Anda di halaman 1dari 27

1

PEDOMAN PELAYANAN
TIM K3RS

2017

RSIA FATMA BOJONEGORO


JL.LETTU SUYITNO NO. 2 BOJONEGORO
Telp. (0353) 571576 E-mail : rsiafatma_bjn@yahoo.com

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN
BAB III LANDASAN HUKUM
BAB IV KEBUTUHAN TENAGA/ KEANGGOTAAN
BAB V TATALAKSANA PELAYANAN
BAB VI KESELAMATAN KERJA
BAB VII INDIKATOR MUTU
BAB VIII PENUTUP
LAMPIRAN
A. SK DIREKTUR
B. ORGANISASI ( STRUKTUR DAN URAIAN TUGAS)
C. VISI,MISI, FALSAFAH DAN NILAI.
D. SPO
E. DAFTAR ACUAN/ REFERENSI/ KEPUSTAKAAN

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
3

BAB I PENDAHULUAN

Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor


industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal
dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas
pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi
kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga
dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit
(K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 : Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di RumahSakit
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah
Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh
sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
4

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian
serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan
dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan
bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitarnya.

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan


pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan
dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran,
Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih
komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar
Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan kebakaran dan
kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan
di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai
salah satu parameter penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh
Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah
Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini
secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali. K3 termasuk
sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit,
disamping standar pelayanan lainnya.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, da peralatan, yang
mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
5

dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan


tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin
operasional Rumah Sakit (pasal 17).

1.2 TUJUAN

Tujuan umum.
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman
dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien masyarakat dan lingkungan sekitar
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancer
Tujuan khusus.

a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.


b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan oleh Tim K3RS adalah sebagai berikut:
1. Structural manajemen Rumah Sakit
2. Seluruh staf yang ada di Unit/Instalasi/Bagian di Rumah Sakit
3. Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS,
standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS,
pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

BAB III LANDASAN HUKUM


1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010
2. Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
6

3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165


4. Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

BAB IV KEBUTUHAN TENAGA / KEANGGOTAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3RS di RSIA FATMA


BOJONEGORO Maka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan atau yang telah
mendapatkan pelatihan khusus dibidang K3RS. RSIA FATMA BOJONEGORO
merupakan Rumah Sakit dengan klas C apabila mengacu kepada standar pelayanan
K3RS ketersediaan tenaga yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan belum
merata, perlu kiranya melakukan kegiatan peningkatan sumber daya yang ada baik
itu jumlah maupun kualitas ketenagaan guna melaksanakan program pelayanan
K3RS lebih optimal.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses dimana
Rumah Sakit berkomitmen pada kebijakan pelayanan K3RS melalui pengembangan
kemampuan petugas dibidang K3RS sehingga tujuan pelayanan kesehatan diberikan
dapat tercipta pada lingkungan yang aman dan sehat.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan
kontribusi.
Berdasarkan Kepmenkes No. 1087 tahun 2010 tentang kesehatan dan
keselamatan kerja bahwa Rumah Sakit dengan klas c sumber daya manusia dalam
melaksanakan program K3RS antara lain :
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1 orang dan
mendapatkan
pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi Dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
7

3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi


mengenai K3RS minimal 1 orang
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.

B. Distribusi Ketenagaan

SDM Di RSIA FATMA BOJONEGORO yang bersertifikat K3 belum merata ini


dapat terlihat dari struktur organiasi K3RS yang ada dari jumlah 5 ketenaganaan dari
berbagi disiplin ilmu terdapat 2 orang yang telah memiliki sertifikat pelatihan khusus
K3 sedangkan 3 orang lagi belum mendapatkan pelatihan.

C. Pelatihan Serta Pengembangan SDM K3

Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS merupakan hal


pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur Dan Manajemen serta Tim K3RS
memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi pekerja
dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya
pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3
dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan,
orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya,
rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward & punishment).

Dalam ini Rumah Sakit Umum Kecamatan Mandau dalam upaya


pengembangan SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat unsure-
unsur antaranya :

1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan dalam


matriks pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
8

4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM Rumah
Sakit di bidang K3.
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,
pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau
perundang- undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

D. STANDART FASILITAS K3RS


1) Standar Teknis Sarana
a. Lokasi dan Bangunan
Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh
masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan
dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain
anak, pabrik industri, dan limbah pabrik. Didalam UU No.44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan
lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

Untuk persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus sesuai


dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Luas
lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan.
Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan
lantai dasar. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur
(TT) dan klasifikasi rumah sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2 per
tempat tidur.

b. Lantai

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
9

Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genangan air.
Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.

c. Dinding
(Mengacu Kepmenkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

d. Pintu/jendela :
Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm.
Pintu dapat dibuka dari luar.
Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup
pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka ke arah tangga
darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.
Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus
dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).

e. Plafond
Rangka plafon kuat dan anti rayap.
Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan tidak
menggunakan berbahan asbes.
Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
10

f. Ventilasi
Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang
cukup, luas minimum 15% dari luas lantai.
Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif.
Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.

g. Atap
Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain.
Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal
petir.

h. Sanitasi
Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak
cacat, serta mudah dibersihkan.
Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik.
Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable
tissues).
Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan.
Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
kamar mandi 10:1.
Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi
20:1.
Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet, keluar
dengan lancar dan jumlahnya cukup.

i. Air bersih
Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
11

liter/tempat tidur).
Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur
dalam (artesis).
Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali.
Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran.

j. Pemipaan (plumbing ):
Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air bersih
dan merah untuk pemipaan kebakaran.
Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor.
Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan
instalasi listrik

k. Saluran (drainase):
Saluran keliling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah
aliran pembuangan.
Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak tertentu,
dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah di
buka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi dengan baik.

l. Jalur yang melandai/lereng (ramp)


Kemiringan rata-rata 10-15 derajat.
Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm,
kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm.
Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak
licin.

m. Tangga
Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah.
Pedoman Pelayanan Intensiv
RSIA Fatma Bojonegoro 2014
12

Lebar injakan minimum 28 cm.


Tinggi injakan maksimum 21 cm.
Tidak berbentuk bulat/spiral.
Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam.
Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat
mudah dipegang, ketinggian 6080 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi.
Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.

n. Jalur pejalan kaki (pedestrian track):


Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak licin.
Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border.
Drainase searah jalur.
Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 (jalur 2 arah).

o. Area parkir :
Area parkir harus tertata dengan baik.
Mempunyai ruang bebas disekitarnya.
Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar.
Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk
menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement), dilengkapi
petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta
pemadam kebakaran.

p. Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman


Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan
tidak menimbulkan bau.
Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang
ada.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
13

Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan
kansten dan dirawat.
Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).
2) Standar teknis prasarana
a. Penyediaan listrik :
Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN
minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik
Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai pedoman
bahwa rumah sakit kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik 1 MVA
(1000 KVA)
Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL.
Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus dengan
sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan
UPS/Uninteruptable Power Supply).
Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak di
gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan. Kapasitas UPS
disesuaikan dengan kebutuhan.
Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal 40% dari daya terpasang
dan dilengkapi AMF dan ATS system.
Grounding System harus terpisah antara grounding panel gedung dan
panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.

b. Instalasi penangkal petir

Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker


No.2 tahun 1989.

c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran


Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun 1980.
HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup,
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
14

Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi


kebutuhan luas area.
Tersedia koneksi siamese.
Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan.
Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran.
d. Sistem komunikasi
Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik.
Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral
telepon dan posko tanggap darurat).
Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik.
Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk mendukung
komunikasi tanggap darurat.
Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan
berfungsi
dengan baik.
Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system).
Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close circuit television)
e. Gas medis
Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung.
Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi
dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan kondisi sentral
gas medis dalam keadaan rusak/ketersediaan gas tidak cukup.
Tersedia pengisap
Tersedia instalasi alarm kebakaran automatik sesuai dengan Permenaker
No.2 Tahun 1983.
Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan.
Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2),
gas tekan dan vacum.
f. Limbah cair

Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
15

g. Pengolahan limbah padat


Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria
limbah.
Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan
berfungsi dengan baik.

3) Standar peralatan Rumah Sakit

a. Memiliki perizinan.
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
c. dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
d. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.
e. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
f. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan
sesuai dengan indikasi medis pasien.

g. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh


h. petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
i. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala
dan berkesinambungan

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
16

V. TATA LAKSANA KEGIATAN

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah
Sakit.
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika
seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sanpai dengan staf pelaksana
mempunyai komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran, yang menjadi budaya
dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.
Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Adapun standar pelayana K3RS yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:
A. Program Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik lengkap;
Kesegaran jasmani;
Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
Laboratorium rutin;
Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.

b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit

Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran


jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin,
serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-
kurangnya 1 tahun.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
17

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :


SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM
Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM
Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu
SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus
sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari
Organisasi Pelaksana K3RS.
2. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
SDM Rumah Sakit
Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk
SDM Rumah Sakit yang dinasnmalam, petugas radiologi, petugas lab,
petugas kesling dll
Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
Pembinaan mental/rohani.

3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja


dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri
baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara lain :
Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan
K3
Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya
SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan
kewajibannya
Orientasi K3 di tempat kerja
Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan
Kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
18

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah


Sakit yang menderita sakit
Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah
Sakit.

B. Standar Keselamatan
Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM
Rumah Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
C. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien.
Pertemuan koordinasi
Pembahasan kasus
Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
D. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis
bahaya dan besarnya risiko
Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis
pekerjaannya, lama pajanan dan dosis pajanan
Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus. (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan
pemberian istirahat kerja)
Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
19

E. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan


dengan kesehatan kerja Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
biologi, psikososial dan ergonomi).
F. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
kerja Rumah Sakit

B. Program Pelayanan Keselamatan Kerja


Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang diberikan sangat erat
hubunganya dengan sarana,prasarana termasuk peralatan kerja hal ini terlihat
dari kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan.
Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,
dan orang usia lanjut.
Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta Ke -
selamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Ru -
mah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di
bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana
serta peralatan kesehatan Rumah Sakit).
Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan
dan laik pakai.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
20

Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan


kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta perala-
latan kesehatan.

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM


Rumah Sakit
Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan
kerja dan SDM Rumah Sakit
Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan
mengendalikan risiko ergonomik.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergononomi
dan psikososial secara rutin dan berkala.
Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan
prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi :
Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan air
Penyehatan tempat pencucian
Penanganan sampah dan limbah
Pengendalian serangga dan tikus
Sterilisasi/desinfeksi
Perlindungan radiasi

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
21

Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.

5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :


Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri
(APD)
Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan
penggunaan peralatan keselamatan dan APD.

6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM


Rumah Sakit.

BAB VI KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja TIM K3RS mencakup pada penggunaan APD dalam


setiap kegiatan maupun tindakan yang berhubungan dengan pasien maupun
berhubungan dengan pengolahan Bahan Berbahaya dan beracun. Selain Tim K3RS
maka seluruh staf RS juga harus ikut serta dalam pengendalian sarana dan prasarana
RS serta alat medis yang digunakan untuk menunjang Pelayanan terhadap pasien RS
sehingga Mutu Pelayanan dapat selalu terjaga.

BAB VIII INDIKATOR MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
Pedoman Pelayanan Intensiv
RSIA Fatma Bojonegoro 2014
22

Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan pasien
Kepuasan pasien
Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
23

BAB VIII PENUTUP

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan


pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan
dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran,
Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih
komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar
Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan kebakaran dan
kewaspadaan terhadap bencana.
Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit
sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter
penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.

Diharapkan dengan dengan adanya standar ini, pembinaan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) dapat dilaksanakan dan sebagai pedoman dalam
melaksanakan program K3RS yang lebih baik lagi dan yang selama ini sudah
dijalankan oleh Kementerian Kesehatan dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk SDM
Rumah Sakit, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam memahami
masalah-masalah K3RS dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap
akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.

Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, dan kami mengaharapkan
masukan dari berbagai pihak-pihak terkait guna penyempurnaan dimasa yang akan
dating dan atas kerjasama dari berbagai pihak kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui / Menyetujui Bojonegoro, 01 Agustus 2017


Direktur RSIA Fatma Ketua Tim K3RS

dr. Winandra Putra, M.MKes Yogi Bagus Yuniarto Amd. Kep

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
24

I. Visi, Misi, Motto, Falsafah dan Tujuan Pelayanan K3RS Rumah Sakit Ibu
dan Anak Fatma Bojonegoro
Visi:
Visi Pelayanan K3RS RSIA Fatma Bojonegoro adalah mewujudkan
pelayanan K3RS yang unggul dan berkembang sesuai kebutuhan masyarakat
Bojonegoro dan sekitarnya
Misi:
1. Melaksanakan pelayanan K3RS yang bermutu dan hangat sebagai
keluarga.
2. Pelayanan K3RS yang didukung oleh teknologi dan sarana prasarana
yang memadahi
3. Pengelolaan pelayanan K3RS yang profesional sesuai kaidah
manajemen modern
Motto:
Sesuai dengan Motto RSIA Fatma:
Kami Melayani Sebagai Keluarga ( we serve as family )
Falsafah
1. Kepercayaan
2. Keamanan
3. Profesional
Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang K3RS yang bermutu.

Tujuan Khusus
1. Memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang K3RS yang bermutu dan
sesuai dengan kode etik.
2. Memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat mengenai K3RS
3. Membentuk praktisi dan meningkatkan profesionalitas
4. Melaksanakan sistem manajemen mutu yang berdasarkan Akreditasi RS

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
25

II. Struktur Organisasi Pelayanan Psikologi dan Tumbuh Kembang Rumah


Sakit Ibu dan Anak Fatma Bojonegoro

PT. LIAN MEDIKA MANDIRI

DIREKTUR RSIA FATMA

Dr. Winandra , M.MKes

KASI YANMED

TIM K3RS

RSIA FATMA

III. Uraian Jabatan


Nama Jabatan : Ketua Tim K3RS
Hasil Kerja :
1. Terkoordinasinya pengelolaan kegiatan Tim K3RS
2. Terlaksananya kegiatan Tim K3RS
Uraian Tugas :

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
26

1. Mengkoordinasikan kegiatan Tim K3RS


2. Melaksanakan perencanaan, kegiatan, monitoring dan evaluasi terhadap
sarana dan mutu pelayanan Tim K3RS
3. Menyusun laporan kegiatan Tim K3RS
4. Mengupayakan peningkatan Sumber Daya Manusia Tim K3RS

IV. Tata Hubungan kerja

INSTALASI RAWAT INSTALASI RAWAT


JALAN POLI PSIKOLOGI & JALAN
TUMBUH
KEMBANG
BAGIAN UMUM BAGIAN
KEUANGAN

Tata Laksana Poli Psikologi dan Tumbuh Kembang


1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Pasien datang sendiri atau rujukan dokter ke rawat jalan
b. Pasien dilayani
c. Pasien membayar sesuai dengan pelayanan yang dilakukan
2. Pelayanan Rawat Inap
a. Pasien meminta sendiri atau rujukan dokter rawat inap
b. pasien dilayani dengan cara psikolog mendatangi pasien
c. pasien membayar sesuai dengan pelayanan yang dilakukan saat
pembayaran/ pasien pulang
3. Permintaan Barang
a. Kepala Poli Psikologi dan Tumbuh Kembang mengusulkan kebutuhan
barang pada Kepala Bagian umum
b. Kepala Bagian umum menampung dan membahas usulan
c. Jika barang dipenuhi, maka bukti-bukti serah terima barang disimpan
rangkap 2, satu untuk Kepala Poli Psikologi dan Tumbuh Kembang,
dan yang satu untuk Bagian Umum
4. Pembayaran
a. Kepala Poli Psikologi dan Tumbuh Kembangsetelah memberikan
pelayanan, menyetorkan rincian tindakan
b. Pasien membayar sesuai dengan rincian tindakan

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014
27

Bagian Keuangan memberikan bagian kepada Kepala Poli Psikologi dan


Tumbuh Kembang sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

Pedoman Pelayanan Intensiv


RSIA Fatma Bojonegoro 2014

Anda mungkin juga menyukai