Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 10 MODUL 1
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Tutor : Surma Adnan, SKM,MM


Ketua : Muhammad Dzaky Sayyid E (1911411016)
Sekre Papan : Neysha Islamey Dagna (1911413003)
Sekre Meja : Velya Ary Aditya (1911413010)
Anggota : Bobby (1911412005)
Rahmawina Warlin (1911411002)
Muharra Nilam Cahaya (1911412014)
Naura Mazaya Oriza (1911413001)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial tentang
Komunikasi Terapeutik dan Psykologi Klinik.
Laporan tutorial ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 24 Januari 2021

Penyusun
Daftar isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar isi..........................................................................................................................................3
Skenario...........................................................................................................................................4
A. TERMINOLOGI................................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5
C. ANALISIS MASALAH......................................................................................................6
D. SKEMA................................................................................................................................7
E. TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE...........................................8
F. KUMPULAN INFORMASI..................................................................................................8
Daftar pustaka.............................................................................................................................25
Skenario
MODUL I
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

“Medical Vacation to Malaka…..”

Pada dekade 10 tahun terakhir banyak masyarakat Indonesia khususnya dari Sumbar
yang berobat ke Malaka, Singapore, Cina dll meskipun di Indosesia banyak rumah sakit dan
dokter spesialis bahkan sub spesialis yang handal. Perbedaan regulasi yang ditetapkan
pemerintah disetiap negara menghasilkan kualitas pelayanan dan biaya pelayanan yang berbeda.
Keberhasilan kinerja pemerintah dibidang kesehatan dinilai dari indicator kesehatan yang
diperoleh melalui survey .Dari survey ini tergambar permasalahan kesehatan disetiap negara,
Data kesehatan gigi dan mulut di Indonesia terbaru diperoleh dari hasil Riskesdas 2018 yang
menggunakan survey yang diadopsi dari Oral Health Survey WHO.

Langkah Seven Jumps


1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Mententukan masalah.
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-kompenen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh
A. TERMINOLOGI
1. Sistem Kesehatan Nasional :
 Kesehatan yang berbasis secara nasional ,bentuk dan cara pembangunannya
kesehatan yang mendukung berbagai upaya untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
Indonesia
2. Dokter Sub spesialis:
 dokter spesialis yang sekolah lagi untuk mendalami ilmunya
3. Regulasi:
 sebuah peraturan atau cara untuk mengendalikan manusia atau masyarakat
dengan suatu aturan atau pembatasan tertentu
4. Survey:
 penelitian kuantintatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur pada setiap
orang
5. Riskesdas:
 riset kesehatan dasar,riset kesehatan berbasis komunitas berbasis nasional
sampai tingkat kabupaten atau kota yang dilaksanakn oleh badan litbangkes
kementrian kesehatan RI dan berguna untuk menilai status kesehatan,faktor
resiko dan upaya pembanguna kesehatan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Kenapa orang Indonesia banyak yang berobat keluar negeri seperti malaka?
2. Bagaimana kualitas pelayanan pada Indonesia?
3. Faktor apa saja mempengaruhi disetiap Negara mempunyai regulasi yang berbeda?
4. Apa saja kekurangan dari SKN di Indonesia?
5. Apa fungsi dari sitem kesehatan nasional?
6. Apa saja hal yang harus diperhatikan saat survey kesehatan?
7. Apakah kinerja pemerintah di Indonesia sudah dapat dikatan berhasil?
8. Aspek-aspek apa saja yang harus ada agar keberhasilan SKN maksimal?
9. Apa saja permasalahn gigi dan mulut di Indonesia berdasarkan riskesdas 2018?
10. Apa permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia?
C. ANALISIS MASALAH
1. Penyebab orang Indonesia banyak yang berobat keluar negeri seperti malaka?
 Biaya lebih murah,tidak dikenakan pajak,opini dari masyarakt ke Indonesia
untuk berobat keluar negri lebih bagus,kualitas pelayanan yang lebih
baik,fasilitas yang lebih lengkap,pihak rumah sakit lebih responsive,banyak
menawarkan paket pengobatan,kesehatan setiap warga Negara dijamin oleh
Negara itu sendiri.
2. kualitas pelayanan di Indonesia :
 Kurang karena missal pada daerah yang terpencil alatnya tidak lengkap,biaya
yang mahal,ada bpjs,sistem pelayanan bersifat vertical,tenaga kesehatan yang
menumpuk pada suatu daerah atau tidak adanya pemerataan.
3. Faktor yang mempengaruhi disetiap Negara mempunyai regulasi yang berbeda :
Dari segi landasan hokum atau peraturan pemerintah contohnya pada Indonesia
menggunakan UUD
4. Kekurangan dari SKN di Indonesia adalah pemberdayaan masyarakat kurang,rumah
sakit terpusat pada perkotaan
5. Fungsi dari sitem kesehatan nasional :
 Pelayana kesehatan,pembiayan kesehatan,sumber daya,regulator,mempertegas
makna pembangunan kesehatan,melaksanakan pemerataan upaya kesehatan
yang terjangkau dan bermutu,meningkatkan investasi kesehatan untuk dapat
mencapai pembangunan kesehatan nasional
6. Hal yang harus diperhatikan saat survey kesehatan adalah Ibu,anak,kerja dan
olahraga,pelayanna tradisional,penyakit menular
7. Belum berhasil masih banyak masalah kesehatan yang timbul dan sulit diatasi

8. Aspek-aspek yang harus ada agar keberhasilan SKN maksimal :


 Apabila pelayan kehatan di Indonesia disamaratakan
9. Permasalahn gigi dan mulut di Indonesia berdasarkan riskesdas 2018 yaitu gigi rusak atau
berlubang 45,3% ,gusi bengkak atau abses
10. Permasalahn kesehatan yang terjadi di Indonesia adalah angka kematian ibu setelah
melahirkan dan bayi, pengendalian stunting
D. SKEMA

Masyarakat Indonesia

Berobat ke luar negri

Pelayanan kesehatan

Sistem Kesehatan
Nasional

Pembiayaan
Sistem kesehatan Mutu pelayanan Masalah kesehatan
kesehatan
E. TUJUAN PEMBELAJARAN / LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem kesehatan nasional
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mutu pelayanan kesehatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia

F. KUMPULAN INFORMASI
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem kesehatan nasional
SISTEM KESEHATAN
Jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang
menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan
organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun
dalam bentuk material.

Fungsi pokok pelayanan kesehatan :


• Pelayanan Kesehatan
• Pembiayaan kesehatan
• Penyediaan sumber daya • Stewardship/regulator

Sistem Kesehatan Nasional


• Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
• Sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan
perencanaan, monitoring dan evaluasi

Tujuan SKN :
Pedoman dalam pengelolaan kesehatan oleh :
 Pemerintah
 Pemerintah daerah
 Masyarakat termasuk Badan hokum, Badan usaha, Lembaga swasta ( sesuai
dengan perubahan dan tantangan eksternal dan internal terkini ).
 Mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak
asasi manusia
 Memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan
misi rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025
(RPJP-K)
 Memantapkankemitraandankepemimpinan yang transformatif, melaksanakan
pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
 Meningkatkaninvestasikesehatanuntuk keberhasilan pembangunan nasional

Dasar SKN
1. HAM
2. Sinergisme dan kemitraan yang dinamis
3. Komitmen & tata kelola pemerintahan yang baik (good goverment)
4. Dukungan regulasi
5. Antisipasi dan proaktif
6. Responsif gender
7. Kearifan lokal

Berdasarkan pengertian bahwa  System is interconnected parts or elements in certain


pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni:
(1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku;
dan (2) interconnection berupa  fungsi dalam sistem yang saling terkait dan dimiliki
oleh elemen-elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam  Sistem Kesehatan
berdasarkan berbagai referensi dapat dibagi menjadi:
o Regulator dan/atau stewardship
o Pelayanan Kesehatan
o Pembiayaan Kesehatan
o Pengembangan Sumber Daya
Prinsip dasar SKN :
 Perikemanusiaan : Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip
perikemanusiaan yg dijiwai, digerakkan, dandikendalikan oleh keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan
kesehatan adalah bertentangan dengan prinsipkemanusiaan. Tenaga kesehatan
dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip
perikemanusiaan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
 Berdasarkan HAM: Diperolehnya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya bagi
setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama, dan status social ekonomi. Setiap anak berhak atas
perlindungan dari kekerasandan diskriminasi
 Adil dan merata : Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg setinggi-
tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yg bermutu dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis
maupun ekonomis
 Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat : Setiap orang dan masyarakat
bersama dengan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat beserta lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan
harus berdasarkan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri,
kepribadian bangsa, semangat solidaritassosial, dan gotong royong
 Kemitraan: Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yg dinamis dan harmonis antara pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yg dimiliki.
Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta
kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan diwujudkan dalam
suatu jejaring yg berhasil guna, agar diperoleh sinergisme yg lebih mnatap
dalam rangka mencapai derajat kesmas yg setinggi-tingginya
 Pengutamaan dan manfaat : Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
lebih mengutamakan kepentingan umum daripadakepentingan perorangan
maupun golongan. Upaya kesehatan yg bermutu dilaksanakan dengan
memanfaatkan ilmupengetahuan dan teknologi serta harus lebih
mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pembangunan kesehatan diselenggarakansecara berhasil guna dan berdaya
guna, denganmengutamakan upaya kesehatan yg mempunyai dayaungkit
tinggi agar memberikan manfaat yg sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat
kesmas besertalingkungannya
 Tata kepemerintahan yang baik : Pembangunan kesehatan diselenggarakan
secarademokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparent),
rasional/profesional, serta bertanggungjawab danbertanggung gugat
(accountable)

Kedudukan SKN :
 Suprasistem SKN : Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara.
SKN bersama dg berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan
Bangsa Indonesia seperti yg tercantumdalam Pembukaan UUD 1945, yaitu
melindungi segenapBangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
danuntuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertibandunia yg berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadidan keadilan social
 Kedudukan SKN terhadap sistem nasional lain : Terwujudnya keadaan sehat
dipengaruhi oleh berbagaifaktor, yg tidak hanya menjadi tanggungjawab
sector kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai sektor lain
terkait yg terwujud dalam berbagai bentuksistem nasional. Dengan demikian,
SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistemnasional tsb,
seperti :
 Sistem Pendidikan Nasional
 Sistem Perekonomian Nasional
 Sistem Ketahanan Pangan Nasional
 Sistem Hankamnas, dan
 Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong
kebijakan dan upaya dari berbagai sistemnasional sehingga berwawasan
kesehatan. Dalam arti sistem-sistem nasional tsb berkontribusi positif terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan
 Kedudukan SKN terhadap sistem kesehatan daerah (skd): Untuk menjamin
keberhasilan pembangunan kesehatan didaerah perlu dikembangkan SKD.
Dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan suprasistem dari SKD „SKD
menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kes, pembiayaan kes,
sumberdaya manusia kes, sumber dayaobat dan perbekalan kes, pemberdayaan
masyarakat danmanajemen kes sesuai dengan potensi dan kondisi daerah.
SKD merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah
 Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta:
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan olehdukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yg secarabersama terhimpun dalam berbagai
sistm kemasyarakatan. Dipihak lain, berbagai sistem kemasyarakatan
merupakan bagianintegral yg membentuk SKN. Dalam kaitan ini SKN
merupakanbagian dari sistem kemasyarakatan yg dipergunakan sebagaiacuan
utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungansehat serta berperan
aktif masyarakat dalam berbagai upayakesehatan. Sebaliknya sistem nilai dan
budaya yg hidup dimasyarakat harus mendapat perhatian dalam SKN.
Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan olehperan aktif swasta.
Dalam kaitan ini potensi swasta merupakanbagian integral dari SKN. Untuk
keberhasilan pembangunankesehatan perlu digalang kemitraan yg setara,
terbuka dansaling menguntungkan dg berbagai potensi swasta. SKN
harusmewarnai potensi swasta sehingga sejalan dengan tujuanpembangunan
nasional yg berwawasan kesehatan

Landasan SKN
 Landasan idiil : Pancasila
 Landasan Operasional : UU No 36 Thn 2009 ttg Landasan Operasional : UU
No 36 Thn 2009 ttg Kesehatan
 Landasan Konstitusional : UUD 1945
- Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta b ang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan erhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
- Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang
- Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan  pemenuhan kebutuhan kebutuhan dasarnya, dasarnya, berhak
mendapat mendapat pendidikan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan  budaya,  budaya, demi
meningkatkan meningkatkan kualitas kualitas hidupnya hidupnya dan
demi kesejahteraan kesejahteraan umat manusia
- Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat  bertempat tinggal, tinggal, dan mendapatkan mendapatkan
lingkungan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang  berhak
berhak atas jaminan jaminan sosial yg memungkinkan memungkinkan
pengembangan pengembangan dirinya dirinya secara utuh sebagai
manusia yg bermartabat
- Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat yg lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara
bertanggungjawab  bertanggungjawab atas penyediaan penyediaan
fasilitas fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang la fasilitas pelayanan umum yang layak 

Regulasi SKN
a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan  
b. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
d. Perpres No.72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
e. Kepmenkes No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 dikelompokkan dalam subsistem:
1. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk
TNI dan POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau
masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan, di fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas kesehatan.
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas
penelitian dan pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan,
teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi
intervensi kesehatan masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan,
dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan
dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh Pemerintah
3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan
masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi,
stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
4. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan
kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan
kebutuhan pembangunan kesehatan.
5. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat
dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat
yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
6. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan.
7. Pemberdayaan Masyarakat
SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat
termasuk swasta bukan semata-mata sebagai sasaran pembangunan
kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan
pelaku pembangunan kesehatan.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mutu pelayanan kesehatan


Mutu merupakan pertimbangan factor keputusan yang paling mendasar dari
seorang pelanggan untuk memakai suatu produk barang atau jasa (Atihuta,J.A.,2009).
Baik tidaknya mutu tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan pelanggannya secara konsisten.
Batasan tentang mutu pelayanan banyak macamnya. Menurut beberapa ahli,
beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting yang dikutip dalam Azwar
(1996) adalah :
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956)
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki suatu program (Donabedian,1980)
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri-ciri dari suatu barang jasa, yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan
pebutuhan para pengguna (DIN ISO, 19860.
Pelayanan yang bermutu sangat diperlukan karena merupakan hak setiap
pelanggan, dan dapat memberi peluang untuk memenangkan persaingan dengan
pemberi layanan kesehatan lainnya. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
jasa yang diterima melampai harapan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan buruk.
Pelanggan institusi pelayanan kesehatan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pelanggan internal (internal customer) yaitu mereka yang bekerja di dalam
institusi kesehatan seperti staf medis, paramedic, teknisi, administrasi dan lain
sebagainya.
2. Pelanggan eksternal (external customer) yaitu pasien , keluarga pasien,
pengunjung, pemerintah, perusahaan asuransi kesehatan, masyarakat umum
dan lain sebagainya.

Factor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan menurut Azwar,


1994 dalam Endarwati (2012) adalah unsur masukan, lingkungan dan proses.
1. Unsur masukan
Meliputi sumber daya manusia, dana dan sarana. Jika sumber daya manusia
dan sarana tidak sesuai dengan standard an kebutuhan, maka pelayanan
kesehatan akan kurang bermutu. Upaya dalam meningkatkan mutu puskesmas
diperlukan sumber daya manusia yang professional dan peningkatan fasilitas
kesehatan. SDM yang professional harus mempunyai pendidikan dan keahlian
serta memiliki motivasi, kompetensi dan komitmen kerja yang baik.
2. Unsur lingkungan
Meliputi kebijakan, organisasi, dan manajemen
3. Unsur proses
Meliputi proses pelayanan baik tindakan medis maupun tindakan non-medis.

Dimensi mutu pelayanan kesehatan


 Responsiveness (cepat tanggap)Dimensi ini dimasukan ke dalam kemampuan
petugas kesehatan menolong pelanggan dan kesiapannya melayani sesuai
prosedur dan bisa memenuhi harapan pelanggan. Dimensi ini merupakan
penilaian mutu pelayanan yang paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap
kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu ke waktu sejalan
dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang dimiliki oleh
pelanggan. Pelayanan kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan
pelanggannya kebanyak ditentukan oleh sikap para front-line staff. Mereka
secara langsung berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya,
baik melalui tatap muka, komunikasi non verbal, langsung atau melalui
telepon.

 Reliability(Kehandalan). Dari kelima dimensi kualitas jasa, reliability dinilai


paling penting oleh para pelanggan berbagai industri jasa. Karena sifat produk
jasa yang tidak standar, dan produknya juga sangat tergantung dari aktivitas
manusia sehingga akan sulit mengharapkan output yang konsisten. Untuk
meningkatkan reliability di bidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen
puncak perlu membangun budaya kerja bermutu yaitu budaya tidak ada
kesalahan atau corporate culture of no mistake yang diterapkan mulai dari
pimpinan puncak sampai ke front line staff (yang langsung berhubungan
dengan pasien). Budaya kerja seperti ini perlu diterapkan dengan membentuk
kelompok kerja yang kompak dan mendapat pelatihan secara terus menerus
sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran dan ekspektasi pasien.

 Assurance (Jaminan)Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan


dan sifat petugas yang dapat dipercaya oleh pelanggan. Pemenuhan terhadap
kriteria pelayanan ini akan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari
resiko. Berdasarkan riset, dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi,
kredibilitas dan keamanan. (pembayaran upah).

 Empathy (Empati)Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian


khusus staffkepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan
memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa
ingin memperoleh bantuannya. Peranan SDM kesehatan sangat menentukan
mutu pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan
para pelanggan jasa pelayanan kesehatan.

 Tangible (Bukti Fisik)Mutu jasa pelayanan juga dapat dirasakan secara


langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan
perlengkapan yang memadai. Dalam hal ini, perlu dimasukkan perbaikan
sarana komunikasi dan perlengkapan pelayanan yang tidak langsung seperti
tempat parkir dan kenyamanan ruang tunggu. Karena sifat produk jasa yang
tidak bisa dilihat, dipegang, atau dirasakan, perlu ada ukuran lain yang bisa
dirasakan lebih nyata oleh para pengguna pelayanan. Dalam hal ini, pengguna
jasa menggunakan inderanya (mata, telinga dan rasa) untuk menilai kualitas
jasa pelayanan kesehatan yang diterima, misalnya ruang penerimaan pasien
yang bersih, nyaman, dilengkapi dengan kursi, lantai berkeramik, TV,
peralatan kantor yang lengkap, seragam staffyang rapi, menarik dan bersih

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan


Pengertian Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu berdasarkan:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.
Tujuan Pembiayaan Kesehatan
UU 36/2009 BAB XV PEMBIAYAAN KESEHATAN
 PASAL 170 ayat 1
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan
yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya
Sumber Pembiayaan Kesehatan
Sumber pembiayaan kesehatan di kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah

Sumber pembiayaan dari pemerintah meliputi:


a. Pemerintah Pusat : dari dana tugas pembantuan (TP), bantuan operasional
kesehatan (BOK), bantuan (hutang, hibah).
b. Pemerintah Provinsi : dari dana dekonsentrasi(Dekon) dan pendapatan
asli daerah (PAD) provinsi.
c. Pemerintah Kabupaten/Kota : dari DAU (dana alokasi umum),DAK (dana
alokasi khusus), PAD, BLUD,
2) Non pemerintah.

Sedangkan sumber pembiayaan dari non pemerintah antara lain dari rumah
tangga, pelayanan kesehatan milik swasta, yayasan/LSM/Donor dan perusahaan
swasta
Macam-macam Sistem Pembiavaan Kesehatan Nasional
Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu:
 Fee for Service ( Out of Pocket)
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan
layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada
pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan
pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang
dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima. Kelemahan sistem Fee
for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan
(PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK
mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya
kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak
jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari
jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung
PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk
mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.
 Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group
(DRG system).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan
dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan
yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan system
kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas
jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana sebesar
perkalian anggota dengan satuan biaya (unicost) tertentu. Salah satu lembaga di
Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).
Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh dengan
system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat
diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam
penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda
pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat
dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization
dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada
pasicn untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta
tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat
terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa
PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat kepastian dana
di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi
terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih
kearah preventif dan promotif kesehatan.
Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan
1. Kurangnya dana yang tersedia
Solusi: Peningkatan jumlah dana pemerintah dan swasta

2. Penyebaran dana yang tidak sesuai kebutuhan (Pemerataan – Keadilan)

Solusi:
Konsep Pemerataan
Equity(Mengandung unsur keadilan) atau equality (sama rata)
Aday et al (1980)

Equity akan tercapai bila pelayanan kesehatan terdistribusi berdasarkan


kebutuhan masyarakat dan mempertimbangkan geografi dan sosial ekonomi

3. Pemanfaatan yang tidak tepat

4. Pengelolaan dana yang kurang baik

5. Biaya kesehatan yang makin meningkat

Meningkatnya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal:


- Tingkat inflasi
Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis biaya
investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan meningkat
pula, yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna jasa.
- Tingkat permintaan
meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan,
karena jumlah penduduk yang lebih atau bertambah banyak, maka biaya
yang harus disediakan meningkat pula.
- Kemajuan ilmu dan teknologi
Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran
yang modern dan canggih) memberikan konsekuensi tersendiri, yaitu
tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam memakai jasa pelayanan
kesehatan.
- Perubahan Pola Penyakit
Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya perubahan pola
penyakit, yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut menjadi penyakit
yang bersifat kronis. Karena penyakit kronis membutuhkan waktu lebih
lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan
penyembuhan penyakit akan lebih besar. Hal ini akan sangat
mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.
- Lemahnya mekanisme pengendalian biaya
Kurangnya peraturan perundang-undangan yang ditetapkan untuk
mengatur dan membatasi pemakaian biaya pelayanan kesehatan
menyebabkan pemakaiannya sering tidak terkendali

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia


Permasalah pandemic virus corona
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya terse- but sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal
tahun 2020 NCP mulai menjadi pendemi global dan menjadi masalah kesehatan di
beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World Health Organization (WHO) kasus
kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi
permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus berkembang
hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel
Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan
kasus-kasus baru di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan
COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada
tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi me- netapkan penyakit novel coronavirus pada
manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19).
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.
Untuk data terbaru (20 januari 2021) kasus di Indonesia : 
Kasus positif bertambah 12.568 menjadi 939.948
Pasien sembuh bertambah 9.775 menjadi 763.703
Pasien meninggal bertambah 267 menjadi 26.857

PERMASALAHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya
Kesehatan Gigi dan Mulut, kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari
jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dalam
rongga mulut yang memungkinkan individu makan, berbicara dan berinteraksi sosial
tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit,
penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut dapat mereeksikan kesehatan tubuh secara
keseluruhan termasuk jika terjadi kekurangan nutrisi dan gejala penyakit lain di
tubuh. Gangguan pada kesehatan gigi dan mulut dapat berdampak negatif pada
kehidupan sehari-hari di antaranya menurunnya kesehatan secara umum, menurunkan
tingkat kepercayaan diri, dan mengganggu performa dan kehadiran di sekolah atau
tempat kerja.
Menurut FDI (Fédération Dentaire Internationale) World Dental Federation,
permasalahan yang umum terjadi pada gigi dan mulut adalah:
1. Kerusakan gigi (karies) , Karies merupakan penyakit paling umum dan paling
banyak dialami oleh orang di dunia. Karies disebabkan karena konsumsi gula
berlebihan, kurangnya perawatan kesehatan gigi, dan sulitnya akses terhadap
pelayanan kesehatan gigi yang sesuai standar
2. Gangguan pada gusi (periodontal), Periodontal merupakan penyebab utama
kehilangan gigi pada orang dewasa.Gangguan ini diawali dengan gingivitis
(pembengkakan pada gusi akibat plak) yang jika tidak diobati akan menjadi
periodontitis (infeksi yang dapat menghancurkan gigi dan jaringan sekitarnya).
Periodontal dapat berdampak serius dalam kehidupan sehari-hari seperti kesulitan
dalam menguyah, berbicara, dan kehilangan gigi.
3. Kanker,. Kanker mulut merupakan salah satu dari sepuluh jenis kanker yang
paling banyak menyerang manusia. Kanker mulut menyerang bagian mulut secara
signikan, seperti bibir, gusi, lidah, kerongkongan, bagian dalam pipi, langit-langit
mulut, dan bagian bawah mulut. Kanker mulut dapat mengancam nyawa jika tidak
segera ditangani. Penyebab utama dari kanker ini umumnya adalah konsumsi
rokok dan alkohol.
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan
gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari
setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi
(periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia.
Sementara di Asia Pasifik, kanker mulut menjadi urutan ke 3 jenis kanker yang paling
banyak diderita.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa
proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%).
Sedangkan masalah kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia
adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul (abses) sebesar 14%
Daftar pustaka
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/view/940
http://eprints.umm.ac.id/41467/4/jiptummpp-gdl-rachmaferd-50814-3-bab2.pdf
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/
Pedoman_Umum_Menghadapi_Pandemi_COVID-19_bagi_Pemerintah_Daerah.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/10/sistem-kesehatan-nasional.pdf
https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/images/gambar/Kepmenkes%202009%20SKN.pdf
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%20gigi.pdf

Anda mungkin juga menyukai