PRAKTEK INDUSTRI
DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
PERIODE 08 JANUARI – 07 FEBRUARI 2018
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Industri Diet yang
diampu oleh :
Disusun oleh :
Ananda Resza Puspita NIM. 1406276
Firqin Tsabit Dzakadyana NIM. 1403142
Redisa Azzahra Resmi NIM. 1405428
Sarah Halidhazia NIM. 1406633
Siti Patimah NIM. 1404968
Menyetujui,
Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang Maha Kuasa. Hanya
dengan ridha-Nya, Praktikan dapat menyelesaikan Praktek Industri (PI) dan juga
laporan pelaksanaan kegiatan Praktek Industri Peminatan Diet di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Dustira Cimahi.
Praktek Industri merupakan mata kuliah pengayaan dengan bentuk praktikum,
dan wajib ditempuh oleh Mahasiswa jenjang S1 Program Studi Pendidikan Tata Boga,
Universitas Penddikan Indonesia, Bandung. Laporan Praktek Industri (PI) ini
merupakan salah satu syarat agar praktikan dapat menyelesaikan salah satu mata kuliah
Praktek Industri Diet di Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Program Studi
Pendidikan Tata Boga. Isi dari laporan PI ini menjelaskan tentang kegiatan praktikan
ketika melaksanakan PI di Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira Cimahi,konsep tentang
industri bidang makanan, gambaran perusahaan, pengamatan kegiatan di setiap unit
produksi dan distribusi, kegiatan penyelenggaraan makanan di RS. Dustira, dan analisis
kasus proses produksi yang relevan dengan paket keahlian program studi.
Penulisan laporan dan kegiatan PI yang telah dilaksanakan oleh praktikan tidak
akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan, arahan, dan kesempatan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, praktikan mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Henny Mulyaningrum, AMG., selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit
Dustira Cimahi yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan selama
melaksanakan PI di Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira.
2. Ibu Irena Juandini, SST., dan Ibu Yofa Yulfeni Dewiana, AMG., sebagai
Penanggung Jawab Mahasiswa PKL Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira.
3. Ibu Dr. Ai Nurhayati, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
praktikan selama melaksanakan PI.
4. Tim Ahli Gizi Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira Cimahi yang telah membimbing
praktikan selama melaksanakan PI.
5. Seluruh petugas produksi dan distribusi Instalasi Gizi Rumah Sakit Dustira Cimahi
yang telah membantu praktikan selama melaksanakan PI.
Kelompok Praktikan
Peminatan Dietetika
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Batasan Pelaksanaan Praktek Industri ...................................................... 3
C. Tujuan Pelaksanaan Praktek Industri ....................................................... 3
D. Manfaat Pelaksanaan Praktek Industri ..................................................... 4
E. Sistematika Penulisan Laporan ................................................................ 4
BAB II KONSEP TENTANG INDUSTRI BIDANG MAKANAN .................. 6
A. Pengertian ................................................................................................ 6
B. Standar Makanan Rumah Sakit ............................................................... 7
C. Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit ............................... 10
D. Kegiatan Penyelenggaraan Makanan ...................................................... 12
E. Ketenagaan .............................................................................................. 19
F. Pembiayaan Pelayanan Gizi .................................................................... 22
G. Sarana dan Prasarana PGRS.................................................................... 24
H. Keamanan Makanan, Sanitasi dan Keselamatan Kerja ........................... 30
I. Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Gizi ............................. 34
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI ...................... 43
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Dustira ................................................. 43
B. Pelaksanaan Kegiatan di Lini Produksi Instal Jangwat RS Dustira ....... 52
C. Analisa Kasus .......................................................................................... 86
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 109
A. Kesiumpulan ........................................................................................... 109
B. Saran ........................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111
LAMPIRAN ........................................................................................................ 112
1
2
Praktik Industri ini berisikan tentang kegiatan yang telah praktikan laksanakan di
RS Dustira Cimahi terutama di Instalasi Gizi selama 26 hari.
E. Sistematika Laporan
SAMPUL/COVER : BERWARNA BIRU / TULISAN HITAM / LOGO UPI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. BATASAN PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
C.. TUJUAN PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
D. MANFAAT PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
E. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
BAB II KONSEP TENTANG INDUSTRI BIDANG MAKANAN
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
A. GAMBARAN DATA UMUM PERUSAHAAN
B. PELAKSANAAN KEGIATAN DI LINI PRODUKSI
C. ANALISIS KASUS PROSES PRODUKSI YANG RELEVAN DENGAN
PAKET KEAHLIAN PROGRAM STUDI
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (MISALNYA FOTO DAN DOKUMEN LAINNYA)
BAB II
KONSEP TENTANG INDUSTRI BIDANG MAKANAN
A. Pengertian
1. Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna serta menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai fungsi yaitu sebagai
penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit serta memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis (UU No.44 tentang Rumah Sakit, 2009). Rumah sakit
juga mempunyai kewajiban salah satunya yaitu memberi pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan atau pengelolaan makanan adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan,
pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan, pengangkutan dan penyajian
(Permenkes No. 1096 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga, 2011).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, kebutuhan bahan makanan, dan anggaran belanja,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pemasakan bahan makanan, distribusi
dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Tujuannya yaitu menyediakan makanan
yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi dan biaya, serta aman dan dapat
diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal. Sasaran
penyelenggaraan makanan di rumah sakit terutama kepada pasien rawat inap dan
juga kepada karyawan, sesuai dengan kondisi rumah sakit. Ruang lingkup
penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribusi makanan
(Kemenkes RI, 2013, hlm.25).
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari
Pelayanan Kesehatan Paripurna Rumah Sakit dengan beberapa kegiatan, antara
6
7
lain Pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat Jalan. Pelayanan Gizi Rawat Inap dan
Rawat Jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Depkes,
2013).
2. Makanan Lunak
Menurut pendapat Almatsier (2010), makanan lunak adalah makanan yang
memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan
makanan biasa. Makanan ini mengandung zat-zat gizi, asalkan pasien mampu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup. Menurut keadaan penyakit,
makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan
dari makanan saring ke makanan biasa. Tujuan diet makanan lunak adalah
memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah ditelan dan dicerna sesuai
kebutuhan gizi dan keadaan penyakit. Syarat-syarat diet makanan lunak
berdasarkan pendapat Almatsier (2010) adalah sebagai berikut :
a. Energi, protein, dan zat gizi cukup.
b. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan
penyakit dan kemampuan makan pasien.
c. Makanan diberikan dalam bentuk porsi sedang, yaitu 3x makan lengkap dan
2x selingan.
d. Makanan mudah dicerna, rendah serat dan tidak mengandung bumbu tajam.
Teknik pengolahan yang tidak dianjurkan dalam diet makanan lunak adalah
digoreng. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam diet
makanan lunak menurut pendapat Almatsier (2010) antara lain
Tabel 2.1 bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Karbohidrat Beras ditim, dibubur ; Nasi goreng, beras ketan,
kentang direbus atau dipure ubi, singkong, talas, cantel
; macaroni, soun, mie
direbus ; roti ; biskuit ;
tepung sagu, maizena,
hunkwe dibubur atau
dibuat pudding ; gula ;
madu.
9
Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam diet makanan
saring sama seperti pada diet makanan lunak. Tenik pengolahan yang dianjurkan
yaitu direbus, panggang dan tidak dianjurkan menggunakan teknik pengolahan
dengan cara digoreng.
4. Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
mengunyah, menelan, dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh
menurunnya kesadaran, suhu tinggi, mual, muntah, pasca perdarahan saluran
cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan ini diberikan secara oral atau
parenteral (Almatsier, 2005).
Bahan makanan yang dianjurkan antara lain sumber karbohidrat seperti
kentang, gelatin, tapioca, sumber protein seperti susu, eskrim, yogurt, telur ayam,
tahu giling, sumber lemak seperti margarine, dan mentega. Sayuran yang dibuat
jus dan dikentalkan dengan gelatin, buah-buahan yang dibuat jus, jeli, bumbu
seperti garam, bawang merah dan kecap (Almatsier, 2005).
5. Makanan Sonde
Makanan lewat pipa diberikan kepada pasien yang tidak dapat makan melalui
mulutnya karena gangguan jiwa, prekoma, anoreksia, kelumpuhan otot menelan,
atau sesudah operasi mulut, tenggorokan atau saluran cerna. Makanan ini
diberikan dalam bentuk sari buah dan cairan kental dari susu, telur, gula dan
margarine yang dapat dimasukkan melalui pipa karet hidung, lambung atau
rectum. Jumlah makanan dalam sehari berkisar 1500 - 2000 ml terbagi kedalam
empat sampai enam kali porsi makan.
daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana, dan prasarana) disediakan
oleh pihak RS. Pada pelaksanaannya Instalasi Nutrisi Klinik / Unit Gizi mengelola
kegiatan gizi sesuai fungsi manajemen yang dianut dan mengacu pada Pelayanan
Gizi Rumah Sakit yang berlaku dan menerapkan Standar Prosedur yang
ditetapkan.
2. Sistem Diborongkan ke Jasa Boga (Outsourcing)
Sistem diborongkan yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfatkan
perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan RS. Sistem
diborongkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu diborongkan secara penuh
(full out-sourching) dan diborongkan hanya sebagian (semi out-sourching).
Pada sistem diborongkan sebagian, pengusaha jasa boga selaku
penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS,
sedangkan pada sistem diborongkan penuh, makanan disediakan oleh pengusaha
jasa boga yang ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga dari
rumah sakit.
Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem diborongkan penuh atau
sebagian, fungsi Dietisien rumah sakit adalah sebagai perencana menu, penentu
standar porsi, pemesanan makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang
diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang ditetapkan dalam kontrak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 tentang Prasyarat Kesehatan Jasa Boga disebutkan
bahwa prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah Sakit
yaitu :
a. Telah terdaftar pada Dinas Kesehatan Propinsi setempat
b. Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B dan memiliki tenaga
Ahli Gizi/Dietisien
c. Pengusaha telah memiliki sertifikat kurusus Penyehatan Makanan
d. Semua karyawan telah memiliki sertifikat kursus Penyehatan Makanan
e. Semua karyawan bebas penyakit menular dan bersih.
12
3. Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan yang
merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan sebagai
upaya memaksimalkan sumber daya yang ada.
Pihak rumah sakit dapat menggunakan jasa boga/catering hanya untuk kelas
VIP atau makanan karyawan, sedangkan selebihnya dapat dilakukan dengan
swakelola.
3. Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan memadukan
hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi,
cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi
(Depkes, 2013).
Menurut Depkes (2013), langkah-langkah perencanaan menu, yaitu:
a. Bentuk tim Kerja
Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, kepala
masak (chef cook), pengawas makanan
b. Menetapkan Macam Menu
Mengacu pada tujuan pelayanan makanan Rumah Sakit, maka perlu
ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan dan kombinasi
keduanya.
c. Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu
Perlu ditetapkan macam menu yang cocok dengan sistem
penyelenggaraan makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk
menu 5 hari, 7 hari, 10 hari, atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu
dapat berputar selama 6 bulan – 1 tahun.
d. Menetapkan Pola Menu
Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncankan untuk setiap waktu makan selama satu putaran
menu. Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan penggunaan bahan
makanan sumber zat gizi dengan mengacu gizi seimbang.
e. Menetapkan Besar Porsi
Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang
direncanakan setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar
berdasarkan standar makanan yang berlaku di Rumah Sakit.
f. Mengumpulkan macam hidangan pagi, siang, dan malam pada satu putaran
menu termasuk jenis makanan selingan.
14
E. Ketenagaan
1. Kualifikasi Tenaga Gizi di Rumah Sakit
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit, selain tenaga gizi
dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga jasa boga, logistik, pranata
komputer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya. Tenaga gizi dalam pelayanan
gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri dari Registered Dietisien (RD)
dan Teknikan Registered Dietisien (TRD).
20
Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting, karena menjadi kunci
dalam keberhasilan kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
Sesuai dengan bidang kegiatannya, maka tenaga yang diperlukan dalam
kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi tenaga profesi gizi, tenaga
profesi non-gizi serta tenaga pelaksana teknis (Depkes, 2007).
a. Tenaga profesi gizi adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan gizi (D1
Gizi & D4 Gizi), S1/S2 Gizi yang berpendidikan dasar D3 Gizi dan
mempunyai pengalaman di bidang penyelenggaraan makanan.
b. Tenaga profesi non-gizi adalah tenaga profesi lain yang dibutuhkan untuk
kelancaran kegiatan penyelenggaraan makanan, seperti akuntan, perhotelan,
administrasi, teknik, dan sebagainya.
c. Pelaksana teknis meliputi tenaga dengan latar belakang pendidikan tata boga
(SMKK), SMA/SMP, dan sebagainya.
Tenaga profesi gizi dibutuhkan untuk memastikan kualitas pelayanan gizi
yang diberikan kepada konsumen, antara lain semua permintaan dan modifikasi
diit dapat dipenuhi, semua makanan (diet dan non-diet) dapat diproduksi sesuai
kebutuhan pasien, dan sebagainya (Depkes, 2007). Sedangkan tenaga profesi non-
gizi dan tenaga pelaksanan teknis dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
pelayanan gizi kepada konsumen, misalnya makanan dapat diberikan sesuai
ketentuan yang berlaku (peraturan pemberian makanan), kepuasan konsumen
terhadap makanan yang diberikan, makanan dapat diproduksi dan disajikan
sesuai keinginan konsumen, dan sebagainya (Depkes, 2007).
Menurut Depkes (2007), berdasarkan kualifikasi tenaga dan perorganisasian
dalam penyelenggaraan makanan, maka peran dan fungsi dari setiap kualifikasi
tenaga harus sesuai dengan tanggung jawabnya yang meliputi:
a. Kepala Unit Penyelenggaraan Makanan
Adalah penanggung jawab umum organisasi dalam penyelenggaraan
makanan di Rumah Sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit
dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku.
21
b. Supervisor
Bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan
makanan di Rumah Sakit mulai dari perencanaan sampai dengan
pendistribusian makanan.
c. Pelaksana, yaitu petugas gizi yang perannya sebagai berikut:
1) Juru masak, yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.
2) Urusan gudang/perbekalan, bertugas pada unit penyimpanan bahan
makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan
sesuai dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan makanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3) Operator komputer, bertugas pada unit perencanaan dan evaluasi untuk
mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan
bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengorganisasian data
untuk mendukung efektifitas pelaporan.
4) Tata usaha, bertugas meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan,
penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus serta pengaturan
hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian.
5) Juru masak ruangan, yaitu pelaksana kegiatan penyajian makanan di
ruang-ruang rawat inap, mulai dari penataan di dapur ruangan sampai
menyajikan ke pasien.
6) Pekarya, yaitu pelaksana yang membantu tugas-tugas operasional
dalam penyelenggaraan makanan dan dapur ruangan rawat inap.
2. Standar Tenaga Gizi di Rumah Sakit
Standar tenaga gizi di Rumah Sakit terdiri dari pimpian pelayanan gizi dan
kebutuhan tenaga gizi yang meliputi kegiatan asuhan gizi dan kegiatan
manajemen/administrasi pelayanan gizi atau sistem pelayananan makanan
(Depkes, 2013).
3. Pembinaan Tenaga
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan
memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus,
mengikuti simposium/seminar yang bertujuan untuk memberi, memperoleh,
22
c. Biaya overhead
2. Biaya Asuhan Gizi
Biaya jasa untuk asuhan gizi seperti jasa konseling gizi. Biaya asuhan gizi
teridiri dari beberapa komponen seperti biaya tenaga kerja langsung, dan juga
biaya pemakaian leaflet/brosur, biaya telepon, biaya listrik, biaya komputerisasi,
dsb.
3. Biaya Makan
Biaya makan per orang per hari merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan makanan. Biaya ini diperoleh berdasarkan total biaya yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan makanan dibagi dengan jumlah output.
Unsur-unsur biaya dalam penyelenggaraan makanan adalah biaya bahan makanan
; biaya tenaga kerja langsung ; dan biaya overhead.
a. Perhitungan Biaya Bahan Makanan
Langkah perhitungan bahan makanan bila menggunakan data atau
informasi pemakaian bahan makanan adalah :
1) Pengelompokkan konsumen yang akan mendapat makan dan dibuat
standar makanannya
2) Menyusun harga makanan per orang per hari berdasarkan standar
makanan yang telah ditetapkan
3) Rekapitulasi macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan pada
tiap kelompok untuk satu putaran menu atau satu bulan. data pemakaian
bahan makanan berasal dari unit penyimpanan bahan makanan.
4) Mengalikan harga makanan per orang per hari dengan kebutuhan macam
dan jumlah bahan makanan per hari
5) Menjumlahkan biaya bahan makanan selama satu bulan untuk seluruh
kelompok bahan makanan. hasil penjumlahan ini merupakan biaya total
bahan makanan selama satu bulan
6) Mengidentifikasi jumlah konsumen yang dilayani dalam satu bulan
7) Menghitung rata-rata biaya bahan makanan dengan membagi total biaya
pemakaian selama 1 (satu) bulan dengan jumlah konsumen yang dilayani
selama 1 (satu) bulan.
24
Water heater (aliran air panas dan dingin), bak cuci ganda, meja
distribusi, lemari makan gantung, lemari alat-alat, kereta makan
berpemanas/tidak berpemanas, panci-panci, wajan, dan lain-lain. Alat
pengaduk dan penggoreng, alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok,
dll), lemari pendingin, microwave (untuk kelas utama), D’sterile dish
dryer (alat untuk mensteril alat makan untuk pasien yang harus bebas
kuman), blender, sarana kebersihan dan tempat samah bertutup serta
papan tulis.
2) Peralatan konseling gizi
Meja, kursi kerja, rak buku, alat peraga food model beserta formulir.
2. Sarana Penyelenggaraan Makanan
a. Perencanaan Bangunan, Peralatan dan Perlengkapan
Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan giizi
rumah sakit terdiri dari arsitek, konsultan manajemen, insinyur
bangunan/sipil, listrik, desainer bagian dalam gedung, instalator, ahli gizi
serta yang terkait lainnya.
b. Fasilitas Ruang yang Dibutuhkan
Tempat yang diperlukan di Ruang Penyelenggaraan Makanan terdiri dari
:
1) Tempat penerimaan bahan makanan
Digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas
serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini sebaiknya mudah
dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan
bahan makanan.
2) Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu
penyimpanan bahan makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan
bahan makanan kering.
3) Tempat persiapan bahan makanan
Digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu
meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk,
26
dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja
tidak terlalu jauh letaknya.
8) Ruang pengawas
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya.
Hendaknya ruang ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat
mengawasi semua kegiatan di dapur.
c. Sarana Fisik
1) Letak tempat penyelenggaraan makanan
Hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat penyelenggaraan
makanan, antara lain :
a) mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat
memberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien ;
b) kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan
lain disekitarnya ;
c) mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman
bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar ;
d) tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah,
ruang cuci (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan ; dan
e) mendapat udara dan sinar yang cukup
2) Bangunan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu
bangunan instalasi/unit pelayanan gizi yaitu : tipe rumah sakit, macam
pelayanan dan macam menu, jumlah fasilitas yang diinginkan, kebutuhan
biaya, arus kerja dan susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga
yang digunakan.
3) Konstruksi.
Beberapa persyaratan mengenai konstruksi tempat pengolahan
makanan :
a) Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan / tidak
licin, tidak menyerap air, tahan terhadap asam dan tidak memberikan
suara keras.
28
f) Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka
pada waktu-waktu yang ditentukan.
g) Suhu ruangan harus kering sebaiknya berkisar antara 19210C.
h) Pembersihan ruangan secara periodik, dua kali
seminggu.
i) Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan
secara periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan,
semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
pengrusakan oleh binatang pengerat harus segera diperbaiki.
2) Tempat penyimpanan bahan makanan segar
Merupakan tempat penyimpanan bahan makanan yang masih
segar seperti daging, ikan, unggas, sayuran dan buah. Bahan makanan
tersebut umumnya mudah rusak, sehingga perlu dilakukan tindakan
untuk memperlambat kerusakan terutama disebabkan oleh mikroba
(Depkes,2013).
Pengelompokkan bahan makanan segar sesuai dengan suhu
penyimpanan, antara lain:
a) Penyimpanan segar (fresh cooling), bahan makanan disimpan
dalam lemari pendingin yang bersuhu sekitar 1-40C untuk suhu cair,
untuk sayuran segar berkisar antara 10-150C.
b) Penyimpanan dingin (chilly), bahan makanan disimpan dalam
lemari es dengan suhu antara (-5) – 00C.
c) Penyimpanan beku (freezer), suhu untuk penyimpanan ini sangatlah
dingin yaitu sekitar (-10) oC. dapat untuk menyimpan daging dalam
waktu lama.
3) Menurut Depkes (2013), syarat-syarat penyimpanan di ruangan atau
lemari pendingin, antara lain:
a) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan
makanan, agar tidak menjadi rusak.
b) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dengan
pembersihan lemari es/ruangan pendingin dilakukan setiap hari.
33
3. Keselamatan Kerja
a. Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan.
1) Pengendalian teknis mencakup :
a) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan
b) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
2) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis
3) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
4) Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
5) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
6) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai
7) Volume kerja yang dibebankan, hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan, dan pegawai diberi waktu istirahat setelah 3 jam
bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja >
3 jam
8) Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara terus menerus agar
peralatan tetap dalam kondisi yang layak pakai
34
3) Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.
b. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan
yang terjadi sesuai dengan tujuan arah Pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar semua kegiatan-kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna
dan berhasilguna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas,
rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pengawasan dan pengendalian (wasdal) merupakan unsur
penting yang harus dilakukan dalam proses manajemen. Fungsi manajemen:
1) Mengarahkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan
2) Identifikasi penyimpangan
3) Dapat dicapai hasil yang efisien dan efektif
c. Evaluasi/Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi
ini bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana bila
perlu ataupun membuat rencana program yang baru. Pada kegiatan evaluasi,
tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, luaran, dampak untuk
menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini
diutamakan luaran atau hasil yang dicapai.
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam
mengawasi dan mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan
sesuai dengan standar. Strategi Pengawasan dan pengendalian berupa
pemantauan dan pengendalian melalui proses-proses atau teknik-teknik
statistik untuk memelihara mutu produk yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode-metode yang sering digunakan dalam pengawasan dan pengendalian
mutu adalah, menilai mutu akhir, evaluasi terhadap output, kontrol mutu,
monitoring terhadap kegiatan sehari-hari.
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan, yaitu :
36
2) Skor maksimal : 80 %
3) Prosedur :
a) Pilih pasien/menu yang akan di audit. Pasien tidak boleh diberitahu
akan diaudit.
b) Minta penyaji makanan tidak membereskan meja pasien sebelum
audit selesai atau bila pasien telah selesai makan, pindahkan baki
pasien ke troli terpisah untuk diamati auditor.
c) Amati dan catat estimasi sisa makanan yang terdapat dalam baki:
4) Frekuensi audit : bila tidak mencapai skor minimum, lakukan identifikasi
masalah dan tindak lanjutnya.
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
2) Profesional
Pelayanan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki
3) Solid
Pelayanan diberikan atas dasar kerja sama dan kekompokkan dengan
memperhatikan koordinasi, integritas dan berlanjut.
4) Komitment
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi,
untuk menjaga nama baik satuan.
5) Transparan dan akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti sistem yang terstandarisasi merupakan
pilihan terbaik untuk menuju good governance
d. Tujuan
1) membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service
2) mewujudkan pelayanan keshatan prima berbasis kepuasan pelanggan.
3) menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar,
menuju persaingan di tingkat nasional.
4) mengintegrasikan pelayanan dan pendidikan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dengan mengukuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.
e. Motto
TeRPESoNA: Tertib, Ramah, Profesional, Empatik, Solid, Nyaman dan
Aman.
f. Falsafah
1) Misi tanpa aksi hanya mimpi
2) Aksi tanpa visi buang waktu
3) Visi dengan aksi bangun perubahan
46
5) X-Ray Panoramic
6) USG 4D (Obsgyn)
7) USG 3D
b. Labolatorium
1) Alat Kimia : TRX 7010
2) Alat Haematologi : Advia 2120i
3) Alat Hemostatis : Stago
4) Alat Urine : Clinitex Advantus
51
9. Sumber Daya Penyelenggaraan Makanan di Instalasi Penunjang Perawatan (Instal Jangwat) RS Dustira Cimahi
Bagan 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Penunjang Perawatan
52
diberikan oleh ahli gizi rumah sakit, ketersediaan dana yang ada dan hasil
penterjemahan standar gizi menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.
d. Perencanaan Menu
1) Menetapkan Macam Menu
Menu ditentukan oleh pegawai pelaksana administrasi dengan
sepengetahuan KA Instal Jangwat. Menu standar diatur agar tidak terjadi
pengulangan bahan makanan dan teknik pengolahan makanan yang sama di
hari yang sama dan di hari selanjutnya. Maka dari itu, dibuatlah daftar menu
berdasarkan kelas, jenis makanan dan jenis diet.
Penetapan macam menu makan pasien selain ditentukan oleh bagian
Instal Jangwat dan persetujuan manajemen rumah sakit, ditentukan juga
berdasarkan hasil survei kepada pasien. Apabila pihak manajemen dan
banyak pasien mengkomplain makanan yang sudah di tentukan maka
makanan tersebut tidak disajikan lagi kepada pasien atau diganti dengan
menu yang lain.
2) Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu
Siklus menu yang digunakan yaitu siklus menu 10 hari dan hari ke-31.
Siklus menu dipilih agar tidak terjadi pengulangan menu di hari yang sama
(daftar menu terlampir).
3) Menetapkan Pola Menu
Pola menu yang dimiliki Instal Jangwat RS Dustira sudah sesuai dengan
standar pola menu yang dianjurkan yaitu pola dan frekuensi hidangan telah
direncanakan untuk setiap waktu makan dan satu putaran menu agar tidak
terjadi pengulangan menu, penggunaan bahan makanan, dan teknik
pengolahan dalam 1 hari.
4) Menetapkan Besar Porsi
Porsi makanan di RS Dustira per kali makan ditentukan berdasarkan
pedoman satuan bahan penukar menggunakan satuan ukuran rumah tangga
(URT). Misalnya dalam satu porsi makanan pokok seperti nasi dan nasi tim
dicetak menggunakan mangkuk berukuran sedang dengan berat 100-150 gr,
sedangkan pada menu nabati seperti tempe menggunakan satu potong sedang
atau sekitar 50 gr, dan untuk menu hewani seperti ayam menggunakan satu
54
potong sedang atau sekitar 40-50 gr. Untuk porsi makanan diet khusus
perorangan ditentukan langsung oleh ahli gizi, sehingga tim produksi bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan makan pasien diet khusus yang telah
tercantum di etiket makan pasien yang di berikan kepada tim produksi.
5) Merancang Menu
Menu dirancang sesuai pedoman gizi seimbang (terdiri dari beragam
sumber zat gizi, diantaranya sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati
serta sumber vitamin dan mineral) dengan memilih bahan dan teknik
pengolahan yang berbeda setiap gilirannya. Misalnya ayam bumbu kecap,
semur bola daging, telur balado dan lain sebagainya guna menambah variasi
menu.
6) Melakukan Penilaian Menu dan Merevisi Menu
Setelah membuat master menu, siklus menu, dan perincian bumbu
dilakukan penilaian menu apakah sesuai pada pasien, apabila tidak sesuai
maka dilakukan revisi.
7) Melakukan Test Awal Menu
Bila menu telah disepakati, maka perlu dilakukan uji coba menu. Hasil
uji coba, langsung diterapkan untuk perbaikan menu.
e. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makanan di Instalasi gizi RS Dustira
dilakukan oleh Ahli Gizi di bagian administrasi dengan dasar perencanaan
pemakaian bulan lalu dan standar makanan.
f. Pengadaan Bahan Makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan dilakukan oleh pihak koperasi
rumah sakit yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan pihak instalasi gizi
mengenai bahan apa saja yang akan dibeli, spesifikasi bahan makanan seperti
apa, dan harga bahan makanan. Pihak koperasi telah memiliki suplier tertentu
yang sudah menjadi langganan.
g. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan bahan makanan di instalasi gizi dilakukan oleh administrasi
gizi kepada rekanan (supplier). Permintaan (order) bahan makanan
55
sesuai dengan jenisnya yaitu ruang persiapan sayuran, persiapan hewani dan
nabati.. Pada proses persiapan bahan makanan, praktikan membantu
mempersiapkan bahan dari mulai pengupasan, pencucian, dan pemotongan.
Pemotongan bahan makanan disesuaikan dengan menu yang akan dibuat.
Selanjutnya bahan makanan yang sudah dipersiapan diserahkan kepada
bagian unit pengolahan. Persiapan bahan makanan dilakukan di pagi hari,
oleh pegawai yang sedang bertugas di bagian persiapan.
Berikut alur kerja penyelenggaraan makanan di Instal Jangwat RS
Dustira:
Bagan 3.4 Alur Kerja Penyelenggaraan Makanan
11.00-12.00 dan untuk makan sore pada pukul 16.00-17.00 dan pengolahan
makan pagi dilaksanakan oleh pegawai yang melakanakan shift malam.
Untuk pendistribusian makan pagi dilakukan seperti pendistribuasian makan
siang dan makan malam, distribusi dilaksanakan pada pukul 06.00 – 07.00
dini hari.Menu yang diolah setiap hari berbeda sesuai dengan data yang ada.
Unit diet, non diet, pavilium siliwangi dan protokoler hanya mengolah bahan
makanan nabati, hewani dan sayuran. Untuk bubur dan nasi diolah di unit
yang terpisah.
Jenis makanan yang diselenggarakan di RS Dustira terbagi menjadi
empat unit disesuaikan dengan jenis diet pasien, diantaranya:
1) Unit makanan non diet, terdiri dari:
a) Makanan Biasa (MB)
Makanan Biasa mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Pasien
di RS. Dustira dengan diet MB akan diberikan makanan pokok berupa
nasi. Pasien tersebut merupakan pasien yang sedang dalam kondisi sadar,
tidak mengalami gangguan pencernaan dan gangguan menelan.
b) Makanan Lunak (ML)
Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan dengan Makanan Biasa.
Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup. Menurut keadaan
penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
2) Unit makanan diet, meliputi:
a) TD
TD 1 atau makanan saring merupakan makanan semi padat yang
mempunyai tekstur lebih halus dari makanan lunak sehingga lebih mudah
dicerna. Menu makanan saring yang terdapat di RS Dustira yaitu bubur
sum-sum dengan telur rebus dan kinca (gula merah yang dicairkan) dan
biskuit sebagai selingan.
59
tambahkan minyak ke dalam sonde diet, lalu sonde diidihkan dengan api
kecil sampai tekstur nya sedikit mengental.
Jumlah makanan cair untuk seorang pasien dalam sehari berkisar
1200-2000 ml yang terbagi kedalam 4-6 porsi makan sesuai dengan
etiket makan pasien. Makanan sonde diberikan pada pasien tidak sadar,
pasien tidak mampu menelan, pasca operasi mulut/esophagus, bayi
prematur yang terlalu lemah untuk menelan, dan pasien yang tidak mau
makan.
c) Tim
Makanan tim termasuk kedalam makanan lunak yaitu makanan yang
memiliki tekstur mudah dikunyah, ditelan dan dicerna. Makanan ini
cukup kalori, protein dan zat-zat gizi lainnya. Menurut keadaan
penyakitnya makanan tim dapat diberikan kepada pasien.
Di RS Dustira sendiri makanan tim diberikan kepada pasien sesudah
operasi tertentu, pasien penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh
tidak terlalu tinggi. Contoh menu makanan tim yaitu nasi tim, lauk pauk
yang dimasak lunak seperti ayam kecap, tahu atau tempe bacem, tahu
cincang, telur putih kukus, dan lain-lain.
d) TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Makanan TKTP ini yaitu makanan yang mengandung kalori dan
protein di atas kebutuhan normal. Di RS Dustira makanan ini diberikan
dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein
tinggi seperti susu atau telur rebus. Makanan ini diberikan bila pasien
telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan
lengkap.
Makanan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
protein untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, dan
juga untuk menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
Makanan TKTP ini diberikan kepada pasien yang Kurang Energi Protein
(KEP), sebelum dan sesudah operasi tertentu, serta selama radioterapi
dan kemoterapi.
61
keramik digunakan untuk pasien kelas 1 dan pasien paviliun. Plato digunakan
untuk pasien kelas 2 dan 3, terkecuali untuk pasien ruang jiwa semua
menggunakan plato. Makanan cair dan saring disajikan menggunakan gelas
plastik. Makanan untuk pasien baru disajikan di piring atau platto sesuai
dengan kelasnya.
Seluruh pasien ruang jiwa akan diberikan makan dengan menggunakan
plato untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan mengurangi kemungkinan
rusaknya alat saji. Piring dari kramik dianggap berbahaya untuk digunakan
pada pasien jiwa dikarenakan ada kemungkinan pasien sedang mengamuk
dan akan melempar alat makan dan hal ini akan sangat berbahaya bila alat
makan yang digunakan menggunakan alat makan kramik, karena pecahan
keramik dapat melukai pasien dan petugas. Menurut teori pasien dengan
penyakit jiwa membutuhkan asupan kalori yang lebih banyak dikarenakan
aktivitas tubuh yang lebih banyak. Penyajian hidangan pasien ruang jiwa
memiliki porsi yang lebih banyak dari pasien lain yaitu maksimal 500 gram
untuk nasi.
Saat pemorsian makan di unit diet, praktikan bersama dengan pegawai
menghitung kebutuhan alat makan sesuai dengan ruang, kelas, dan jenis diet
pasien yang terdapat pada les awal. Jenis makanan diet dibagi menjadi diet
TKTP (Tinggi Klaori TinggI Protein),RG (Rendah Garam),RL (Rendah
Lemak), RG (Rendah Purin), UG (Rendah Garam), DM (Diabetes Melitus).
Setelah makanan telah tersedia, praktikan dan pegawai memorsi dan
mengemas makanan sesuai dengan jenis diet pasien. Setelah pemorsian
selesai makanan sudah dapat di distribusikan kepada pramusaji. Pemorsian
makanan di unit diet hanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu makanan biasa
dan makanan lunak sehingga pemorsian lebih meudah hanya melihat dua
jenis makanan saja. Pemorsian makanan di unit Paviliun Siliwangi disajikan
sesuai dengan paket makanan yang dipesan oleh pasien.
Penyajian Hidangan diet Rumah Sakit Dustira telah mengikuti langkah
langkah pembuatan makanan diet seperti menghitung kalori, menentukan
bahan serta teknik pengolahan dan menentukan porsi untuk setiap pasien.
Pemorsian makanan memperhatikan juga kepada makanan apa apa saja yang
65
dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi pasien, terutama pasien dengan diet
khusus.
Penyajian makanan unit diet disesuaikan dengan diet pasien sesuai
anjuran dokter gizi/ahli gizi. Sedangkan penyajian makanan unit non diet
disesuaikan dengan jenis makanan biasa atau lunak. Makanan yang sudah
dikemas kemudian dikelompokkan sesuai dengan ruangan pasien di ruang
distribusi makanan setiap unit untuk kemudian didistribusikan kepada penyaji
setiap ruang perawatan menggunakan trolley penghangat sesuai dengan jam
distribusi.
Berikut contoh penyajian makanan untuk pasien:
Tabel 3.2 Makanan pasien
No Jenis Makanan Contoh Menu Gambar
1 Makan Biasa Nasi
(MB)
Semur telur
dan pepes tahu
66
Sayur sop
Sayur sop
wortel, buncis,
makaroni
67
Sayur sop
wortel
makaroni
9 Paviliun Makanan
Siliwangi pasien paviliun
siliwangi
68
6) Freezer
7) Ruang persiapan sayuran dan buah
8) Ruang persiapan bahan makanan hewani dan nabati
9) Ruang pengolahan makanan unit Protokoler dan Paviliun Siliwangi
10) Ruang penyajian makanan unit Paviliun Siliwangi
11) Ruang pengolahan makanan unit Non-Diet
12) Ruang pengolahan makanan unit Diet
13) Ruang pengolahan nasi dan bubur
14) Ruang pencucian alat masak
15) Dapur susu
16) Ruang penyimpanan alat saji
17) Ruang pengemasan buah
18) Ruang penyajian dan pendistribusian makanan unit diet
19) Ruang penyajian dan pendistribusian makanan unit non-diet
20) Toilet pegawai
21) Ruang loker pegawai
22) APAR di setiap sudut ruangan
23) Tempat sampah di setiap sudut ruangan
24) Gas station
25) Wastafel mencuci tangan
26) Wastafel pencucian bahan makanan
27) Ruang administrasi gizi
28) Kantor KA InstalJangwat
29) Kantor KAUR Gizi
30) Sepeda untuk InstalJangwat
Pelaksanaan sarana InstalJangwat RS Dustira meliputi:
1) Letak dapur
Dapur di InstalJangwat RS Dustira terletak di selatan rumah sakit,
berdekatan dengan gerbang belakang untuk akses kendaraan dari luar
sehingga memudahkan keluar-masuknya kendaraan. Selain itu, letak
dapur juga berdekatan dengan koperasi, sehingga memudahkan akses
apabila akan memesan bahan makanan kepada rekanan.
71
2) Konstruksi
Konstruksi tempat pengolahan makanan di dapur Instal Jangwat RS
Dustira yaitu sebagai berikut :
a) Lantai: keadaan lantai yaitu lantai kuat, mudah dibersihkan, tidak
menyerap air atau rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak
memberikan suara keras, dan terpelihara. Hal tersebut telah sesuai
dengan persyaratan kondisi lantai di dapur Rumah Sakit, namun
terdapat sedikit ketidaksesuaian dengan syarat yang ada, yaitu
kondisi lantai yang licin. Kebersihan lantai di dapur Instal Jangwat
RS Dustira selalu terjaga dengan membersihkannya setiap sebelum
dan sesudah proses pengolahan dan penyajian makanan.
b) Dinding: kondisi dinding halus, berlapiskan keramik berwarna putih
sehingga dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, tahan
terhadap cairan dan mudah dibersihkan apabila terdapat bagian yang
kotor. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan kondisi dinding di
dapur Rumah Sakit.
c) Langit-langit: keadaan langit-langit sudah sesuai dengan persyaratan
kondisi langit-langit di dapur Rumah Sakit yaitu tertutup, tersedia
cerobong asap, jarak antara lantai dan langit-langit cukup tinggi, ± 3
m mengingat bangunan RS Dustira merupakan bangunan lama.
d) Penerangan dan ventilasi: penerangan dan ventilasi di InstalJangwat
RS Dustira sudah sesuai dengan sudah sesuai dengan persyaratan
kondisi penerangan dan ventilasi di dapur Rumah Sakit. Penerangan
cukup karena pencahayaan berasal dari cahaya matahari dan listrik.
Hampir semua ruangan mendapatkan cahaya matahari sehingga tidak
perlu menggunakan lampu secara berlebih saat siang hari. Sirkulasi
udara dari ventilasi cukup dan dengan bantuan penggunaan exhaust
hood, serta exhaust fan. Exhaust hood dipasang di atas kompor dan
berfungsi untuk mengeluarkan asap dan panas dari hasil proses
pengolahan yang dilakukan, sedangkan exhaust fan digunakan untuk
menjaga udara yang ada di ruangan. Dapur InstalJangwat RS Dustira
dilengkapi dengan pintu dan jendela yang lebar dan tinggi serta
72
Gambar 3.7 Lemari penyimpanan Gambar 3.8 Gudang BMK nampak luar
bahan makanan kering
Sedangkan di dalam gudang BMS terdapat chiller untuk tempat
penyimpanan bahan makanan segar dan rempah basah, freezer
sebagai tempat penyimpanan bahan makanan yang mudah rusak
seperti bahan makanan hewani, serta show case yang digunakan
untuk menyimpan bumbu botolan dan bahan makanan kemasan yang
telah dibuka agar tidak mudah rusak.
Gambar 3.13 Gudang bahan makanan Gambar 3.14 Gudang bahan makanan
segar tampak depan segar tampak luar
Selain gudang BMK dan BMS, dapur InstalJangwat RS Dustira
juga memiliki gudang khusus untuk menyimpan beras, tepung-
tepungan, gula merah, gula dan sebagainya. Beras dan tepung yang
disimpan dalam gudang ini diletakkan di dalam karung tertutup
dengan suhu ruangan sehingga tidak lembab.
c) Tempat Persiapan Bahan Makanan
Tempat persiapan bahan makanan di dapur Instal Jangwat RS
Dustira dibagi menjadi lima tempat, yaitu ruang persiapan sayur,
ruang persiapan buah, persiapan lauk hewani, persiapan lauk nabati,
dan persiapan bumbu. Persiapan bahan makanan dilakukan setiap
pagi dalam satu hari. Persiapan dilakukan setelah bahan makanan
yang dipesan selesai diperiksa kuantitas dan kualitasnya di bagian
penerimaan bahan. Bahan makanan yang akan digunakan
dibersihkan, dicuci, dikupas, dan dipotong. Setelah selesai disiapkan,
bahan makanan langsung didistribusikan ke bagian pengolahan.
75
Gambar 3.15 Ruang persiapan buah Gambar 3.16 Persiapan lauk nabati
guna memelihara alat yang sudah ada serta mengganti alat yang
sudah tak layak pakai.
(3) Alat penyajian
Alat yang digunakan untuk menyajikan makanan sudah baik,
namun ada beberapa alat saji yang digunakan bukan peruntukkannya
seperti pisin cangkir yang digunakan untuk menyajikan makanan.
(4) Alat pendukung
Alat pendukung yang terdapat di dapur Instal Jangwat RS
Dustira diantaranya:
(a) Tempat sampah
Dapur Instal Jangwat RS Dustira sudah memiliki satu
tempat sampah di setiap ruangan, yang rutin dibersihkan setiap
selesai mengolah makanan oleh pegawai cleaning service,
sehingga dapur dapat dijaga kebersihannya.
(b) APAR (Alat Pemadan Api Ringan)
Dapur Instal Jangwat RS Dustira memiliki beberapa unit
APAR yang diletakkan di dalam maupun di luar dapur. Selain
itu, di Dapur Instal Jangwat juga terdapat tim penyelamat
kebakaran sehingga untuk keselamatan dapat dikatakan cukup
baik dan terencana.
dan menjadi etiket makan pasien dengan catatan kebutuhan protein harus
tepat dan tingkat toleransi untuk kalori, karbohidrat, dan lemak tidak lebih
dari 10%. Etiket makan pasien kemudian diserahkan kepada pihak dapur
InstalJangwat untuk dibuatkan hidangan yang sesuai dengan etiket makan
pasien yang telah diberikan sesuai dengan jenis diet yang dianjurkan oleh ahli
gizi. Akan tetapi perlu diperhatikan etiket pasien dapat berubah berubah
sesuai dengan kondisi pasien tersebut, pemeriksaan kondisi pasien biasa
dilakukan setiap hari oleh ahli gizi.
Praktikan dibimbing oleh pihak Admin Gizi untuk mencoba membuat
etiket makan pasien dengan mengirimkan praktikan ke pihak Poliklinik Gizi
RS Dustira. Praktikan dibimbing untuk mencoba menerjemahkan hasil
konsultasi pasien dengan ahli gizi dengan menggunakan tabel bahan penukar.
Hasil wawancara meliputi total kebutuhan kalori, protein, karbohidrat dan
lemak pasien. Hasil konsultasi pasien juga digunakan untuk menentukan jenis
hidangan yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan diagnosa penyakit
pasien dan jenis diet yang dianjurkan. Setelah jenis diet ditentukan, hasil
wawancara pasien diterjemahkan menjadi satuan bahan penukar dengan
mengacu pada kebutuhan pasien.
C. Analisa Kasus
1. Dislipidemia dan Diabetes Mellitus (Ananda Resza P)
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi liipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density
Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL). Peningkatan kadar kolesterol, terutama LDL,
atau trigliserida darah perlu mendapat perhatian karena merupakan
predisposisi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner (Almatsier, 2005,
hlm. 150). Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul
karena mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kurangnya hormon
insulin secara absolut atau relatif (Almatsier, 2005, hlm. 137).
Syarat –syarat diet Dislipidemia adalah:
a. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktivitas fisik.
b. Lemak sedang, < 30 % dari kebutuhan energi total. Lemak jenuh untuk diet
Dislipidemia tahap I, < 10 % dari kebutuhan energi total dan untuk diet
Dislipidemia tahap II, < 7 % dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh
ganda dan tunggal untuk diet Dislipidemia tahap I maupun II adalah 10 – 15
% dari kebutuhan energi total. Kolesterol < 300 mg untuk diet Dislipidemia
tahap I dan < 200 mg untuk diet Dislipidemia tahap II.
c. Protein cukup, yaitu 10 – 20 % dari kebutuhan energi total. Sumber protein
hewani, terutama dari ikan yang banyak mengandung lemak omega-3.
Sumber protein nabati lebih dianjurkan.
d. Karbohidrat sedang, yaitu 50 – 60 % dari kebutuhan energi total.
e. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk
atau beras merah, havermout, dan kacang-kacangan.
f. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien
yang mengkonsumsi ≤ 1200 kkal energi sehari.
Syarat – syarat diet penyakit Diabetes Mellitus adalah:
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25 – 30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
87
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi
serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu
makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2 – 3 porsi kecil untuk
makanan selingan (masing-masing 10-15%).
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari.
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari
kebutuhan energi total.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang
bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula
alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol,sedangkan gula alternatif tak
bergizi adalah aspartam dan sakarin.
g. Asupan serat dianjurkan 25 g / hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah.
h. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari.
Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.
i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.
88
Makan siang memenuhi sebanyak 30% dari kebutuhan energi sehari dan
selingan sore memenuhi sebanyak 10% dari kebutuhan energi sehari yaitu:
= 30% x 1225 = 367,5 kalori. = 368 kalori
= 10% x 1225 = 122,5 kalori = 122 kalori
Jumlah = 490 kalori
Besar kalori makan siang berdasarkan etiket yaitu sebesar 451 kalori. Jumlah
perhitungan berdasarkan kebutuhan makan siang sebanyak 30% dan selingan
91
sebanyak 10% yaitu sebesar 490 kalori. Perbedaan kalori dari kedua perhitungan
tersebut sebesar 39 kalori.
Tabel 3.6 Aanalisis gizi yang berdasarkan menu yang dibuat.
Bahan Pangan Berat Energi Protein Lemak Kharbo
Nasi 100 178 2,10 0,10 40,60
Kentang 10,00 8 0,20 0,01 1,91
Daging Cincang 35,00 72 6,58 4,90 0,00
Tempe 50,00 75 9,15 2,00 6,35
Soun 15,00 52 3,33 0,18 9,44
Kacang Kedelai 10,00 33 3,49 1,81 3,48
Toge 10,00 2 0,29 0,02 0,41
Jeruk Manis 55,00 18 0,36 0,08 4,44
Putih telur 26,00 13 2,81 0,00 0,21
Minyak 2,50 22 0,03 0,03 2,45
Jumlah 473 28,33 9,12 69,28
Jumlah analisis gizi dari bahan-bahan yang digunakan dalam menu makan
siang dan selingan buah sore yaitu sebesar 473 kalori, 28,33 gram protein, 9,12
gram lemak, dan 69,28 gram kharbo.
Kontrol kalori berdasarkan syarat diet :
1. Lemak sehari = 20 – 25% atau < 30% energi total
= 245 – 306 kal = 27,2 gr – 34 gr
Lemak per makan siang (x30%)
= 73 – 92 kal = 8,2 gr – 10 gr
Jumlah lemak dalam menu makan siang = 9,12 gr
Analisis : pemenuhan lemak per makan siang sudah sesuai dengan syarat
diet yaitu 20 – 25%.
2. Protein sehari = 10 – 20% energi total
= 122 – 245 kal = 30,6 gr – 61,25 gr
Protein per makan siang (x 30%)
= 37 – 73 kal = 9,2 gr – 18,3 gr
Jumlah protein dalam menu makan siang = 28,3 gr
92
Analisis : pemenuhan protein per makan siang lebih dari jumlah yang
dianjurkan syarat diet. Kelebihan protein sebesar 10 gr.
3. Karbohidrat sehari = 50 - 70% energi total
= 612 - 857 kal = 153,1 – 214,3 gr
Karbohidrat per makan siang (x 30%)
= 184 - 257 kalori = 45,9 – 64,3 gr
Jumlah karbohidrat dalam menu makan siang = 69,28 gr
Analisis : pemenuhan karbohidrat per makan siang lebih dari jumlah yang
dianjurkan syarat diet. Kelebihan karbohidrat sebesar 4,97 gr
Tabel 3.7 Menu bagi pasien diet Dislipidemia dan Diabetes Mellitus
Menu di RS Dustira Menu yang dipraktikan
Jenis diet yang dianjurkan untuk pasien yaitu diet dislipidemia dan
diabetes mellitus (DM RL). Berdasarkan syarat dietnya, menu yang disajikan
harus mengandung lemak sedang, mengurangi penggunaan gula, dan
menggunakan karbohidrat kompleks. Terdapat hal yang belum sesuai dengan
syarat diet yaitu ada bahan makanan yang pengolahannya dengan cara
digoreng seperti kacang dan kentang goreng pada soto serta kurang sesuai
juga pada pemorsian bahan makanannya terutama untuk bahan sayur.
Penggunaan bahan sayur dalam menu soto kuning sangat minim dan kurang
dari jumlah yang sudah ditentukan.
93
11) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.
12) cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan
Tabel 3.8 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan diet jantung
Minyak 1p 5g 45
yang disajikan pihak rumah sakit lebih pucat dan untuk tekstur sayur, labu
siam masih keras dan belum matang.
Dari hasil analisis perhitungan sehari saat pasien diberikan menu
tersebut, jumlah energi sebesar 485 kalori terpenuhi sebesar 37% dari
kebutuhan sehari 1300 kalori,protein 25.57gram terpenuhi sebesar 61% dari
kebutuhan sehari, lemak 19.65gram terpenuhi 49% dari kebutuhan sehari, kh
sebesr 217,47gram terpenuhi 105,5% dari kebutuhan sehari.
Lanjutan Tabel 3.17 Daftar bahan makanan yang dianjurkan dan bahan
makanan yang perlu dihindari
Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari
Semua macam minuman Teh kental atau kopi Minuman yang
yang tidak beralkohol mengandung soda dan
Minuman
alkohol: soft drink, arak,
ciu, bir
Semua macam bumbu Makanan yang berlemak
secukupnya dan penggunaan santan
Lain-lain kental, makanan yang -
digoreng, bumbu dengan
kadar natrium tinggi.
Pembagian makan di rumah sakit mengikuti etiket makan yang diberikan dari
ilmu gizi. Makanan selingan yang disediakan adalah buah, jenis buah yang
digunakan tergantung dari menu hari tersebut, tentu dengan mengikuti syarat diet
pasien. Pada kasus ini buah diberikan sebanyak dua kali dengan dua bagian buah
per pembagian. Untuk pembagian makan berat etiket makan petugas dapur
mengikuti etiket makan, etiket makan pasien mengikuti jumlah kebutuhan porsi
per bahan makanan tergantung kebutuhan, oleh karena itu etiket makan pasien
memiliki syarat : porsi nasi minimal 3p per hari, protein hewani minimal 3p
sehari, dan minyak 3p dalam sehari. Hal tersebut ditetapkan untuk mempermudah
pembagian jenis makanan dan untuk memenuhi jumlah porsi. Sayuran dan protein
nabati dapat diberikan sebanyak ½ p per pembagian makan.
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi
serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi menjadi 3 porsi besar,
yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil
untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%).
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebuthan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg/hari.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%.
5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari
kebutuhan energi total.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang
bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula
alkohol berupa sorbitol, monitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak
bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif
hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari
kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL,
sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh
laksatif.
7) Asupan serat dianjurkan 25gr/ hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata
memenuhi kebutuhan serat sehari.
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000
mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.
108
Lanjutan Tabel 3.10 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan diet
DM
Bahan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Semua sayuran yang
mengandung tinggi kalium
Sayuran yang rendah kalium,
seperti tomat, bit, bayam, daun
Sayuran seperti caisim, kangkung, terong,
bawang, tauge kacang hijau,
wortel, dan sawi
buncis, kembang kol, wauh dan
rebung
Semua buah-buahan segar
yang cukup banyak mengandung
lemak atau rendah Tinggi kalium, seperti anggur,
Buah-buahan karbohidrat,seperti : alpukat, arbei, belimbing, duku, jambu,
strawberi (3 bh besar), anggur (1/2 jeruk, pepaya, dan pisang
cup),Raspberries (1/2 cup)
porsi makanan beliau. Bahwa pemebrian ektrak putih telur tidak sesuai
dengan yang ada di etiket. Karena kalau berdasarkan etiket pemberian putih
telur itu adalah 1.25. Selain itu dari segi porsi sayuran juga dapat dilihat
masih sedikit. Akan tetapi untuk pemberian daging sudah baik. Karena
pemberian daging beratnya sudah sama yakni 35 gr perpotong. Dan untuk
pemberian karbohidrat sudah mencukupi yakni ada nasi tim, bihun, dan
kentang goreng.
Pemberian protein pada pasien diusahakan harus cukup terpenuhi.
Karena kalau kurang akan dapat berpengaruh pada kondisi tubuh pasien yakni
dapat diketahui bahwa fungsi dari protein adalah sebagai sumber zat
pembangun yang dapat membantu memperbaiki sel-sel rusak. Dan jika
berlebih akan berpenmgaruh pada fungsi kerja ginjal.
5. Meningitis Tuberkulosis (Redisa Azzahra R)
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau meningen
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis
tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan limfogen
bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada paru.
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang
mengenai selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai
meningens. Penelitian yang dilakukan oleh Giok Pemula, dkk (2016) tentang
Penatalaksanaan yang Tepat pada Meningitis Tuberkulosis menyatakan
sebagian besar pasien meningitis tuberculosis memiliki riwayat sakit kepala
dengan keluhan tidak khas selama 2-8 minggu sebelum timbulnya gejala
iritasi meningeal. Gejala non spesifik ini meliputi malaise, anoeksia, rasa
lelah, demam, myalgia, dan sakit kepala dan kaku pundak yang disertai defisit
neurologis fokal, perubahan prilaku dan penurunan kesadaran.
Pada kasus ini, kondisi pasien dalam keadaan kurus tingkat berat dengan
IMT 16.4. Jenis diet yang diberikan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
atau dikenal juga dengan Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dengan jenis
makanan yang diberikan adalah makanan cair penuh. Makanan cair penuh
yang diberikan adalah makanan cair dengan susu penuh /skim.
Syarat diet makanan cair penuh (sonde) adalah sebagai berikut :
113
susu. hal ini dikarenakan kandungan protein pada susu memiliki peran
meregenerasi sel-sel yang rusak dan menggantikan dengan sel-sel yang baru.
Tabel berikut ini merupakan pembagian waktu makan sehari.
Tabel 3.15 Pembagian waktu makan sehari
Waktu makan Jenis Sonde Kerangan
07.00 Sonde Basah Sonde cair dengan susu
penuh
11.00 Sonde Basah Sonde cair dengan susu
penuh
15.00 Sonde Basah Sonde cair dengan susu
penuh
19.00 Sonde Kering Susu formula Ensure
23.00 Sonde Kering Susu formula Ensure
03.00 Sonde Kering Susu formula Ensure
Tabel berikut ini merupakan etiket makan sehari pasien 1200 kalori
Tabel 3.16 Etiket makan sehari pasien 1200 kalori
Jam Jenis Jumlah
07.00 Tepung beras 4 sdm
11.00 Telur 2 butir
15.00 Putih telur 3 butir
Papaya 100 gr
Wortel 100 gr
Gula 1 sdm
Minyak 1 sdt
Susu ensure 7.5 sendok takar
80% dari kebutuhan sehari 158 gram , dan lemak 25.9 gram terpenuhi
sebesar 72% dari kebutuhan sehari 35 gram.
Kebutuhan sehari dibagi 6 kali frekuensi waktu makan sehingga
kebutuhan perwaktu makan sebesar 200 kalori, protein 10 gram, lemak 7.2
gram, karbohidrat 26.3 gram. Tabel berikut ini merupakan analisis
perhitungan perkali waktu makan untuk waktu makan 07.00, 11.00, 15.00
dalam bentuk sonde basah.
dari kebutuhan pasien sebesar 10 gram. lemak 3.5 masih kurang dari
kebutuhan pasien sebesar 7.2 gram, dan karbohidrat 15.5 gram melebihi dari
kebutuhan pasien sebanyak 26.3 gram. sonde kering memenuhi 57.5% %
energi, 40% protein, 48% lemak, dan 59 % karbohidrat dari kebutuhan
perkali waktu makan.
118
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penyusunan standar bahan makanan di RS Dustira disusun berdasarkan
kecukupan gizi pasien dan sesuai dengan etiket makan yang diberikan oleh
ahli gizi rumah sakit, ketersediaan dana yang ada dan hasil penterjemahan
standar gizi menjadi item bahan akanan dalam berat kotor.
2. Perencanaan menu dan menetapkan mcam menu ditentukan oleh pegawai
pelaksana administrasi dengan sepengetahuan KA InstalJangwat. Menu
standar diatur agar tidak terjadi pengulangan bahan makanan dan teknik
pengolahan yang sama dihari yang sama dan dihari selanjutnya. Maka dibuat
daftar menu berdasarkan kela, jenis makanan, dan jnis diet.
3. Siklus menu yang digunakan yaitu siklus menu 10 hari dan hari ke 31. Siklus
menu dipilih agar tidak terjadi pengulangan menu dihari yang sama. Pola
menu yang dimiliki InstalJangwat RS Dustira sudah sesuai dengan standar
pola menu yang dianjurkan. Porsi makanan di RS Dustira per kali makan
ditentukan berdasarkan pedoman makan satuan bahan penukar menggunakan
satuan ukuran ruah tangga (urt)
4. Persiapan Bahan Makanan di bagian produksi pada umumnya sudah baik.
Setiap bahan makanan sudah disimpan berdasarkan jenisnya seperti sayuran,
nabati, hewani, dan karbohidrat. Bahan makanan yang dipakai menggunakan
bahan makanan yang segar dan tidak memakai bahan makanan kalengan.
Sanitasi hygiene di dapur InstalJangwat pada umumnya sudah sesuai standar,
namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kembali.
B. Saran
1. Ahli Gizi RS Dustira perlu mendorong pegawai atau menyarankan untuk
melakukan trainning/pelatihan terkait diet penyakit tertentu kepada pegawai
yang bertugas di RS dustira. Hal ini untuk meningkatkan
pengetahuan pegawai serta kualitas makanan, agar tidak terjadinya kesalahan
pengolahan dan pemberian makan pada pasien.
2. Sebaiknya peralatan makan pasien yang sudah tidak layak diganti dengan
yang baik untuk kenyamanan pasien
119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
122
Paparan ke-1 mengenai manajemen di unit Paparan ke-1 mengenai manajemen di unit
administrasi gudang persiapan sayur dan buah
Paparan ke-1 mengenai manajemen di unit Paparan ke-1 mengenai manajemen di unit
diet prokoler dan paviliun siliwangi
1. Gudang
2. Meja admin gudang
3. Area penimbangan bahan
4. Gudang bahan makanan kering
5. Gudang bahan makanan segar
6. Ruang karyawan
7. Gudang bahan makanan kering (bumbu)
8. Bak cuci
126
9. Toilet
10. Meja persiapan buah
11. Meja persiapan sayur
12. Meja persiapan bumbu
13. Ruang pengolahan protokoler dan paviliun siliwangi
14. Ruang penyimpanan, penyajian, dan distribusi makanan paviliun siliwangi
15. Ruang pengolahan makanan non diet
16. Meja penyimpanan makanan matang
17. Ruang pengolahan makanan diet
18. Kulkas
19. Ruang pengolahan nasi dan bubur
20. Ruang pengabilan air untuk memasak
21. Ruang penyimpanan
22. Dapur susu
23. Meja penyimpanan makanan matang
24. Ruang penyajian makanan diet
25. Ruang penyajian makanan non diet
26. Ruang distribusi
27. Ruang admin gizi
28. Ruang penyimpanan
29. Area pencucian
30. Gudang
127
Lampiran 3. Jadwal PKL Mahasiswa Tata Boga UPI di Dapur Instal Jangwat RS Dustira
Nama Tanggal
No
Tempat/Bagian 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6
1 Admin Gizi CD DE EF FG G
Admin
2 Gudang C C E F G B
Makanan I
Persiapan Saur M
3 F G D F G C B D B
dan Buah
B
Pengolahan
4 Mak. Unit Non G C E G C DE FG DE G CF DG EC FD GE FC GE I
Diet N
Pengolahan G
5 EG EG C D F CD D F E CG E DG EC DF GE CF GD CF
Mak. Unit Diet A
Produksi N
Protokoler &
6 DF DF C D E C EF EG C D F CF E F G C D E D
Paviliun
Siliwangi
Keterangan : : Kegiatan Paparan
RINCIAN BELANJA
Total
No Nama Barang SAT BPJS UMUM Piket
Belanja
I II III I II III
50. Bawan goreng Bks 4 4
51. Kue lumpur surabaya Bj 267 77 101 12 42 35
52. Kue bolu kukus Bj 0
53. Roti isi Bj 90 90
54. Susu full cream Kg 13.52 5.38 4.82 0.7 1.38 0.98 0.25
Susu kotak strobery
55. Bj 65 65
125 ml
Roti sandwich
56. Bks 2 2
cokelat
57. Skm bendera coklat Sct
58. Skm bendera gold Sct