumber daya social ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan
makanan.
2. Pelayanan kesehatan dasar dengan dmikian memusatkankepada adanya kepastian
bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya social yang ada telah tersebar merata
dengan lebih memperhtikan meraka yang paling membutuhkan.
3. Kesehatan adalah suatu bagian penting dari pembanngunan secara menyeluruh. Factor
yang mempengaruhi kesehatan adalah factor social, budaya dan ekonomi disamping
factor biologi dan lingkungan.
4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih
banyank dri peduduk, seperti perorangan, keluarga dan masyarakat dalam pengambilan
tindakan demi kegiataan merek sendiri dengan cara menerapkan prilaku sehat dan
mewujudkan lingkungan sehat.

2.1.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan


dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yng lain, kebtuhan pelayanan kesehatan
mempunyai cirri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymetri of
information dan externality. Ketiga cirri tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sngat unik
dibandingkan dengan produk atau jasa lainnya.

1. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidah bias pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan.
Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi
kebutuhaan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu
menyisihkan sebagian penghsilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui
datangnya, bahkan penduduk yang relativ berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak
sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkn untuk memenuhi kebutuhan medisnya.
Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin menjadi miskin atau bangkrut manakala ia
menderita sakit.

2. Asymetri of information
sifat kedua asymetri of information mmenunjukkan bahw konsumen pelayan
kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan petugas kkesehatan
yang lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfat dan kualitas pelayanan yang
dijualnya. Cirri-ciri ini jug ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti
Feldstein, Jacos, Rappaport dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus extrim
pembedahan, pasien hamper tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia
membutuhkan pelyanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan konsumen
ignorance atau konsumen bodoh, jangankan ia mengrtahui berapa harga dan berapa banyak
yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup
dilakukan meskipun pasien seorang professor sekalipun.

3. Externality
Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja
mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang
mempunyai resiko besr pada yang bukan perokok, kibat dari cirri ini, pelyanan kesehatan
membutuhkan subsidi dari berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan
tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab
public.

A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan suatu hak setiap orang untuk mendapatkan fasilitas
ataupun pelayanan terhadap kesehatannya. Pada hal ini perlu diperhatikan mengenai upaya-
upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan baik untuk perseorangan ataupun kelompok.
Pelayanan kesehatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Pelayanan kesehatan promotif
Kegiatan dalam pelayanan jenis ini biasanya berupa promosi produk – produk
pengobatan bisa jga berupa jasa yang ditawarkan melalui instansi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan preventif
Berupa pencegahan terhadap suatu penyakit. Kegiatan pelayanan jenis ini sering
dilakukan di desa-desa atau lembaga pendidikan dasar yang sering dikenal dengan
imunisasi.
3. Pelayanan kesehatan kuratif
Berupa kegiatan pelayanan terhadap seorang pasien untuk upaya penyembuhan,
pengurangan, dan pengendalian pada penyakit. Pelayanan ini sering dilakukan di rumah
sakit atau puskesmas yang tindakannya lebih intens.
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
Upaya pengembalian seorang pasien yang telah sembuh ke dalam masyarakat sehingga
mampu berfungsi kembali sebagai anggota yang berguna untuk dirinya sendiri maupun
masyarkat. Contohnya adalah penderita narkoba.

B. Beberapa dimensi pelayanan kesehatan


1. Pelayanan kesehatan sebagai dimensi stratifikasi
Stratifikasi tidak hanya terjadi dilingkup sosial ekonomi saja, dimana terdapat kelas
borjuis dan proletar. Fakta bahwa pada dunia kesehatan seperti pelayanan kesehatan juga
terdapat suatu penstratifikasian yaitu antara orang berpenghasilan rendah yang sulit
mendapatkan kesejahteraan dibidang kesehatan dan orang kaya yang dengan mudah
mendapatkan pelayanan yang baik dan berkelas dibidang kesehatan. Setidaknya terdapat tiga
dasar stratifikasi dalam institusi kedokteran, yaitu :
a. Profesionalisme :
Orang – orang yang terlatih dalam profesi tertentu, yang memiliki keahlian untuk
menilai aspek – aspek tehnik kedokteran. Karena adanya otonomi ini maka dokter dapat
mendominasi pembagian kerja dalam bidang kedokteran, wewenang tersebut dapat diperluas
pada aspek–aspek social, ekonomi dari pelayanan kesehatan.
b. Elitisme
Pada bidang kedokteran membuat para dokter mengambil pendidikan spesialisasi, dan
juga bekerja pada rumah sakit yang biasanya telah dipenuhi oleh tenaga ahli, sehingga rumah
sakit yang seharusnya membutuhkan tenaga ahli malah tidak memperolehnya.
Inilah salahsatu faktor penyebab terjadinya ketimpangan terhadap pelayanan kesehatan
dimana dokter yang tidak meneruskan pendidikan spesialiasi mereka bekerja di rumah sakit
kecil bahkan yang terpencil sehingga menimbulkan kesenjangan pelayanan kesehatan.
c. Keterbatasan komunikasi dan stratifikasi medis
Jurang kompetensi merupakan suatu sumber stratifikasi dalam bidang kesehatan
pasien yang tidak memiliki pengetahuan di bidang medis, dimanfaatkan oleh dokter untuk
mengeruk keuntungan, misalnya dalam perawatan yang tidak maksimal sehingga
membutuhkan jangka waktu yang panjang dan membutuhkan biaya yang mahal, demikian
juga mengenai obat - obatan. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kurangnya informasi yang
disampaikan dan juga dimiliki oleh pasien, sehingga terjadi pola normatif antara dokter
kepada pasien akibatnya pasien akan cenderung bersikap patuh pada dokter.

2. Ketidakpastian pasien dan kekuasaan dokter


Fungsi sosial dari ketidaktahuan (Moore dan Tumin) mengemukakan bahwa
ketidaktahuan konsumen terhadap suatu pelayanan khusus dapat membantu melindungi
posisi dari pemberian pelayanan. Kemampuan dokter untuk mempertahankan
kekuasannya terhadap pasien dalam hubungan dokter – pasien tergantung pada
kemampuan dokter itu dalam mengontrol ketidakpastian pasien.
Akibat dari kedua hal ini adalah adanya jurang pemisah atau gap antara pasien
dan dokter namun kesenjangan ini mampu teratasi dengan adanya sikap saling percaya
pada pasien maupun dokter. Seorang pasien yang berharap akan kesembuhannya dan
tidak tahu menahu mengenai penyakitnya percaya pada dokter yang dianggap memiliki
keahlian. Seorang dokter juga harus memiliki sikap tanggungjawab dan jujur terhadap
kondisi dan pelayanan kesehatan yang ia berikan.

3. Penyuluhan pada orang lain dalam keadaan terpaksa


Menurut Freire (1970) mengemukakan bahwa “masalah yang dihadapi dalam
penyuluhan atau pendidikan adalah mengatasi dominasi pada manusia agar terdapat
emansipasi, masalah yang dihadapi dalam penyuluhan bukan dan tidak dapat dilakukan
dengan paksaan”.
Perubahan dalam system kesehatan memerlukan perubahan dalam penyampaian
informasi. Oleh karena itu, saat melakukan penyampaian informasi haruslah dilakukan
dengan jujur, benar, terperinci dan berorientasi manusiawi. Hal ini sangat penting
dilakukan sangat melakukan penyuluhan, karena kebanyakan pasien biasanya jarang
meminta informasi yang terperinci pada dokter dan mereka jarang untuk meminta dokter
melakukan sesuatu, serta jarang menanyakan sesuatu agar diperhatikan dokter
(Cartwright, 1957:223)

4. Peran pendidik kesehatan terhadap perubahan perilaku


Menurut Blum (1974), perilaku itu lebih besar perannya dalam menentukan
pemanfaatan sarana kesehatan, dibandingkan dengan penyediaan sarana kesehatan itu
sendiri. Pengalaman menunjukkan bahwa penyediaan dan penambahan sarana pelayanan
tidaklah selalu diikuti oleh peningkatan pemanfaatan sarana sarana tersebut. Misalnya,
beberapa studi menunjukkan bahwa Puskesmas dan Posyandu di daerah daerah tertentu
tidak dimanfaatkan secara optimal (Ministry of Health, 1987; Rasyid, dkk, 1988;
Sitohang & Adi, 1989 dalam Sarwono, 2007:54)
Oleh karena itu jika menginginkan peningkatan kesehatan masyarakat maka kita
harus mengubah perilaku masarakat terlebih dahulu. Dalam hal ini merupakan tugas dari
pendidik/penyuluh kesehatan (health educator) . Pendidikan kesehatan itu mencakup
kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit,
penyembuhan dan rehabilitasi.
Pendidikan kesehatan itu sendiri pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah masalah kesehatan
yang dihadapinya. Pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan/ input (perilaku
pemakai sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik
teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran /output (perubahan perilaku
kesehatan masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu.
(Sarwono, 2007:55)

Secara umum upaya mengubah perilaku dapat digolongkan menjadi 3 macam cara
(Notoatmodjo & Sarwono, 1986) yaitu :
a. Menggunakan kekuasaan atau kekuatan
Orang dapat berubah perilakunya ketika dipaksa dan diancam dengan
hukuman. Namunpengalaman dan studi dimasyarakat menunjukkan bahwa hal ini
tidak bertahan lama karena jika pengawasannya sudah mulai mengendur maka
timbullah kecenderungan masyarakat untuk kembali kepada perilaku yang lama.
b. Memberikan informasi
Dengan memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara
mencegah penyakit diharapkan mampu mengubah perilaku kesehatan masyarakat
dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dalam individu maupun
masyarakat meskipun memakan waktu yang lama.
c. Diskusi dan partisipasi
Maksud disini adalah, masyarakat bukan hanya berfungsi sebagai obyek
tetapi juga subyek. Masyarakat diajak untuk berdiskusi, mengidentifikasi dan
membahas masalah masalah kesehatan serta mencari alternative pemecahan
masalah kesehatan tersebut. Sehingga masarakat dapat terlibat secara langsung.

C. Tantangan perubahan sosial yang terjadi.


1. Perubahan sosial
a. Definisi
Perubahan sosial merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Hal
ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Untuk mencapainya
manusia melakukan berbagai perubahan-perubahan. Perubahan tidak hanya semata-mata berarti
suatu kemajuan,namun dapat pula berarti suatu kemunduran.
Secara umum unsur-unsur masyarakat yang mengalami perubahan antara lain nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, Pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya. Kesemua
perubahan ini dinamakan perubahan sosial. Perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai 4 hal,
yaitu suatu proses sosial baik yang terkait dengan struktur maupun peronil, segmentasi yaitu
ketika ada pemisahan dalam strutur dan/atau perbedaan kualitas dari setiap unit, perubahan
struktur, perubahan dapat terjadi pada perubahan struktur kelompok.

Sementara itu perubahan sosial menurut para ahli adalah seabagai berikut :
• Selo Soemarjan. Perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan padalembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhisistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku
diantaranyakelompok-kelompok dalam masyarakat.
• Kingsley Davis. Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
• Gillin. Perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material,komposisi penduduk, ideology, maupun karena penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
• William F.Ogburn. ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik yang material maupun nonmaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unur-
unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur nonmaterial.

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi didalam masyarakat yang menyangkut perubahan material maupun non material
yang secara langsung atau tidak akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
b. Ciri-ciri perubahan sosial
• Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat ataupun cepat.
• Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan
perubahan- perubahan pada lembaga sosial lainnya.
• Perubahan-perubahan sosial secara cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri.
• Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual
saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

c. Proses perubahan sosial


Dalam proses perubahan sosial, ada beberapa tahapan perubahan sosial yang potensial
terjadi di masyarakat antara lain sehagai berikut.
• Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dan individu kepada individu
lain serta dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Ada dua jenis difusi, yaitu difusi intra-
masyarakat (intro-society diffusion) dan difusi antarmasyarakat (inter-society diffusion).
• Inovasi
Inovasi adalah proses pembaruan dan pengunaan sumber-sumber alam, energi dan modal,
serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru.
• Akulturasi
Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dihadapkan dengan unsur-unsur
suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah
dalam kebudayaan itu sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
•Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif sehingga
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah
menjadi unsur kebudayaan campuran.

d. Sumber dan sebab perubahan sosial


Sumber dari sebab-sebab perubahan sosial terletak di dalam dan luar
masyarakat.Sebab-sebab yang bersumber dari dalam masyarakat antara lain bertambah
atau berkurangnya penduduk, adanya penemuan-penemuan baru yang ada dalam
masyarakat, adanya pertentangan (konflik) masyarakat yang mungkin pula menjadi sebab
terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan, serta terjadinya pemberontakan atau
revolusi. Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara lain yang berasal dari
lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.

e. Faktor terjadinya perubahan sosial


• kontak dengan kebudayaan lain
• sistem pendidikan formal yang maju;
• sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju;
• toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation) yang bukan merupakan
delik hukum;
• sistem lapisan terbuka masyarakat yang memungkinkan adanya gerak sosial vertical
yang 1uas atau memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri
• penduduk yang heterogen;
• ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu;
• berorientasi ke masa depan;
• nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki kehidupannya.

f. Perilaku dalam perubahan sosial


Perubahan sosial juga berkaitan erat dengan perilaku,dimana perilaku manusia
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku
manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan sebagainya.Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti
berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :
• Faktor-faktor utama,yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendorong , yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan


ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku
para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.

g. Perkembangan peradaban manusia dan teori perubahan


Ibnu Khaldun seorang sosiolog Arab yang melukiskan bahwa peradaban manusia
berkembang dalam lima tahap, yaitu :
• tahap nomaden yang kemudian menghancurkan seluruh penentangnya dan mendirikan
kerajaan baru,
• tahap konsolidasi kekuatan dengan tujuan memperkokoh pengendalian atas kawasan
yang baru dikuasai,
• tahap kesenangan dan kesentosaan, yang ditandai dengan kemewahan material dan
kebudayaan lainnya,
• tahap kedamaian berlanjut sehingga menjadi sebuah tradisi baru, dan
• tahap kehancuran yang dimulai dari hura-hura, pemborosan, dan kehilangan simpati.
Pitirim Sorokin ilmuwan Rusia, mengembangkan teori bahwa perubahan sosial terjadi
dalam tiga tahap, yaitu :
• peradaban ideasional (ideasional culture), yaitu menekankan pada aspek spiritual dan
nonmaterial,
• peradaban idealistik (idealistic culture), yaitu peradaban yang memadukan antara nilai
adikodrati dengan fakta yang ada, dan
• peradaban indrawi (sensation culture), yang menekankan pada aspek fisik material

2. Layanan kesehatan dan perubahan sosial


dengan semakin majunya era sekarang menuntut semua orang untu mengubah
mind-set tenatng berbagi hal, salah satunya dalam bidang pelayanan kesehatan dalam diri
para tenaga kesehatan yaitu
• Globalisasi dan teknologi manusia,
• Keadaan hiperkompetitif, terutama di perkotaan,
• Enam belas juta warga Indonesia berstandar sama dengan kelas atas penduduk
Singapura,
• Pemain asing yang efisien, reputasi tinggi, berpengalaman, dan dipersepsi excellent,
• Konsumen makin cerdas dan tercerahkan, serta
• Tuntutan dokter lebih bisa diakses, terutama oleh menengah ke bawah .
Pelayanan kesehatan yang maksimal sekarang menjadi tuntutan di era modern,
bukan hanya bagi dokter saja tapi seluruh bagian dari civitas hospitalia atau semua palaku
pelayanan kesehatan. Namun tidak mudah juga untuk mewujudkan pelayanan yang baik
di era sekarang dan tenaga kesehatan yang baik, apalagi merujuk pada kriteria tenaga
keseharan yang baik adalah yang memiliki standar :
• memiliki pengalaman pendidikan kesehatan,
• kompeten dalam melaksanakan praktik kesehatan yang bermutu dan manusiawi (good
clinical practice), serta
• menerapkan sistem dan cara pelayanan kesehatan yang bermutu serta beretika (good
clinical governance).
Dengan rumusan seperti itu maka tuntutan masyarakat terhadap pentingnya good
and clean clinical govemance menjadi sangat penting untuk dilakukan para
penyelenggara pelayanan kesehatan. Aspek kedua yaitu adanya upaya dan kemampuan
untuk memberikan pelayanan yang efektif. Meskipun sekarang pelayanan kesehatan
sudah semakin canggih dengan teknologi namun yang tidak kalah penting adalah
menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni juga.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pelayanan kesehatan adalah upaya untuk menyelenggarakan perorangan atau bersama sama
dalam organisasi untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan, memelihara serta
menyembuhkan penyakit dan juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga dan
ataupun publik masyarakat.

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yng berlaku umum
terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan dalam
bidang kesehatan seperti berikut:
1.Kesehatan secara mendasar berhunbungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya-
bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, dan obat, melainkan sumber
daya social ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.
2.Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan kepada adanya kepastian bahwa
sumber daya kesehatan dan sumber daya social yang ada telah tersebar merata dengan lebih
memperhatikan meraka yang paling membutuhkan.
3.Kesehatan adalah suatu bagian penting dari pembanngunan secara menyeluruh. Factor yang
mempengaruhi kesehatan adalah factor social, budaya dan ekonomi disamping factor biologi dan
lingkungan.
4.Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih banyak dari
peduduk, seperti perorangan, keluarga dan masyarakat dalam pengambilan tindakan demi
kegiatan merek sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan
sehat.

Pelayanan kesehatan merupakan suatu hak setiap orang untuk mendapatkan fasilitas ataupun
pelayanan terhadap kesehatannya.
Daftar Pustaka

1.
2.

Anda mungkin juga menyukai