Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada manusia terdapat berbagai macam sistem yang berfungsi untuk
menjaga homeostasis tubuh. Salah satu diantaranya adalah system
kardiovaskuler. Sistem kardio vaskuler terdiri dari 3 komponen, yaitu
jantung, pembuluh darah dan darah. Darah merupakan komponen yang
sangat penting dalam system kardio vaskuler. Tanpa darah, tidak akan terjadi
proses sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan jaringan seluruh tubuh. Salah
satu bagian dari darah adalah eritrosit, atau yang sering disebut sel darah
merah. Eritrosit dibentuk pada sum-sum tulang melalui proses eritropoiesis
tetapi kita harus tahu sebelum terjadi eritropoiesis yaitu terjadinya
hematopiesis dimana pembentukan sel dari stem cell menjadi berbagai
bermacam sel.
Dalam eritrosit terkandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan karbon dioksida.Salah satu kelainan pada eritrosit adalah anemia
yang sering kita temukan di lingkungan sekitar kita sehari-hari. Para dokter
biasanya melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi adanya anemia.
Oleh karena itu, penulis menyusun laporan ini untuk mengetahui tentang
karakteristik eritrosit, hematopoiesis, pembentukan hemoglobin, peran
vitamin B12, asamfolat, dan zat besi terhadap hematopoiesis dan pembentukan
hemoglobin, jenis-jenis anemia, dan pemeriksaan darah.

1
1.2 Tujuan
Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran dan
sebagai referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Dan semoga kami dapat mengerti mengenai apa saja komponen
darah dan fungsinya, mekanisme hematopoiesis, kadar darah dalam tubuh
dan gejala gejala klinis terkhusus anemia.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dalam laporan ini adalah mahasiswa
mampu memahami mengenai apa saja komponen darah dan fungsinya,
mekanisme hematopoiesis, kadar darah dalam tubuh dan gejala gejala klinis
terkhusus anemia

2
BAB II
ISI
SKENARIO
Kok Pucat Terus Ya?
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke dokter umum dengan keluhan
pucat. Menurut hasil anamnesis dengan ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan ini disertai demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, susah
makan, dan sering mengantuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
anemis, bising jantung (+), hepatomegali (-), splenomegali (-). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hemoglobin 7 g/dl dan kadar Fe menurun. Dokter
mendiagnosis pasien menderita anemia defisiensi Fe. Pengobatan yang diberikan
adalah tablet Fe dan vitamin C untuk meningkatkan aktivitas eritropoiesis dan
hematopoiesis.

2.1 Identifikasi Istilah


1. Hepatomegali : pembesaran ukuran hati dikarenakan sirosis hati dan
gangguan lain
2. Splenomegali : pembesaran limfa karena proliferasi limfosit
3. Eritropoesis : pembentukan sel darah merah (eritsosit) dalam tubuh
4. Hematopoesis : pembentukan sel darah dimana di dalamnya terjadi
proliferasi, diferensiasi, dan maturasi
5. Anemia defisiensi Fe : suatu keadaan dimana tubuh mengalami
kekurangan eritrosit diakibatkan kurangnya asupan zat besi.
2.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana mekanisme hematopoesis?
2. Bagaimana mekanisme eritropoesis?
3. Bagaimana mekanisme pembentukan Hb?
4. Berapa kadar normal Fe, Hb, dan sel darah?
5. Mengapa orang anemia berciri pucat?
6. Mengapa bisa terjadi bising jantung?
7. Mengapa pasien diberi tablet Fe dan vitamin C?
8. Apa saja fungsi Hb dan Fe?

3
2.3 Analisis Masalah
1. Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :
- Mesoblastik
Dari embrio umur 2-10 minggu. Terjadi di dalam yolksac. Yang
dihasilkan adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
- Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada
limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit
dari hati. Disini menghasilkan Hb.
- Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum
tulang, kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang,
hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan Hb
A, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel
limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di
antaranya adalah asam amino, vitamin, mineral, hormon, ketersediaan
oksigen, transfusi darah, dan faktor- faktor perangsang hematopoietik.

2. Tahapan pematangan eritrosit (eritropoesis) yaitu :


1. Proeritroblas
Berukuran sekitar 15-25 mm. Adapun sitoplasmanya biru pekat, lebih
sempit menebal di batas inti dan terang di luar inti. Intinya relatif
besar, bulat atau oval, warna ungu kemerahan. Kromatin halus.
Nukleoli 1-2 (lebih besar dibanding mieloblas, lebih kebiruan)
2. Basofilik Eritroblas
Berukuran 13-18 mm. Sitoplasmanya sangat biru, ukurannya besar
mulai berkurang. Adapun intnya relatif besar, bulat atau oval.
Kromatin mulai kasar dibanding proeritroblas. Nukleoli tidak ada.
Basofilik eritroblas dengan kondensasi kromatin tengah berlangsung
dan tanpa ada zona perinuklear.
3. Polikromatofilik eritroblas

4
Berukuran 10-15 mm. Sitoplasma berwarna biru keabuan hingga pink
keabuan dengan warna gradasi yang berbeda. Memulai produksi Hb,
relatif melebar dibanding inti. Intinya bulat, lebih kecil dibanding
sebelumnya. Dipadati dengan kromatin kasar dan bergumpal, warna
biru ungu gelap.
4. Ortokromatik Eritroblas
Berukuran 8-12 mm. Sitoplasmanya berwarna merah muda, lebih
melebar dibanding sebelumnya. Intinya berwarna biru hitam.
5. Retikulosit
Berukuran hampir sama dengan eritrosit matang atau sedikit lebih
besar. Sitoplasmanya berwarna merah muda sampai keunguan, berisi
granula berupa sisa retikulum RNA. Tidak memiliki inti. Memiliki
kadar normal : 0,5-1,5 %
6. Eritrosit Matang
Berukuran : 6,7-7,7 μm. Tidak memiliki inti. Sitoplasma berwarna
merah muda, tanpa inti, bulat bikonkaf. Bentuknya dari atas bulat, dari
samping bikonkaf, bagian sentral terdapat cekungan disebut central
pallor 1/3 sel.

3. Proses pembentukan (sintesis) hemoglobin telah dimulai dalam tahap


eritroblas dan terus berlangsung sampai tingkat normoblast atau
retikulosit. Meskipun eritrosit yang muda telah meninggalkan sumsum
tulang dan masuk kedalam peredaran darah, namun pembentukan
hemoglobin tetap berlangsung dalam beberapa hari berikutnya :
l). 2 Suksinil-KoA + 2 Glisin membentuk senyawa Pirol
2). 4 Pirol akan membentuk senyawa Protoporfirin IX
3). Protoporfirin IX + Fe2+ membentuk senyawa Hem
4). 4 Hem + Polipeptida membentuk Rantai Hemoglobin (α atau β)
5). Rantai 2α + Rantai 2β membentuk hemoglobin A
Tiap rantai hemoglobin mempunyai berat molekul kira-kira 16000. Rantai
hemoglobin ini ada variasi yang sebenarnya ditentukan oleh susunan asam
amino dalam peptidanya. Berbagai jenis rantai tersebut dapat digambarkan

5
sebagai rantai alfa (α), rantai beta (β), rantai gamma dan sebagainya. Pada
umumnya rantai hemoglobin pada orang dewasa adalah hemoglobin A,
dimana merupakan gabungan antara dua rantai alfa dengan dua rantai beta.

4. Kadar normal untuk Hb, Fe dan sel darah :


1. Kadar normal Hb (hemoglobin)
- Lelaki dewasa : 14-18 g/dl
- Wanita dewasa : 12-16 g/dl
- Anak-anak : 10-16 g/dl
- Bayi : 12-24 g/dl
2. Kadar Fe (zat besi)
- Anak usia 2-6 tahun : 4,7 mg/hari
- Anak usia 6-12 tahun : 7,8 mg/hari
- Laki-laki remaja : 12, 1 mg/hari
- Perempuan remaja : 21,4 mg/hari
- Lelaki dewasa : 8,5 mg/hari
- Wanita dewasa : 18,9 mg/hari
- Perempuan menopause : 6,7 mg/hari
- Perempuan menyusui : 8,7 mg/hari
3. Kadar Eritrosit (sel darah merah)
- Pria : 4,5-5,9 (4,5-5,5) (juta/ul)
- Wanita : 4-5 (juta/ul)
4. Kadar Leukosit (sel darah putih)
- Pria : 4.000-11.000 (5.000-10.000) (/ul)
- Wanita : 5.000-10.000 (/ul)
5. Kadar Trombosit (keeping darah)
- Pria : 150.000-440.000 (150.000-400.000) (/ul)
- Wanita : 150.000 -400.000 (/ul)

5. Orang yang menderita anemia berciri pucat dikarenakan O2 yang harusnya


berikatan dengan Hb (hemoglobin) tidak tersebar dengan merata.

6
6. Bising jantung (cardiac murmur) timbul akibat aliran turbulen dalam bilik
(dinding jantung) dan pembuluh darah jantung, sumbatan terhadap aliran
atau adanya aliran dari diameter kecil ke diameter yang lebih besar. Aliran
turbulen ini terjadi bila melalui struktur yang abnormal (penyempitan
lubang katup, insufisiensi katup, atau dilatasi segmen arteri), atau akibat
aliran darah yang cepat sekali melalui struktur yang normal, atau akibat
aliran darah balik yang abnormal (regurgitasi).

7. Tablet Fe sangat penting karena dapat membantu proses pembentukan sel


darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya anemia atau penyakit
kekurangan darah merah. Adapun vitamin C akan membantu absorbsi atau
penyerapan zat besi tersebut.

8. Fungsi Hb (hemoglobin), Fe (zat besi), dan sel darah

1. Fungsi Hb (hemoglobin)
- Mengikat oksigen
Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi sebagai mengikat
oksigen yang akan disirkulasikan ke paru-paru.
- Pertahanan tubuh
Sirkulasi darah yang terus di pompa oleh jantung dapat
mempertahankan tubuh dari serangan virus, bahan kimia, maupun
bakteri. Darah tersebut nantinya akan disaring oleh fungsi ginjal
dan dikeluarkan melalui urine sebagai hasil toksin dari tubuh.
- Menyuplai nutrisi
Selain mengangkut oksigen, darah juga akan menyuplai nutrisi ke
jaringan tubuh dan mengangkut zat sebagai hasil dari metabolisme.
2. Fungsi Fe (zat besi)
- Pembentukan sel darah merah
Fungsi zat besi paling utama di dalam tubuh adalah pembentukan
hemoglobin atau sel darah merah. Di dalam tubuh hemoglobin
bekerja membawa oksign ke seluruh tubuh. Sehingga kekurangan

7
zat besi bisa berakibat seseorang mengalami anemia atau
kekurangan sel darah merah yang ditandai dengan mudah lelah,
lesu dan tidak bersemangat.
- Fungsi otot
Zat besi memainkan peran penting dalam menjaga dan
meningkatkan fungsi otot dengan cara membawa oksigen dari
hemoglobin ke seluruh sel-sel otot.
- Untuk ibu hamil
Selama masa kehamilan seorang wanita membutuhkan lebih
banyak zat besi dibandingkan biasanya, hal ini dikarenakan
kekurangan zat besi selama hamil bisa membahayakan ibu dan
anak.  Kekurangan sel darah merah dalam masa ini  bisa berakibat
kelahiran prematur, kekurangan berat badan pada bayi sampai
kematian. Selain itu seorang ibu hamil juga membutuhkan
tambahan zat besi untuk bayi mereka, agar dapat tumbuh optimal
terutama di trimester kedua dan ketiga.
- Pengaturan suhu tubuh
Zat Besi merupakan komponen penting dalam pengaturan suhu
tubuh. Ini mirip seperti thermostat di dalam tubuh dimana zat besi
bekerja mengatur suhu tubuh sesuai kapasitas penyerapan. Jika
suhu di dalam tubuh stabil maka enzim dan metabolisme bisa
bekerja dengan baik.

8
2.4 Strukturisasi Konsep

Komponen Darah

Plasma darah
Sel darah

Air Substansi lain Protein Pembentukan

Eritrosit Leukosit Trombosit

Hemoglobin Imun Pembekuan

2.5 Learning Objective


1. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen dan fungsi darah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme hematopoesis.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan kadar normal darah dan komposisi.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala klinis anemia.

2.6 Belajar Mandiri


Pada step 6 ini masing-masing anggota diskusi melakukan proses
belajar mandiri sehubungan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan
pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan
dibahas pada diskusi kelompok kecil (DKK) 2.

9
2.7 Sintesis
1. Menjelaskan Komponen Darah [ CITATION Lau12 \l 1057 ]
A. Eritrosit

Eritrosit adalah sel datar berbentuk piringan yang mencekung di


bagian tengah di kedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah
menggepeng bukan lubang (yaitu, eritrosit adalah piringan bikonkaf
dengan garis tengah 8 µm, ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1
µm di bagian tengah).
Bentuk unik ini berperan, malalui dua cara dalam menentukan
efisiensi sel darah merah melakukan fungsi utamanya mengangkut O2
dalam darah:
(1). bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar
untuk difusi O2 menembus membrane dibandingkan dengan bentuk sel
bulat dengan volme yang sama.
(2). tipisnya sel memungkinkan O2 cepat berdifusi antara bagian paling
dalam sel dan eksterior sel. Sel darah merah, yang garis tengah normalnya
adalah 8 µm, dapat mengalami deformitas secara luar biasa sewaktu
mengalir satu per satu melewati kapiler yang garis tengahnya sesempit 3
µm. karena sangat lentur maka SDM dapat mengalir melalui kapiler
sempit berkelok-kelok untuk menyalurkan O2 di tingkat jaringan tanpa
pecah selama proses tersebut berlangsung.
Fungsi normal eritrosit adalah pengangkutan hemoglobin yang
selanjutnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain

10
mengangkut hemoglobin, seldarah merah mempunyai fungsi lain yaitu
mengandung sejumlah besar karbonik anhidrase suatu enzim mengatalisis
reaksi reversible antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat meningkatkan kecepatan
reaksi ini beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam
darah mengangkut sejumlah besar CO2 dalam bentuk ion bikarbonat dari
jaringan ke paru. Di paru ion tersebut di ubah kembali menjadi CO2 dan
dikeluarkan sebagai produk limbah tubuh. Hemoglobin yang terdapat di
dalam sel merupakan dapar asam-basa yang baik, sehingga sel darah
merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya dapar asam-basa
seluruh tubuh.
Eritrosit ini tidak mempunyai nukleus, ribosom maupun organel
sel. Di dalam eritrosit terdapat enzim glikolitik yang berfungsi
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme
transport aktif yang berperan dalam mempertahankan konsentrasi ion yang
sesuai dalam sel. Eritrosit ini juga mengandung enzim karbonat anhidrase

yang berperan dalam transpor CO2. Karena tidak punya inti, eritrosit ini
tidak punya DNA untuk membentuk protein untuk memperbaiki sel,
tumbuh dan membelah layaknya sel-sel lain. Sehingga eritrosit ini akan
mati setelah berumur 120 hari. Eritrosit ini rata-rata mati saat berada di
limpa karena limpa ini mempunyai kapiler yang sempit dan berkelok-
kelok sehingga akan membuat membran plasma eritrosit rapuh dan
akhirnya mati.

11
B. Leukosit
Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah satuan mobile pada
sistem pertahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh
menahan atau menyingkirkan benda asing yang berpotensi merugikan atau
sel abnormal. Leukosit dan turun-turunannya bersama dengan berbagai
protein plasma membentuk sistem imun, siatu sistem pertahanan internal
yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda dalam
tubuh yang asing.
Secara spesifik, sistem imun berfumgsi sebagai :
(1) mempertahankan tubuh dari patogen penginvasi (mikroorganisme
penyebab penyakit misalnya bakteri dan virus),
(2) mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh;
dan, (3) berfungsi sebagai “petugas kebersihan” yang membersihkan sel-
sel tua (misalnya sel darah merah yang sudah uzur) dan sisa jaringan
(misalnya jaringan yang rusak akibat trauma atau penyakit).
Berdasarkan ada tidaknya granul di dalam sitoplasma, leukosit
terbagi menjadi 2 antara lain :
a. Granulosit yang terdiridari :
 Neutrofil
Berdiameter 10 – 14 μm. Memiliki inti dan memiliki
rentang usia yang pendek. Sangat berperan dalam
membunuh bakteri di mana sel ini mampu
mengidentifikasi dan menuju kejaringan yang rusak
karena adanya faktor kemotaksis yaitu dimana
pergerakkan sel ini tertarik oleh zat kimia yang di
keluarkan olehsel, jaringan yang cedera/ luka/ mati/
mikroorganisme terutama bakteri yang kemudian di
cerna oleh lisosim.

12
 Eosinofil
Memiliki diameter 10 – 14 μm. Merupakan jenis fagosit
dengan afinitas antigen–antibodi yang terbentuk oleh
karena alergi. Jenis ini mengeluarkan zat kimia yang
mampu menetralkan histamin dan mediator lainnya
akibat alergi inflamatorik.

 Basofil
Mempunyai diameter 10 – 14 μm. Granulanya terdiri
dari heparin dan histamine serta berumur pendek.
Ketika alergi meningkat maka terjadi pembebasan
histamin dan zat-zat kimia lainnya sehingga
mengakibatkan kerjadi peningkatan resspon radang
yang mangakibatkan alergi berat sehingga terjadi
perubahan vaskuler.

b. Agranulosit
 Monosit
Memiliki diameter 15 – 20 μm. Merupakan jenis
leukosit yang ketika masuk kedalam jaringan ikat akan
berubah menjadi fagosit kuat yang nantinya akan
berubah ,menjadi makrofag jaringan jika berada pada
daerah inflamasi.
 Limfosit
Berdiameter 8 – 10 μm. 20 – 40% leukosit merupakan
limfosit. Limfosit ada yang besar dan ada yang kecil.
Bentuk ini berhubungan dengan fungsional dimana
limfosit yang berukuran besar merupakan limfosit yang
teraktivasi antigen spesifik. Limfosit ini juga terbagi 2
jenis yaitu sel limfosit B dan limfosit T.

13
C. Trombosit

Platelet (disebut juga trombosit) berbentuk cakram kecil dengan


diameter 1-4 mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dan
megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hematopoietik
dalam sumsum; megakariosit pecah menjadi trombosit kecil, baik di
sumsum tuluang atau segara setelah memasuki darah, khususnya ketika
memasuki kapiler.

2. Mekanisme Hematopoiesis [ CITATION Guy11 \l 1057 ]

14
Sel–sel darah memulai kehidupannya di dalam sumsum tulang dari suatu
tipe sel yang disebut sel stem hematopoietic pluripoten, yang merupakan
asal dari semua sel darah sirkulasi. Sewakatu sel–sel ini bereproduksi, ada
sebagian kecil dari sel–sel darah ini yang bertahan persis seperti sel–sel
pluripoten asalnya dan disimpan dalam sumsum tulang guna
mempertahankan suplai sel–sel darah tersebut, walaupun jumlahnya
berkurang seiring dengan pertambahan usia. Sebagian besar sel–sel yang
direproduksi akan berdiferensiasi untuk membentuk sel–sel tipe lain. Sel
yang berada pada tahap pertengahan sangat mirip dengan sel stem
pluripoten, walaupun sel–sel ini telah membentuk suatu jalur khusus
pembelahan sel dan disebut committed stem cells.
Berbagai committed stem cells,bila ditumbuhkan dalam biakan, akan
menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu committed stem
cells yang menghasilkan eritrosit disebut Unit Pembentuk Koloni Eritrosit,
dan singkatan CFU-E digunakan untuk menandai jenis sel stem ini.
Demikian pula, unit yang membentuk koloni granulosit dan monosit
ditandai dengan singkatan CFU-GM, dsb.
Pertumbuhan dan Reproduksi berbagai sel stem diatur oleh
bermacam–macam protein yang disebut Penginduksi Pertumbuhan. Telah
dikemukakan penginduksi pertumbuhan yang utama dan masing–masing
memiliki cirri khas tersendiri. Salah satunya adalah Interleukin-3, yang
memulai pertumbuhan dan reproduksi semua jenis committed stem cells
yang berbeda–beda sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan
pada tipe sel yang spesifik.
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan
memicu diferensiasi sel–sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian
protein yang lain, yang disebut Penginduksi Diferensiansi. Masing-
masing protein ini akan menghasilkan 1 tipe committed stem sel untuk
berdiferensiasi sebanyak 1 langkah atau lebih menuju ke sel darah dewasa
bentuk akhir.
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi
diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor–faktor di luar sumsum

15
tulang. Contohnya, pada eritrosit , paparan darah dengan oksigen yang
rendah dalan waktu yang lama akan mengakibatkan induksi pertumbuhan,
diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah banyak. Padas sel darah
putih, penyakit infeksi akan menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi, dan
akhirnya pembentukan sel darah putih tipe tertentu yang diperlukan untuk
memberantas inpeksi.

Tempat Terjadinya Hematopoiesis

Janin 0-2 bulan Kantung kuning telur (yolk sack)


Janin 2-7 bulan Hati dan limpa
Janin 5-9 bulan Sumsum tulang
Bayi Sumsum tulang (pada semua tulang)
Dewasa Vertebra, tulang iga, sternum, tulang
tengkorak, sacrum, dan pelvis, ujung
proksimal femur

Pengaruh Asupan Nutrisi Terhadap Hematopoiesis


 Vitamin B12 berikatan dengan faktor intrinsik pada lambung.
 Vitamin B12 bekerjasama dengan asam folat
o Menghasilkan timidin trifosfat sebagai bahan dasar DNA.
o Juga metionin sebagai kodon start replikasi DNA.

Pembentukan Hemoglobin (Guyton & Hall, 2007, hal 444)


Sintesa hemoglobin dimulai dalam tahap proeritroblas dan kemudian
dilanjutkan pada stadium retikulosit, karena ketika retikulosit
meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah, retikulosit

16
membentuk sedikit hemoglobin.

Pembentukan hemoglobin diawali dengan suksinil-KoA, yang dibentuk


dalam siklus krebs akan berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul
pirol. Kemudian empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin
IX, yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul
heme. Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang,
yang disebut globin, yang disintesa oleh ribosom, membentuk suatu
subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin, yang terdiri dari 2
rantai  dan 2 rantai . Tiap-tiap rantai mempunyai berat molekul kira-kira
16.000. Keempat molekul ini berikatan satu sama lain secara longgar
membentuk hemoglobin yang lengkap

Jenis Hemoglobin
 HbS dan HbC →tidak normal
 Pada usia 4-8 minggu →Hb Gower I, Gower II, Portland (dibentuk
di yolk sac)
 8 minggu-6 bulan→HbF (α2,β2) dan dibentuk di Hepar

17
 6 bulan-12 bulan→Hb-A1 dan Hb-A2 (dibentuk di Sumsum
tulang).

3. Kadar Normal Komponen Darah [ CITATION Tor14 \l 1057 ]

Nama Kadar
4,8 miliar/µL perempuan
Eritrosit
5,4 miliar/µL laki-laki
Leukosit 5000-10.000/µL
 Bergranula :
1. Neutrofil 60%-70% WBC
2. Eosofil 2%-4% WBC
3. Basofil 0,5%-1% WBC
 Tak bergranula
1. Monosit 20%-25% WBC
2. Limfosit 3%-8% WBC
Trombosit 150.000-40.000/µL

4. Jenis-Jenis Anemia (Sherwood, 2007, Hal 427)


Anemia gizi (nutritional anemia) di sebabkan oleh defisiensi dalam
diet suatu factor yang diperlukann untuk eritropoiesis. Produksi eritrosit
bergantung pada pasokan bahan-bahan mentah yang cukup, yang sebagian
tidak disintesis ditubuh tetapi harus dating dari makanan. Sebagai contoh,
anemia defisiensi besi terjadi jika besi yang tersedia tidak mencukupi
untuk sintesis hemoglobin karena defisiensi besi dalam makanan atau
gangguan penyerapan besi dari saluran pencernaan. Eritrosit di produksi
dalam jumlah biasa, tetapi kandungan hemoglobin mereka lebih
rendahdari normal, berkukuran lebih kecil dari biasa, dan kurang mampu
mengangkut O2. Defisiensi gizi asam folat, suatu anggota kompleks
vitamin B, juga dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini penting untuk
membentuk DNA, yang diperlukan untuk mengatur pembelahan sel bakal
dan pematangan eritrosit. Apabila pasokan asam folat tidak adekuat,
eritrosit yang dibentuk lebih sedikit dan sel yang terbentuk berukuran lebih

18
besar, eritrosit ini mengandung hemoglobin dalam jumlah normal.
Anemian terjadi akibat jumlah eritrosit yang dibentuk lebih sedikit dan
berusia lebih singkat karena kerapuhan tersebut. Banyak jaringan lain juga
terpengaruh akibat defisiensi asam folat, tetapi produksi sel darah merah
sampai peka karena erirosit adalah termasuk sel yang paling cepat
melakukan proliferasi.
a. Anemia pernisiosa di sebabkan oleh ketidak mampuan saluran pencernaan
menyerap vitamin B12 dalam jumlah adekuat. Seperti asam folat, vitamin
B 12 penting untuk pembentukan DNA serta peran terkaitnya dalam
proliferasi dan pematangan eritrosit. Dengan demikian, anemia pernisiosa
juga di tandai oleh penurunan jumlah erirosit yang berukuran lebih besar
dan lebih rapuh dari pada normal. Namun, tidak seperti anemia gizi,
anemia pernisiosa tidak disebabkan oleh insufisiensi pasokan vitamin B12
dari makanan. Zat gizi ini di temukan dalam jumlah besar di berbagai
makanan yang biasa dimakan. Pada anemia pernisiosa, masalahnya adalah
defisiensi factor intrinsic, suatu zat khusus yang dikeluarkan oleh dinding
lambung. Vitamin B12 dapat diserap dari saluran usus oleh mekanisme
transportasi khusus hanya jika berkaitan dengan factor intrinsic. Apabila
terjadi defisiensi factor intrinsic, vitamin B12 yang diserap juga
berkurang. Akibatnya terjadi ganguan pembentukan dan pematanagan sel
darah merah yang menimbulkan anemia. Kelainan ini diterapi dengan
menyuntikan vitamin B12 untuk menghindari gangguan mekanisme
penyerapan.
b. Anemia aplastik disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang adekuat, walaupun yang
adekuat, walaupun semua bahan yang diperlukan untuk eritropoiesis
tersedia. Penurunan kemampuan eritropoetik dapat disebabkan oleh
destruksi sumsum tulang merah oleh zat kimia toksik (misalnya benzene,
arsen, dan obat tertentu, terutama klorafenikol); panjanan radiasi yang
berlebihan ( misalnya jatuhan radioaktif dari ledakan bom nuklir atau
pajanan sinar X yang berlebihan); atau invasi sumsum tulang oleh sel-sel
kanker. Proses destruktif mungkin secara selektif menurunkan eritrrosit

19
yang dihasilkan sumsum tulang, atau mungkin juga mengurangi
kemampuan sumsum tulang membentuk leukosit dan trombosit.
Keparahan anemia bergantung pada seberapa luas jaringan eritropoietik
yang rusak, yang apabila kerusakannya parah dapat menimbulkan
kematian.
c. Anemia ginjal disebabkan oleh penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari
ginjal adalah stimulus utama untuk mendorong eritropoesis, sekresi
eriropoietin yang tidak adekuat akibat penyakit ginjal menyebabkan
ganguan produksi sel darah merah anemia.
d. Anemia hemoragik disebabkan oleh hilangnya darah dalam jumlah
bermakna. Kehilangan darah ini dapat bersifak akut, misalnya akibat
perdarahan dari luka, atau kronik, sepertiyang dijumpai pada wanita
dengan riwayat haid berlebihan. Anemia tetap ada sampai sel-sel yang
hilang diganti oleh transfuse atau oleh peningkatan aktivitas eritropoiesis.
e. Anemia hemolitik disebabkan oleh pecahnya erirosit yang bersirkulasi
dalam jumlah besar. Hemolisis, atau pecahnya sel darah merah, terjadi
karena sel adarah besifat defektif, seperti pada anemia sel sabit, atau
karena bekerjanya factor-faktor eksternal pada eritrosit. Anemia sel sabit
adalah contoh terbaik di antara berbagai kelainan herediter sel darah merah
yang menyebabakan sel ini sangat rapuh. Bahkan saat usianya masih
muda, sel-sel berbentik sabit yang defektif ini sangatlah rapuh dan mudah
pecah sewaktu melewati kapiler-kapiler limpa yang sempit. Walaupun
terjadi peningkatan eriropoiesis akibat kerusakan sel darah merah dalam
jumlah besar, produksi tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan
destruksi sehingga timbul anemia.

20
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
 Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen)
dalam sel darah merah berada di bawah normal
 Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan
hebat, Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan
produksi sel darah merah .
 Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yg disebabkan kurangnya zat
besi untuk sintesis hemoglobin. Pada balita, Anemia Defisiensi Zat Besi
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan serta
mempengaruhi fungsi tubuh secara normal. Anemia Defisiensi Zat Besi
yang dialami oleh balita biasanya disebabkan balitakurang mendapat
sumber besi pada makanannya. Pengobatan Anemia Defisiensi Zat Besi
yang utama adalah pemberian obat yang mengandung Zat Besi. Seperto
daging berwarna merah dan hati ayam.
 Tanda–tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai
 

(5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan


konjungtiva pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah,
kulit dan telapak tangan  menjadi pucat, serta  Nyeri tulang, pada kasus
yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
 Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas
hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas
tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian
tempat tinggal dari permukaan laut.
 Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:      Hb
<10gr/dl, Hematokrit <30% , dan  Eritrosit <2,8juta

21
B.     Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai anemia, yang
meliputi berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini
kami harapkan kritikan serta saran yang membangun. Saran dari penulis
kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

22
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). principles of anatomy and physiology.

23

Anda mungkin juga menyukai