Anda di halaman 1dari 2

KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN

Kemiskinan adalah konsekuensi dari ketidakberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
sendiri baik di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kemiskinan bisa terjadi disebabkan karena ketidak adilan
struktur sosial. Kemiskinan yang bersifat multidimensi dapat dikurangi dengan adanya kebijakan yang bersifat
holistik.

STUDI KASUS

Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan berbagai kebijakan untuk mengurangi kemiskinan selama bertahun-tahun
dengan biaya yang cukup banyak. Salah satu proyek yang telah dilaksanakan adalah proyek/ program MHT
(Mohamad Husni Thamrin). Proyek ini telah berlangsung selama 30 tahun ( 1969-1999), yang bertujuan untuk
memperbaiki kondisi fisik lingkungan permukiman kumuh, dengan asumsi bahwa apabila lingkungan permukiman
(habitat) menjadi baik, maka kondisi sosial dan ekonomi masyarakat juga akan meningkat. Walaupun tujuan
perbaikan fisik lingkungan permukiman telah berhasil dilakukan yaitu seperti pembangunan jalan, jembatan, dan
saluran air kotor, akan tetapi ternyata hingga saat ini jumlah penduduk miskin di Jakarta masih signifikan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa untuk menangani masalah kemiskinan tidak sesederhana itu, diperlukan pemahaman
terhadap sifat multidimensi kemiskinan.

Kebijakan pelayanan publik yang seharusnya dapat mendukung upaya pengurangan kemiskinan ternyata juga tidak
terlihat hasilnya, dikarenakan berjalan sendiri-sendiri secara sektoral. Ketidakberhasilan tersebut diperlihatkan oleh
berbagai fakta, seperti :

 Banyaknya jumlah remaja yang putus sekolah


 Kesulitan masyarakat miskin dalam mendapat pelayanan kesehatan memadai
 Kesulitan masyarakat miskin dalam mendapatkan air bersih
 Kondisi sanitasi yang tidak sehat

Akibatnya, masyarakat miskin sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap, stabil, dan formal. Pekerjaan mereka pada
sektor informal hanya sebagai pedagang kaki lima (PKL), sama sekali tidak mendapat dukungan dari pemerintah,
padahal itu merupakan salah satu usaha yang paling utama untuk mereka tetap bertahan hidup (survive) di kota.

Selain kebijakan MHT, pemerintah DKI Jakarta juga melakukan proyek/ program kebijakan JPS (Jaring
Pengamanan Sosial) yang mendapat dukungan dan bantuan dari Bank Dunia selama 1 tahun (1998-1999) dan hingga
pada saat ini masih dilakukannya proyek/program Raskin yaitu bantuan beras untuk masyarakat miskin. Pemerintah
DKI Jakarta membagi kegiatan pengurangan kemiskinan menjadi dua kategori yaitu :
1. Kegiatan yang dianggap langsung mempengaruhi pengurangan kemiskinan, seperti :
 Beasiswa
 Modal usaha kecil
 Pembangunan rumah susun
2. Kegitan yang tidak langsung mempengaruhi pengurangan kemiskinan, seperti :
 pelatihan keterampilan bagi pengangguran
 Melakukan Program Pemberdayaan Masyarakat Kota (PPMK)

Pendekatan top-down masih digunakan dalam kebijakan pengurangan kemiskinan di Jakarta, dan sangat minim
partisipasi masyarakat untuk ikut merencanakan peningkatan kualitas hidup mereka sendiri.

CRITICAL REVIEW

Dari pemaparan mengenai Keberlanjutan Kawasan Kota : Perpektif Kemiskinan dan Lingkungan mengenai,
Kebijakan Pengurangan Kemiskinan masih perlunya dilakukan pengkajian ulang untuk menganalisis sebab-akibat
terjadinya kemiskinan. Berdasarkan pemaparan dapat terlihat bahwa telah banyak cara yang dilakukan untuk
mengurangi kemiskinan, namun pada kenyataannya masyarakat miskin tetap saja ada dan terus meningkat.
Kemudian dari proyek/program yang telah dilakukan pemerintah dirasa masih belum bisa menekan jumlah
masyarakat miskin dan kawasan kumuh yang mengikutinya. Dan salah satu mata pencaharian mereka yang
menjadikan suatu kota terkesan tidak teratur dan kumuh yaitu pedagang kaki lima (PKL). Pemerintah DKI Jakarta
juga masih menggunakan kebijakan top-down dalam pengentas kemiskinan.

SOLUSI

Menurut saya, dari critical review dapat dilakukan beberapa cara dalam pengurangan kemiskinan yaitu :

a. Memperdalam pengkajian dan menganalis pokok permasalahan utama sebab-akibat terjadinya kemiskinan
dan kawasan kumuh yang mengikutinya.
b. Mengubah pola pikir masyarakat dalam keberlangsungan hidupnya agar dapat memberdayakan diri mereka
sendiri, dilakukan dengan pemberdayaan dari LSM maupun pihak terkait dengan pendekatan partisipatif
terlebih dahulu.
c. Untuk PKL, sebaiknya pemerintah membuatkan suatu kawasan dengan kesan-kesan tradisional yang dapat
menarik perhatian sebagai tempat pangkalan pedagang kaki lima.
d. Mengubah kebijakan top-down menjadi bottom-up untuk mempermudah program-program yang akan
dilaksanakan, sehingga terjalin kerjasama antara pemerintah dan masyarakat miskin demi keberlangsungan
perencanaan perubahan suatu kota yang lebih baik.
e. Kemudian melakukan suatu pembangunan yang berkelanjutan agar terjadi keselarasan antara 3 pilar utama
pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai