Anda di halaman 1dari 20

CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

UPAYA REFORMASI BIROKRASI MELALUI AREA


PERUBAHAN MENTAL APARATUR UNTUK MEMBERANTAS
PRAKTIK PUNGUTAN LIAR YANG DILAKUKAN OLEH PNS

Vita Nurul Fathya

Politeknik Imigrasi

Email: vitafathya@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan praktek pungli oleh PNS di Indonesia merupakan masalah klasik yang sudah
seringkali dikeluhkan oleh masyarakat, namun belum ada penyelesaiannya, bahkan pungli
semakin marak dilakukan. Tulisan ini membahas permasalahan pungli dari upaya pemerintah
untuk memberantas pungli sebagai bagian dari program reformasi birokrasi area perubahan
mental aparatur. Dibahas pula konsep tentang etika PNS yang dapat dijadikan masukan
dalam memberantas pungli. Kesimpulannya bahwa untuk menghentikan PNS melakukan
pungli, pemerintah dapat menerapkan standar etika yang efektif.

Kata kunci: PNS, reformasi, birokrasi, pungutan liar

ABSTRACT
Issues of illegal payment committed by civil servants in Indonesia are classical problems
which have been complained many times by public, but so far there is no effective solution to
end this practice. Even, this illegal payment is more frequently conducted. This article
discusses the issue of illegal payment from the view on how the government makes an effort
to eradicate this practice. This effort is a part of bureaucracy reform program namely the area
to change the behavior and attitude of the civil servants. It is also discussed the concept of
ethics in civil service that can be used as an input for government to remove the practice of
illegal payment. The conclusion is that to make civil servants stop asking for illegal payment,
government may implement effective ethics standards.

Keyword: civil servants, reform, bureaucracy, illegal payment

PENDAHULUAN permasalahan utama birokrasi. Dalam


Perilaku negatif birokrat di Road Map tersebut disinggung pula
Indonesia merupakan penghambat tentang citra buruk birokrasi akibat
kinerja birokrasi di Indonesia. Dalam perilaku pegawai instansi pemerintah
Road Map Reformasi Birokrasi 2015- yang dipandang malas, lamban, tidak
2019 (Peraturan Menteri PAN dan RB, mau melayani, tidak inovatif, feodal,
2015) dijelaskan bahwa perilaku tidak peka terhadap perkembangan
negatif aparatur sipil negara dunia luar, mempersulit masyarakat
merupakan salah satu sumber yang dilayani, dan lainnya.

38
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Perilaku negatif aparatur yang maupun dari pendekatan ilmu sosial.


banyak dikeluhkan masyarakat antara Antara lain penelitian tentang
lain tindakan pungutan liar (pungli). efektivitas pengawasan pungutan liar
Data dari Ombudsman Republik di jembatan timbang (Wibawa, dkk,
Indonesia (2017) yang melakukan 2013), studi pungli yang dilakukan di
pengawasan pelayanan publik bahwa terminal, stasiun kereta api, dan
pada Triwulan III 2017 (Juli- pelabuhan udara di Kota Bandung
September 2017) terdapat 145 laporan (Azhari, 2008), dan penerapan sanksi
dari masyarakat tentang perilaku pidana penjara dan denda terhadap
aparatur yang meminta imbalan berupa PNS yang melakukan tindak pidana
uang/jasa. Aplikasi LAPOR, melalui korupsi pungutan liar (Harjanto, 2016).
situs www.lapor.go.id, yang Penelitian tersebut menyoroti
dikembangkan oleh Kantor Staf penyebab praktik pungli dan sanksi
Presiden Republik Indonesia juga terhadap pelaku pungli. Namun,
menunjukkan data adanya pembahasan tentang praktik pungli
laporan/pengaduan masyarakat tentang yang dikaitkan dengan kemajuan
perilaku aparat (PNS) yang melakukan implementasi program reformasi
pungutan liar kepada masyarakat birokrasi oleh pemerintah masih
pengguna layanan publik. Sepanjang sedikit dilakukan. Adapun, tulisan
periode tahun 2016-2017, berdasarkan yang mengkaitkan pungli dengan
pemberitaan media online, reformasi birokrasi antara lain
menunjukkan cukup banyak aparatur dilakukan oleh Pusat Kajian Sistem
sipil negara yang terkena operasi dan Hukum Administrasi Negara
tangkap tangan akibat perilaku pungli dalam bentuk policy brief yang
antara lain yang dilakukan oleh PNS di membahas tentang bagaimana
Kementerian Perhubungan bulan mewujudkan birokrasi yang bebas dari
Oktober 2016, PNS di Pemerintah pungutan liar sebagai hakikat agenda
Kabupaten Probolinggo bulan Oktober reformasi birokrasi (Pusat Kajian
2016, PNS di Disdukcapil Garut bulan SANHAN, 2016).
Februari 2017, PNS di Disnakertrans Tulisan ini akan membahas
Sidoarjo bulan Mei 2017, PNS di upaya pemberantasan praktik pungutan
Cianjur bulan Agustus 2017, dan PNS liar dengan diterbitkannya Surat
di Pemerintah Kabupaten Bekasi bulan Edaran Menteri Pendayagunaan
September 2017. Aparatur Negara dan Reformasi
Penelitian tentang praktik Birokrasi Nomor 5 Tahun 2016
pungutan liar sudah sering dilakukan tentang Pemberantasan Praktik
baik dari pendekatan ilmu hukum Pungutan Liar (Pungli) dalam

39
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instansi proses, prosedur, sikap dan perilaku.
Pemerintah. Selanjutnya ditinjau Perubahan adalah hasil reformasi.
konsep tentang implementasi standar Perubahan diharapkan dapat
etika yang efektif yang dapat dijadikan menghasilkan lingkungan organisasi
bahan masukan dalam melakukan dan pengaturan kelembagaan yang
perubahan mental aparatur yang baru (Huerto Mechor, 2008: 7-8).
berujung pada pemberantasan pungli. Untuk mengelola perubahan,
organisasi memerlukan adanya
PEMBAHASAN adaptasi pola pikir, budaya dan sikap
Reformasi Birokrasi sudah orang-orang terhadap lingkungan yang
berjalan lebih dari lima tahun sejak baru (Huerto Mechor, 2008: 14).
dimulai pada tahun 2010 dengan Reformasi birokrasi merupakan
diterbitkannya Peraturan Presiden tantangan yang harus dipecahkan oleh
Republik Indonesia Nomor 81 Tahun pemerintah. Ini dikarenakan birokrasi
2010 tentang Grand Design Reformasi adalah tulang punggung pemerintah,
Birokrasi 2010-2025. Dalam Road dimana ia mampu memperkuat atau
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 merusak keseluruhan sistem tata kelola
disebutkan bahwa seluruh kementerian pemerintahan (Repucci, 2014: 207).
dan lembaga termasuk pemerintah Agar reformasi birokrasi dapat
daerah di tingkat provinsi, kabupaten berjalan sesuai harapan, maka
dan kota telah menjalankan program diperlukan dukungan dari pejabat di
reformasi birokrasi (Peraturan Menteri level tertinggi dari birokrasi atau
PAN dan RB, 2015: i). Meski champion of reform. Pejabat tinggi ini
demikian diakui bahwa reformasi harus menunjukkan kepedulian
birokrasi pada periode 2010-2014 terhadap keberhasilan perubahan dan
belum sepenuhnya sesuai dengan bersedia memberi bantuan demi
keinginan dan harapan masyarakat, terlaksananya program reformasi.
yaitu masih ada penyimpangan yang Akan lebih baik apabila pejabat
dilakukan oleh aparatur. tersebut merupakan pimpinan senior
Sebelum membahas bagaimana dari sebuah organisasi pemerintah dan
upaya pemerintah menghilangkan memiliki jaringan yang luas dengan
praktik pungli oleh PNS, akan berbagai pihak. Sebagai pejabat senior,
dijelaskan secara umum tentang maka ia mampu meredam penolakan
konsep reformasi birokrasi. Reformasi dari para pegawai dari jajaran di
adalah cara yang dilakukan pemerintah bawahnya terhadap upaya perubahan
untuk melakukan perubahan. yang sedang dijalankan (Repucci,
Reformasi bertujuan untuk mengubah 2014: 211).

40
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Dalam melaksanakan reformasi perubahan jarang dapat dirasakan


birokrasi, perlu ada dua aspek utama dalam waktu singkat.
yang diperhatikan yaitu aspek Fokus keberlanjutan reformasi
perubahan dan aspek orang. Perubahan birokrasi periode 2015-2019 yang
tidak dapat dipaksakan, tetapi tercantum dalam road map adalah
dilakukan dengan cara adaptasi. melakukan penguatan melalui
Pimpinan organisasi perlu membujuk langkah-langkah memelihara dan
orang-orang agar mau berubah (Huerto memperkuat area perubahan,
Mechor, 2008: 19). Pimpinan melanjutkan upaya perubahan positif,
organisasi juga harus mampu mencari solusi permasalahan birokrasi
menginspirasi para pegawai negeri dan memperluas cakupan
sipil agar memiliki komitmen untuk implementasi perubahan dengan
berubah. Dalam melakukan perubahan mengadaptasi perkembangan terbaru.
juga diperlukan pendekatan partisipatif Dari pencapaian reformasi birokrasi
dengan melibatkan semua orang dalam periode 2010-2014, menunjukkan
organisasi (Huerto Mechor, 2008: 29). bahwa pelayanan publik belum
Dalam melakukan perubahan, memiliki kualitas sesuai harapan.
ada beberapa hal yang perlu Salah satu masalah yang menyebabkan
dipertimbangkan. Pertama, perubahan rendahnya kualitas pelayanan tersebut
itu harus sederhana dan mudah adalah praktik pungli. Adanya biaya-
dipahami (Huerto Mechor, 2008: 36- biaya tambahan di luar biaya resmi
37). Kedua, perubahan harus konsisten menyebabkan tingginya biaya untuk
dengan melakukan langkah-langkah memperoleh layanan tersebut.
perubahan sesuai tahapan. Ketiga, Maraknya praktik pungli yang
perubahan harus berdasarkan data dan dilakukan PNS dan sering dikeluhkan
informasi yang benar. Keempat, oleh masyarakat mendorong
perubahan harus dapat dicapai sesuai pemerintah untuk melakukan berbagai
dengan kondisi yang ada dan jangka upaya untuk memberantas pungli
waktu yang masuk akal. Kelima, tersebut. Upaya pemerintah misalnya
perubahan harus mampu membentuk Satuan Tugas Sapu Bersih
mengidentifikasi masalah yang muncul Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli)
sebagai dampak dari perubahan berdasarkan Peraturan Presiden
tersebut dan melakukan tindakan yang Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
tepat untuk mengatasi resiko tersebut. 2016. Selain membentuk Satgas Saber
Keenam, perubahan harus berorientasi Pungli, ada langkah-langkah lain untuk
ke masa depan karena dampak mendukung perubahan di bidang
aparatur negara, seperti antara lain:

41
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

- Pemerintah melakukan penataan untuk menciptakan birokrasi yang


peraturan dan kebijakan di bidang bersih dan akuntabel, efektif dan
aparatur negara sebagaimana efisien, serta mampu memberikan
disebutkan dalam road map pelayanan yang berkualitas.
reformasi birokrasi 2015-2019. - Komisi Pemberantasan Korupsi
- Penguatan reward dan punishment menerbitkan Pedoman
secara fair menjadi isu strategis Pengendalian Gratifikasi pada
dan agenda prioritas reformasi tahun 2015 yang memuat batasan-
birokrasi 2015-2019 dan dilakukan batasan bagi pegawai negeri sipil
oleh seluruh untuk menerima pemberian dari
Kementerian/Lembaga/Pemerintah masyarakat yang dilayani (Komisi
Daerah. Pemberantasan Korupsi, 2015).
- Penguatan budaya integritas, Salah satu fokus area reformasi
budaya kerja dan budaya melayani birokrasi pada periode 2015-2019
menjadi isu strategis dan agenda adalah melakukan perubahan mental
prioritas reformasi birokrasi 2015- aparatur. Perubahan mental aparatur
2019 dan dilakukan oleh seluruh dilakukan karena merupakan inti dari
kementerian/lembaga/pemerintah perubahan melalui program reformasi
daerah. birokrasi. Namun dalam
implementasinya, tidak hanya
- Mental aparatur menjadi salah satu melakukan perubahan mental aparatur
area perubahan dalam road map saja, tetapi juga perlu diiringi dengan
reformasi birokrasi 2015-2019 perubahan-perubahan sistem yang
dengan maksud agar terjadi melingkupi aparatur tersebut
perubahan mental dan perilaku (Peraturan Menteri PAN dan RB,
aparatur ke arah yang positif demi 2015: 32). Untuk lebih jelasnya dapat
terciptanya budaya kerja kondusif dilihat dari gambar di bawah ini.

42
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Gambar 1. Siklus Perubahan Sistem Aparatur

Sumber: Peraturan Menteri PAN dan RB, 2015

Hasil akhir yang diharapkan  Meningkatnya citra positif aparatur


dari road map reformasi birokrasi sebagai pelayan masyarakat
2015-2019 pada area perubahan  Meningkatnya kepuasan
mental aparatur adalah: masyarakat
 Meningkatnya
penerapan/internalisasi asas, Berikut adalah upaya
prinsip, nilai dasar, kode etik, dan Kementerian PAN dan RB dalam
kode perilaku, termasuk penguatan melakukan perubahan mental aparatur
budaya kinerja dan budaya yang bertujuan untuk mengurangi dan
pelayanan memberantas praktik pungli yang
 Meningkatnya penerapan budaya dilakukan oleh pegawai negeri sipil.
kerja positif di setiap instansi Upaya ini diwujudkan dalam bentuk
pemerintah Surat Edaran yang berisi sejumlah
 Meningkatnya integritas aparatur langkah untuk menjadi perhatian
 Meningkatnya profesionalisme pimpinan
aparatur kementerian/lembaga/pemerintah
daerah dalam menghilangkan pungli

43
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

dan sekaligus sebagai bagian dari b. Menindak tegas Aparatur Sipil


upaya konkrit reformasi birokrasi. Negara (ASN) yang terlibat
sebagai pelaku pungutan liar;
1. Surat Edaran Menteri c. Melakukan investigasi lebih
Pendayagunaan Aparatur mendalam untuk menjaring
Negara dan Reformasi Birokrasi keterlibatan oknum-oknum lain;
Nomor 5 Tahun 2016 tentang d. Memberlakukan/mengembangkan
Pemberantasan Praktik sistem pelayanan berbasis
Pungutan Liar (Pungli) dalam teknologi informasi untuk
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi mengurangi pertemuan langsung
Instansi Pemerintah antara pemberi dan penerima
Surat edaran ini merupakan layanan;
tindak lanjut instruksi Presiden e. Memberi akses yang seluas-
Republik Indonesia tentang luasnya kepada masyarakat
pemberantasan pungli, yaitu terhadap standar pelayanan dan
memperingatkan seluruh kementerian persyaratan pelayanan secara
dan instansi agar menghentikan segala transparan;
bentuk pungutan liar, terutama dalam f. Meningkatkan sistem pengawasan
bidang yang menyangkut pelayanan internal untuk mencegah terjadinya
kepada masyarakat (Kementerian praktik pungutan liar;
Dalam Negeri, 2016). g. Melakukan upaya untuk
Surat edaran Menteri PAN dan meningkatkan integritas Aparatur
RB memerintahkan kepada seluruh Sipil Negara di lingkungannya
pimpinan masing-masing;
kementerian/lembaga/pemerintah h. Membuka akses yang murah dan
daerah untuk melakukan sejumlah mudah bagi masyarakat untuk
langkah pemberantasan pungli menyampaikan keluhan dan
(Kementerian PAN dan RB, 2016). pengaduan, serta mendorong
Langkah-langkah yang dimaksud masyarakat untuk tidak segan-
dalam surat edaran tersebut adalah segan melakukan pengaduan;
agar seluruh instansi pemerintah: i. Melakukan respon secara cepat
a. Mengidentifikasi area yang terhadap pengaduan-pengaduan
berpotensi terjadinya pungutan liar yang disampaikan oleh
dan mengambil langkah-langkah masyarakat;
yang efektif untuk memberantas j. Menerapkan sistem pengaduan
praktik-praktik pungutan liar; internal (whistle blower system)

44
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

untuk membuka dan atau diperkuat dengan instruksi penjatuhan


mencegah praktik pungutan liar; tindakan tegas bagi pelaku pungli agar
k. Menugaskan Aparat Pengawasan terdapat efek jera. Tindakan tegas bagi
Intern Pemerintah (APIP) untuk pelaku pungli diharapkan juga dapat
mendorong dan memantau mencegah pegawai lain yang berniat
langkah-langkah instansi untuk melakukan tindakan serupa
pemerintah dalam mencegah dan karena mengetahui sanksi yang akan
mendeteksi terjadinya pungutan diperoleh.
liar; Kedua, penggunaan aplikasi
l. Mengumumkan hasil-hasil elektronik dalam pelayanan
penindakan secara rutin kepada mendukung upaya pencegahan praktik
seluruh ASN di lingkungan pungli karena semakin kecil frekuensi
instansi pemerintah masing- pertemuan antara petugas pelayanan
masing, sebagai pelajaran untuk dengan masyarakat yang dilayani,
memberikan efek jera bagi ASN maka diharapkan akan semakin
lainnya agar tidak melakukan memperkecil peluang terjadinya
perbuatan serupa. pungli. Ini semakin diperkuat dengan
pemberian akses informasi kepada
Upaya pemerintah melalui masyarakat tentang prosedur
Surat Edaran Menteri PAN dan RB pelayanan sehingga masyarakat paham
untuk melakukan perubahan mental bagaimana memperoleh pelayanan
aparatur yang dibagi ke dalam sebelas tanpa harus khawatir akan dipersulit
langkah di atas patut diapresiasi oleh petugas yang berdalih membantu
dengan beberapa alasan. Pertama, namun dengan tujuan melakukan
dengan teridentifikasinya titik-titik pungli.
pelayanan yang rawan pungli maka Ketiga, sistem pengawasan
akan lebih mudah bagi instansi internal kepada pegawai yang
pemerintah untuk memantau pegawai diperkuat dengan mengoptimalkan
negeri sipil yang bertugas di pelayanan whistle blower system dan
yang bersentuhan langsung dengan dilibatkannya peran APIP dalam
masyarakat. Dengan demikian, apabila memetakan langkah yang dapat
ada indikasi pegawai melakukan diambil oleh instansi pemerintah
pelanggaran dan penyimpangan, dapat dalam mencegah dan mendeteksi
dengan mudah diantisipasi dan peluang terjadinya praktik pungli,
dikendalikan untuk segera dihentikan diharapkan dapat semakin
praktik pelanggaran dan memperkecil peluang praktik pungli.
penyimpangan tersebut. Ini semakin Ditambah dengan upaya

45
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

menyebarluaskan hasil penindakan pungli. Untuk itu, pemerintah dalam


atas pelanggaran disiplin pegawai yang hal ini
melakukan pungutan liar sehingga kementerian/lembaga/pemerintah
dapat dijadikan pelajaran bagi pegawai daerah perlu memunculkan berbagai
lain yang berniat melakukan pungli inovasi dan praktek terbaik untuk
dan menjadi efek jera bagi pelaku mencegah pungli di instansi masing-
pungli itu sendiri. masing.
Keempat, peningkatan
pemahaman seluruh pegawai negeri 2. Konsep tentang Implementasi
sipil melalui pelatihan tentang Standar Etika yang Efektif
implementasi nilai-nilai integritas Salah satu langkah untuk
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi memberantas pungli dalam Surat
masing-masing diharapkan dapat Edaran Menteri PAN dan RB adalah
membentengi pegawai dari niat dan meningkatkan integritas PNS. Howard
keinginan untuk menambah Whitton (2001) mengemukakan
penghasilan dari praktik pungli. sejumlah langkah untuk membentuk
Terlebih lagi dengan dibukanya integritas yang tinggi di kalangan
saluran penerimaan pengaduan dan pegawai dalam birokrasi. Masalah
keluhan masyarakat yang dapat integritas PNS menjadi hal yang
diakses dengan mudah dan murah serta penting karena tuntutan masyarakat
direspon dengan cepat dan tepat, yang menginginkan agar perilaku
diharapkan mendorong masyarakat koruptif dalam birokrasi dapat
untuk tidak segan-segan diberantas (Whitton, 2001: 1).
menyampaikan pengaduan apabila Untuk meningkatkan integritas,
menerima layanan yang kurang baik. ada tiga hal yang perlu diperhatikan
Surat Edaran Menteri PAN dan (Whitton, 2001). Pertama,
RB merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi ancaman terhadap
mendorong perubahan mental aparatur integritas dalam birokrasi. Jika
ke arah positif dalam jangka panjang. ancaman dapat diidentifikasi, maka
Namun demikian, surat edaran tersebut langkah-langkah antisipasi dapat
belum secara efektif dapat dijalankan. Kedua, memperkuat
membendung praktik pungli oleh PNS. kompetensi etika PNS dan mekanisme
Setelah surat edaran tersebut pendukung etika profesional. Perlu ada
diterbitkan, sebagaimana dijelaskan cara-cara baru yang dilakukan
dalam bagian pendahuluan, masih ada pemerintah agar budaya etika birokrasi
PNS yang terjaring pelanggaran yang bersih dan melayani dapat
hukum karena melakukan praktek diterapkan, terutama menyangkut

46
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

disiplin PNS, tanggung jawab kalangan internal pegawai maupun


melaksanakan tugas dan mematuhi dari eksternal masyarakat.
aturan yang berlaku.
Secara strategis, Whitton Standar etika yang dirujuk dalam
(2001) menerangkan bahwa selain tulisan ini dibagi ke dalam delapan
ketiga hal diatas, perlu juga pembahasan sebagai berikut.
mempertimbangkan beberapa hal, 1) Kode Etik dan Kode Perilaku
yaitu: Standar etika dalam birokrasi
 aturan bagi PNS untuk biasanya dituangkan dalam bentuk
menjelaskan alasan keputusan dan kode etik dan kode perilaku. Dalam
tindakan yang dilakukannya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
misalnya aturan tentang tentang Aparatur Sipil Negara, juga
keterbukaan informasi publik. dicantumkan bahwa PNS harus
 pendekatan manajemen yang mematuhi kode etik dan kode perilaku.
mampu mencegah PNS dari Pasal 5 Undang-Undang tersebut
perilaku koruptif dan pelanggaran mencantumkan bahwa kode etik dan
etika. kode perilaku berisi pengaturan
 aturan untuk melindungi PNS yang perilaku dengan salah satu harapannya
memberikan informasi tentang bahwa PNS melaksanakan tugasnya
penyimpangan dalam birokrasi dengan jujur, bertanggung jawab dan
(whistleblower). berintegritas tinggi.
 audit terhadap pelanggaran etika Kode etik dapat diartikan
terutama berkaitan dengan sebagai nilai-nilai inti untuk
pengelolaan keuangan, pengadaan membentuk perilaku PNS yang
barang dan jasa, rekrutmen dan profesional. Kode etik biasanya
promosi jabatan, serta disiplin memuat nilai-nilai integritas,
pegawai. akuntabilitas, tanggung jawab, dapat
 strategi manajemen sumber daya dipercaya dan lain sebagainya. Namun
manusia untuk memantau tingkat hanya sedikit perhatian dari pimpinan
kinerja etika yang rendah. organisasi bagaimana menerapkan
 penyelenggaraan pendidikan dan prinsip-prinsip tersebut dalam praktek
pelatihan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas sehari-hari
kompetensi pegawai dalam (Whitton, 2001: 3). Selanjutnya,
menerapkan nilai-nilai integritas. Whitton juga menjelaskan tentang
pengertian kode perilaku yaitu
 prosedur penanganan pengaduan
sejumlah standar bagaimana perilaku
dan keluhan yang efektif baik dari
yang diharapkan oleh organisasi dalam

47
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

pelaksanaan tugas sehari-hari yang meningkatnya disiplin dan kepatuhan


sesuai dengan norma dan nilai, serta pegawai terhadap aturan.
ketentuan yang berlaku. Masalah utama dalam
Terkait dengan peningkatan menjalankan kode etik oleh para PNS
integritas PNS, pemerintah telah dalam birokrasi adalah PNS tidak
menerbitkan Peraturan Pemerintah memiliki kompetensi teknis untuk
Nomor 42 Tahun 2004 tentang memahami apa saja masalah etika
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik dalam pekerjaan mereka. Mereka juga
Pegawai Negeri Sipil. Bahkan tidak mengetahui apa saja harapan
beberapa instansi pemerintah juga organisasi terhadap mereka mengenai
sudah memiliki aturan tentang kode penerapan standar etika. Yang lebih
etik pegawai di lingkungannya buruk lagi adalah mereka tidak
masing-masing. Menurut Whitton, memiliki kepentingan pribadi atau
setiap instansi pemerintah perlu kepentingan profesional untuk
menetapkan kode etik masing-masing menerapkan nilai-nilai integritas
karena situasi yang dihadapi oleh PNS (Whitton, 2001: 3).
di setiap instansi tidak sama. Demikian Whitton (2001: 4-5)
pula dengan masalah yang dihadapi menjelaskan bahwa umumnya kode
oleh setiap instansi juga berbeda-beda. etik pegawai negeri sipil mengandung
Namun, keberadaan aturan prinsip-prinsip berikut:
kode etik ini belum memotivasi PNS a. melayani kepentingan publik;
untuk menjauhi tindak pelanggaran PNS harus memelihara dan
seperti pungli. Ini seperti yang memperkuat kepercayaan publik
disampaikan Whitton (2001) bahwa dan keyakinan masyarakat
keberadaan kode etik tersebut hanya terhadap pemerintah. Dalam
memiliki pengaruh yang kecil terhadap menjalankan hal tersebut, PNS
perilaku PNS. Terlebih lagi harus memiliki kompetensi
kebanyakan kode etik tersebut hanya profesional, efisien, efektif,
memuat prinsip-prinsip umum yang mematuhi peraturan yang berlaku
kurang jelas dan kurang spesifik. serta selalu mengutamakan
Namun, hal yang paling penting kepentingan umum.
menurut Whitton adalah bahwa kode b. transparansi;
etik tersebut dikaitkan dengan PNS harus menggunakan alokasi
komitmen dari pimpinan tertinggi dan sumber daya untuk kepentingan
praktek manajemen birokrasi sesuai umum, sesuai dengan kebijakan
prosedur agar penerapannya dapat yang ditetapkan pemerintah. PNS
sesuai dengan sasaran yaitu harus bertanggungjawab atas setiap

48
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

keputusan yang diambil dan setiap lain, dan kepentingan seluruh


tindakan yang dilakukan kepada warga negara dengan cara yang
masyarakat. tepat waktu, dengan rasa peduli,
c. integritas; dengan menghormati dan dengan
PNS harus menjalankan tugasnya sopan.
dengan mengutamakan g. efisien dan efektif;
kepentingan masyarakat di atas PNS harus memberikan nilai
kepentingan pribadi. Menggunakan terbaik untuk barang publik yang
wewenang sebagai PNS untuk digunakan oleh birokrasi dan tidak
melakukan tindakan demi menghambur-hamburkan uang
kepentingan pribadi sehingga negara.
menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah 2) Standar Pelayanan
merupakan suatu pelanggaran Untuk mereformasi birokrasi
serius atas tugas yang dimilikinya. area perubahan mental aparatur,
d. legitimasi; umumnya menetapkan standar
PNS harus menjalankan tugasnya pelayanan yang mempertimbangkan
sesuai dengan peraturan yang aspek pelayanan dan akuntabilitas
berlaku. Dalam menjalankan tugas untuk melengkapi etika dan perilaku
sebagai seorang PNS harus sesuai PNS. Whitton memberikan penjelasan
dengan amanah peraturan yang tentang aspek-aspek yang perlu
diembankan kepadanya, adil dan dipertimbangkan menetapkan standar
tidak memihak satu kelompok pelayanan sebagai berikut:
tertentu. - pelayanan: masyarakat berhak
e. adil; untuk mendapatkan pelayanan dari
PNS harus bertindak dan berbagai bidang. PNS diharapkan
memutuskan sesuai dengan adil, untuk memberikan pelayanan
tanpa prasangka terhadap pihak dengan sebaik-baiknya kepada
yang dilayani, mempertimbangkan masyarakat. Setiap hambatan
segala aspek terkait dan tidak administrasi dalam birokrasi yang
merugikan kepentingan mempengaruhi penyelenggaraan
masyarakat. pelayanan yang efektif harus
f. tanggap diidentifikasi dan dihilangkan.
PNS harus memenuhi dan - akuntabilitas: keputusan yang
melayani kepentingan negara, dibuat oleh PNS harus transparan
kepentingan pemerintah, dan terbuka. Setiap keputusan
kepentingan, kepentingan PNS

49
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

resmi yang dibuat harus disertai lebih mudah mendeteksi korupsi dan
alasan yang melatarbelakanginya. pelanggaran lain yang dilakukan PNS
- pengaduan/keluhan: PNS dan akan mudah pula dikoreksi.
diharapkan memberikan Standar pelayanan akan
mekanisme yang efektif di mana mempermudah mengidentifikasi
masyarakat dapat menyalurkan kinerja PNS yang rendah, hambatan
pengaduan atau keluhan atas administratif, maladministrasi, dan
kinerja birokrasi dan mendapatkan penyalahgunaan wewenang dalam
tanggapan dan penyelesaian pengambilan keputusan administratif.
terhadap pengaduan atau keluhan
tersebut. Setiap proses pengaduan 3) Maladministrasi
atau keluhan harus dipantau oleh Upaya perubahan mental
tiap instansi untuk menjamin aparatur dalam birokrasi khususnya
bahwa sistem dievaluasi dan terkait dengan pemberantasan praktek
kinerja ditingkatkan. pungli perlu juga melihat konsep
Menurut Whitton, standar maladministrasi. Menurut Whitton,
pelayanan memerlukan sejumlah maladministrasi merupakan pembuatan
aturan baku untuk menunjang keputusan dengan cara yang tidak
pelayanan pemerintah. Standar sesuai hukum, sewenang-wenang,
pelayanan dapat juga digunakan untuk tanpa pertimbangan yang matang,
menegakkan standar perilaku etika tidak sesuai prosedur, atau dibuat
misalnya melarang menerima suap, tanpa memperhitungkan masalah
mendorong akuntabilitas kinerja kepatutan, atau dilakukan dengan cara-
misalnya melakukan perbaikan cara koruptif. Maladministrasi jika
berdasarkan pengaduan atau keluhan, dikaitkan dengan perilaku pungli maka
dan keadilan prosedur misalnya merupakan bentuk penyalahgunaan
membuat keputusan sesuai aturan yang wewenang untuk kepentingan pribadi.
berlaku. Dengan adanya standar Apapun alasannya, perbuatan
pelayanan maka akan memberi akses maladministrasi adalah perbuatan yang
yang lebih besar kepada publik untuk melanggar etika.
memperoleh kualitas pelayanan yang
lebih baik. Selain itu, standar 4) Keterbukaan Informasi
pelayanan juga membuat pemerintah Publik
dan PNS menjadi lebih transparan dan Pemerintah perlu memberikan
akuntabel (Whitton, 2001: 6). hak kepada masyarakat untuk
Selanjutnya Whitton menambahkan memperoleh informasi tentang
bahwa adanya standar pelayanan akan berbagai keputusan dan tindakan yang

50
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

diambil. Menurut Whitton, lapangan, sehingga tidak membuat


keterbukaan informasi kepada publik laporan palsu.
bukan berarti bahwa semua informasi
pemerintah harus diberikan kepada 6) Uji Integritas
masyarakat. Keterbukaan informasi Upaya untuk mengubah mental
publik, lanjut Whitton, harus aparatur dapat dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan nasional, menggunakan uji integritas. Whitton
ekonomi, penyelidikan masalah (2001) menjelaskan bahwa uji
pidana, keamanan nasional, dan integritas adalah salah satu cara untuk
seberapa penting informasi tersebut mendorong kepatuhan PNS terhadap
diberikan kepada publik (Whitton, kode etik dan kode perilaku. Uji
2001: 7). integritas biasanya digunakan untuk
mendeteksi PNS yang rentan
5) Perlindungan terhadap menerima suap atau pungli akibat
Whistleblower wewenang yang dimiliki jabatannya,
Upaya untuk memberantas yaitu untuk melakukan atau tidak
perilaku pungli perlu memperhatikan melakukan suatu tindakan yang
masalah perlindungan terhadap PNS melanggar ketentuan. Uji integritas
atau orang dalam yang melaporkan harus menggambarkan situasi nyata
adanya tindakan pelanggaran tersebut yang dihadapi PNS dalam melakukan
(whistleblower). Menurut Whitton, pekerjaannya sehari-hari. Hasil uji
upaya memberikan perlindungan integritas harus dievaluasi secara
kepada whistleblower dapat berupa independen sehingga tidak merugikan
dorongan kepada PNS untuk menjadi PNS yang diuji.
pelapor adanya pungli dengan jaminan
perlindungan bahwa laporan mereka 7) Tanggung Jawab
tidak diketahui oleh rekan PNS lainnya Masyarakat
dan mereka akan dilindungi dari Whitton (2001) menjelaskan
tindakan balasan dari PNS yang bahwa masyarakat dalam berhubungan
mereka laporkan. Perlindungan dengan PNS harus menerapkan
terhadap pelapor juga harus diikuti perilaku jujur, taat hukum, dan
dengan adanya hukuman yang berat menghindari perilaku koruptif.
bagi PNS yang dilaporkan melakukan Masyarakat perlu didorong untuk
pungli. Namun tetap perlu menjauhi perilaku yang dapat
diperhatikan bahwa laporan dari mempengaruhi PNS untuk melakukan
whistleblower tersebut adalah laporan tindakan pelanggaran seperti pungli.
yang benar dan sesuai dengan fakta di Masyarakat juga diharapkan untuk

51
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

melaporkan PNS yang melakukan kode perilaku PNS (Whitton, 2001:


pelanggaran. Jika ada warga 11). Birokrasi yang tidak mampu
masyarakat yang berusaha mengimplementasikan kode etik bagi
mempengaruhi PNS untuk melakukan PNS maka tidak akan mampu
perilaku koruptif, maka pemerintah mencegah perilaku pungli dan tidak
dapat memberlakukan sanksi akan mampu memberikan pelayanan
administratif yaitu dengan tidak yang berkualitas kepada masyarakat.
memberikan pelayanan kepada warga
tersebut selama periode tertentu. 3. Perbandingan antara Surat
Sanksi ini harus dievaluasi secara Edaran Menteri PAN dan RB
independen agar tidak merugikan dengan Konsep Implementasi
warga masyarakat tersebut. Standar Etika dalam Birokrasi
Diharapkan peran masyarakat ini dapat Mengacu pada konsep
mengurangi praktek pungli oleh PNS. implementasi standar etika birokrasi
yang disampaikan Whitton (2001),
8) Reformasi Manajemen maka dapat dibandingkan dengan
Sumber Daya Manusia Surat Edaran Menteri PAN dan RB
Manajemen sumber daya terkait pemberantasan pungli sebagai
manusia memiliki peran penting dalam berikut.
memantau penerapan kode etik dan

Tabel 1.
Perbandingan antara Konsep Implementasi Standar Etika Birokrasi
dengan Surat Edaran Menteri PAN dan RB untuk memberantas Pungli

Konsep Implementasi Surat Edaran


Standar Etika oleh Whitton Menteri PAN dan RB
 Mengidentifikasi ancaman terhadap  Mengidentifikasi area yang
integritas dalam birokrasi. Jika berpotensi terjadinya pungutan liar
ancaman dapat diidentifikasi, maka dan mengambil langkah-langkah
langkah-langkah antisipasi dapat yang efektif untuk memberantas
dijalankan praktik-praktik pungutan liar
 Adanya hukuman yang berat bagi  Menindak tegas Aparatur Sipil
PNS yang dilaporkan melakukan Negara (ASN) yang terlibat sebagai
pungli pelaku pungutan liar
 Tidak dibahas  Melakukan investigasi lebih
mendalam untuk menjaring
keterlibatan oknum-oknum lain

52
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

 Tidak dibahas  Memberlakukan/mengembangkan


sistem pelayanan berbasis teknologi
informasi untuk mengurangi
pertemuan langsung antara pemberi
dan penerima layanan
 Penerapan standar pelayanan untuk  Memberi akses yang seluas-luasnya
menegakkan standar perilaku etika kepada masyarakat terhadap standar
(melarang menerima suap), pelayanan dan persyaratan pelayanan
mendorong akuntabilitas kinerja secara transparan
(melakukan perbaikan berdasarkan
pengaduan atau keluhan), dan
keadilan prosedur (membuat
keputusan sesuai aturan yang berlaku)
 Tidak dibahas  Meningkatkan sistem pengawasan
internal untuk mencegah terjadinya
praktik pungutan liar
 Penyelenggaraan pendidikan dan  Melakukan upaya untuk
pelatihan untuk meningkatkan meningkatkan integritas Aparatur
kompetensi pegawai dalam Sipil Negara di lingkungannya
menerapkan nilai-nilai integritas masing-masing
 Prosedur penanganan pengaduan dan  Membuka akses yang murah dan
keluhan yang efektif baik dari mudah bagi masyarakat untuk
kalangan internal pegawai maupun menyampaikan keluhan dan
dari eksternal masyarakat pengaduan, serta mendorong
masyarakat untuk tidak segan-segan
melakukan pengaduan
 Prosedur penanganan pengaduan dan  Melakukan respon secara cepat
keluhan yang efektif baik dari terhadap pengaduan-pengaduan yang
kalangan internal pegawai maupun disampaikan oleh masyarakat
dari eksternal masyarakat
 Aturan untuk melindungi PNS yang  Menerapkan sistem pengaduan
memberikan informasi tentang internal (whistle blower system)
penyimpangan dalam birokrasi untuk membuka dan atau mencegah
(whistleblower) praktik pungutan liar
 Tidak dibahas  Menugaskan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) untuk
mendorong dan memantau langkah-
langkah instansi pemerintah dalam
mencegah dan mendeteksi terjadinya
pungutan liar
 Hak kepada masyarakat untuk  Mengumumkan hasil-hasil
memperoleh informasi tentang penindakan secara rutin kepada

53
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

berbagai keputusan dan tindakan seluruh ASN di lingkungan instansi


yang diambil pemerintah masing-masing, sebagai
pelajaran untuk memberikan efek jera
bagi ASN lainnya agar tidak
melakukan perbuatan serupa
 Memperkuat kompetensi etika PNS  Tidak ada
dan mekanisme pendukung etika
profesional. Perlu ada cara-cara baru
yang dilakukan pemerintah agar
budaya etika birokrasi yang bersih
dan melayani dapat diterapkan,
terutama menyangkut disiplin PNS,
tanggung jawab melaksanakan tugas
dan mematuhi aturan yang berlaku
 Pendekatan manajemen yang mampu  Tidak ada
mencegah PNS dari perilaku koruptif
dan pelanggaran etika. Misalnya,
strategi manajemen sumber daya
manusia untuk memantau tingkat
kinerja etika yang rendah
 Penegakan Kode Etik dan Kode  Tidak ada
Perilaku untuk meningkatkan disiplin
dan kepatuhan pegawai
 Upaya pencegahan maladministrasi  Tidak ada
oleh PNS
 Pelaksanaan uji integritas  Tidak ada
 Peningkatan pemahaman kepada  Tidak ada
masyarakat untuk tidak
mempengaruhi PNS melakukan
pungli

Menurut tabel di atas, ada sejumlah konsep implementasi standar


beberapa konsep standar etika yang etika birokrasi yang belum dimuat
sudah dimuat dalam Surat Edaran dalam langkah-langkah untuk
Menteri PAN dan RB terkait pungli. pemberantasan praktik pungli. Sebagai
Meski demikian, ada sejumlah langkah bahan masukan pemerintah dalam hal
yang tercantum dalam surat edaran ini kementerian/lembaga/pemerintah
yang tidak menjadi bagian dari daerah dapat menerapkan konsep yang
pembahasan tentang implementasi belum dimuat dalam surat edaran
standar etika dalam birokrasi. Ada

54
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

untuk dilaksanakan sebagai langkah kementerian/lembaga/pemerintah


memberantas pungli, yaitu untuk: daerah perlu melakukan sejumlah
- memperkuat kompetensi PNS langkah tambahan berupa kebijakan di
dalam menerapkan kode etik, kode lingkungan internal masing-masing
perilaku dan nilai-nilai integritas; yang dapat memperkecil kemungkinan
- membuat sejumlah kebijakan dan kesempatan bagi PNS untuk
internal instansi untuk mencegah melakukan pungli.
PNS melakukan pungli;
- membuat kode etik dan kode DAFTAR PUSTAKA
perilaku di lingkungan internal Azhari, Siti Kusumawati. (2008).
instansi dan menegakkan “Studi Pungli di Terminal,
kepatuhan PNS untuk Stasiun Kereta Api, dan
melaksanakannya; Pelabuhan Udara di Kota
- membuat langkah-langkah Bandung”. Jurnal Sosioteknologi
pencegahan praktek Edisi 14 Tahun 7 Agustus 2008:
maladministrasi di lingkungan 434-440. Diakses dari
internal instansi; http://journals.itb.ac.id/index.php
- melaksanakan uji integritas /sostek/article/view/1003/612.
terhadap PNS oleh lembaga Tanggal akses 30 Oktober 2017.
independen; Harjanto. (2016). “Penerapan Sanksi
- memberikan pemahaman kepada Pidana Penjara dan Denda
masyarakat yang dilayani untuk terhadap Pegawai Negeri Sipil
tidak mempengaruhi PNS yang yang melakukan Tindakan
bertugas melayani mereka untuk Pidana Korupsi Pungutan Liar:
menerima pungli. Studi di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Pontianak”.
Jurnal Nestor Magister Hukum,
KESMPULAN 1(1). Diakses dari http://
Dari pembahasan tentang jurnal.untan.ac.id/index.php/nest
upaya pemerintah memberantas or/article/view/13496/12117.
praktik pungutan liat melalui upaya Tanggal akses 30 Oktober 2017.
reformasi birokrasi area perubahan Huerto Melchor, Oscar. (2008).
mental aparatur, sudah menunjukkan “Managing Change in OECD
langkah-langkah yang mengadopsi Governments: An Introductory
implementasi standar etika birokrasi Framework”. OECD Working
yang efektif. Namun, untuk lebih Papers on Public Governance
memperkuat langkah tersebut, setiap No. 12, OECD Publishing.

55
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Diakses dari statistik.html#. Tanggal akses 29


http://www.oecd.org/gov/421422 Oktober 2017
31.pdf. Tanggal akses 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan
November 2017. Aparatur Negara dan Reformasi
Kementerian Dalam Negeri. (2016). Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015
Presiden Jokowi Minta Hentikan tentang Road Map Reformasi
Pungli di Seluruh Instansi. Birokrasi 2015-2019. 2015.
Sumber: Neraca.co.id. Diakses Jakarta: Kementerian
dari Pendayagunaan Aparatur Negara
http://www.kemendagri.go.id/ne dan Reformasi Birokrasi.
ws/2016/10/12/presiden-jokowi- Pusat Kajian SANHAN. (2016).
minta-hentikan-pungli-di- “Policy Brief: Mewujudkan
seluruh-instansi. Tanggal akses 1 Birokrasi Bebas Pungli sebagai
November 2017 Hakikat Agenda Reformasi
Kementerian PAN dan RB. (2016). Birokrasi”. Diakses dari
Surat Edaran Menteri http://lan.go.id/id/info-
Pendayagunaan Aparatur terbaru/policy-brief-
Negara dan Reformasi Birokrasi mewujudkan-birokrasi-bebas-
Nomor 5 Tahun 2016 tentang pungli-sebagai-hakikat-agenda-
Pemberantasan Praktik reformasi-birokrasi. Tanggal
Pungutan Liar (Pungli) dalam akses 30 Oktober 2017
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Repucci, Sarah. (2014). “Designing
Instansi Pemerintah. Effective Civil Service Reform
Komisi Pemberantasan Korupsi. Lessons From Past Experience.
(2015). Pedoman Pengendalian Public Administration and
Gratifikasi. Diakses dari Development, 34 (3: 207-218.
https://kpk.go.id/gratifikasi/BP/P Diakses dari
edoman_Pengendalian_Gratifika http://onlinelibrary.wiley.com/do
si.pdf. Tanggal akses 1 i/10.1002/pad.1684/pdf. Tanggal
November 2017 akses 4 November 2017.
Ombudsman Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
(2017). Data Penyelesaian tentang Aparatur Sipil Negara.
Laporan Masyarakat Triwulan Whitton, Howard. (2001).
III Tahun 2017 (Periode Juli – Implementing Effective Ethics
September 2017). Diakses dari Standards in Government and
http://www.ombudsman.go.id/in the Civil Service. Diakses dari
dex.php/laporan/laporan- https://www.oecd.org/mena/gove

56
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

rnance/35521740.pdf. Tanggal
akses 5 November 2017.
Wibawa, Samodra, Arya Fauzi F.M.
dan Ainun Habibah. (2013).
“Efektivitas Pengawasan
Pungutan Liar di Jembatan
Timbang”. Jurnal Ilmu
Administrasi Negara, 12 (2): 74-
85. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org
/article.php?article=129520&val
=2287. Tanggal akses 30
Oktober 2017.

57

Anda mungkin juga menyukai