Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Rumah Sakit

Dosen : Dr. Arjang, M.M.

STRUKTUR PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT

OLEH

ANDI BINTANG

NIM. P2MK190204040

PROGRAM PASCASARJANA (S2) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya makalah Manajemen Keuangan Rumah Sakit ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Untuk memenuhi salahsatu tugas syarat sebagai pengganti Ujian Akhir
Semester . Walaupun ada beberapa halangan yang menggangu proses pembuatan
makalah ini, namun penulis dapat mengatasinya tentu atas campur tangan dari Allah
SWT. Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang
berada di Universitas Indonesia Timur yang masih kurang mengetahui tentang
“Struktur Pembiayaan Rumah Sakit ”
Sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya bisa mendapatkan tambahan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharapadanya kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhir kata
dari penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

Bone, 30 Agustus 2021

Penulis

Andi Bintang

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 4
A. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit............................................. 4
B. Konsep Biaya Rumah Sakit............................................................................. 6
C. Sistem Pembiayaan Rumah Sakit.................................................................... 6
D. Analisis Biaya Rumah Sakit........................................................................... 11
E. Manfaat Analisis Biaya Rumah Sakit.............................................................. 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan
memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang
terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk
orang-orang yang menderitasakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World
Health Organization).
UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawa tdarurat.Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam kode etik rumah sakit,
dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat
diatur. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalamUU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit sebenarnya memiliki fungsi sosial yaitu
antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin,
pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut bisa berakibat dijatuhkannya sanksi
kepada Rumah Sakit tersebut, termasuk sanksi pencabutan izin.
Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU 44/2009, pemerintah dan
pemerintah daerah juga bertanggung jawab untuk menjamin pembiayaan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak
mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi, secara umum
penyanderaan pasien oleh Rumah Sakit tidak bisa dikategorikan sebagai
penahanan (perampasan kemerdekaan) ataupun pelanggaran HAM.Meski
demikian, Anda dapat saja melaporkan kepada polisi jika ada indikasi
penyanderaan tersebut telah merampas kemerdekaan si pasien.
Meskipun sudah banyak aturan dan anjuran agar fasilitas kesehatan
mendahulukan pertolongan kepada pasien, namun penolakan layanan kepada

1
pasien dengan alasan ekonomi masih kerap terjadi. Telah dijelaslkan pula dalam
undang-undang bahwa rumah sakit memiliki fungsi sosial yang tidak dapat
dilepaskan dengan fungsi rumah sakit lainnya.
Alasan klasik yang sering di utarakan rumah sakit adalah masalah biaya
operasional rumah sakit. Inilah salah satu dilema yang dihadapi rumah sakit
dalam melakukan layanan kesehatan bagi warga tidak mampu. Jika melayani
warga yang tak mampu membayar, tentu rumah sakit akan kehilangan
penghasilan. Dan, ini akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan
operasional RS itu sendiri. Ini merupakan dilema yang berat bagi rumah sakit.
Contoh kasus yang terjadi di Kota Makassar sebagaimana yang di muat
dalam Tempo.co pada tanggal 23 juni 2018 sebagai berikut:
Revan merupakan anak pasangan Andi Amir dan Nirmawanti. Pada Ahad, 23
Juni 2018, Revan didera muntah dan air besar terus-menerus hingga Andi
membawa Revan ke Rumah Sakit Umum Daerah Daya. "Sempat dirawat di
sana beberapa jam, tapi kondisinya terus memburuk dan kritis," kata Andi.
Karena kondisinya terus menurun, bayi Revan pun dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Pusat dr Wahidin Sudirohusodo dengan mobil ambulans dari RSUD
Daya. Di sana bayi Revan ditolak. Alasannya, kamar perawatan penuh. "Saya
berikan kartu Jamkesda, kartu keluarga, dan KTP agar Revan dirawat sebagai
pasien keluarga miskin," kata Nirmawanti. "Tapi, satu jam kemudian, petugas
rumah sakit bilang ruangan sudah penuh. Revan diminta cari rumah sakit lain."
Revan dibawa ke RS Ibnu Sina dan RS Awal Bros. Bahkan, di RS Ibnu Sina,
Revan tak sempat masuk ke ruang periksa. Petugas rumah sakit hanya
memeriksa bayi itu dalam ambulans, dan menolak dengan alasan ruangan
penuh. "Di RS Awal Bros juga, anak saya cuma disenter lalu petugasnya
bilang ruangan penuh." Bayi Revan baru diterima di RS Akademis setelah Andi
Amir tak lagi menunjukkan kartu Jamkesda. Di sana, Revan didaftarkan
sebagai pasien umum. Revan akhirnya sempat dirawat di unit gawat
darurat, sebelum meninggal sehari setelahnya. "Sampai sekarang saya belum
bisa melunasi administrasi perawatan, dan KTP masih ditahan rumah sakit,"
ujar Andi. Revan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Untuk

2
memenuhi kebutuhan keluarganya, Andi bekerja sebagai penarik becak
motor. Kadang ia juga menjadi sopir cadangan untuk angkutan umum.
"Saya belum tahu jumlah keseluruhan biaya rumah sakit, tapi untuk obat saja
sekitar Rp 3 juta.".
Dari pemaparan di atas, kami mencoba menganalisa bagaimana system
pembiayaan Rumah sakit di Indonesia. Meliputi pembiayaan pelayanan
kesehatan secara umum, standart mekanisme pembiayaan rumah sakit,
undang-undang atau aturan hukum yang mengatur dan peranan asuransi dalam
pembiayaan rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit?
2. Jelaskan Konsep Biaya Rumah Sakit?
3. Bagaimanakah Sistem Pembiayaan Rumah Sakit ?
4. Jelaskan Analisis Biaya Rumah Sakit ?
5. Sebutkan Manfaat Analisis Biaya Rumah Sakit?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui Konsep Biaya Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui Sistem Pembiayaan Rumah Sakit.
4. Untuk mengetahui Analisis Biaya Rumah Sakit.
5. Untuk mengetahui Manfaat Analisis Biaya Rumah Sakit.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit


Kementerian Kesehatan dalam RAPBN tahun 2014 mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp44.859 miliar. Jumlah ini lebih tinggi Rp8.266,9 miliar atau
22,6 persen bila dibandingkan dengan pagu APBNP tahun 2013 sebesar
Rp36.592,2 miliar. Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan
berbagai program, antara lain: Program pembinaan upaya kesehatan, Program
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
(PPSDMK), Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak, Program
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; dan Program kefarmasian
dan alat kesehatan. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran bidang
kesehatan dalam rangka pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) kesehatan sebesar Rp19.932,5 miliar diperuntukkan bagi kelompok
penerima bantuan iuran (PBI) untuk pembayaran premi sebesar Rp19.225 per
orang per bulan untuk 86,4 juta jiwa selama 12 bulan. Alokasi anggaran tersebut
merupakan bagian dari anggaran Kementerian Kesehatan dalam RAPBN tahun
2014.
Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2015, pada prinsipnya sudah melakukan
pendekatan desentralisasi dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
sebuah paradigma yang yang sejalan dengan kewenangan daerah otonom
untuk menentukan arah dan model pembangunan di wilayahnya.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan
kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan
kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang
berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di
suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan
pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan

4
(adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas
(effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan
kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program
kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out
of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi
dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang
memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam pembiayaan kesehatan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor
lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang
digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana
yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan
2. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar,
regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan
dana Kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan
kesehatan.
3. Pengelolaan Dana Kesehatan
4. Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat
aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para
pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara

5
lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.
B. Konsep Biaya Rumah Sakit
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai
untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai
nilai suatu pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapan
(target)/output tertentu
1. Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan Volume Produksi
a. Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih
dari satu tahun.
b. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya
tergantung dari jumlah produksi / jasa. Biaya tidak tetap biasanya berupa
biaya operasional yang habis dikeluarkan selama satu tahun.
c. Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara fixed
cost dan variabel cost (Gani,1996)
2. Biaya Berdasarkan Biaya Satuan (Unit cost)
Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk
pelayanan. Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total
Cost = TC) dengan jumlah produk (Quantity = Q). Dengan demikian tinggi
rendahnya biaya satuan suatu produksi tidak hanya dipengaruhi oleh
besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya biaya produk
C. Sistem Pembiayaan Rumah Sakit
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas merupakan tantangan bagi
pengelola rumah sakit pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan dalam
menggali sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
biaya operasional dan pengembangan rumah sakit.
Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan pelayanan di rumah sakit, kita
harus mengetahui terlebih dahulu sistem pembayarannya sebagai berikut:

6
1. Sistem Pembayaran Restropektif
Pembayaran restropektif berarti bahwa besaran biaya dan jumlah biaya yang
yang harus dibayar oleh pasien atau pihak pembayar ditetapkan setelah
pelayanan diberikan. Cara pembiayaan ini merupakan yang paling sering
kita jumpai di kebanyakan rumah sakit. Pasien akan membayar biaya
pelayanan kesehatan berdasarkan pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Jika seorang pasien di rawat selama 3 hari di rumah sakit, maka rincian
biaya yang harus dibayar pasien adalah misalnya: biaya kamar selama 3
hari, berapa kali visit atau kunjungan dokter, biaya apotik dan resep yang
diberikan, biaya asuhan keperawatan selama 3 hari, biaya administrasi,
biaya layanan penunjang yang diberikan, dan lain sebagainya. Jadi bisa
disimpulkan besarnya biaya yang dibayar pasien tergantung pada
banyaknya tindakan atau pelayanan yang diberikan rumah sakit. Kelemahan
dari fee for services ini adalah rawan terjadi kecurangan dari pihak rumah
sakit, misalnya dengan memberikan pelayanan yang tidak perlu kepada
pasien, agar biaya yang harus dibayar lebih tinggi dan rumah sakit
memperoleh untung lebih banyak. Selain itu, biaya administrasi untuk
pelaksanaanya sangat tinggi. Terlebih jika pembayaran pasien ditanggung
oleh asuransi, seluruh bukti tindakan dan pelayanan medis yang dilakukan
terhadap pasein beserta biayanya harus di arsipkan untuk membuat klaim
pada pihak asuransi.
2. Sistem Pembayaran Prospektif
Pembayaran Prospektif secara umum adalah pembayaran pelayanan
kesehatan yang harus dibayar, besaran biayanya sudah ditetapkan dari awal
sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Berikut adalah macam-macam
jenis pembayaran pelayanan kesehatan dengan sistem Prospektif, yaitu:
a. Diagnostic Related Group (DRG)
Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara
pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya satuan per
pelayanan medis maupun non medis yang diberikan kepada seorang
pasien dalam rangka penyembuhan suatu penyakit. Dalam pembayaran

7
DRG, rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci
pelayanan apa saja yang telah diberikan kepada seorang pasien. Rumah
Sakit hanya menyampaikan diagnois pasien waktu pulang dan
memasukan kode DRG untuk diagnosis tersebut. Besarnya tagihan
untuk diagnosis tersebut telah disepakati oleh seluruh rumah sakit di
suatu wilayah dan pihak pembayar, misalnya badan
asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan oleh
pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan.
b. Case mix INA CBG”s
Sistem Casemix Ina-CBG's adalah suatu pengklasifikasian dari
episode perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-
kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan
dan berisikan pasien2 dengan karakteristik klinik yang
sejenis.(George Palmer, Beth Reid). Case Base Groups (CBG's), yaitu
cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis
atau kasus-kasus yang relatif sama. Sistem pembayaran pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan jangkauan
dalam pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur pembiayaan
pasien berbasis kasus campuran, merupakan suatu cara meningkatkan
standar pelayanan kesehatan rumah sakit. Rumah Sakit akan
mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan
oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan
pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti
relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS
diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis
yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama.
Dalam pembayaran menggunakan CBG's, baik Rumah Sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian
pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan
diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya
untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara

8
provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.
Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani
oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan
jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya.
c. Pembayaran Kapitasi (Capiated Payment System)
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengedalian biaya
dengan menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung
risiko, seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran
atas dasar jumlah jiwa yang ditanggung.
d. Pembayaran Per Kasus
Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak digunakan untuk
membayar rumah sakit dalam kasus-kasus tertentu. Pembayaran per
kasus ini mirip dengan DRG, yaitu dengan mengelompokan
berbagai jenis pelayanan menjadi satu- kesatuan. Pengelompokan ini
harus ditetapkan dulu di muka dan disetujui kedua belah pihak, yaitu
pihak rumah sakit dan pihak pembayar.
e. Pembayaran Per Diem
Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang dinegosiasi
dan disepakati di muka yang didasari pada pembayaran per hari
perawatan, tanpa mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh
rumah sakit. Satuan biaya per hari sudah mencakup kasus apapun
dan biaya keseluruhan, misalnya biaya ruangan, jasa konsultasi/visite
dokter, obat- obatan, tindakan medis dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Sebuah rumah sakit yang efisien dapat mengendalikan biaya
perawatan dengan memberikan obat yang paling cost-effective,
pemeriksaan laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan yang benar-
benar diperlukan, memiliki dokter yang dibayar gaji bulanan dan
bonus, serta berbagai penghematan lainya, akan mendapatkan
keuntungan.

9
f. Pembayaran Global Budget
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau suatu
badan asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit mendapat dana
untuk mmembiayai seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun.
Alokasi dan ke rumah sakit tersebut diperhitungkan dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya, kegiatan lain
yang diperkirakan akan dilaksanakan dan kinerja rumah sakit tersebut.
Manajemen rumah sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana
anggaran global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional,
pemeliharaan rumah sakit dan lain-lain.
Menurut Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004, penyelenggaraan
subsistem pembiayaan kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin.
2. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya
kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan
berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik
berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap.
3. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan
pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan
kesehatan, pemerintah menyediakan dana perimbangan
(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.
Ditetapkannya PP No 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dilatarbelakangi oleh
tingkat kebutuhan dana yang makin tinggi, sementara sumber dana
yang tersedia tetap terbatas, beban pembiayaan pemerintahan yang

10
bergantung pada pinjaman semakin dituntut pengurangannya demi
keadilan antargenerasi.
Paket reformasi di bidang keuangan negara sedang dalam
pergeseran dari penganggaran tradisional ke penganggaran berbasis
kinerja, sehingga penggunaan dana pemerintah pindah dari membiayai
masukan (input) atau proses ke pembayaran terhadap hasil (outputs).
Maksud dari orientasi pada output adalah mewiraswastakan pemerintah
(enterprising the government), paradigma yang memberi arah yang
tepat bagi keuangan sektor publik.
Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi,
dan efektivitas. Ini disebut Badan Layanan Umum (BLU). Upaya
pengagenan (agencification) aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh
lembaga birokrasi murni, tetapi diselenggarakan oleh instansi yang
dikelola ala bisnis (business like) sehingga pemberian layanan kepada
masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif. Fleksibilitas diberikan
dalam rangka pelaksanaan anggaran termasuk pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan
barang/jasa.
Dalam Badan Layanan Umum diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan
pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.
Keuangan dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan
penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya. Rumah sakit
wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan
kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Dalam
pertanggung jawabannya, RS harus mampu menghitung dan
menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan
layanan yang telah direalisasikan.

11
Tarif adalah harga jual yang memperhitungkan Unit Cost, Jasa
Pelayanan (Medis, Paramedis dan Non Medis), Rencana
Pengembangan dan Margin. Untuk menentukan pola tarif masing-
masing produk di Rumah Sakit, sangat tergantung dengan jenis usaha
masing-masing instalasi. Ada 3 macam jenis usaha, yaitu :
1. Usaha jasa
Produk layanan yang ada di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat
Jalan (Poliklinik), IRD, ICU, OK, Penunjang Medis dan lain-lain
2. Usaha perdagangan
Produk penjualan yang ada di Apotek
3. Usaha pengolahan/industry
Produk olahan yang ada Instalasi Gizi, jika instalasi tersebut sudah
menjadi Revenue / Profit Centre.
Unsur tarif Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua
bagian yaitu tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan
masyarakat. Biaya pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan
dan biaya investasi. Biaya yang dibebankan masyarakat untuk biaya
operasionalnya. Sehingga RSUD yang berstatus Badan Layanan
Umum Daerah(BLUD). Tarif Pasien yang dirawat dibedakan menjadi 2
jenis:
1. Mandiri (umum)
Pasien mandiri/umum membayar fee for service secara out of
pocket.
2. Ada penjamin (asuransi). Pasien berdasar penjaminnya:
a. Asuransi Pegawai Negeri (PT ASKES).
Peserta ditanggung oleh PT ASKES dan membayar kepada
RSUD sesuai dengan tarif kesepakatan antara PT ASKES
dengan Rumah sakit
b. Asuransi swasta. Tarifnya merupakan fee for service.
1) Asuransi penanggung bekerja sama dengan RS

12
2) Penanggung menentukan kelas dimana peserta berhak
dirawat
3) Tarif sesuai dengan kesepakatan antara penanggung
dengan RS, sesuai dengan tarif yang berlaku
4) Apabila peserta menghendaki naik kelas, selisih biaya
ditanggung oleh peserta
c. Jamkesmas dan Jamkesda, diperuntukkan bagi warga miskin.
Tarifnya berdasarkan sistem paket (INA-CBG).
1) Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
Peserta ditanggung oleh Departemen Kesehatandan
membayar ke dengan sistem paket
2) Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
Jamkesda adalah program bantuan social untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin yang tidak masuk dalam
program JAMKESMAS. Dana diambil dari APBD II 60%
dan Propinsi 40%, Peserta adalah masyarakat miskin yang
dinyatakan oleh Kepala Desa/Lurah dan ditandatangani
camat.
D. Analisis Biaya Rumah Sakit
Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah
sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total maupun
per unit atau perpasien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit
pusat biaya serta mendistribusikannya ke unit-unit produksi yang kemudian
dibayar oleh pasien (Depkes,1977). Menurut Gani (1996), analisis biaya
dilakukan dalam perencanaan kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa
rupiah satuan program atau proyek atau unit pelayanan kesehatan agar dapat
dihitung total anggaran yang diperlukan untuk program atau pelayanan

13
kesehatan.Dalam perhitungan tarif dirumah sakit seluruh biaya dirumah sakit
dihitung mulai dari :
1. Fixed Cost
Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari : Biaya Investasi gedung rumah
sakit, Biaya peralatan Medis, Biaya peralatan Medis, Biaya Kendaraan
(Ambulance, Mobil Dinas, Motor, dan lain-lain.
2. Semi Variabel cost
Gaji Pegawai, Biaya Pemeliharaa, Insentif, SPPD, Biaya Pakaian Dinas
dan lain-lain.
3. Variabel Cost
Biaya BHP Medis / Obat, Biaya BHP Non Medis, Biaya Air, Biaya
Listrik, Biaya Makan Minum Pegawai dan pasien, Biaya Telepon.
E. Manfaat Analisis Biaya Rumah Sakit
Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu
(Gani,A.2000):
1. Pricing
Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif
rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit cost), dapat diketahui
apakah tarif sekarang merugi, break even, atau menguntungkan. Dan juga
dapat diketahui berapa besar subsidi yang dapat diberikan pada unit
pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah sakit.
2. Budgeting /Planning
Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan biaya
satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat penting untuk
alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.
3. Budgetary control
Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan
mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya
mengidentifikasi pusat-pusat biaya (cost center) yang strategis dalam upaya
efisiensi rumah sakit.

14
4. Evaluasi dan Pertanggung Jawaban
Analisis biaya bermanfaat untuk menilai performance keuangan RS secara
keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak
berkepentingan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan seharusnya menerima
semua pasien yang datang, memberi layanan yang dibutuhkan, dan baru
kemudian mengurus administrasi pembiayaannya, apakah menggunakan
Jaminan kesehatan atau pembayaran dengan cara tunai. bukan melakukan
penolakan pasien dengan berbagai alasan karena pasien tersebut tidak mampu.
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas merupakan tantangan bagi
pengelola rumah sakit pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan dalam
menggali sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
biaya operasional dan pengembangan rumah sakit.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para
pembaca secara umum, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Azrul ,A (2018), Pengantar Administrasi Kesehatan ed 3, Binarupa Aksara


Publisher, Tangerang.
 Badan Layanan Umum daerah di akses dari d.wikipedia.org pada tanggal 30
Agustus 2021 Bayi meninggal setelah di tolak 4 Rumah sakit di
akses dari http://www.tempo.co/read/news/2013 pada tanggal 30 Agustus
2021.
 INA-CBG’s, Pola Tarif Pasien Jamkesmas di Rumah Sakit di akses dari
http://rsud.rejanglebongkab.go.id/ pada tanggal 30 Agustus 2021.
 Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) hasil revisi dan disahkan
pada Kongres PERSI ke-VIII tahun 2017 di Jakarta.
 Makalah Pembiayaan Rumah Sakit di akses dari http://www.scribd.com/doc
pada tanggal 30 Agustus 2021.
 Manjemen Rumah Sakit Modern di akses dari http://books.google.co.id pada
tanggal 30 Agustus 2021.
 Rahardjo Adisasmita, 2016. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.
Yang Menerbitkan Graha Ilmu : Yogyakarta.
 Ridha, Muhammad., 2017, Efektivitas Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit
Umum,16 : 15-20
 Trisnantoro,Laksono. 2019. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam
Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

17

Anda mungkin juga menyukai