Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN

GANGGUAN FISIK DAN JIWA

APA ITU KOMUNIKASI TERAPEUTIK?


Komunikasi terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat dalam menjalin hubungan
saling percaya, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik bagi tenaga kesehatan
khususnya untuk profesi keperawatan

TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tujuan Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto dalam buku Damaiyanti berjudul
Asuhan Keperawatan Jiwa (2012), tujuan komunikasi terapeutik yaitu: Membantu pasien
untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya
sendiri

Tahap Komunikasi Terapeutik Dilansir dari buku Principles and Practice of


Psychiatric Nursing (1998) karya Stuart dan Sundeen, memaparkan bahwa komunikasi
terapeutik terdiri dari empat tahap. Tahap-tahap tersebut yaitu:
1. Tahap pre-interaksi Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu
dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu menilai dirinya seberapa
kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan komunikasi terapeutik.
2. Tahap orientasi atau perkenalan Tahap ini dimulasi saat perawat dan pasien
bertemu untuk pertama kalinya. Perawat berkenalan dengan pasien. Tugas perawat
pada tahap ini untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien.
3. Tahap kerja  Tahap ini merupakan inti dari proses komunikasi terapeutik yang
dilakukan perawat kepada pasien. Perawat dituntut mampu memberikan dukungan
dan bantuan kepada pasien.
4. Tahap terminasi Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses komunikasi terapeutik.
Perawat dan pasien diharapkan meninjau kembali proses yang telah dilalui dan
dicapai
Gangguan mental atau gangguan jiwa

adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya.
Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’
atau ‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga
dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk diberikan
pengobatan.
Ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental, mulai dari
menderita penyakit tertentu sampai mengalami stres akibat peristiwa traumatis, seperti
ditinggal mati orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, atau terisolasi untuk waktu yang
lama.

 Apa saja gangguan jiwa yang sering ditemui?

1. Skizofrenia

Ditandai dengan adanya halusinasi (gangguan persepsi panca indera, missalnya mendengan
bisikan atau melihat bayangan yang tidak ada sumbernya), delusi/waham (keyakinan yang
salah, tidak sesuai realita/logika), gangguan pada pikiran, pembicaraan dan perilaku serta
emosi yang tidak sesuai.

1. Depresi

Munculnya perasaan yang sedih dan kehilangan minat terhadap segala sesuatu. Pasien
dapat mengungkapkan bahwa mereka merasa bersalah, tidak ada harapan, dan tidak berharga.
Mudah Lelah dan nyeri di beberapa bagian tubuh sering juga dikeluhkan oleh pasien, disertai
dengan gangguan pada pola makan dan tidur. Beberapa pasien memiliki risiko untuk bunuh
diri pada gangguan ini.

2. Gangguan Bipolar

Perubahan mood yang naik turun menjadi ciri gangguan ini. Mood yang meningkat
(manik/mania/hipomanik) ditandai dengan ide-ide kebesaran, energi yang berlebih, banyak
bicara, tidak butuh tidur, banyak ide, dan sering melakukan perilaku yang berisiko. Pada
episode selanjutnya dapat terjadi penurunan mood yang disebut depresi, ditandai dengan
gejala-gejala seperti di atas.
3. Ansietas/cemas

Perasaan yang tidak menyenangkan, cemas/khawatir tanpa sebab yang jelas, seringkali
disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas,
seperti tercekik, mual, muntah, diare, kesemutan, gelisah, dan sebagainya.

Faktor biologis atau disebut juga gangguan mental organik

 Gangguan pada fungsi sel saraf di otak


 Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus
 Kelainan bawaan atau cedera pada otak
 Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan
 Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan
 Riwayat gangguan mental pada orang tua atau keluarga
 Penyalahgunaan NAPZA, seperti heroin dan kokain, dalam jangka panjang
 Kekurangan nutrisi

Faktor psikologis

 Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual


 Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil
 Kurang mampu bergaul dengan orang lain
 Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan
 Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian

Gejala Gangguan Mental


Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku.
Beberapa contoh gejala dan ciri-ciri gangguan mental adalah:

 Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan
fakta yang sebenarnya
 Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata
 Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu
 Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
 Perasaan cemas atau takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari
 Gangguan makan, misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak
 Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta
gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur
 Kecanduan nikotin atau alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA
 Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan
 Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi khusus

Yaitu komunikasai yang dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan dalam hal
ini adalah perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada
kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik karena
komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat menjadikan
dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal dengan tujuan
mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik

Bertujuan membantu pasien memperjelas penyakit yang dialami, juga mengurangi


beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih
baik. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu
dilakukannya dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.

Teknik komunikasi terapeutik sendiri mempunyai empat teknik utama dalam


serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang pertama ada teknik mendengarkan, teknik
bertanya, teknik menyimpulkan dan teknik mengubah cara pandang. Berikut ini adalah
teknik-teknik yang dipakai  dalam terapi penyembuhan teknik komunikasi terapeutik kepada
pasien gangguan jiwa:

1. Teknik mendengarkan

Teknik mendengarkan merupakan teknik awal dan dasar komunikasi terapeutik. 


Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi
seseorang terhadap pesan yang diterima, dalam hal ini perawat harus menjadi pendengar yang
aktif untuk bisa menjadi penelaah, menganalisis apa yang terjadi pada pasien.

Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti dengan mendengarkan apa yang


dibicarakan pasien dengan penuh perhatian baik itu tentang perasaannya, pikirannya, atau
persepsi pasien sendiri. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan pasien, menunjukan perhatian yang penuh sehingga mempunyai waktu untuk
mendengarkan.

   2. Teknik Bertanya

Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan memancing pasien untuk
mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang lebih
spesifik dan lengkap mengenai apa yang disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik
dasar yang dilakukan oleh perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang
telah disampaikan pasien.

 3. Menyimpulkan

Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama atau
kesimpulan yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien
sehingga perawat dapat mencarikan solusi dengan membuat perencanaan dalam teknik
selanjutnya. Hal penting dari menyimpulkan adalah peninjauan kembali komunikasi yang
telah dilakukan antara perawat dan pasien.

Apabila belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada pasien maka perawat
harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang dilakukan sebelumnya sampai
mendapatkan pokok masalah yang ada pada pasien halusinasi sendiri, sehingga dengan
demikian dapat masuk ke teknik selanjutnya dan dapat melakukan perencanaan cara
mengatasi dan solusi dari pemecahan masalah yang dialami pasien.

4.Mengubah cara pandang

Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi terapeutik,
teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik komunikasi terapeutik.
Seorang perawat harus dapat memberikan cara pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu
masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara
pandang dan melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya.

Dalam teknik ini perawat melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah
yang dialami pasien halusinasi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya yang
terus-menerus dilakukan misalnya dengan cara menghardik atau mengalihkan pikiran dan
perasaan pasien kearah yang lebih positif, makanya teknik ini prosesnya memerlukan waktu
yang lama supaya pasien paham terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara
mengatasi masalah yang terjadi dalam dirinya.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar


pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang
melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah
kata – kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi

Perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain
maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering
harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah

Harus banyak diberikan reinforcement

3. Pada pasien menarik diri

Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara
berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan
orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.

4. Pasien perilaku kekerasan.

Khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan
dengan obat – obatan terlebih dahulu sebelum kita support dengan terapi – terapi lain

Anda mungkin juga menyukai