Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Hipertensi

1) Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO) (2020), Hipertensi

adalah suatu kondisi dimana pembuluh darahmemiliki tekanan darah

tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanandarah diastolik

≥ 90 mmHg).World Health Statistic tahun 2020 (WHO) melaporkan

sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% penyakit jantung

koroner disebabkan oleh hipertensi. Data WHO menyebutkan bahwa

hipertensi menyebabkan 7.5 juta (12.8%) kematian diseluruh dunia.

(Masriadi, 2018).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan darah yang akan

memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk

otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan

hipertropi ventrikel kanan/left ventricel hypertropy (otot jantung).

Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan diperkirakan sebesar 15

juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang mampu mengendalikan

HT. Yang dimaksud dengan hipertensi terkendali adalah mereka yang

menderita hipertensi dan menyadari bahwa mereka menderita

hipertensi dan sedang bebobat sehingga terkendali dari kemungkinan

serangan kenaikan tekanan darah yang berlebih (Bustan, 2017).


2) Klasifikasi

Menurut Bustan (2017) dikenal berbagai pengelompokkan

hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Menurut Kausanya :

a) Hipertensi esensial (Hipertensi Primer) : hipertensi yang tidak

jelas penyebabnya.

b) Hipertensi sekunder : hipertensi kausa tertentu.

b. Menurut gangguan tekanan darah :

a. Hipertensi sistolik : peningkatan tekanan darah sistolik saja

b. Hipertensi diastolik : peningkatan tekanan diastolik

c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah :

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat

Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah

untuk dapat disebut Hipertensi. Batasan baku yang dipakai WHO

adalah : Hipertensi jika Total Disolved Sistolik> 160 mmHg atau Total

Disolved Diastolik> 95 mmHg.

3) Etiologi

Menurut Tanto (2018) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua

golongan.

a. Hipertensi idiopatik
Hipertensi idiopatik : 95%, yaitu hipertensi tidak diketahui

penyebabnya. Kemungkinan ada predisposisi genetik yang

menimbulkan perubahan-perubahan : ekskresi natrium dan air oleh

ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vaskular, dan sekresi rennin.

b. Hipertensi sekunder : 5% yaitu hipertensi yang lainnya timbul

sekunder dari proses penyakit lain seperti ginjal.

4) Patofisiologi

Menurut Bustan (2017) hipertensi adalah proses degeneratif

sistem sirkulasi yang dimulai dengan atherosklerosis, yakni gangguan

struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan

kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan pembuluh darah disertai

dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang

menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan

kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat

yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan

jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dalam

sistem sirkulasi.

Dengan demikian, proses patologis Hipertensi ditandai dengan

peningkatan tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga secra kronik

dikompensasi oleh jantung dalam bentuk Hipertensi.


5) Jenis Hipertensi

Menurut Bustan (2017) dikenal berbagai pengelompokkan

hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Menurut Kausanya :

a. Hipertensi esensial (Hipertensi Primer) : hipertensi yang tidak

jelas penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder : hipertensi kausa tertentu.

2. Menurut gangguan tekanan darah :

a. Hipertensi sistolik : peningkatan tekanan darah sistolik saja

b. Hipertensi diastolik : peningkatan tekanan diastolik

3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah :

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat

Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah

untuk dapat disebut Hipertensi. Batasan baku yang dipakai WHO

adalah : Hipertensi jika Total Disolved Sistolik> 160 mmHg atau Total

Disolved Diastolik> 95 mmHg.

6) Manifestasi Klinis

Menurut Masriadi (2018), manifestasi klinis dari hipertensi

dapat dibedakan menjadi 2 adalah sebagai berikut :


1) Hipertensi Benigna

Tekanan darah sistolik atau tekanan darah diastolik belum begitu

meningkat, bersifat ringan atau sedang dan belum tampak kelainan

atau kerusakan dan target organ adalah mata, otak, jantung dan

ginjal.

2) Hipertensi Maligna

Tekanan darah diastolik terus meningkat, biasanya lebih dari 130

mmHg dan terdapat kelainan dan kerusakan organ yang bersifat

progresif, biasanya terdapat papil oedema dan kelainan

penglihatan, uremia dan bahkan bisa terjadi peradangan di otak.

7) Patogenesis Hipertensi Primer

Menurut Tanto (2018) hipertensi merupakan penyakit

multifaktorial. Berbagai mekanisme yang berperan dalam peningkatan

tekanan darah, antara lain :

1. Mekanisme neural, stres aktivasi simpatis, variasi diurnal.

2. Mekanisme renal, asupan natrium tinggi dengan resistensi cairan.

3. Mekanisme vaskular, disfungsi endotel, redika bebas, dan

remodelling pembuluh darah.

4. Mekanisme hormonal, sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.

Faktor lainnya seperti genetik, perilaku, dan gaya hidup juga

berpengaruh dalam hipertensi.


8) Diagnosis Hipertensi

Menurut Tanto (2018) diagnosis hipertensi adalah sebagai

berikut :

1. Anamnesis. Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik.

Beberapa pasien mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar, atau

penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke

hipertensi sekunder, antara lain penggunaan obat-obatan

(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS) : sakit

kepala paroksismal, berkeringat, atau takikardi (feokromositoma),

riwayat penyakit ginjal sebelumnya.

2. Pemeriksaan fisis. Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali

pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter, apabila tekanan

darah > 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan, hipertensi

dapat ditegakkan.

3. Pemeriksaan Penunjang.

a. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi :

1) Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, kadar ureum,

kreatinin, gula darah, lemak darah, elektrolit, kalsium, asam

urat, dan urinalisi.

2) Pemeriksaan lain : pemeriksaan fungsi jantung

(elektrokardiografi), funduskopi, USG ginjal, foto toraks,

ekokardiografi.
b. Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi

sekunder :

1) Hipertirodime/hipotiroidisme : fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3)

2) Hiperparatiroidisme : kadar PTH, CA2

3) Hiperaldosteronisme primer : kadar aldosteron plasma, renin

plasma.

c. Feokromositoma : kadar metanefrin, CT-Scan/MRI abdomen.

d. Sindrom Cushing : kadar kortisol urin 24 jam.

e. Hipertensi renovaskuler : CT angiografi arteri renalis, USG

Gnjal, Doppler sonografi.

9) Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Bustan (2017) faktor-faktor yang dapat dimasukkan

sebagai faktor resiko hipertensi adalah :

1. Umur : tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak

umur 40 tahun.

2. Ras/suku : Orang kulit hitam (black) lebih banyak dari pada kulit

putih (white), sementara itu ditemukan variasi antar suku di

Indonesia, terendah di lembah Baliem jaya, Papua (0,6%), dan

tertinggi di Sukabumi (Suku Sunda), Jabar (28,6%). HT juga

prevalen di kalangan suku Minangkabau/Padang Sumatra Barat.

3. Urban/rural : Kota lebih banyak dari desa.


4. Geografis : Pantai lebih banyak ditemukan HT dibandingkan

daerah pegunungan.

5. Seks : Wanita > laki-laki.

6. Obesitas : Gemuk > kurus.

7. Stres.

8. Personal type A : tipe A > tipe B.

9. Diet : Tinggi garam.

10.Diabetes Mellitus.

11.Komposisi air

 Sodium (natrium) : tidak jelas (inkonsisten).

 Cadmium : ada bukti dari beberapa studi.

 Lead (Plumbum) : kemungkinan ada hubungan.

12.Alkohol (minuman keras) :

 Meninggi bila minum > 3x/hari.

 Komsumsi alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efek

protektif.

13.Rokok : hubungan tidak bermakna.

14.Kopi : belum ditemukan.

15.Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pakai, yakni meninggi 5

kali dibanding pakai 1 tahun.

10) Manajemen Pengendalian Hipertensi

1. Upaya Pencegahan Komprehensif


Menurut Bustan (2017) upaya dalam pencegahan Hipertensi perlu

dilakukan secra komprehensif, mulai dari upaya primordial hingga

rehabilitasi :

a. Pencegahan primordial.

b. Promosi kesehatan.

c. Proteksi spesisfik : kurangi garam sebagai salah satu faktor

risiko.

d. Diagnosis dini : skrining, pemeriksaan scheck-up

e. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan

komprehensif dan kausal awal keluhan.

f. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang

tidak bisa diobati.

2. Perencanaan Pengendalian Hipertensi

Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi

mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar.

3. Olahraga untuk Hipertensi

Olahraga dan hidup aktif diperlukan sebagai upaya pencegahan

hipertensi. Ketika sudah masuk ke hipertensi, olahraga atau latihan

fisik bisa dilakukan untuk mengendalikan tinggi tekanan darah.

4. Diet untuk Hipertensi

Salah satu bentuk diet untuk Hipertensi yang terkenal adalah

DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terutama

berisi komponen gizi berserat tinggi (sayur dan buah).


5. Pengobatan Hipertensi

Pengoabatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-

sifat seperti :

a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.

b. Mampu menurunkan darah secara ideal secara multifaktpral.

c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.

d. Melindungi organ-organ ital.

e. Mendukung pengobatan penyakit penyerta e. DM.

f. Mengurangi risiko PKJ dalam hal memperbaiki LVH dan

mencegah pembentukan atherosklerosis.

g. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.

h. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal

lebih lanjut.

i. Efek samping serenah mungkin seperti batuk, sakit kepla,

edema, rasa lelah, mual, dan muka merah.

j. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisein.

k. Melindungi jantung terhadap risiko infark.

l. Tidak menggangu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya

ngantuk dan batuk.

11) Penatalaksanaan

Menurut Masriadi (2018), penatalaksanaan hipertensi

menyatakan bahwa tingginya pendidikan dan pendapat pada masyakat


memiliki kemampuan yang lebih dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan untuk melakukan pengobatan sedangkan dengan

pendapatan yang rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada, mungkin karena tidak mempunyai uang yang cukup untuk

membeli obat atau keperluan yang lain, hal ini dapat melibatkan

penyakit yang diderita bertambah parah.

a. Penatalaksanaan non-farmakologis

1) Pengaturan diet

Beberpa diet yang dianjurkan :

a) Rendah garam

Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam

dapat mengurangi stimulus sistem renin-angiotensin

sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah

intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara

dengan 3-6 gram garam per hari.

b) Diet tinggi potasium

Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian potasium secara intravena dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh

nitric oxide para dinding vascullar.


c) Diet kaya buah dan sayur

d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya

jantung koroner.

2) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk

tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat

dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-

obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat

penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya

eksaserbasi aritmia.

3) Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat meningkatkan fungsi

endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali

dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting

untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap

rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ

dan dapat meningkatkan kerja jantung.

b. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi

adalah sebagai berikut :

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamika

3) Pemantauan jantung

4) Oabt-obatan :

HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa

bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside

captrapril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine,.

Antagonis kalsium seperti nefedipin.

2. Konsep Dukungan Keluarga

1) Pengertian

Menurut Friedman dalam Indriyani (2018) dukungan keluarga

merupakan dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan


didalamnya perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan.

Menurut Chayatin (2017) dukungan keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya

yang umum meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,

dan sosial dari tiap anggota.

2) Fungsi Keluarga

Menurut Chayatin (2017) dalam suatu keluarga ada beberapa

fungsi dan tugas keluarga yang dijalankan fungsi keluarga adalah

sebagai berikut :

1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan

gizi keluarga

2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman

bagi keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga,

memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta

memberikan identitas pada keluarga.

3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.


4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.

5. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai

dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

3) Tugas-Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman dalam Indriyani (2018) keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan para anggotanya, antara lain

sebagai berikut :

1. Mengenal gangguan kesehatan tiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan tindakan yang tepat.

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan

dengan baik fasilitasi-fasilitas kesehatan.


4) Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Friedman dalam Indriyani (2018), membagi

dukungan keluarga ke dalam beberapa bentuk, yaitu :

1. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang,

pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat

mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan

masalahnya yang behubungan dengan materi. Dukungan

instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah

dengan lebih mudah.

2. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi

masalah dengan mudah.

3. Dukungan emosional

Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber

dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah

dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi

keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.


4. Dukungan harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap individu,

pemberian semangat, persetujuan terhadap pendapat individu,

perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan

ini membantu individu dalam membangun harga diri dan

kompetensi.

5. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini akan membantu individu merasa anggota dari

suatu kelompok yangmemiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial

dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman

senasib.

4. Konsep Kepatuhan Minum Obat

1) Pengertian

Kepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan

cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau

orang lain. Kepatuhan derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis

dari dokter yang mengobatinya, kepatuhan adalah sederhana sebagai

perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat,

mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk

medis (Depkes RI, 2020).

Ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah salah satu

masalah kesehatanmasyarakat terbesar dan dianggap sebagai


penyebab utama dari hipertensi.Kurangnya kepatuhan kepada obat

antihipertensi adalah alasan utama untuk kontrolhipertensi yang

buruk. Kepatuhan yang rendah terhadap obatantihipertensi juga telah

diamati di antara pasien hipertensi, lebih dari setengah darimereka

tidak mencapai tekanan darah yang terkontrol, sehingga menyerah

padapenyakit dan kualitas hidup berkurang (Kemenkes RI, 2018).

Progresivitas hipertensidapat diturunkan dengan beberapa faktor

seperti social support, environmentalfactors, dan familiy support.

Dukungan keluarga berpengaruh positif dalammengontrol penyakit.

Dukungan keluarga akan membantu meningkatkanpengetahuan

tentang hipertensi dan memberikan motivasi. Pasien yang memiliki

dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikanperawatan

dari pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.

Dukungankeluarga dapat berupa informasi mengenai penyakit mereka

atau mengingatkanuntuk minum obat.

Menurut Fatmah (2017) mendefinisikan kepatuhan adalah

sebagaiperilaku untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari

dokter tentangpenggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh

proses konsultasi antarapasien (dan keluarga pasien sebagai orang

kunci dalam kehidupan pasien)dengan dokter sebagai penyedia jasa

medis.
2) Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi

olehbeberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaannya untuk

memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta

kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi. Kepatuhan pasien

dalammengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan berbagai

metode, salah satumetode yang dapat digunakan adalah metode

MMAS-8 (Modifed MoriskyAdherence Scale) (Evadewi, 2018).

Morisky secara khusus membuatskala untuk mengukur kepatuhan

dalam mengkonsumsi obat dengandelapan item yang berisi

pernyataan-pernyataan yang menunjukanfrekuensi kelupaan dalam

minum obat, kesengajaan berhenti minum obat anpa sepengetahuan

dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinyauntuk tetap minum

obat.

3) Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Menurut Kemenkes RI (2018), faktor yang memengaruhi tingkat

kepatuhanadalah:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.Pendidikan klien dapat

meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

b) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

klien yangdapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah jarak

dan waktu,biasanya pasien cenderung malas melakukan

pemeriksaan/pengobatan padatempat yang jauh.

c) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman,kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk

untuk membantukepatuhan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan,berhenti merokok dan menurunkan

konsumsi alkohol. Lingkunganberpengaruh besar pada pengobatan,

lingkungan yang harmonis dan positif kan membawadampak yang

positif pula pada pasien hipertensi,

kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk

pada prosespengobatan pasien.

d) Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien

terlihataktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).


e) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah

suatu halpenting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah

memperolehinfomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab

penyakit danbagaimana pengobatan dapat meningkatkan

kepatuhan.

f) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukanpengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari

pengalaman dan penelitianterbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebihlanggeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

g) Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

akanberulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatanseseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Dari segikepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripadaorang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini sebagaiakibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Semakin dewasaseseorang, maka cara

berfikir semakin matang dan teratur melakukan

pengobatan (Notoatmodjo, 2017).


h) Dukungan Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

olehhubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluargaselalu berinteraksi satu sama lain.Pasien dengan hipertensi

sangat membutuhkan dukungan dari orang-orangterdekatnya, yaitu

keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitudengan:

a. Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan

meliputiporsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan

gizi.

b. Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat,

kapanistirahat serta kapan saatnya kontrol.

c. Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

d. Memberikan motivasi pada pasien hipertensi.

4) Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Hipertensi

Menurut Kemenkes RI (2018), faktor kepatuhanminum obat penderita

hipertensi adalah:

a) Tepat Dosis

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang

denganrentang tetapi yang sempit akan sangat beresiko timbulnya

efek samping.Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak

akanmenjamin tercapainya kadarterapi yang diharapkan

b) Cara Pemberian Obat


Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik,

yaitucara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian,

sampaikepemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti

pasien, aman danefektif untuk pasien

c) Waktu Pemberian Obat

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan

praktisagar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi

pemberian obatperhari semakin rendah tingkat ketaatan minum

obat

d) Periode Minum Obat

Lama pemberian obat harus tepat sesuia penyakit masing-masing

5. Kerangka Teori
Bagan 3.1 : Kerangka Teori

Faktor resiko kejadian hipertensi :

1. Umur
2. Ras/suku
3. Urban/rural
4. Geografis
5. Jenis Kelamin
6. Dukungan Keluarga Kepatuhan minum
7. Obesitas/Kegemukan obat
8. Stres.
9. Personal type A Ganti ya sesuai yg
10. Diet diatas,, cek teori
11. Diabetes Mellitus.
12. Komposisi air
13. Alkohol (minuman keras)
14. Merokok
15. Kopi
16. Pil KB

Sumber : Bustan (2015)

Anda mungkin juga menyukai