adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya.
Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’
atau ‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga
dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk diberikan
pengobatan.
Ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental, mulai dari
menderita penyakit tertentu sampai mengalami stres akibat peristiwa traumatis, seperti
ditinggal mati orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, atau terisolasi untuk waktu yang
lama.
1. Skizofrenia
Ditandai dengan adanya halusinasi (gangguan persepsi panca indera, missalnya mendengan
bisikan atau melihat bayangan yang tidak ada sumbernya), delusi/waham (keyakinan yang
salah, tidak sesuai realita/logika), gangguan pada pikiran, pembicaraan dan perilaku serta
emosi yang tidak sesuai.
1. Depresi
Munculnya perasaan yang sedih dan kehilangan minat terhadap segala sesuatu. Pasien
dapat mengungkapkan bahwa mereka merasa bersalah, tidak ada harapan, dan tidak berharga.
Mudah Lelah dan nyeri di beberapa bagian tubuh sering juga dikeluhkan oleh pasien, disertai
dengan gangguan pada pola makan dan tidur. Beberapa pasien memiliki risiko untuk bunuh
diri pada gangguan ini.
2. Gangguan Bipolar
Perubahan mood yang naik turun menjadi ciri gangguan ini. Mood yang meningkat
(manik/mania/hipomanik) ditandai dengan ide-ide kebesaran, energi yang berlebih, banyak
bicara, tidak butuh tidur, banyak ide, dan sering melakukan perilaku yang berisiko. Pada
episode selanjutnya dapat terjadi penurunan mood yang disebut depresi, ditandai dengan
gejala-gejala seperti di atas.
3. Ansietas/cemas
Perasaan yang tidak menyenangkan, cemas/khawatir tanpa sebab yang jelas, seringkali
disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas,
seperti tercekik, mual, muntah, diare, kesemutan, gelisah, dan sebagainya.
Faktor psikologis
Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan
fakta yang sebenarnya
Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata
Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu
Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
Perasaan cemas atau takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari
Gangguan makan, misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak
Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta
gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur
Kecanduan nikotin atau alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA
Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan
Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang
Yaitu komunikasai yang dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kesehatan dalam hal
ini adalah perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada
kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik karena
komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat menjadikan
dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal dengan tujuan
mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.
1. Teknik mendengarkan
Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan memancing pasien untuk
mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang lebih
spesifik dan lengkap mengenai apa yang disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik
dasar yang dilakukan oleh perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang
telah disampaikan pasien.
3. Menyimpulkan
Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama atau
kesimpulan yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien
sehingga perawat dapat mencarikan solusi dengan membuat perencanaan dalam teknik
selanjutnya. Hal penting dari menyimpulkan adalah peninjauan kembali komunikasi yang
telah dilakukan antara perawat dan pasien.
Apabila belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada pasien maka perawat
harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang dilakukan sebelumnya sampai
mendapatkan pokok masalah yang ada pada pasien halusinasi sendiri, sehingga dengan
demikian dapat masuk ke teknik selanjutnya dan dapat melakukan perencanaan cara
mengatasi dan solusi dari pemecahan masalah yang dialami pasien.
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi terapeutik,
teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik komunikasi terapeutik.
Seorang perawat harus dapat memberikan cara pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu
masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara
pandang dan melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya.
Dalam teknik ini perawat melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah
yang dialami pasien halusinasi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya yang
terus-menerus dilakukan misalnya dengan cara menghardik atau mengalihkan pikiran dan
perasaan pasien kearah yang lebih positif, makanya teknik ini prosesnya memerlukan waktu
yang lama supaya pasien paham terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara
mengatasi masalah yang terjadi dalam dirinya.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
Perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain
maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering
harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah
Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara
berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan
orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
Khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan
dengan obat – obatan terlebih dahulu sebelum kita support dengan terapi – terapi lain