Anda di halaman 1dari 21

PENGORGANISASIAN, PEMBAGIAN TUGAS KETUA TIM

DAN PERAWAT PELAKSANA (METODE TIM), PEMBAGIAN


TUGAS SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK INDAH MULYANI
KETERGANTUNGAN PASIEN, SERTA KOMPETENSI & NPM 1806269985
KEWENANGAN STAF
PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara
vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001)
Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998)
pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan
wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan
yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses
agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik

Mugiarti, 2016
ORGANIZING
Pengorganisasian diperlukan untuk membangun struktur formal yang mendefinisikan
garis wewenang, komunikasi, dan keputusan membuat dalam suatu organisasi.
Pengorganisasian melibatkan:
• Menggunakan sumber daya (mis., Staf, persediaan, waktu) dengan bijak
• Menugaskan tugas dan tanggung jawab dengan tepat
• Mengkoordinasikan kegiatan dengan departemen lain
• Berkomunikasi secara efektif dengan bawahan dan atasan untuk memastikan alur
kerja yang lancar.
Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
yang biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut
ini:
1) Mengelompokkan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
2) Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan srhari hari
3) Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan
secara sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat

Mugiarti, 2016
PRINSIP ORGANISASI
Unity of Command
Requisite Authority
Continuing responsibility
Organizational Centrality
Exceptions
(Gillies, 2000)
PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pembagian Kerja
• semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf

Pendelegasian
• penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan
pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya
Koordinasi
• suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan
kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap
dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja
Manajemen Waktu
• Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang
Mugiarti, 2016
PENGORGANISASIAN PELAYANAN DI BANGSAL PERAWATAN MENGACU PADA METODE
ASUHAN KEPERAWATAN YANG DIGUNAKAN, DIANTARANYA:

 Model Asuhan Keperawatan Fungsional


Model Asuhan Keperawatan Tim
Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Model Asuhan Keperawatan Primer
Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model
asuhan keperawatan primar dan Tim)
METODE TIM
 Metode ini dikembangkan pada tahun 1950an untuk mengurangi
perawatan yang terpisah-pisah.
 Pengorganisasian pelayanan keperawatan yang dipimpin oleh perawat
teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya
 Ketua tim harus seorang perawat yang memiliki ketrampilan organisasi,
komunikasi, organisasi, manajemen dan kepemimpinan yang baik
 Anggota tim tidak lebih dari 5 orang.
(Marquis & Huston, 2017; Mugianti, 2016).
METODE TIM
Tugas KaTim:
Pembagian tugas kelompok
Mengarahkan anggota sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan askep
Membantu anggota yang mengalami kesulitan.
Memerikan pelayanan langsung kepada pasien.
Melaporkan asuhan kepada kepala ruang.
TANGGUNG JAWAB KATIM
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
d. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan
melalui konfrens
e. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA TIM
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di
tempat
d. Berkontribusi terhadap perawatan
→ observasi terus menerus
→ ikut ronde keperawatan
→ berinterkasi dgn pasien & keluarga
→ berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah
KRITERIA KLASIFIKASI PASIEN
o Berdasarkan kebutuhan/ masalah pasien
o Peralatan (alat kesehatan) yang dipergunakan oleh pasien
o Kompetensi perawat yang diperlukan untuk memberi asuhan
keperawatan pada pasien
o Berdasarkan waktu: berapa banyak rata-rata waktu
keperawatan yang dibutuhkan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien
Standar Tenaga Keperawatan di RS, Dir Yan Kep Depkes,
2005
TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN
METODE DOUGLAS
Kategori I – Perawatan Mandiri
• Pasien dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan
secara umum baik, tidak ada reaksi emosional.
• Perawatan mandiri memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam
Kategori II – Perawatan Parsial
• Pasien memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu
makan, memberikan motivasi agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri
• Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam
Kategori III – Perawatan Total
• Pasien tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-hari, semua kebutuhan dibantu oleh perawat
• Perawatan Total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam
(Buku Saku Perawat, 2016)
BARTHEL INDEKS
Barthel indeks digunakan untuk mengukur kemandirian fungsional
dalam domain perawatan diri dan mobilitas.
Digunakan untuk memantau pada pasien kronis dan perawatan
jangka panjang dengan kondisi paralisis sebelum dan sesuadah
pengobatan
Digunakan juga untuk memprediksi lama perawatan dan jumlah
perawatan yang dibutuhkan

(Buku Saku Perawat, 2016)


PEDOMAN UNTUK BARTHEL INDEKS
1. Indeks harus digunakan untuk mencatat apa yang biasa dilakukan oleh pasien bukan apa yang tidak
dapat dilakukan oleh pasien
2. Tujuan utama adalah untuk menentukan tingkat kemandirian
3. Kebutuhan pengawasan membuat pasien tidak mandiri
4. Kemampuan pasien ditentukan dengan menggunakan data-data yang sesuai dengan kondisinya yang
didapat dari menanyakan langsung ke pasien, keluarga atau perawat dapat mengobservasi langsung
5. Penilaian kemampuan pasien penting dinilai 24-48 jam pertama, namun penilaian setelahnya juga
relevan untuk dinilai
6. Pasien yang tidak sadar dinilai 0 walaupun belum inkontinensia
7. Kategori sedang, mengimplikasikan bahwa pasien mampu melakukan dengan 50% usahanya
8. Penggunaan alat bantu mandiri diperbolehkan
(Buku Saku Perawat, 2016)
PEDOMAN UNTUK BARTHEL INDEKS
Skoring Khusus
20 : Mandiri Penilaian ulang dilakukan jika ada
perubahan kondisi atau minimal setiap
12-19 : Ketergantungan Ringan satu minggu
9-11 : Ketergantungan Sedang Kolaborasi dengan dokter untuk
5-8 : Ketergantungan Berat tatalaksana lebih lanjut
0-4 : Ketergantungan Total

(Buku Saku Perawat, 2016)


(Buku Saku Perawat, 2016)
KASUS 1
Pasien Ny. S baru dating hari ini. Saudara adalah Ketua Tim Perawat Penanggung
Jawab Asuhan (PPJA) dan akan melaksanakan timbang terima dipagi hari. Salah
satu pasien saudara adalah Ny S, usia 37 tahun. Kondisi umum tampak sakit sedang,
terpasang kateter, mengeluh nyeri perut bawah, distensi abdomen, sudah tidak BAB
11 hari. Dx medis Ca kolon. Cenderung apatis, tidak mau miring kanan kiri, tidak
mau bergerak, telapak kaki cenderung jatuh. TD 150/90 mmhg, RR 24x/menit, S:
37,5 derajat C, BB 40 kg, screening MST 3. Direncanakan Re-Kolostomi, tampak
pasien murung dan sedih dan selalu menanyakan anaknya yang masih umur 3 tahun.
Suaminya cenderung diam dan menunggu di luar ruangan. (Total Care)
Sebagai Ketua Tim saat ini pada shift pagi ini saudara dibantu oleh satu perawat pelaksana.
Selain Ny S saudara diberikan tanggung jawab mengelola 7 pasien dengan karakteritik sebagai
berikut:
1. Ny A dengan Post Operasi Appendiksitis Perforasi hari ke 2 dengan kondisi, masih terpasang
kateter, infus, BAB dan ADL dibantu (Total)
2. Ny B dengan persiapan operasi batu ginjal, bisa ke kamar mandi, tekanan darah cenderung
tinggi (Parsial)
3. Ny. C dengan post op Apendiksitis, akan pulang (mandiri)
4. Ny D dengan post op hemoroid hari ke 2, sedang belajar ADL secara mandiri (parsial)
5. Ny E dengan pre op Ca tumor abdomen, demam, ADL di tempat tidur (Total)
6. Ny F dengan pre op tonsilektomi (mandiri)
7. Ny G dengan pre op masektomi, merasa sedih, cemas (Parsial)
PENGORGANISASIAN
 Pengorganisasian Pelayanan menggunakan Metode Asuhan Keperawatan Tim
 Sebagai ketua tim (Level PK 3), membagi 8 pasien dengan satu perawat pelaksana
(Level PK 2)
 Ketua Tim bertanggung jawab pada pasien dengan ketergantungan mandiri ( Ny. C
dan Ny. F)
 Perawat pelaksana bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pada
6 pasien yang lain dengan dibantu Ketua Tim sebagai pengawas
DAFTAR PUSTAKA
Bidang Keperawatan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. (2016). Buku Saku
Keperawatan. Jakarta: Bidang Keperawatan RSCM.
Gillies, D., A. (2000). Manajemen Keperawatan: sebagai suatu pendekatan sistem.
Alih bahasa oleh Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan pajajaran
bandung. Bandung: Yayasan IAPKP Bandung.
Marquis, B.L., & Huston, C.L. (2017). Leadership roles and management function in
nursing theory and application. Ninth edition. China: Woltes Kluwer.gg
Mugiarti, S. (2016).Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai