Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Banyak definisi yang menyebutkan tentang hipotensi intradialisis, menurut Shahgholian, Ghafourifard
dan Mortazavi ( 2008 ) hipotensi intradialisis adalah penurunan tekanan darah dari sistolik > 30 % atau
penurunan tekanan diastolic sampai dibawah 60 mmHg yang terjadi pada saat pasien menjalani
hemodialysis.

Hipotensi intradialisis juga dapat di definisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik > 40 mmHg
atau diastolic > 20 mmHg dalam waktu 15 menit ( Teta 2006 ). Sedangkan menurut National Kidney
Foundation 2002 Hipotensi intradialisis didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik > 20
mmHg atau penurunan MAP > 10 mmHg saat pasien hemodialysis yang dihubungkan dengan gejala;
perut tidak nyaman, menguap, mual muntah kram otot, pusing dan cemas. ( diambil dari tesis Yunie
Armiaty )

Banyak faktor yang menyebabkan hipotensi intradialisis yaitu berhubungan dengan volume,
vasokontriksi yang tidak adekuat, faktor jantung dan lainya ( Daugridas , Blake & Ing, 2007 )

Adapun faktor hipotensi intradialisis ( diambil dari tesis Yunie Armiaty ) menurut Thomas, 2003;
Kallenbach, et al, 2005 ; Sulowicz dan Radziszaweski , 2006; FMCNCA , 2007 dan Daugridas Blake dan
Ing , 2007 yaitu :

1. Kecepatan ultrafiltrasi yang tinggi

2. Waktu dialysis yang pendek dengan ultrafiltrasi yang tinggi

3. Disfungsi Jantung

4. Disfungsi otonom ( diabet , uremia )

5. Terapi anti hipertensi

6. Makan selama hemodialysis

7. Tidak akuratnya dalam penentuan berat badan kering pasien

8. Luasnya permukaan membrane dialyzer

9. Hipokalsemia dan hipokalemi

10. Kadar natrium yang rendah dan penggunaan dialisat asetat

11. Perdarahan, Amenia dan sepsis serta hemolysis


B. Penyebab

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tensi darah, hal ini dapat
dikategorikan sebagai berikut:

http://hipotensi.com/wp-content/uploads/2012/05/darah-rendah.jpg

1. Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung
setiap menit nya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah. Seseorang yang memiliki
kelainan/penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi
otot jantung, penyakit katup jantung maka berdampak pada berkurangnya pemompaan darah (curah
jantung) ke seluruh organ tubuh.

2. Volume (jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan yang hebat (luka
sobek, haid berlebihan/abnormal), diare yang tidak cepat diatasi, keringat berlebihan, buang air kecil
atau berkemih berlebihan.

3. Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya


tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obat
vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).

C. Tanda dan Gejala

Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah penyakit yang disebabkan oleh denyut jantung yang lebih
rendah dari batas normal. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah rendah jika hasil tensi
menunjukkan angka sistolik kurang dari 120 mg/dl dan angka diastoliknya kurang dari 85 mg/dl. Jika
tekanan darah terlalu rendah maka jaringan tidak mendapatkan nutrisi serta oksigen yang memadai.
Banyak sekali orang yang menderita tekanan darah rendah yang mengakibatkan rasa lemah dan
kecapaian. Upaya meningkatkan tekanan darah juga tidak mudah, sama seperti halnya dengan
menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi :

1. Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyaknya darah yang dipompa dari jantung
setiap menitnya, maka semakin tinggi juga tekanan darahnya. Selain itu, seseorang yang memiliki
kelainan atau penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan
fungsi otot jantung, penyakit katup jantung, maka akan berdampak juga pada berkurangnya pemompaan
darah (curah jantung) keseluruh tubuh.
2. Pendarahaan yang hebat sehingga menyebabkan jumlah darah berkurang, diare yang tidak cepat
teratasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan juga menjadi faktor terjadinya
penurunan tensi darah.

3. Pelebaran pembuluh darah juga mampu menyebabkan turunnya tekanan darah. Situasi ini biasanya
sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obatan vasodilator (nitrat,
penghambat kalsium, penghambat ACE).

Gejala yang timbul jika terjadi hipotensi, yakni :

1. Penglihatan kabur atau berkunang kunang.

2. Gelisah dan pusing.

3. Terasa mau pingsan.

4. Kepala terasa ringan.

5. Mengantuk

6. Seluruh tubuh terasa lemas dan lemah.

D. Pencegahan Hipotensi Intradialisis

1. Evaluasi Pasien

a. Pednilaian berat badan kering

b. Pengukuran tekanan darah dan nadi selama dialysis

c. Evaluasi kardiovaskuler

2. Intervensi Gaya Hidup

3. Faktor- Faktor yang Terkait dengan Terapi Dialisis

a. Optimalisasi UF : UF profiling

b. Waktu dialysis yang pendek dengan ultrafiltrasi yang tinggi

c. Komposisi dialisat

d. Makan selama hemodialysis

e. Alih program ke dialysis peritoneal

E. Penanganan dan Pengobatan Hipotensi


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi tekanan darah renda (hipotensi),
diantaranya :

1. Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari, sesekali minum
kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah akan meningkat

2. Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung kadar garam

3. Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x seminggu dapat membantu
mengurangi timbulnya gejala

4. Pada wanita dianjurkan untuk mengenakan stocking yang elastic

5. Pemberian obat-obatan (meningkatkan darah) hanya dilakukan apabila gejala hipotensi yang
dirasakan benar-benar mengganggu aktivitas keseharian, selain itu dokter hanya akan memberikan
vitamin (suport/placebo) serta beberapa saran yang dapat dilakukan bagi penderita.

Mengenai image masyarakat yang sebagian besar berpikir bahwa dengan mengkonsumsi daging kambing
bagi penderita hipotensi dapat meningkatkan tensi darah sebenarnya belum jelas, Namun dibenarkan
kalau hal itu akan meningkatkan kandungan haemoglobin (Hb) dalam darah. Sekali lagi harus dipahami
bahwa tekanan darah rendah artinya suplai darah tidak maksimal keseluruh bagian tubuh. Haemoglobin
(Hb) rendah adalah berarti bahwa kandungan Hb sebagai zat pengikat oxygen dalam darah memiliki
kadar rendah yang akibatnya penderita bisa pucat (anemia), pusing (oxygen yang di angkut/suplai darah
ke otak kurang), merasa cepat lelah dan sebagainya.

Dalam kasus Hipotensi yang benar-benar diperlukan pemberian obat, biasanya ada beberapa jenis obat
yang biasa dipakai seperti fludrocortisone, midodrine, pyridostigmine, nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs), caffeine dan erythropoietin.

BAB III

TINJAUAN KASUS

HIPOTENSI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Umur : 16 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Paya Meuligo

Tanggal masuk : 9-2-2016

Pukul masuk : 18.00 WI

II. ANAMNESA

1. Alasan kunjungan : Ingin Memeriksa penyakit dan berobat

2. Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan: demam, sakit kepala, lemas

3. Riwayat penyakit : Hipotensi

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. TTV

TD : 90/ 60 mmHg

N : 80 x/m

RR : 24 x/i

Tempt : 37 ⁰C

Hb : 11,9

2. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : pasien dalam keadaan lemas

3. Analisis masalah dan kebutuhan


DS : Hipotensi

DO :

TD : 90/ 60 mmHg

N : 80 x/m

RR : 24 x/i

Tempt : 37 ⁰C

Hb : 11,9

IV. ANTISIPASI DIAGNOSA

a. Pasien harus melakukan opname agar kondisinya lebih baik

b. Pasien juga harus diberikan obat secara teratur.

V. PENGOBATAN OBAT

Tirah baring

Diet M II

IVFD RL 30 tts/i

Inj cefsiaxoa 19/ 12 jam

Inj dexamethason 1 A/ 8 jam

Inj ranifidin 1 A/ 12 jam

Paracitamol 3x1

Codeini 3x1

Cetisezin 2x1

Neorodex 2x1

Emeprazol 2x1
Donperidon 3x1

VI. PERENCANAAN

§ Anjurkan OS untuk istirahat yang cukup

§ Atur posisi senyaman mungkin

§ Kolaborasi

VII. PELAKSANAAN

· Menganjurkan OS untuk istirahat yang cukup

· Mengatur posisi senyaman mungkin

· Berkolaborasi dengan tim medis

VIII. DIAGNOSA

Intoleransi aktivitas b/ d sakit kepala

IX. EVALUASI

Tanggal : 10-02-2016

S : OS mengatakan saya masik batuk

O : K/U lemas

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
Asep Sumpena, ( 2002 ) , Panduan Hemodialisis Untuk Mahasiswa . Bandung

Enday Suhandar, Prof ( 2006 ) , Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. FK UNPAD. Bandung

Kumpulan Materi ( 2010 ), Teknik Hedmodialisis. Bandung

Rully M.A. Roesli, Prof ( 2008 ) Acute Kidney Injury. FK UNPAD. Bandung

Yunie Armyati ( 2009 ) , Komplikasi Intradialisis. FIK . UI. Jakarta

Rudianto, AMK RS. Khusus Ginjal Ny. RA Habibie Bandung

Disampaiakan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Perhimpunan Perawat Ginjal Intensif Indonesia
PPGII Semarang, 22 – 24 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai