BLOK 10 MODUL 4
“EPIDEMIOLOGI KESEHATAN”
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta Hidayah- Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan hasil Tutorial Skenario Modul 4 pada Blok 10 “Kesehatan Komunitas” ini. Shalawat
beriring salam tak lupa pula kami kirimkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa ‘ala ali Muhammad.
Meskipun kami berharap isi dari laporan tutor kami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun kami meyakini dan menyadari bahwa laporan ini masih perlu banyak
penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
laporan tutorial ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan banyak maaf, semoga hasil laporan tutorial kami
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
MODUL IV
PENCEGAHAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT
Skenario 4
DMFT…
LANGKAH 1
MENGKLARIFIKASI DAN MENDEFINISIKAN TERMINOLOGI
TERMINOLOGI
RUMUSAN MASALAH
LANGKAH 3
MENGANALISIS MASALAH MELALUI BRAINSTORMING DENGAN MENGGUNAKAN
PRIOR KNOWLEDGE
10. Apa yang harus dilakukan untuk menurunkan prevalensi karies terutama pada anak?
Melakukan penyuluhan ke sekolah ttg bagaimana menyikat ggi yg baik dan benar
Edukasi pada orang tua ttg cara pencegahn dan mengatasi apabila telah ada karies
Orang tua mengajjarkan cara dan waktu menyikat gigi dan membawa anak memeriksakan gigi min
setiap 6 bln
LANGKAH 4
MEMBUAT SKEMA
Data Riskesdas
Konsep Dasar
Gambaran
Pencegahan
Penyakit
Penyakit
Community
Indeks DMFT Periodontal Poket Periodontal
Indeks dan Bleeding
Gingival Index
Learning Objective:
LANGKAH 6 & 7
Tingkat Pencegahan
1. Prepathogenesis Phase
Pada tahapan ini yang dapat digunakan melalui kegiatan primary prevention atau
pencehan primer. Pencegahan dalam arti sebenarnya yaitu, terjadinya sebelum sakit atau
ketidakfungsian dan di aplikasikan ke dalam populasi sehat pada umumnya. Pencegahan
primer merupakan suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optinum health
tidak jatuh kedalam stage yang lain dan yang lebih buruk. penyakit.Primary prevention
dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu :
1. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan segera atau
adekuat), antara lain melalui: pemeriksaan kasus dini (early case finding), pemeriksaan
umum lengkap (general check up), pemeriksaan missal (mass screening), survey
terhadap kontak, sekolah dan rumah (contactsurvey, school survey, household survey),
kasus (case holding), pengobatn adekuat (adekuat tretment)
2. Disability limitation (pambatasan kecacatan) Penyempurnaan dan intensifikasi terhadap
terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban
sosial penderita, dan lain- lain.
Pada pencegahan level ini menekankan pada upaya penemuan kasus secara dini atau
awal dan pengobatan tepat atau “early diagnosis and prompt treatment”. Pencegahan
sekunder ini dilakukan mulai saat fase patogenesis (masa inkubasi) yang dimulai saat bibit
penyakit masuk kedalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat
prosespatologik (proses perjalanan penyakit) sehingga akan dapat memperpendek waktu
sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.
Upaya pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau ketidakmampuan terjadi penyembuhan
sampai stabil/ menetap atau tidak dapat diperbaiki (irreversaible). Dalam pencegahan ini dapat
dilaksanakan melalui program rehabilitas untuk mengurangi ketidakmampuan dan meningkatkan
efisiensi hidup penderita. Kegiatan rehabilitasi ini meliputi aspek medis dan sosial. Pencegahan
tersier dilaksanakan pada fase lanjut proses patogenese suatu penyakit atau gangguan pada
kesehatan.
Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang
efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan
khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan
membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur siletn merupakan
upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies (Herijulianti, Indriani & Artini, 2002)
Terakhir, pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai
pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian
pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan
termasuk dalam kategori ini.
Pencegahan karies gigi secara pencegahan primer, sekunder dan tersier, adalah sebagai
berikut:
2) Pemeliharaan gigi, Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri
dengan membersihkan mulut dengan teratur
3) Pemberian flour, membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan flour untuk
mencegah karies gigi. Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet.
b. Pencegahan sekunder
1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi yang
rusak dan diganti dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari
lokasi dan fungsi gigi.
2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi permukaan
gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan kunyah gigi premolar dan
molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi pelapis pada gigi (Lithin, 2008).
c. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap
rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu
LO 2 : M4 Indeks dan Epidemiologi Karies
A. Indikator Karies
Definisi
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal
karies gigi permanen. Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi
dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang.
Rumus
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :
DMF-T = D + M + F
Definisi
Definisi dari Nyvad Caries Diagnostic Criteria dikemukakan oleh Nyvad 1999 yaitu
merupakan manifestasi dari karies pada initial stage dari karies dan sebelum karies itu
terjadi. Kriteria Nyvad membedakan antara lesi karies aktif dan inaktif pada level
kavitas maupun non kavitas. Indeks ini juga menghitung aktivitas lesi,
memperhitungkan hubungan biaya ketika rencana perawatan dibuat.
Rumus
Definisi
Indeks ini akan menyediakan informasi tidak hanya prevalensi karies tapi juga lokasi
dan tipe lesi karies pada individu. Indeks yang menunjukkan jumlah karies gigi yang
sama sekali belum pernah ditangani
Rumus
Cara menghitung:
Skor SCI untuk individu dihitung dengan menambahkan skor gigi individual. Rentang
Skor untuk individual dari 0-192 (untuk 32 gigi)
Kelebihan Kekurangan
1. Petugas dan material yang kompeten 1. Pada kasus dengan lesi yang luas
di masa depan serta pelatihan untuk yang meliputi lebih dari 1
tenaga kerja dibutuhkan untuk permukaan hanya bisa dibuat dari
mengatasi karies pada populasi asal lesi
tertentu mungkin dinilai Kekurangan untuk menentukan
2. Hasil dari penulis menunjukkan rencana perawatan jika indeks ini
reproduksibilitas dan validitas dari digunakan sendirian tanpa
indek baru ini adalah baik kombinasi dengan indeks lain
3. Kurangnya penyediaan untuk
menilai karies akar
2. Jumlah dari lesi proksimal tidak
diperhatikan karena tidak adanya
foto bitewing radiograph
B. PUFA
Index
Definisi
Indeks PUFA adalah indeks yang digunakan untuk pengukuran karies yang tidak
dirawat. Menurut Palenstein, ada empat kondisi oral akibat karies gigi yang tidak
dirawat yang digunakan untuk pengukuran indeks PUFA yaitu pulpitis, ulserasi,
fistula dan abses. Lesi yang tidak diakibatkan oleh karies yang tidak dirawat tidak
diberikan skor.
(F/f)= Fistula atau nanah yang muncul akibat adanya gangguan kesehatan gigi dan
mulut yang melibatkan pulpa
Huruf besar digunakan untuk gigi permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi
sulung. Akumulasi skor PUFA setiap individu sama seperti akumulasi skor untuk
DMFT. PUFA untuk gigi permanen dan pufa untuk sulung. Skor setiap individu
berkisar antara 0-20 untuk pufa gigi sulung dan 0-32 untuk PUFA gigi permanen.
Prevalensi PUFA/pufa dihitung sebagai persentase dari populasi, dengan skor
PUFA/pufa dari satu atau lebih individu.
Kelebihan Kekurangan
1. Sederhana untuk digunakan 1. Realibilitas dan validitas
rekam medis diperlukan pada diskusi dan
2. Dapat digunakan untuk gigi penelitian mendatang
sulung dan permanen 2. Beberapa subjek dengan skor U
3. Hasilnya dapat dipresentasikan (ulcer)
bersama indeks DMF 3. Stages dari lesi karies pada
enamel tidak dinilai
Definisi
Rumus
Kelebihan Kekurangan
1. Skor DMF dapat dengan mudah
dikalkulasikan dari skor CAST
2. Digunakan hanya untuk survei
epidemologi
1. Tidak menunjukkan hasil yang valid
3. Visual/ tactile hierachial one digit
pada uji validitas dan realibilitas
coding system
2. Tidak disarankan untuk clinical
4. Meliputi spektrum total dari progresi
trials
lesi karies membuat kemudahan
3. Tidak menyediakan data pada
komunikasi antara profesional
perhitugan perawatan dan
5. Digunakan untuk memperkuat dan
pencegahan pada setiap kode
melengkapi ICDAS, DMF, PUFA
6. Menyediakan sarana untuk
penggunaan indeks DMF yang lebih
luas
Definisi
Dikembangkan pada tahun 2001 oleh usaha kelompok penelitian, epidomologist
dan restorative dentist two digit system : didasarkan pada kebutuhan untuk
mendeteksi karies. ICDAS I merupakan penelitian yang menggunakan sistematik
review yangmenggunakan assessment atau pemeriksaan pada bagian corona atau
permukaan mahkota akan tetapi lebih sempurna daripada DMF-T. ICDAS II
merupakan penelitian yang menggunakan sistematik review assessment lebih
kompleks yaitu pada tiap permukaan korona sealant,restorasi, perubahan warna
serta aktivitas kariesnya membentuk 2 digit yaitu 1: CARS, 2: CORONAL
Rumus
ICDAS-I mencakup detect ion (D) dari karies dengan tahap proses karies,
topografi dan anatomi, assessment (A) dari proses karies (baik yang
berlubang maupun tidak berlubang). Penilaian kriteria ICDAS-II adalah sebagai
berikut:
ICDAS I
ICDAS II
Kelebihan Kekurangan
Matrix Definisi
Rumus
Kelebihan Kekurangan
Debris indeks adalah nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap
endapan lunak di permukaan gigi dapat berupa plak, material alba, dan food debris.
Sedangkan calculus index merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi akibat
pengendapan garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan
kalsium pospat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, sel epitel, dan deskuamosa.
Skor Kondisi
0 Tidak ada stain / debris
1 Plak menutup tidak lebi dari 1/3 permukaan servikal
2 Plak menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa
3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa
Skor Kondisi
0 Tidak ada calculus
1 Calculus supra gingival menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal yang diperiksa
2 Calculus supra gingival menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang 2/3 permukaan yang
diperiksa, atau ada bercak bercak calculus sub gingival di sekeliling servikal gigi
3 Calculus supra gingival menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada calculus sub gingival
disekeliling servikal gigi
D. Epidemiologi Karies
Pravalensi karies pada anak-anak di negara berkembang meningkat dengan cepat. Pada
negara maju dalam 15 tahun terakhir, survey pada anak sekolah menunjukkan adanya
penurunan pravalensi karies sampai 50%. Menurut data SUSENAS pada tahun 1998, keluhan
pada gigi menduduki peringkat ke-6 dan keluhan yang berasal dari timbulnya karies sebanyak
45,68%.
Berdasarkan hasil SKRT pada tahun 1995, 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan
gigi aktif yang dengan kata lain adalah kerusakan pada gigi yang belum ditangani. Rerata
DMF-T berkisar pada 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMFT yang telah
ditetapkan WHO yakni tiga.
Data Riskesdas 2007, pravalensi penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut 23,4%
dengan pravalensi penduduk yang menerima perawatan dari tenaga medis 29,6%. Pada tahun
ini indeks DMFT nasional adalah 4,85 dengan angka PTI sebesar 1,6% yang menggambarkan
angka motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dengan upaya
mempertahankan gigi. Akan tetapi angka RTI lebih tinggi yakni sebesar 25,25 yang berari
menggambarkan besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan filling
ataupun pencabutan.
Data Riskesdas 2013, parvalensi masalah gigi dan mulut 25,9% dengan pravalensi
penduduk yang menerima perawatan gigi dari tenaga medis gigi sebesar 8,1% dengan indeks
DMFT nasional 4,6 yang artinya tiap penduduk Indonesia rata-rata memiliki lima gigi
berlubang di dalam mulutnya. Sedangkan menurut data Riskesdas 2018, pravalensi masalh
gigi 45,3% dengan pravalensi katies sangat tinggi yakni 88,8% dengan indeks DMFT
nasional 7 yang berarti setiap penduduk Indonesia rata-rata memiliki tujuh gigi berlubang
dalam mulutnya.
1. CPITN
Pengertian: Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks resmi yang
digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan
kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus yaitu WHO Periodontal
Examining Probe.
Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk ujung
bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm.
Probe ini memiliki ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini
digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde
terdapat daerah yang diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm
maka seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya
sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman 6mm
atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak lagi.
Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan selanjutnya
ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria menentukan kebutuhan
perawatan tersebut adalah : Skor Status periodontal Kode Kebutuhan perawatan 0 1 2 3 4
Periodonsium Sehat Secara langsung atau dengan kaca mulut terlihat perdarahan setelah
probing Sewaktu probing terasa adanya kalkulus tetapi seluruh daerah hitam (pada probe)
masih terlihat Saku dengan kedalaman 4-5 mm (tepi gingiva berada pada bagian probe
berwarna hitam) Saku dengan kedalaman 6 mm (bagian probe berwarna hitam tidak
terlihat lagi) 0 I II III IV Tidak membutuhkan Memerlukan perbaikan oral hygiene
Perbaikan oral hygiene dan skeling professional Perbaikan oral hygiene dan skeling
professional Perbaikan oral hygiene dan skeling professional dan perawatan komprehensif
* ∗ Perawatan komprehensif berupa skeling dan penyerutan akar dibawah anastesi lokal,
dengan atau tanpa prosedur bedah untuk aksesibilitas
3. Sektan
Sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 44- 47. Tapi hanya
skor yang terburuk per sektan yang dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka
sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. Keadaan terparah atau nilai tertinggi yang
dicatat pada satu sektan.
4. Gigi indeks
Untuk mencatat berbagai kondisi dari jaringan periodontal, tidak diperiksa semua gigi,
melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut gigi-gigi indeks. Gigi- gigi indeks yang
harus diperiksa adalah 17, 16, 11, 26, 27, 47,46, 31, 36 dan 37
1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan
2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)
Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu
Pembagian mengenai kelompok umur, gigi indax dan skornya adalah sebagai berikut
:
1. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1,
2.1, 2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1,
2.6, 3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
3. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan
16-19 tahun, dengan skor 0,1, 2.
1 : periodonsium sehat
Kelebihan Kekurangan
Pengertian: PHP oleh Podshadley dan Haley merupakan indeks pertama yang
dikembangkan untuk tujuan yang semata-mata menilai kebersihan individu dalam
membersihkan food debris setelah instruksi menyikat gigi. Indeks ini mencatat ada
tidaknya food debris dengan nilai 1 atau 0, secara berturut-turut menggunakan seluruh
permukaan dari enam gigi yan dipakai dalam OHI-S.
Permukaan setiap gigi dibagi menjadi 5 area yaitu 3 area yang dibagi secara longitudinal,
dengan 1/3 tengah dibagi secara horizontal menjadi 3 area lagi. Pemberian nilai didahului
dengan menggunakan “disclosing solution”. Penilaian PHP setiap orang diperoleh dengan
cara menjumlahkan nilai kelima area setiap permukaan gigi dan kemudian dibagi dengan
banyaknya permukaan gigi yang diperiksa.
Rumus
Kelebihan
Mudah digunakan karena hanya melihat beberapa gigi
Kekurangan
Membutuhkan waktu lama apanila jumlah orang yang diperiksa banyak, gigi yang
digunakan sebagai sampel pemeriksaan sering hilang pada banyak orang
Pengertian: merupakan alat screening cepat untuk mengindikasi level perawatan yang
dibutuhkan dan menyediakan dasar panduan kebutuhan perawatan. Bukan merupakan alat
diagnostic.
Rumus:
Kelebihan: Mudah dan gampang digunakan
Kekurangan:
Tidak dapat menimbulkan diagnose dari hasil screening BPE index, membutuhkan waktu
yang lama karena semua gigi diperiksa
Rumus: Skor tertinggi pada sektan dipilih sebagai skor PSR untuk sekstan. Hanya 1 skor yang
dipilih untuk tiap sekstan dalam rongga mulut. Untuk memeriksa gigi secara individual
digunakan A WH O/CPITN/PSR probe.
Kelebihan Kekurangan
Pengertian: Sistem ini menunjukkan hubungan langsung dan tak langsung diantara indeks
kerentanan, hasil mikroba dan penyakit. Singel Nucelotida Polymorphism (SNP’s) di gen
yang mengkode molekul dari sistem pertahanan tubuh dinilai. Genetic marker
menunjukkan kerentanan manifestasi penyakit dan dapat digunakan untuk mengungkap
informasi yang tersembunyi.
Kelebihan Kekurangan
Faktor pendukung
Jenis kelamin
Hasil pengamatan yang dilaakukan oleh joshi di India, dari total populasi anak usia 6-
12 tahun banyak yang diperoleh laki laki kejadiannya lebih tinggi daripada perempuan
karena perempuan lebih sadar dalam menjaga kebersihan gigi
Usia
Penelitian epidemiologi menunjukkan terjadi peingkatan prevaleensi karies sejalan
dengan pertambahan umur
Tingkat sosial dan ekonomi
Anak dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah mengaami karies lebih banyak dan
kecenderungan untuk tidak mendapatkan perawata gigi lebih tinggi dbandingkan anak
ekonomi menengah keatas
Kebiasaan buruk
LO 5 : M4 Program Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut
Beberapa peran yang dilakukan orangtua/wali dalam upaya pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulutkaries gigi pada anak :
Membersikan gigi.
Penyikatan gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak bisa menyebabkan kerusakan
gigi, misalnyagigi berlubang. Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur,
minimal 2 kali sehari yaitu pagi harisetelah sarapan dan sebelum tidur malam.
Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikatgigi yang ukurannya kecil
dengan tangkai yang mudah digenggam dan bulu sikatnya halus (soft).Bagian kepala
sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut anak (Rp
Yulianti,2011).
Pemakaian pasta.
Pasta gigi adalah pasta atau bisa di sebut dengan istilah gel yang digunakan untuk
meningkatkankesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan,
termasuk menghilangkan dan mengurangi bau mulut. banyaknya pasta yang diberikan pada
anak-anak dianjurkan sebesar biji kacangpolong (Utami meganita, 2012).
Diet yang baik sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hampir semua
makanan,termasuk susu memiliki beberapa jenis gula yang dapat menyebabkan kerusakan
gigi.
Berikut hal-halyang dapat dilakukan dalam melakukan diet sehat untuk anak:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran. Gabungan ini arus setengah dari apa yang anak makan
setiap hari.
- Hindari mengisi botol dengan cairan seperti air gula, atau minuman ringan.
- Jangan makanan manis yang melebihi jumlah 50 – 80 gram/hari, khususnya permen
yang lengketatau permen kunyah dan buah kering (kismis).
- Hindari makan kudapan yang manis dengan sering (Ratnanigsih Tri, 2016).
- Mengawasi jajanan anak. Orangtua perlu mengawasi pola jajanan anak di sekolah hal
ini dikarenakan di sekolah banyak sekalijajanan yang bersifat manis dan lengket.
Apabila tidak di lakukan pengawasaan terhadap konsumsi jajanan anak, maka di
takutkan anak akan banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat manis danlengket
yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies gigi. Untuk menghindari hal
tersebutsebaiknya orangtua tidak memberikan uang saku tetapi membawakan bekal dari
rumah sehinggaorangtua dapat mengawasi makanan yang akan di konsumsi anak
tersebut baik kadungan gizi dankebersihan makanannya ( Rp Yulianti, 2011).
- Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi. Saat gigi pertama anak muncul, itulah saatnya
membawa kedokter gigi. ADA (American DentalAssociation) merekomendasikan
bahwa kunjungan ke dokter gigi pertama berlangsung setiap enam bulan sekali setelah
gigi pertama muncul agar anak nyaman dengan kebiasaanbaik untuk kesehatanmulut
(Rp Yulianti, 2011).
-
Menurut (Gultom meinarly, 2009) cara untuk mengatasi terjadinya karies gigi,
orangtua/wali bias melakukan dengan cara :
a. Jangan memberikan makanan dan minuman yang mengandung gula seperti permen
yang bersifatlengket.
b. Hindari memberikan makan-makanan yang kudapan atau cemilan yang manis dengan
sering.
c. Sebaiknya sehabis makan-makanan yang manis anak di biasakan berkumur dengan air
putih.
d. Tidak memberikan makanan atau minuman yang manis di saat jam luar makan, ada
baiknya dibiasakan untuk memberikan air putih matang yang sudah di dingikan terutama
pada saat anak sudah ingin tidur.
a. Sikat Gigi.
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang memiliki ciri-ciri, seperti: bulu-bulu sikat lunak
dan tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak dalam mulut. Ukuran sikat gigi
yangdiperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi atau disesuaikan dengan
ukuran mulut.Dalam memilih sikat gigi yang harus diperhatikan adalah kondisi bulu sikat.
Pilihlah bulu sikat yangterbuat dari nilon karena sifatnya yang elastis Manson (2009).
b. Pasta gigi.
Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor akan
bereaksidengan enamel gigi dan membuat enamel lebih tahan terhadap serangan asam.
Pasta gigi yangmengandung fluor apabila digunakan secara teratur akan dapat mencegah
kerusakan gigi. Pasta gigi yang sudah mengandung fluoride ternyata sudah terbukti dapat
meningkatkan absorbsi ion fluorpada permukaan gigi yang akan menghambat kolonisasi
bakteri dari permukaan gigi. Beberapa pastagigi juga mengandung bahan-bahan kimia
seperti formaldehid atau strongsium clorida, yang dapatmembantu mengurangi sensitivitas
dari akar gigi yang terbuka akibat resesi gingiva (Admatyaka Irene, 2008).
c. Waktu menyikat gigi
waktu menyikat gigi yang paling tepat adalah pagi setelah sarapan dan malamsebelum
tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam
dimulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka mulut semakin asam dan
bakteriakan tumbuh subur membuat lubang pada gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan
sikat gigi.(Manson, 2009).
d. Perlindungan terhadap gigi
perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan penggunaan fluor
dan khloreksidin. Silent harus ditempatkan secara selektif pada pasien yangberesiko karies
tinggi. Prioritas tertinggi diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8tahun.
bahan silen yang digunakan dapat berupa resin maupun glass ionomer. Silen resin
digunakanpada gigi yang telah erupsi sempurna sedangkan silen glass ionomer digunakan
pada gigi yangbelum tumbuh sempurna sehingga silen ini merupakan pilihan yang tepat
sebagai silen sementarasebelum digunakannya silen resin (Admatyaka Irene, 2008).
3. Kandungan Fluor
Peran fluor dalam pencegahan karies gigi sudah dikenal sejak 50 tahun yang lalu.
Menurutmanson, 2009 secara umum, fluor bekerja melalui tiga cara, yaitu :
a. Memperlambat perkembangan karies gigi dengan menghentikan proses demineralisasi
b. Meningkatkan ketahanan enamel terhadap serangan asam dengan cara membantu
prosesremineralisasi terhadap hidroksiapatit dan mengubahnya menjadi fluorapatit.
c. Dalam dosis tinggi dapat menghentikan metabolism bakteri. Bagi anak usia
prasekolah, pemberian fluor dalam pasta gigi adalah sarana pencegahan karies gigiyang
paling murah, mudah di dapat, sekaligus efektif. Berikut adalah kandungan fluor dalam
berbagaisediaan pasta gigi.
Untuk 2-6 tahun disarankan pasta gigi diberikan seukuran butiran kacang polong (pea
sized) atausekitar 0, 25 g pasta gigi. Sebuah sikat gigi anak bisa menampung 0,7-1 g pasta
gigi (full strip).Pemilihan pasta gigi untuk anak harus dibedakan dengan pasta untuk orang
dewasa karena kandungan fluor didalamnya berbeda. Terapi dengan fluor ada dua macam,
yaitu intensitas rendah dan intensitastinggi. Yang dimaksud intensitas rendah adalah terapi
menggosok gigi dengan pasta gigi berfluorsesuai anjuran ADA (American Dental
Association). Sedangkan yang dimaksud intensitas tinggiadalah pemberian gel fluor,
varnish fluor, dan pasta atau obat kumur fluor konsentrasi tinggi. Namununtuk lesi awal
yang terdapat pada pit dan fisur, terapi fluor kurang dapat bekerja efektif. Karena ituuntuk
penanganan lesi awal pada pit dan fisur disarankan untuk diberikan sealant.
4. Kontrol Plak
Model pelayanan berlapis kesehatan gigi dan mulut dengan sistem rujukan
berjenjang melalui pendekatan PHC ( Primary Health Care ).
Pelayanan pada lapis pertama adalah Basic Emergency Care (relief of pain, extraction,
emergency for trauma referral of patients ) yaitu pelayanan darurat dasar yang harus dapat
melayani siapa saja dan di mana saja. Upaya menghilangkan atau mengurangi rasa sakit
gigi dapat diberikan oleh kader kesehatan atau oleh petugas kesehatan semisal Bidan di
Desa untuk yang memerlukan pertolongan. Pelayanan lapis kedua adalah Preventif Care
yaitu pelayanan yang bersifat pencegahan :
Pelayanan pencegahan yang ditujukan kepada perorangan melalui; pemeriksaan gigi dan
mulut pada pasien perorangan, termasuk pencatatan temuan-temuan patologis dan kelainan-
kelainanan, dan rujukan jika diperlukan, nasehat dan pertunjukkan kepada perorangan
mengenai hygiene mulut, konsumsi fluorida, diet, perilaku yang membahayakan kesehatan,
dan pemeriksaan diri sendiri, aplikasi fluorida secara topical, fissure sealant, dan
pembuangan karang gigi serta deteksi dini dan penumpatan dengan ART. Pelayanan
preventive care dapat diberikan oleh tenaga Perawat Gigi.
Pelayanan lapis ketiga adalah Self Care, yaitu pelayanan pelihara diri yang dapat dilakukan
perorangan dalam masyarakat meliputi; pelaksanan hygiene mulut yang memadai,
kebiasaan dalam mengkonsumsikan makanan yang tepat, menghindari kebiasaan-kebiasaan
yang tidak baik untuk kesehtan gigi dan mulut, menggunakan fluor sesuai dengan yang
dianjurkan, pemeriksaan diri sendiri dan mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin,
dan mematuhi nasehat-nasehat dari tenaga professional kesehatan.
Pelayanan lapis keempat adalah Simple Care, yaitu suatu pelayanan professional
sederhanan atau pelayanan medik gigi dasar umum meliputi ; pembuangan karang gigi,
ekstraksi tanpa komplikasi, tumpatan gigi, tindakan interseptik orthodontik dan rujukan
untuk pelayanan selain dari yang tersebut di atas.Pelayanan simple care dapat diberikan
pada tingkat Puskesmas oleh dokter gigi atau Perawat Gigi yang telah mendapat wewenang
dari atasan.
Pelayanan lapis ke lima adalah Moderate Care, yaitu suatu pelayanan professional di bidang
kedokteran gigi yang advance atau pelayanan medik gigi dasar khusus seperti tingkatan
spesialistik kedokteran gigi.Pelayanan ini meliputi terapy penyakit periodontal yang lanjut,
ekstraksi, pengobatan endodontik untuk gigi yang berakar satu, restorasi lebih satu
permukaan, prothesa cekat, prothesa lepasan, tindakan orthodonti, fraktur gigi, lesi selapaut
lendir mulut dan rujukan kepada spesialisa bila diperlukan.
Pelayanan lapis keenam adalah Complex Care, yaitu suatu pelayanan professional oleh
tenaga spesialis baik sendiri maupun tim.Pelayanan meliputi ; penyakit periodontal
komplek, ekstraksi dengan komplikasi, tindakan endodontik gigi gigi berakar lebih dari
satu, pelayanan peotetik yang complicated, tindakan orthodontik korektif, perawatan trauma
muka dan rahang, pengobatan lesi selaput lendir mulut, therapy disfungsi sendi temporo
mandibular, dan tindakan pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit lain
(medicalcompromised patients).
Upaya Pelayanan kesehatan gigi di Indonesia dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun
swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini
mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan WHO) yang meliputi tindakan promotif,
preventif, 4 deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan pelayanan kesehatan
berjenjang untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya
yang ada.
Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi dilakukan dengan
pendekatan Basic Package of Oral Care (BPOC) atau Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut di puskesmas, yang terdiri dari:
1. Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent Treatment/OUT) yang terdiri
atas 3 elemen mendasar:
• Tindakan mengurangi rasa sakit melalui Ɵ ndakan pemberian obat-obatan dan perawatan
penambalan gigi
• Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan penyangga
• Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks
2. Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung fl uoride dengan harga terjangkau (Aff ordable
Fluoride Toothpaste/AFT) dan
3. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur)/Atraumatic Restorative Treatment
(ART).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/2743/4/BAB%20II.pdf
http://repository.unand.ac.id/19988/4/BAB%201-4.pdfDAPUS
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf
Buku Penuntun SL