Anda di halaman 1dari 29

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1) DEFINISI
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alatalatreproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. ( Barbara F. weller 2005 Post
partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat alatserta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (AbdulBari
Saifuddin,2002 ).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebu masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Anatomi Dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon
estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Stuktur eksterna

a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berartI
penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama

c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
dari mons pubis ke arah

d. Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak

berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah
gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan himen

h. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2) Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista
iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah
lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap
ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia,
tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan
bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama
yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :


1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,


kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung
kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa
perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.

d. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi
dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan
untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus
genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina
dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina.
3) ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan
mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan
lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya
dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang
di bawah dagu di Tarik
c. ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat

untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

d. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya

bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus

menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi

perdarahan.

e. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang

dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi


uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor

persalinan pervaginam :

a. Faktor Ibu

 Paritas paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di

luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan

terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa

mengingat jumlah anaknya ( Oxorn, 2003).

 Meneran Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila

pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung

untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin

mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih

efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin

1) Berat Badan Bayi Baru lahir

Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn,
2001).

Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui

vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula,

dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada

perineum (Rayburn, 2001).


2) Presentasi

Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang

janin dengan sumbu memanjang panggul

ibu ( Dorland, 1998).

a) Presentasi Muka

Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi

sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter

submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara

glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara

glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

b) Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini

berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian

terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan

penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter

verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala

janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).

c) Presentasi Bokong

Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.


Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi
bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam


1) Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan

ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di

kepalanya ( Mansjoer,)

2002).

2) Ekstrasi Cunam/Forsep

Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan


cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan
portio, vagina,

3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan

pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan

untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi

tersebut (Syaifudin, 2002).

4) Persalinan Presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,

berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi

uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang

dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari

adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cnningham, 2005).


1. MANIFISTASI KLINIS
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut

puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).

1. Sistem reproduksi

a. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini

dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi

menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu

setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada

minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca partum penurunan

kadar hormon

menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi

yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.

Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,

hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-

2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi

tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara

intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.


c. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus

menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak

teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan

nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi

karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu

ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

d. Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian

menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan

debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4

hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan.

Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba

mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba

bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.

e. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks

memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama

beberapa hari setelah ibu melahirkan.

f. Vagina dan perineum


Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran

sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada

sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental

enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula

darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan

progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar

esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra

seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.

b. Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak

menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui

tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating

hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan

ovarium tidak

berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

3. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol

dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6

minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.


4. Sistem urinarius

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.

Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan

dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk

; 1993).

5. Sistem cerna

a. Nafsu makan.

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa

sangat lapar.

b. Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu

yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

melahirkan.

6. Payu dara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita

hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan

insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

a. Ibu tidak menyusui


Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada

jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan

ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.

Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.

b. Ibu yang menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni

kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh.

Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat

dikeluarkan dari puting susu.

7. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah

selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi

terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan

volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi

lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa

hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih

tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero

plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).

c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.

Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan perpindahan normal cairan tubuh yang

menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan

keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume

sebelum lahir.

d. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa

hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih

tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero

plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).

e. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.

Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol

dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan

2. PATOFISIOLOGI
1. Adaptasi Fisiologi

a. Infolusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini

dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap

ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan

bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara

umbilikus dan simpisis pubis.

Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi

menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu

minggu setelah

melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60

gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif

uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan

terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel

tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit

lebih besar setelah hamil.

Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.

3. Adaptasi psikologis

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan


Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu

membutuhkan perlindungandan pelayanan.

b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari

ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai

hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal

baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang

membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat

dengan baik

c. Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga

telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh,

perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan

kembali.

Patway

3. KOMPLIKASI
Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post

partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah

kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:

a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc

b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).

Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan,
syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama
perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini

merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang

(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan

pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.

b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan

perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.

c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh

gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum lahirnya

plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan. (Doenges, 2001)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasidan proses

persalinan. (Doenges, 2001)


3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara

perawatan payudara bagi ibu menyusui. ( Bobak, 2004)

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi. (Bobak, 2004)

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan darah dan intake ke oral. (Doenges, 2001)

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses

persalinan dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)

Fokus Intervensi dan Rasional

Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan Tujuan : Setelah

dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang Kriteria Hasil :

a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4

b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman

c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100 x/menit, RR 16-24

x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang

nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S :

skala nyeri, T : waktu dan


frekuensi )

Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai

salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan

respon klien

c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang

Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri

d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal

lain

Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari

rasa nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan bertambah

Kriteria hasil :

a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya

b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri

c. Perawatan pervagina berkurang

d. Vulva bersih dan tidak inveksi

e. Tidak ada perawatan

f. Vital sign dalam batas normal


Intervensi :

a. Pantau vital sign

Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi

b. Kaji daerah perineum dan vulva

Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum

c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum

Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien

Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya


e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah

vulvanya

Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi

f. Lakukan perawatan vulva

Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi pasien

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang

pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Kriteria hasil :

a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

b. Asi keluar

c. Payudara bersih

d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri

e. Bayi mau menetek


Intervensi :

a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara Rasional :

mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care Rasional :

meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak pada

payudara

c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui

Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat

ASI bagi bayi

d. Jelaskan cara menyusui yang benar

Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi

Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Pasien mengatakan sudah BAB

b. Pasien mengatakan tidak konstipasi

c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun

Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi

b. Observasi adanya nyeri abdomen

Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB


c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat

Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB

d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat

Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB


e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan Rasional : penggunana

laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau

evakuasi feses

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

darah dan intake ke oral

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk memenuhi

kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian cairan lewat IV.

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine

adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik

Intervensi :

a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital Rasional : menetapkan data

dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normal

b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok Rasional : agar segera

dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda syok

c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program


Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit

volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung masuk

ke pembuluh darah.

6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan

dan proses melelahkan

Kemungkinan dibuktikan oleh mengungkapkan laporan kesulitan jatuh tidur / tidak merasa

segera setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di bawah mata sering menguap

Tujuan : istirahat tidur terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan

dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan peningkatan rasa

sejahtera istirahat

Intervensi :

a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan jenis

kelahiran

Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi malam

meningkatkan tingkat kelelahan.

b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat Rasional : membantu

meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi, menurunkan rangsang

c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih awal serta

tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta menyadari

kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI

dan

penurunan reflek secara psikologis

7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang

mengenai sumber informasi Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan

individu

Intervensi :

a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat

kelelahan klien

Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan

tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau perawatan bayi

b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan dalam

mengidentifikasi hubungan

Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan

yang tepat diberikan untuk membantu

mengembangkan pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi

c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum

progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai, menghasilkan

tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum

d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat, berkunjung

pelayanan kesehatan masyarakat

Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk adaptasi

pada perubahan multiple.

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1 Nyeri berhubungan -Klien mengatakan nyeri Kaji karakteristik nyeri untuk menentukan jenis
dengan involusi berkurang dengan skala skala dan tempat terasa
klien dengan PQRST ( P : nyeri
nyeri 3-4
uterus, nyeri setelah
faktor penambah dan
melahirkan. -Klien terlihat rileks,
(Doenges, 2001) pengurang nyeri, Q :
ekspresi wajah tidak
kualitas atau jenis nyeri,
tegang, klien bisa tidur R : regio atau daerah yang

nyaman mengalami nyeri, S :

-Tanda-tanda vital dalam skala nyeri, T : waktu dan

batas normal : suhu 36-370 frekuensi )

C, N 60-100 x/menit, RR

16-24 x/menit, TD 120/80

mmHg

2 Resiko tinggi setelah dilakukan tindakan g. Klien


menyertakan
keperawatan tidak terjadi
infeksi perawatan
infeksi, pengetahuan bagi dirinya
berhubungan
bertambah
h. Klien bisa
dengan kurangnya membersihka
n vagina dan
pengetahuan cara perineumnya
secara
perawatan Vulva mandiri

i. Perawatan
pervagina
berkurang

j. Vulva bersih
dan tidak
inveksi

k. Tidak ada
perawatan

l. Vital sign
dalam batas
normal
3 Nyeri akut Tupan: a. . Lakukan strategi non a. Teknik-teknik
seperti relaksasi,
berhubungan setelah dilakukan tindakan farmakologis untuk
pernafasan berirama
dengan proses selama 1x24 jam membantu anak , dan distraksi dapat
membuat
infeksi yang Diharapan rasa sakit yang mengatasi nyeri.
menyerang syaraf dirasa kan oleh klen mulai b. Libatkan orang tua b. nyeri dan dapat
lebih di toleransi.
di tandai dengan : membaik dalam memilih
- Klien tampak strategi.
Tupen :
kesakitan c. Ajarkan anak untuk c. Karena orang tua
- Klien tampak setelah dilakuakn tindakan menggunakan strategi adalah yang lebih
mengetahui anak.
kemerahan selama 8 jam di harapan non farmakologis
didaerah muka nyeri yang di rasa kan klien khusus sebelum nyeri. d. Pendekatan ini
tampak paling efektif
- Klien telihat berkurang d. Minta orang tua pada nyeri ringan.
memegangi membantu anak
kepala dengan menggunakan
srtategi selama nyeri. e. Latihan ini mungkin
diperlukan untuk
e. Berikan analgesic membantu
sesuai indikasi anak berfokus pada
tindakan yang
diperlukan
mengurangi nyeri

4 Kerusakan Tupan: setelah dilakukan


mobilitas fisik tindakan selama 1x24 jam a. Tentukan a. Memberikan
informasi untuk
berhubungan Diharapakan klein tidak aktivitas atau
mengembangkan
dengan paralysis kesulitan melakukan keadaan fisik anak rencana
perawatan
yang menyerang aktivitas dan dapat b. Catat dan terima
bagi program
staraf ditandai mengikuti latihan keadaan rehabilitasi. 2)
dengan : kelemahan
Tupen : setelah dilakuakn b. Kelelahan yang
- Klien tampak (kelelahan yang dialami dapat
tindakan selama 8 jam mengindikasikan
lemes ada).
diharapkan pasien mampu keadaan anak.
- Klien tampak menekuk leher dan c. Indetifikasi c. Memberikan
kesempatan untuk
kesuliatan punggung factor-faktor yang
memecahkan
menekuk leher mempengaruhi masalah untuk
mempertahankan
dan punggung kemampuan
atau
untuk aktif meningkatkan
mobilitas.
seperti pemasuka
n makanan yang
d. Latihan berjalan
tidak adekuat. dapat
d. Evaluasi meningkatkan
keamanan dan
kemampuan efektifan anak
untuk melakukan untuk berjalan
mobilisasi secara
aman
5 Cemas Tupan: setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Respon
berhubungan tindakan selama 1x24 jam realita bahaya keluarga bervaria
dengan kondisi Diharpakan klien tidak lagi bagi anak dan si tergantung
penyakit ditandai merasakan cemas dan keluarga tingkat pada pola
dengan klien tanpak gerisah. ansietas kultural yang
gerisah Dengan kriteria haris : (mis.renda, dipelajari.
-klien tidak gelisah sedang, parah).
b. Nyatakan retalita b. Pasien mungkin
Tupen : setelah dilakuakn
dan situasi seperti perlu menolak
tindakan selama 8 jam
apa yang dilihat realita sampai siap
diharapan cemas yang di
keluarga tanpa menghadapinya.
rasa kan klien berkurang
menayakan apa
yang dipercaya.
c. Sediakan c. Informasi yang
informasi menimbulkan
ansietas dapat
diberikan
dalam jumlah
yang dapat
dibatasi setelah
periode

Anda mungkin juga menyukai