Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

“Badan Layanan Umum Rumah Sakit”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen RS dan Puskesmas


Dosen Pengampu : Dr. drg. Sri Hernawati, M. Kes

Disusun Oleh :

Nadia Dian Rosanti (182520102004)


Yuniar Eka Putri C N (182520102011)
M. Afif Rijal Husni (182520102012)
Ulva Hari Andini (182520102013)
Dwike Primadita Rosanti (182520102017)
Nuzua Irfa Nuriana (182520102019)
Roni Sandi Arifin (182520102020)
Hilma Lailatul Arofah (182520102025)
Novitasari (182520102030)
Syahroni Bahtiar (182520102036)
Retno Trisnawati (182520102038)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PRGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PRAKATA

Puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas yang
berjudul “Badan Layanan Umum Rumah Sakit” dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini mendapat bantuan dari berbagai pihak, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, dan kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Rumah Sakit dan Puskesmas Dr. drg. Sri Hernawati, M.Kes yang telah
memberikan bimbingan sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan
penyusunan makalah dimasa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat bagi semua yang membacanya.

Jember, 25 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Definisi Badan Layanan Umum (BLU)................................................. 4

2.2 Latar Belakang Badan Layanan Umum Daerah ................................. 4

2.3 Tujuan dan Asas Badan Layanan Umum ............................................ 5

2.3.1 Tujuan Badan Layanan Umum (BLU) ..................................................... 5

2.3.2 Alasan Rumah Sakit Pemerinth Dijadikan BLU ...................................... 6

2.3.3 Tinjauan Aspek Pelaporan Keuangan dan Pertanggungjawabannya ........ 8

2.3.4 Tinjauan Dari Aspek Teknis Keuangan .................................................. 11

2.4 Karakteristik Badan Layanan Umum Daerah................................... 15

2.5 Dasar Hukum Pendirian Badan Layanan Umum ............................. 15

2.5.1 Undang-Undang Republik Indonesia :.................................................... 15

2.5.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia .............................................. 16

2.5.3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia .................................. 16

2.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit BLUD .......................................... 18

ii
2.7 Arus Penetapan BLUD ......................................................................... 19

2.8 Pendapatan BLUD ................................................................................ 19

2.9 Pembiayaan Rumah Sakit BLU........................................................... 20

2.10 Persyaratan Untuk Menjadi BLUD .................................................... 20

2.11 Keuntungan Menjadi BLU................................................................... 22

BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan
yang selalu timbul adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumber daya untuk mendukungnya. Di
lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana, tenaga
medis maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di
samping itu Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya
sumber dana untuk membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit
diharapkan dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Rumah sakit yang ada diIndonesia, selalu berupaya untuk
memberikanpelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui
penyediaan peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada
fasilitas pendukung lainnya. Dari beberapa kasus kita menemukan suatu
kenyataan bahwa sering sekali pasien harus menunggu dalam waktu yang tidak
wajar untuk mendapatkan pelayanan karena urusan birokrasi. Bahkan bukan
merupakan hal yang berlebihan apabila dikatakan bahwa jiwa pasien yang
seharusnya dapat tertolong menjadi melayang sia-sia karena keterlambatan
penanganan akibat birokrasi yang berbelit-belit, keterbatasan alat kesehatan dan
tenaga medis.
Sesuai dengan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, yang pada prinsipnya mengatur bahwa instansi
pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada
masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan
menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas sebagai Badan Layanan
Umum (BLU). Melaluipola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan
dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pola pengelolaan pendapatan dan
belanja, pengelolaan kas dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan

1
2

kesempatan untuk memperkerjakan tenaga profesional Non-PNS serta


kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.
Kementerian kesehatan menekankan pentingnya sebuah penyesuaianatau
reformasi dalam pengelolaan Rumah Sakit dengan mengimplikasikanmengubah
status rumah sakit pemerintahmenjadi bentuk Badan LayananUmum. Rumah
Sakit pemerintahsebagai salah satu sub sistempenyelenggaraan peningkatan
kesehatan didorong untuk melakukan inovasi-inovasidan meningkatkan pelayanan
kesehatan. Peningkatan pelayananberpengaruh pada peningkatan biaya produksi
pelayanan. Rumah Sakit BLU diberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan
anggaran, termasukpengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaanbarang/jasa, dengan tetap BLUdipegang ketat dalam perencanaan
danpenganggarannya, serta dalam pertanggung jawabannya. Perubahan
RumahSakit menjadi BLUbukan sesuatu yang mudah, karena meliputi
banyaksyarat-syarat. Setelah menjadi BLU, Rumah Sakit diharuskan
melakukanpenilaian kinerja untuk menilai bagaimana pelayanan yang diberikan
olehRumah Sakit kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam penyusunan makalah ini
yaitu :
1.2.1 Apakah pengertian dari BLUD ?
1.2.2 Apa saja tujuan dari BLUD ?
1.2.3 Apa yang menjadi alasan/sejarah RS pemerintah dijadikan BLUD ?
1.2.4 Bagaimana karakteristik BLUD ?
1.2.5 Apa dasar hukum pendirian BLUD ?
1.2.6 Bagaimana struktur organisasi RS BLUD ?
1.2.7 Bagaimana arus penetapan BLUD ?
1.2.8 Bagaimana pendapatan BLUD ?
1.2.9 Bagaimana pembiayaan BLUD ?
1.2.10 Apa saja persyaratan RSUD menjadi BLUD ?
1.2.11 Apa saja keuntungan BLU bagi RS ?
3

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Menjelaskan pengertian dari BLUD ?
1.3.2 Menjelaskan tujuan dari BLUD ?
1.3.3 Menjelaskan alasan/sejarah RS pemerintah dijadikan BLUD ?
1.3.4 Menjelaskan karakteristik BLUD ?
1.3.5 Menyebutkan dasar hukum pendirian BLUD ?
1.3.6 Menjelaskan struktur organisasi RS BLUD ?
1.3.7 Menjelaskan arus penetapan BLUD ?
1.3.8 Menjelaskan pendapatan BLUD ?
1.3.9 Menjelaskan pembiayaan BLUD ?
1.3.10 Menyebutkan persyaratan RSUD menjadi BLUD ?
1.3.11 Menyebutkan keuntungan BLU bagi RS ?
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Badan Layanan Umum (BLU)


Badan layanan umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Pengertian Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah
daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas. Dengan demikian BLUD merupakan lembaga di pemerintah
daerah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat jenis Quasi Public Goods
yaitu perangkat daerah yang dalam operasionalnya sebagian dari APBD dan
sebagian lagi dari hasil jasa layanan yang diberikan. Sifatnya tidak semata-mata
mencari keuntungan (not for profit).
2.2 Latar Belakang Badan Layanan Umum Daerah
Latar belakang diadakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah
untuk peningkatan pelayanan dan efisiensi anggaran sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. BLUD juga merupakan Pola
Pengelolaan Keuangan yang diterapkan pada SKPD atau Unit Kerja dengan
diberikan fleksibilitas, yaitu berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
umumnya.
Dengan adanya Peratutran tersebut, maka makna dari pengertian BLUD
adalah :

4
5

a. BLUD merupakan perangkat daerah, mempunyai pengertian bahwa BLUD


asetnya merupakan asset daerah yang tidak terpisahkan.
b. Perangkat daerah yang dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
BLUD adalah SKPD (sebagai pengguna anggaran) atau Unit Kerja pada
SKPD (sebagai kuasa pengguna anggaran)
c. Memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,
,e,punyai pengertian bahwa SKPD atau Unit Kerja tersebut memberi
pelayanan langsung kepada masyarakat dan tidak semata-mata mencari
keuntungan, dan
d. Kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,
mempunyai arti bahwa BLUD diterapkan dalam rangka efisiensi anggaran
dan peningkatan pelayanan pada masyarakat
2.3 Tujuan dan Asas Badan Layanan Umum
2.3.1 Tujuan Badan Layanan Umum (BLU)
Tujuan BLU tercantum dalam pasal 2 PP nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan BLU, yaitu “BLU bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat”. Selain itu BLU juga bertujuan untuk
mewujudkan efisiensi dan efektivitas pelayanan masyarakat serta pengamanan
aset negara yang dikelola oleh instansi terkait (penjelasan Pasal 2 PP nomor 23
tahun 2005).
Pengertian praktek bisnis yang sehat tersebut di atas didefinisikan dalam
pasal 1 ayat (12) PP nomor 23 tahun 2005 yaitu “Praktek bisnis yang sehat adalah
penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang
baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan”.
Asas-asas BLU sesuai dengan pasal 3 PP nomor 23 tahun 2005, adalah
sebagai berikut :
6

a. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah


daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang
bersangkutan.
b. BLU merupakan bagian dari perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/ pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai
instansi induk.
c. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab
atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikan-nya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
d. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh
Menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/walikota.
e. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan.
f. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian
negara/lembaga/ pemerintah daerah.
g. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek
bisnis yang sehat.
2.3.2 Alasan Rumah Sakit Pemerinth Dijadikan BLU
Diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) adalah sebagaimana yang
diamanatkan dalam Pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. PP tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
publik oleh Pemerintah, karena sebelumnya tidak ada pengaturan yang spesifik
mengenai unit pemerintahan yang melakukan pelayanan kepada masyarakat yang
pada saat itu bentuk dan modelnya beraneka macam.
7

Jenis BLU disini antara lain rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan
lisensi, penyiaran, dan lain-lain. Rumah sakit sebagai salah satu jenis BLU
merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tak
sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang
dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah atau rumah sakit milik
pemerintah. Penyebabnya sangat klasik, yaitu masalah keterbatasan dana yang
dimiliki oleh rumah sakit umum daerah dan rumah sakit milik pemerintah,
sehingga tidak bisa mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan
medis yang terbatas maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang
rendah.
Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen
maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan,
yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan
berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya.
Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh
berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia
yang dimiliki (profesionalitas) dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan
teknologi dari rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit pemerintah yang terdapat di
tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan
tersebut.
Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit
pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah
ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke
atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk
secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan
menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah
sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah
ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit
yang murah dan bermutu.
8

Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit Pemerintah Daerah


yang telah menjadi BLU / BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga /gubernur /bupati /walikota sesuai
dengan kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan
dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
2.3.3 Tinjauan Aspek Pelaporan Keuangan dan Pertanggungjawabannya
Paket undang-undang bidang keuangan negara merupakan paket reformasi
yang signifikan di bidang keuangan negara yang kita alami sejak kemerdekaan.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberi landasan yang penting
bagi orientasi baru tersebut di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja dalam penganggaran di
lingkungan pemerintah. Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas dalam segala aktivitasnya. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen
keuangan berbasis pada hasil (kinerja). Peluang ini secara khusus menyediakan
kesempatan bagi satuan-satuan kerja pemerintah yang melaksanakan tugas
operasional pelayanan publik, untuk membedakannya dari fungsi pemerintah
sebagai regulator dan penentu kebijakan.
Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
Satuan kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan pada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Organisasi BLU cenderung
sebagai organisasi nirlaba kepemerintahan Sesuai dengan PP No:23 tahun 2005
pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan laporan keuangan diselenggarakan
sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi
9

profesi akuntansi Indonesia. Ketentuan ini mengakibatkan ketidakkonsistensian


yaitu bahwa organisasi BLU yang cenderung sebagai organisasi kepemerintahan
tetapi pelaporan akuntansi menggunakan PSAK (standar akuntansi keuangan),
bukan menggunakan PSAP (Standar akuntansi pemerintahan).
Standar akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi
pemerintah(KSAP). Standar ini digunakan untuk organisasi kepemerintahan dan
merupakan pedoman dalam penyususnan dan penyajian laporan keuangan. SAP
dinyatakan dalam PSAP. Organisasi pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba
semestinya menggunakan SAP bukan SAK. Oleh karena itu jika rumah sakit
pemerintah sebagai badan layanan umum semestinya juga menggunakan SAP
bukan SAK, namun dalam PP disebutkan badan layanan umum sebagai institusi
yang nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK no
45 yaitu standar akuntansi keuangan untuk organisasi nirlaba :
a. Mengukur jasa atau manfaat entitas nirlaba,
b. Pertanggungjawaban manajemen entitas rumah sakit, (disajikan dalam
bentuk laporan aktivtias dan laporan arus kas)
c. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa, (disajikan dalam bentuk laporan
posisi keuangan)
d. Mengetahui perubahan aktiva bersih, (disajikan dalam bentuk laporan
aktivitas)
Dengan demikian laporan keuangan rumah sakit pemerintahan akan
mencakup :
a. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut
neraca). Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada
umumnya. Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak
terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud
pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang
ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah
pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan
agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan terntentu
10

b. Laporan aktivitas, (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan


dalan aktiva bersih)
c. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivtitas operasi, aktivtais
investasi dan aktivtias pendanaan
d. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan
permanen atau temporer. dan perubahan klasifikasi aktiva bersih
Laporan keuangan rumah sakit diaudit oleh auditor independen Adapun
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang disusun
harus menyediakan informasi untuk :
a. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
b. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk
laporan aktivitas dan laporan arus kas);
c. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporan
posisi keuangan);
d. Mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan
aktivitas).
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah
dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan
pemerintah daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD
mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan
Keuangan sesuai dengan SAP
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP
No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka
pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya,
menyusun dan menyajikan : 1. Laporan Keuangan; dan 2. Laporan
Kinerja.Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari: 1. Laporan
Realisasi Anggaran dan atau Laporan Operasional; 2. Neraca; 3. Laporan Arus
Kas; dan 4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebelum disampaikan
kepada entitas pelaporan direview oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam
11

hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, review dilakukan oleh aparat
pengawasan intern kementerian negara/ lembaga. Review ini dilaksanakan secara
bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan
BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
BLU sebagai Instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dipimpin oleh Pejabat
Pengguna Anggaran yang berwenang/bertugas :
a. Menyusun RKA
b. Menyusun DPA
c. Melaksanakan anggaran belanja satker
d. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
e. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
f. Mengelola utang dan piutang
g. Menggunakan barang milik Daerah
h. Mengawasi pelaksanaan anggaran
i. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
2.3.4 Tinjauan Dari Aspek Teknis Keuangan
Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah
dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan
pendukung yang terkait dengan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP
no: 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit pemerintah telah mengalami perubahan
sebagai badan layanan umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas pada
pertanggungjawaban keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi
kepada departemen keuangan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang
harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan teknis
keuangan pun harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip
akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang disusun rumah sakit
pemeritah juga harus disusun dengan berbasis kinerja (sesuai dengan
Kepmendagri no 29 tahun 2002). Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis
keuangan perlu didukung adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara
rumah sakit,dengan pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam
12

penentuan biaya pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi dan
kualitas pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah adanya
audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap pelaporan
keuangan tetapi juga perlu audit klinik. Dengan berubahnya kelembagaan sebagai
BLU tentu saja aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis kinerja.
Sesuai dengan syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan persyaratan
substantif, persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan
dengan standar layanan, penentuan tarif layanan, pengelolaan keuangan,tata kelola
semuanya harus berbasis kinerja. Hal-hal yang harus dipersiapkan bagi rumah
sakit untuk menjadi BLU dalam aspek teknis keuangan adalah :
a. Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan
demikian rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran
(cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam
layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupun
subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak
mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif
rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar (kesanggupan
konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan.
Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada presentase
tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari
setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada
pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan
DPRD.
b. Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan hanya berbasis
subsidi dari pemerintah. Dengan demikian penyusunan anggaran harus
didasari dari indikator input, indikator proses dan indikator output.
c. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang disusun oleh
organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh Kantor Akuntan
Independen bukan diaudit dari pemerintah.
13

d. Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance based.


Dalam penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu memiliki dasar
pemikiran bahwatingkatan pemberian remunerasi didasari pada tingkatan,
yaitu tingkatan satu adalah basic salary yang merupakan alat jaminan safety
bagi karyawan. Basic salary tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit.
Tingkatan dua adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi
karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan
rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus sebagai alat pemberian
reward kepada karyawan.Pemberian bonus ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan rumah sakit. Implementasi aspek teknis keuangan bagi
rumah sakit ini akan menjadi nilai plus dalam upayanya untuk peningkatan
kualitas jasa layanan dan praktik tata kelola yang transparan. Perhitungan
dan penelusuran terhadap unit cost memerlukan persyaratan sebagai berikut
:
1) Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,
2) Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa
meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah
sakit sebagai alat bargaining position,
3) Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik kepada
rumah sakit, khususnya mengenai pola penentuan tarif
4) Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem
informasi rumah sakit, akuntansi dan costing.
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan
umum, dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi
kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih
baik. Pendapatan dan belanja BLU tetap merupakan bagian APBD dengan aset
yang tidak dipisahkan. Namun lembaga ini tidak mengutamakan mencari
keuntungan semata, lebih memprioritaskan pelayanan masyarakat. Selain itu,
peran pemerintah daerah dalam pembiayaan juga tetap.BLU di sini beroperasi
sebagai unit kerja pemerintah daerah bertujuan memberikan layanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk
14

bersangkutan. Sesuai dengan asas yang diamanatkan, BLU mengelola


penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/ BLUD
menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/
pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya,
harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan,
biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit
pemerintah di daerah (RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh
kepala daerah dengan peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal
tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
a. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan
yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/ BLUD;
b. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan;
c. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat
pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
d. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan
dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/ BLUD; dan
e. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang
telah ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/ BLUD dapat
memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/ jasa layanan
yang diberikan. Imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan tersebut
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit
layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit
kepada menteri keuangan/ menteri kesehatan/ kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/ kepala daerah
dengan peraturan menteri keuangan/ peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang
diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
15

a. Kontinuitas dan pengembangan layanan;


b. Daya beli masyarakat;
c. Asas keadilan dan kepatutan; dan
d. Kompetisi yang sehat.
2.4 Karakteristik Badan Layanan Umum Daerah
Karakteristik BLU RS berdasarkan pada Keputusan Menteri kesehatan No.
1981/Menkes/SK/XII/2010 adalah :
a. BLU RS bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan juga mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip efisiensi dan juga produktivitas serta
penerapan praktik bisnis yang etis dan sehat dengan tidak semata-mata
mencari keuntungan
b. BLU RS merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan yang
diberikan tugas serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan jasa
pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengembangan serta usaha lain dalam
bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
2.5 Dasar Hukum Pendirian Badan Layanan Umum
2.5.1 Undang-Undang Republik Indonesia :
a. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
d. Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2008
e. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2008
16

2.5.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


a. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan :
1) PP 24/2005 - Lampiran I
2) PP 24/2005 - Lampiran II
3) PP 24/2005 - Lampiran III
4) PP 24/2005 - Lampiran IV
5) PP 24/2005 - Lampiran V
6) PP 24/2005 - Lampiran VI
7) PP 24/2005 - Lampiran VII
8) PP 24/2005 - Lampiran VIII
9) PP 24/2005 - Lampiran IX
10) PP 24/2005 - Lampiran X
11) PP 24/2005 - Lampiran XI
12) PP 24/2005 - Lampiran XII
13) PP 24/2005 - Lampiran XIII
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah
2.5.3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.02/2006 Tentang
Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan
Pegawai Badan Layanan Umum
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 Tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang
Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas,
dan Pegawai Badan Layanan Umum
17

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 Tentang Dewan


Pengawas Badan Layanan Umum
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 Tentang
Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan
Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (sebagai pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor
07/PMK.02/2006)
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008 Tentang Tata Cara
Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran untuk Satuan Kerja Badan
Layanan Umum Tahun Anggaran 2008
j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 dan lampiran
Tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan
Layanan Umum (sebagai Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor
66/PMK.02/2006)
k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009 Tentang Pengelolaan
Pinjaman pada Badan Layanan Umum
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 Tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/Lembaga
m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 dan lampiran
Tentang Penghapusan Piutang Badan Layanan Umum
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 dan lampiran
Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja
o. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah
18

2.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit BLUD


Pasal 32 ayat (1) sampai (4) PP 23 tahun 2005 mengatur mengenai Struktur
Organisasi, yang bunyi keseluruhan pasal tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pejabat pengelola BLU terdiri atas :
a) Pemimpin;
b) Pejabat keuangan; dan
c) Pejabat teknis
2) Pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai
penanggung jawab umum operasional dan keuangan BLU yang berkewajiban :
a) Menyiapkan rencana srtategis bisnis BLU
b) Menyiapkan RBA tahunan
c) Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
d) Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU
3) Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi
sebagai penanggung jawab keuangan yang berkewajiban :
a) Mengkoordinasikan penyusunan RBA
b) Menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU
c) Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja
d) Menyelenggarakan pengelolaan kas
e) Melakukan pengelolaan utang-piutang
f) Menyusuan kebijakan pengelolaan barang, aset tetap. Dan investasi BLU
g) Menyusun sistem informasi manajemen keuangan; dan
h) Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan
19

2.7 Arus Penetapan BLUD

2.8 Pendapatan BLUD


Pendapatan PPK-BLU diatur dalam pasal 14 PP nomor 23 tahun 2005,
yaitu:
a. Penerimaan dari APBN/APBD
b. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain yang merupakan pendapatan operasional BLUD
c. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlukan sesuai dengan peruntukan
d. Hasil kerjasama BLUD dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.
e. Kecuali hibah terikat, semua pendapatan BLUD dapat digunakan/dikelola
langsung untuk membiayai belanja BLUD, sesuai kegiatan menurut RBA.
20

f. Semua pendapatan, kecuali yang bersumber dari APBN/APBD dilaporkan


kepada PPKD setiap triwulan sebagai pendapatan negara bukan pajak
(PNBP) kementerian/lembaga atau Pendapatan bukan pajak pemerintah
daerah.
2.9 Pembiayaan Rumah Sakit BLU
Rumah sakit BLU memperoleh dana APBN untuk biaya operasional dan
belanja modal. Biaya operasional biasanya digunakan untuk biaya gaji pegawai
dan biaya pemeliharaan aktiva tetap. Sedangkan belanja modal adalah
pengeluaran untuk pembelian tanah dan pembangunan gedung, yang dikapitalisasi
di Neraca dan dicatat sebagai penambahan Aktiva Tetap. Pada saat pembuatan
RBA, BLU mengajukan rencana bisnis dan anggaran ke departemen induk untuk
mendapat persetujuan. Departemen induk akan memasukkan anggaran yang
diminta dalam Rencana Kerja dan Anggaran (selanjutnya disebut RKA)
departemen yang bersangkutan. RBA BLU dikonsolidasikan dengan RKA dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RKA Kementerian/Lembaga.
Pendapatan dan Belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA
Kementerian/Lembaga.
Surplus Anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya,
kecuali atas perintah KDH, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum
Daerah, dengan mempertimbangakan posisi Likuiditas BLU. Defisit Anggaran
BLU dapat diajukan pembiayaan dalam tahun anggaran berikutnya kepada PPKD.
PPKD dapat mengajukan anggaran untuk menutupi difisit pelaksanaan anggaran
BLU dalam APBD tahun anggaran berikutnya
2.10 Persyaratan Untuk Menjadi BLUD
Badan layanan umum merupakan suatu instansi di lingkungan pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari untung dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Secara umum asa badan layanan umum adalah pelayanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah
21

secara hukum dari instansi induknya. Berikut merupakan syarat RSUD untuk
menjadi BLUD yaitu sebagai berikut :
a. Subtantif
Merupakan bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat
operasional yang menghasilkan semi barang/jasa yang diberikan kepada
masyarakat. Harus berorientasi pada layanan public atau masyarakat. Oleh
karena itu BLU tidak mengutamakan mencari keuntungan.
b. Teknis
Diatur oleh Kementrian/Lembaga teknis atau satker perangkat daerah yang
bersangkutan. Upaya pendirian sebuah BLU memperhatikan criteria teknis
yang ditentukan oleh masing-masing kementrian Negara/lembaga yang
bersangkutan. Criteria tersebut antara lain meliputi aspek jenis dan mutu
layanan produk, aspek kinerja keuangan dan aspek manfaat pelayanan bagi
masyarakat. Kinerja pelayanan dibidang tugas dan fungsinya layak dikelola
dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD atas rekomendasi sekretaris
daerah untuk SKPD atau kepala SKPD untuk unit kerja. Kinerja keuangan
SKPD atau unit kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat.
c. Administratif
1) Persyaratan administratif diatur oleh Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah. Persyaratan administratif termasuk keuangan yang
digunakan oleh kementrian keuangan untuk menentukan suatu unit
pemerintah dapat diberikan status kandidat BLU . suatu unit dapat langsung
memperoleh status BLU tergantung kesiapan dan kemampuan memenuhi
persyaratan BLU.
2) Persyaratan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan
dan manfaat bagi masyarakat
3) Pola tata kelola
4) Rencana strategi bisnis
5) Laporan keuangan pokok
6) Standar pelayanan minimum
22

7) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara


independen.
2.11 Keuntungan Menjadi BLU
a. Tata kelola keuangan RS lebih baik dan transparan karena menggunakan
pelaporan standar akutansi keuangan yang memberi informasi tentang
laporan aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan
laporan keuangan.
b. RS masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji pegawai,
biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.
c. pendapatan RS dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor kas
Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.
d. RS dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana untuk
kegiatan operasional RS.
e. Membantu RS meningkatkan kualitas SDM nya dengan perekrutan yang
sesuai kebutuhan dan kompetensi.
f. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan oleh
pimpinan RS.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Badan Layanan Umum merupakan instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan jasa tanpa mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas dan praktek bisnis yang sehat.
Kerangka hukum Badan Layanan Umum (BLU) antara lain : UU RI No. 25
tahun 2009 Bab I pasal 1 tentang pelayanan publik, pasal 1 No. 23, Pasal 68 dan
69 UU No. 1 tahun 2004 tentang pembendaharaan negara dan PP No. 23 tahun
2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanudin. 2006. Jalan Menuju Stabilitas. Jakarta: Pustaka LP3ES


Indonesia

Anonim. 2012. Rumah Sakit Sebagai BLU.http://www.banjarnegarakab


.go.id/v2/index.php/berit a/pengumuman/761-rsud-banjarnegara-terapkan-
ppk-blud. Diakses 26 maret 2019.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2007. Modul Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum (PK BLU). Jakarta.

https://mutupelayanankesehatan.net/images/Forum_Mutu/.../Drs.Dadan%20S.pdf
Diakses pada tgl 25 Maret 2019 pukul 12.00 WIB

Partakusuma, Lia G.2014. Evaluasi Tata Kelola Rumah Sakit Badan Layanan
Umum pada 4 Rumah Sakit Vertikal Kelas A Hospital Jawa dan Bali Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan Volume 1 Nomor 1

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan


Umum

Rhyerhiaty. 2012. “Rumah Sakit Sebagai Badan Layanan Umum”.


https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/25/rssebagaibl/. Online.
Diakses 25 Maret 2019

24

Anda mungkin juga menyukai