Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INDIKATOR KESEHATAN, STRATEGI DAN


PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan
Dosen Pengampu : Muda Gunawan,M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 2
IKM-7/ Semester IV

1. Annisyafira Nasution (0801202136)


2. Dhea Anggraini Nasution (0801203184)
3. Elvira Endah Masyura (0801202126)
4. Khairunnisa gultom (0801202197)
5. Mutiara Faizah Eliyadi Putri (0801203393)
6. Nasya Eliza Inggit S (0801172171)
7. Nirmaya Fanisya (0801203266)
8. Ramadanil (0801203193)
9. Rifa Shakila (0801201025)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Indikator Kesehatan, Strategi dan Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan” tepat pada waktunya. Sholawat beriringkan salam juga
tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW, karena dengan
berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muda Gunawan,M.Si


selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni dan kepada semua pihak terkait yang
telah ikut berpatisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
cara penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami
dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan dating. Akhirnya dengan satu
harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Medan, 8 April 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Jenis-Jenis Indikator..................................................................................5

2.2 Indikator Kesehatan...................................................................................7

2.3 Standar Pelayanan Minimal.....................................................................10

2.4 Profil Kesehatan......................................................................................11

2.5 Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.............................12

2.6 Analisis Dan Rancangan Sistem Informasi Kesehatan...........................13

2.7 Integrasi Sistem Informasi Kesehatan.....................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................18

3.1 Kesimpulan..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang


tidak bisa di pisahkan dari sistem kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau
kemunduran sistem informasi kesehatan selalu berkolerasi dan mengikuti
perkembangan sistem kesehatan, kemajuan teknologi informasi bahkan
mempengaruhi sistem pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu sistem
yang terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan output yang baik
juga. Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok sistem
kesehatan yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam bebagai tindakan
pedoman atau penyelengaraan pembangun kesehatan serta pembangunan
berwawasan kesehatan.

Dengan sistem informasi kesehatan yang baik akan membuat masyarakat


tidak buta dengan semua permasalahan kesehatan dan mau membawa keluarganya
berobat dengan mudah bukan lagi dengan berkolaborasi yang rumit yang
membuat masyarakat enggan untuk berobat di pelayan kesehatan dan teknologi
seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa kesehatan
masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistem kesehatan informasi
indonesia.

Tanpa teknologi informasi, pengumpulan dan pengambilan data tidaklah


mudah untuk rumah sakit yang mempunyai ribuan pasien jika dilakukan secara
manual. Teknologi informasi juga memudahkan komunikasi jarak jauh dengan
adanya internet. Seluruh rumah sakit akan mengakses database yang berisi dengan
data pasien, sehingga memudahkan pasien dan rumah sakit apabila pasien
menggunakan rumah sakit yang berbeda.

3
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai
berikut.
1. Apasaja jenis-jenis indikator ?
2. Apa itu indikator kesehatan ?
3. Apa itu standar pelayanan minimal ?
4. Apa itu profil kesehatan ?
5. Apasaja konsep pengembangan sistem informasi kesehatan ?
6. Apa itu analisis dan rancangan sistem informasi kesehatan ?
7. Apa itu integrasi sistem informasi kesehatan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis indikator.
2. Untuk mengetahui indikator kesehatan.
3. Untuk mengetahui standar pelayanan minimal.
4. Untuk mengetahui profil kesehatan.
5. Untuk mengetahui konsep pengembangan sistem informasi kesehatan.
6. Untuk mengetahui analisis dan rancangan sistem informasi kesehatan.
7. Untuk mengetahui integrasi sistem informasi kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Indikator


Indikator merupakan suatu hal yang dapat digunakan sebagai petunjuk
atau standar dasar sebagai acuan dalam mengukur adanya perubahan pada suatu
kegiatan atau kejadian. Dalam hal ini indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut (WHO, 1981) Indikator adalah variabel yang membantu kita


dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Selain itu Indikator juga diartikan sebagai variabel-variabel yang
mengindikasikan atau memberi petunjuk kepada kita tentang suatu kejadian
tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
Menurut Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat
(1969) Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita
yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan
berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu
masyarakat.

Adapun jenis-jenis indikator antara lain sebagai berikut:

1. Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan merupakan salah satu bentuk indikator yang bisa


dijumpai pada semua instansi pendidikan. Indikator ini bersifat wajib dan harus
dibuat oleh pengelola pendidikan. Indikator pendidikan berfungsi untuk menilai
efektivitas pendidikan yang diberikan kepada para siswanya dan merupakan
kompetensi dasar yang bersifat lebih spesifik dan menyeluruh. Bisa dibilang
indikator ini adalah ukuran perilaku dalam mencapai kompetensi dasar pada
sebuah mata pelajaran.

5
Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:

- Tujuan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam Kompetensi Dasar.
- Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
- Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau
daerah.

2. Indikator Kerja

Pada indikator kerja, objeknya adalah karyawan atau pekerja. Dalam dunia
kerja, yang menjadi indikator adalah kualitas kinerja setiap karyawan yaitu
ketepatan waktu (disiplin), kemandirian, kualitas/kuantitas pekerjaan, efektivitas
serta beberapa parameter lainnya. Efektivitas yang dimaksud di sini adalah tingkat
pengelolaan dan penggunaan sumber daya perusahaan yang ada, bisa berupa
tenaga, uang, bahan baku hingga teknologi. Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang ditetapkan organisasi.

3. Indikator Penelitian

Indikator dalam penelitian lebih sering digunakan dalam dunia sains. Salah
satu indikator yang banyak diaplikasikan untuk penelitian yaitu indikator asam
basa. Dimana seorang peneliti mengukur tingkat keasaman atau basa suatu sampel
menggunakan indikator tersebut. Hampir semua bentuk penelitian selalu memiliki
indikator sebagai tolak ukur dalam sebuah penelitian. Indikator ini paling banyak
digunakan dalam penelitian yang bersifat ilmiah seperti penelitian lingkungan,
reklamasi, bioteknologi dan sebagainya. Dibandingkan indikator lainnya, indiktor
penelitian sifatnya lebih luas dan memuat banyak hal. Setiap penelitian bisa
memiliki indikator yang berbeda.

6
2.2 Indikator Kesehatan
Indikator kesehatan merupakan variable yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status kesehatan dan memungkinkan dilakukannya
pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Indikator kesehatan adalah Ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan
status kesehatan sekelompok orang dalam populasi tertentu.

Menurut jenisnya indikator dibedakan menjadi 4, yaitu :


1. Indikator yang diukur dalam bentuk absolute

Indikator berbentuk absolute adalah indikator dalam bentuk jumlah dari


suatu kejadian, contohnya jumlah kasus kematian ibu.

2. Indikator yang diukur dalam bentuk proporsi

Indikator berbentuk proporsi adalah indikator yang bangun oleh pembilang


dan penyebut, biasanya dinyatakan dalam persen, contohnya persentase
pemakaian kontrasepsi yang dihitung dari jumlah pemakai kontrasepsi
dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur (PUS) dikalikan 100 persen.

3. Indikator yang diukur dalam bentuk rasio

Indikator yang menunjukan suatu nilai yang didapat dengan membagi


suatu nilai dengan nilai yang lain. Nilai numerator (pembilang) boleh berbeda dari
nilai denominator (penyebut) atau denominator tidak memuat numerator,
contohnya rasio jumlah bidan terhadap jumlah penduduk.

4. Indikator yang diukur dalam bentuk rate

Indikator yang menunjukkan frekuensi dari suatu kejadian selama periode


waktu tertentu biasnya dinyatakan dalam bentuk per 1000 atau per 100.000
populasi yang dikenal dengan konstanta (k). Contohnya jumlah kematian kasar
per 1000 penduduk.

7
 Contoh Indikator Kesehatan
1. AKI (Angka Kematian Ibu)

Bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan


reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman
bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam
penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam
menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

2. AKB (Angka Kematian Bayi)

Manfaatnya untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan
KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

3. AKABA (Angka Kematian Balita)

Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
mereaksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKABA kerap dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk & (usia harapan hidup). Manfaat
mengetahui angka harapan hidup adalah untuk menentukan tingkat kemakmuran
penduduk dalam suatu daerah atau negara.

 Jenis Indikator Kesehatan Di Indonesia Dilihat Dari Indikator Input,


Proses Dan Output
a) Indikator Kinerja Input

Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM,


peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan.

8
Contoh:
- Jumlah dana yang dibutuhkan
- Tenaga yang terlibat
- Peralatan yang digunakan
- Jumlah Bahan yang digunakan

b) Indikator Kinerja Proses

Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang


terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk
menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran
kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator ini
harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.
Contoh:
- Jumlah jasa/keatan yang direncanakan
 Jumlah orang yang diimunisasi / vaksinas
 Jumlah permohonan yang diselesaikan
 Jumlah pelatihan / peserta pelatihan
 Jumlah jam latihan dalam sebulan
- Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan
 Jumlah pupuk/obat/bibit yang dibeli
 Jumlah komputer yang dibeli
 Jumlah gedung /jembatan yg dibangun meter panjang
 Jalan yang dibangun/rehab

c) Indikator Kinerja Outcome

Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun produk


telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah
tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang
mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome
instansi dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output
memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan
yang besar bagi masyarakat.

9
2.3 Standar Pelayanan Minimal
Standar pelayanan minimal (minimum service standard) merupakan suatu
istilah dalam pelayanan publik (public policy) yang menyangkut kualitas dan
kuantitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat. Standar pelayanan minimal memiliki nilai
yang sangat strategis baik bagi pemerintah (daerah) maupun bagi masyarakat
(konsumen).

Adapun nilai strategis tersebut yaitu:

1. Pertama, bagi pemerintah daerah: standar pelayanan minimal dapat


dijadikan sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang
diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan;
2. Kedua, bagi masyarakat: standar pelayanan minimal dapat dijadikan
sebagai acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik
yang disediakan oleh pemerintah (daerah).

Dapat disimpulkan bahwa standar pelayanan minimal merupakan


peristilahan dari sudut padang masyarakat sebagai pengguna layanan terhadap
kualitas dan kuantitas yang dapat diterima dari pemerintah daerah sebagai
penyedia layanan publik.

Standar Pelayanan Minimal atau disingkat dengan SPM merupakan


ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga negara.

Pelayanan dasar dalam Standar Pelayanan Minimal merupakan urusan


pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah daerah baik Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Daerah. Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis SPM, salah satunya
adalah Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

10
Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan bagi
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut.

Pemerintah Provinsi :
- pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi
- pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi

Pemerintah Kabupaten/Kota :
- pelayanan kesehatan ibu hamil
- pelayanan kesehatan ibu bersalin
- pelayanan kesehatan bayi baru lahir
- pelayanan kesehatan bayi baru lahir
- pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

2.4 Profil Kesehatan


Profil Kesehatan adalah gambaran situasi kesehatan di suatu wilayah yang
mermuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama
kurun waktu satu tahun.

Data dan informasi yang termuat meliputi :


1. Situasi Demografi
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
4. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)
5. Pembiayaan Kesehatan
6. Kesehatan Keluarga
7. Pengendalian Penyakit
8. Kesehatan Lingkungan.

Manfaat Profil Kesehatan adalah sebagai berikut :


Data dan informasi yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat
membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu
provinsi dengan provinsi lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di

11
Indonesia, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan
kesehatan selanjutnya.

2.5 Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang
harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.


Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung pada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang dimaksud disini adalah sistem
informasi yang berbasis komputer. Hal-hal yang penting dalam pemanfaatan
teknologi komputer/informasi dalam suatu sistem informasi suatu organisasi
adalah :
a) Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b) Informasi yang tersedia tidak relevan.
c) Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d) Informasi yang ada tidak tepat waktu.
e) Terlalu banyak informasi.
f) Informasi yang tersedia tidak akurat.
g) Adanya duplikasi data (redundancy).
h) Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.


Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup


sistem
Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya panjang
pendeknya umur layak guna sistem informasi ditentukan oleh :

12
b. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga
akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang
digunakan sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
c. Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras
maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya
sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini
disebabkan karena :
- Perangkat keras yang digunakan sudah tidak diproduksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan zaman, sehingga layanan pemeliharaan
perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok
perangkat keras.
- Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah
mengeluarkan versi baru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai
feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi
sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang
juga telah berkembang. Jadi mengingat perkembangan teknologi
informasi yang berlangsung dengan cepat, maka pengguna harus sigap
dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
d. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi. suatu
sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pengguna, baik dari sisi :
- Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi.
- Kemampuan belajar dari para pengguna.
- Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.

2.6 Analisis Dan Rancangan Sistem Informasi Kesehatan


Analisis sistem informasi merupakan fase pertama dalam pengembangan
dalam pembangunan sistem informasi yang utamanya difokuskan pada masalah
dan persyaratan-persyaratan bisnis, terpisah dari tekhnologi apapun yang dapat
atau akan digunakan untuk mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut.

Desain (Perancangan) sistem adalah sebuah tekhnik pemecahan masalah


yang saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali bagian-

13
bagian komponen menjadi sistem yang lengkap-harapannya, sebuah sistem yang
diperbaiki. Analisis dan desain sistem informasi didefinisikan sebagai proses
organisasional kompleks dimana sistem informasi berbasis komputer di
implementasikan.

Pada tahapan analisis ini merupakan tahapan di mana sistem yang sedang
berjalan dipelajari dan juga sistern pengganti diusulkan. Selain itu dalam tahapan
ini dideskripsikan bahwa sistem yangsedang berjalan, masalah, danjuga
kesempatan didefinisikan, serta rekomendasi umum untuk bagaimana
memperbaiki, meningkatkan ataupun mengganti sistem yang sedang berjalan itu
diusulkan. Adapun tujuan utama daritahapan ini yaitu untuk memahami dan
mendokumentasikan kebutuhan bisnis (business needl dan persyaratan proses dari
sistem baru. Pada tahapan ini ada 6 aktivitas utama yaitu :

a) Pengumpulan informasi

Langkah awal pada tahapan ini adalah mengumpulkan informasi tentang


bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan. Selanjutnya
ditentukkan pada titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami masalah yang
bisa diselesaikan dengan sistem informasi itu. Kemudian kelemahan-kelemahan
dari sistem lama itu diidentifikasi dan juga diperbaiki dengan sistem baru.

b) Mendefinisikan sistem requirement

Dari informasi kelemahan sistem yang didapat, analis sistem selanjutnya


mendefinisikan apa saja yang sebenarnya dibutuhkan oleh sistem lama untuk
mengatasi masalahnya. ltulah yang disebut dengan system requiremenl
(kebutuhan sistem).

c) Memproritaskan kebutuhan

Pada tahapan inidalam beberapa kasus, kebutuhan yang diperoleh


sangatlah lengkap dan juga rumit. Ketersediaan waktu dan juga sumber daya lain
untuk menyelesaikan keseluruhan requirement itu bisa saja tidak mencukupi.
Sehingga pada kondisi seperti ini maka analis akan memprioritaskan kebutuhan-
kebutuhan yang dianggap kritis untuk diprioritaskan.

14
d) Menyusun dan juga mengevaluasi alternatif

Pada tahapan ini satu hal yang tidak boleh dilupakan analis yaitu rencana
kedua. Apabila setelah menysusun dan meprioritaskan kebutuhan, analis harus
menyiapkan alternatif jika seandainya susunan kebutuhan akan ditolak oleh klien.

e) Mengulas kebutuhan bersama dengan pihak manajemen

Pada tahapan ini merupakan langkah yang terakhir yaitu mengulas


kebutuhan yang sudah ada dengan pihak klien dikarenakan pihak klien lah yang
paling mengetahui kebutuhan sistem mereka.

2.7 Integrasi Sistem Informasi Kesehatan


Menurut Permenkes RI nomor 97 tahun 2015 Dalam Peta Jalan Sistem
Informasi Kesehatan Tahun 2015- 2019, Sistem Informasi Kesehatan adalah
seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat,
teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara
terpadu untuk mengarahkan tindakan -11- atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi adalah Sistem Informasi


Kesehatan yang menyediakan mekanisme saling hubung antar subsistem
informasi dan lintas sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan
keperluannya, sehingga data dari suatu sistem atau subsistem secara rutin dapat
melintas/mengalir, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem atau subsistem
yang lain.

Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi


antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Bentuk fisik dari sistem
informasi kesehatan terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang
dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi
sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable
terjadi pertukaran data antar aplikasi.

Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi harus mampu


interoperabilitas dan interkonektivitas tidak hanya dengan subsistem-subsistem

15
informasi di internal kesehatan tetapi dengan sistem-sistem informasi lainnya
yang terkait. Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi akan melingkupi
seluruh entitas pemangku kepentingan baik sumber data, pengelola data, maupun
pengguna data. Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi sekurang-kurangnya
akan mencakup sistem informasi di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas dan
jaringannya serta jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya)
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, sistem informasi di rumah sakit
sebagai fasilitas kesehatan tingkat rujukan, sistem informasi di dinas kesehatan
kabuparen/kota dan dinas kesehatan provinsi, sistem informasi di Kementerian
Kesehatan, dan sistem informasi di BPJS Kesehatan, serta sistem informasi di
lintas sektor.

Integrasi sebagaimana dimaksud di atas bukan berarti harus dilakukan


penyatuan antara sistem-sistem informasi itu, tetapi menyediakan mekanisme
saling hubung untuk melakukan pertukaran data sesuai peran dan tanggung jawab
masing-masing.

Gambar model Sistem Informasi Kesehatan

Penyelenggaraan Sistem informasi kesehatan daerah dilakukan dengan


mengembangkan sistem informasi kesehatan daerah yang terintegrasi. Sistem
informasi kesehatan daerah yang terintegrasi adalah sistem informasi yang
menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem dengan berbagai cara
yang sesuai.

16
Integrasi antar sub sistem dilakukan baik secara teknis maupun secara
konten. Integrasi secara teknis didukung dengan pemanfaatan teknologi agar sub
system sehingga dapat berkomunikasi dengan sub sistem lain. Integrasi secara
konten terjadi apabila ada muatan data dengan standar yang sama yang
dipertukarkan antar sub sistem.

Integrasi satu arah dilakukan jika data dikirim dari sumber ke tujuan, tapi
tidak sebaliknya. Persyaratan integrasi satu arah adalah adanya koneksi jaringan
antar sub sistem menggunakan jaringan publik atau privat. Integrasi satu arah
direkomendasikan untuk komunikasi data dengan sistem infromasi eksternal,
seperti antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan antar
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Dinas Kesehatan Provinsi.

Integrasi dua arah dilakukan jika data dikirim dari sumber ke tujuan atau
sebaliknya. Persyaratan integrasi satu arah adalah adanya koneksi jaringan antar
sub sistem menggunakan jaringan privat. Integrasi dua arah direkomendasikan
untuk komunikasi data antar sub sistem dalam lingkup internal.

SIKNAS adalah Sistem informasi yang berhubungan dengan Sistemsistem


Informasi lain baik secara nasional maupun internasional dalam kerjasama yang
paling menguntungkan. SIKNAS dibangun dan dikembangkan dari berbagai
jaringan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Propinsi dan SistemSistem Informasi
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(SIKDA) adalah Suatu Sistem Informasi yang mencakup Sub sistem informasi
yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik,
Praktek Swasta, Apotek, Laboratorium), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
sistem informasi pada Dinas Kesehatan Propinsi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak
bisa di pisahkan dari sistem kesehatan di suatu negara. Sistem informasi kesehatan
merupakan salah satu bentuk pokok sistem kesehatan yang dipergunakan sebagai
dasar dan acuan dalam bebagai tindakan pedoman atau penyelengaraan
pembangun kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

Indikator kesehatan merupakan variable yang dapat digunakan untuk


mengevaluasi keadaan atau status kesehatan dan memungkinkan dilakukannya
pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.

Standar pelayanan minimal (minimum service standard) merupakan suatu


istilah dalam pelayanan publik (public policy) yang menyangkut kualitas dan
kuantitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat.

Profil Kesehatan adalah gambaran situasi kesehatan di suatu wilayah yang


mermuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama
kurun waktu satu tahun.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al Fatta, Hanif. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk


Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta :
And

Anita, S. (2017). Sistem informasi kesehatan. Diakses pada 9 April 2022, dari
http://kesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/SISTEM_INFORM.pdf

Erizal. (2018). Intergrasi Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Universitas


Respati : Yogyakarta.

Sikmid. (2017). Diakses pada 9 April 2022, dari


https://sisteminformasikesehatan15.wordpress.com/2017/10/23/konsep-
pengembangan-dan-analisis-perancangan-sistem-informasi-kesehatan/

Sulistyawati (2014) ‘Diktat Kuliah: Sistem Informasi Kesehatan SIK’.

19

Anda mungkin juga menyukai