Anda di halaman 1dari 11

Metode tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim

bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk

Semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim

melaksanakan asuhan keperwatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah di

buat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan

yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.

Keutungan dari metode ini adalah :

a) Memberikan kepuasan bagi perawat dank lien


b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan cara optimal
c) Komprehensif dan holistic
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metod ini adalah :

a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik


b) Membutuhkan banyak kerjasama dan sering diubah
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non proffesional

Metode primer

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu

pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini

setiap perawat primer memberikan tangung jawab penuh secara menyeluruh


terhadap perencaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien

masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian perawat,

ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer

ditandai dengan adanya ketertarikan kuat dan terus menerus antara pasien dan

perawat yang ditug askan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan

mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Penanggungjawab dilaksanakan oleh perawat primer (Primary nurse/PN).

Setiap PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawa terhadap klien selama 34 am

dari klien masuk sampai pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang

bersifat komperhensif dan dapat dipertangung jawabkan dalam satu grup PN

mempunyai beberapa AN dan perawatan dilajutkan oleh AN.

Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinu dan

komperhensif dalam melakukan proses kepeawatan kepada klien dan perawat

primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkingkan

pengembangan diri. Keuntungan yan dirasakan adalah pasien merasa

dimanusiakan.

Karena terpenuhi kebutuhan secara individu. selain itu asuhan yang diberikan

bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yan efektif terhadap perawatan, dukungan,

proteksi, informasi dan advokasi.

Kelemahan dai model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh

perarawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan

kriteria aertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan


yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dam mampu berkomunikasi da

berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Kajian data

Berdasarkan hasil pengkajian 11-14 juli 2016 dapat disimpulkan bahwa ruan

melati menerapkan metode MPKP dengan metode tim, dimana perawat primer

(PP) bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan

untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab kepada klien sesuai

perencaan yan telah dibuat oleh PP.

Scoring penilaian hasil evaluasi menggunakan skala ordinal yang

dikategorikan dengan iterpretasi nilai sebagai berikut (Nursalam, 2009):

< 56 % : kategori rendah

56-75% : kategori sedang

76-100% : kategori tinggi/baik

Analisa data

a. Hasil pengkajian tugas kepala ruang yang dapat dilihat pada tabel 6

(terlampir) diperoleh hasil bahwa tugas kepala ruang didapatkan hasil 83,3%

dan termasuk kategori tinggi .


b. Hasil evaluasi tugas perawat primer yang dapat dilihat pada tabel 8 (terlampir)

diperawat oleh hasil tugas primer didapatkan hasil PP tim sebesar 95,5 %

termasuk dalam kategori tinggi.


c. Hasil evaluasi tugas perawat pelaksana yang dapat dilihat pada tabel 7

(terlmpir) menunjukan bahwa hasil tugas perawat pelaksana adalah 92,15%

berada dalam kategori tinggi.

2. Actuanting

Kajian teori

Menurut Douglas, actualing adalah peneluaran penugasan, instruksi yang

memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkann dali klien dan pedoman

serta pandangan sehingga ia berperan secara efektif dan efesien yan mencapai

objektif organisasi.

Kajian Data

a) hasil observasi meeting morning dapat dilihat pada lampiran tabel 1 dengan

hasil 95,8% dan termasuk kategori tinggi.


b) Observsi operan jaga pada tim A 90% dan tim B 88,6% dengan kategori tinggi
c) Hasil observasi pre-conference pada lampiran tabel 2 dengan presentase 50%

dan termasuk dalam kategori rendah dikarnakan pada hasi pertama tidak

dilakukan preconfren karena situasional, yang tidak bisa dikondisikan.


d) Hasil observas postconference pada lampiran tabel 4 diperoleh hasil 66,67%

dengan kategori sedang, karena pada hasi pertama observasi tidak dilakukan

post coference.
e) Observasi hasil orientasi pasien baru pada lapiran tabel 5 diproleh hasil

presentase 78,1 % dan termasuk dalam kategori tinggi.


3. Controlling

Kontroling merupakan membadingkan hasil kinerja dengan standard dan

mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapatkan tidak sesuai dengan

standar. Arti lain dari pengawasan atau controlling adalah suatu proes pengamatan

agar plaksaan benar benar sesuai denhan memperhatikan segi efesiensi dan

fektifitas. Pengawasan dapat melalui komunikasi: menawasi dan komunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien. Melalui supervise :

a) Pengaasan langsung mllui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan

langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada

saat itu.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengeck daftar ketua tim
c) Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat

selama da sesudah prose keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),

mendengar laporan ketua tim tentang pelaksaan tugas.


d) Evaluasi bertuuan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan membandikan dngan

rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat bersama kepala ruang/ketu tim.
e) Audit keperawatan, untuk kelancaran evaluasi hasil kerja maka diperlukan

persiapan :
1) Standar procedure operation
2) Standar diagnosis dan terapi
3) Indicator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian adalah fusi terakhir dalam proes

manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :


1) Pengendalian pendahuluan, yaitu penendalian yan berpusat pada

permasalahan timbulnya penyimpangan dari bawahan terhadap kinerja


pemberi pelayanan keperawatan baik sumber daya, SDM, bahan alat maupun

dana.
2) Concurrent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan bernglansung

guna mematikan sasaran tercapai.


3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontol terhadap hasil dari

pekerjaan yag telah diselesaikan, jka ada penyimpangan akan merupakan

pelaaran untuk aktivitas yang sama dimasa akan datang.

Kajian data :
Setiap hari karu melakukan supervise bersama dengan KaTim, jika KaRu tidak ada

maka yang melakukan supervise adalah KaTim. Supervise dilakukan setiap pagi,

oleh Karu, katim, atau perawat penganggun jawab ruangan sesuai dengan jadwal

yang ditetapkan.
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang cempaka, system kontroling

sudah berjalan. KaRu, KaTim, atau perawat yang bertanggung jawab mensupervisi

dan mengevaluasi jalannya asuhan keperawatan.


E. UNSUR OUTPUT

1. Keselamatan pasien
Berdasarkan observasi pada tanggal 14 juli 2016 di ruan cempaka di dapatkan

bahwa tidak ditemukan adanya data kelalaian petugas yang menyebabkan

cidera pada pasien. Berdasarkan hasil observsi yang menyebabkan cidera pada

pasien. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11-14 ulia 2016 didapatka

data :
a. Ketepatan idetifiasi pasien suda baik, pasien sudah menggunakan tanda

pengenal pada tangan, sesuda ada pengidentifikasian pasien setiap

prosedur dan mengambilan apecimen. Namun perlu di tingkatkan lagi

untuk pemberian informasi kepada pasien tentang genunaan gelang

identitas.
b. Komunikasi suda menggunakan ISBR, SBAR, namun saat penkajian

perawat lebih sering konsul dengan dokter menunakan WA, sehingga

pengunaaan SBAR kurang maksimal untuk konsul via telvon. Sehingga

pengunaan TULBAKON (baca, tulis, konfirmasi) sulit untuk observasi.


c. Perawat suda melakukan pengenceran dengan tepat pada obat high alert,

namun untuk penyimpanan obat high alert belum sesuai dengan prosedur.
d. Untuk resiko jatuh tidak dilakukan pengkajian, namu untuk bayi-bayi

yang beresiko jatuh seperti di incubator diberikan tanda agar selalu

diawasi.
e. Berdasarkan instrument penilaian menunjukan bahwa pelaksaan

universal precaution yaitu 85% dalam standar depkes hasil tersebut

masuk dalam kategori baik. Meskipun begitu, universal precaution untuk

mencegah perlindungan dan penularan penyaki. Serta peningkatan

kembali pendidikan kesehatan penyakit, serta pekatan kembali pendidikan

kesehatan kepada keluaga pasine untuk mencuci tangan 6 langkah 5

moment untuk memutuskan rantai penularan infeksi.


Tabel 10. Instrument penilaian universal precaution

No Aspek yang dinilai SL SR KD TP


1 Perawat mencuci tangan ketika akan kontak dengan
pasien untuk melakukan tindakan ke pasien
2 Perawat mencuci tangan setelah kontak dengan pasien
atau setelah melakukan tidakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan
sabun/deterjen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di air yang mengalir
(wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika
kontak/melakukan tindakan kepada pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan
tindakan ke pasien
7 Perawat menggunakan baju perlindungan ketika
melakukan tindakan ke pasien
8 Perawat menggukana alat-alat steril untuk satu pasien
9 Perwat menggunakan satu set alat-alat dispossible
hanya untuk sekali pakai
10 Setelah menggunakan alat-alat non disposable perawat
mencucinya dengan larutan desinfektan
11 Perawat mensterilakan alat di instalasi sterilisasi
sentral
12 Perawt menyiapkan alat-alat kesehatan di tempat
khusus
13 Perawat membuang sampah benda-benda tajam di
tempat khusus benda-benda tajam
14 Perawat membuang sampah medis di tempat sampah
medis
15 Perawat membuang sampah non medis di tempat
sampah non medis
Jumlah

Perhitungan

F. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil pengkajian kami lakukan di dapatkan hasil sebagai berikut;

evaluasi hasil observasi pre-coference pada lampiran tabel 2 dengan persentase

50% untuk tim A dan 62,5% untuk B termasuk dalam kategori rendah pada hari

pertama tidak dilakukan pre-conference karena situasional, yang tidak bisa

dikondisikan.

Hasil pengkajian tuas perawat primer yang terdapat pada tabel 8(terlampir)

diperoleh bahwa tugas perawat primer didaptkan hasil PP sebesar 87,5% termasuk

dalam kategori tinggi.

Hasil observasi post-coference pada lampiran tabel 4 diperoleh hasil 75%

untuk tim A dan 75% untuk tim B, dengan kategori sedangkan, karena pada hari

pertama observasi tidak dilakukan post conference.

Berdasarkan instrument penilaian menunukan bahwa pelaksaan universal

precaution yaitu 81,7% dalam standar Depkes hasil tersebut masuk dalam ketegori

baik. Hal ini menunjukan bahwa mencegah perlindungan dan penularan penyakit.

Perlu di tingkatkan kembali pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien untuk

mencuci tangan 6 langkah 5 moment untuk memutuskan rantai penularan infeksi.


Berdasarkan beberapa masalah yang telah teridentifikasi kami menyimpulkan

di ruang melati perlu adanya peningkatan program MPKP dan perlu adanya buku

SAK sesuai 10 besar penyakit neonatus agar dapat meningkatkan mutu pelayanan

dan keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai