Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS DIABETES MELLITUS

Pada Tn. A

DI RUANG PENYAKIT DALAM PRATAMA

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mahasiswa 1

Disusun Oleh :

Widiyanti CKR 0160226

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU)

2018
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan


suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

II. Klasifikasi Diabetes

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert


Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan
4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus


tergantung insulin (DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes


Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

3. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,


antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

III. Etiologi

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola


familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai
pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnik

IV. Patofisiologi

Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel
beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak
ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat kadar
glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes
mellitus tipe 1.

Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping
penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism
energy

V. Manifestasi klinis

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah :

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus


menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan
prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

b. Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

d. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa


dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

e. keluhan lain

gangguan saraf tepi/ kesemutan penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
f. gangguan penglihatan

pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.

g. gatal/bisul

kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

VI. Komplikasi

Komplikasi yang bias muncul pad diabetes mellitus adalah:

1. Diabetes ketoasidosis

2. Koma hiperosmolar, hiperglikemia, nonketotik.

3. Hipoglikemia

4. Infeksi

5. Penyakit Vaskuler

6. Neuropati

7. Retinopati

8. Nefrospati

(Carpenito, 1999:143)

VII. Penatalaksanaan

1. Medis

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan


kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :

a. Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J


yaitu:

- Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau


ditambah
- Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
- Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

1. Kurus (underweight) BBR < 90 %

2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%

3. Gemuk (overweight) BBR > 110%

4. Obesitas apabila BBR > 120%

- Obesitas ringan BBR 120 % - 130%

- Obesitas sedang BBR 130% - 140%

- Obesitas berat BBR 140% - 200%

- Morbid BBR >200 %


Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah :

1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari

2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari

3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari

4. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam


sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita


DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV,
kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat

Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)\

a. Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
b. Insulin

1) Indikasi penggunaan insulin

A DM tipe I

b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

c) DM kehamilan

d) DM dan gangguan faal hati yang berat

e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)

f) DM dan TBC paru akut

g) DM dan koma lain pada DM

h) DM operasi

i) DM patah tulang

j) DM dan underweight

k) DM dan penyakit Graves

c. Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik

B. Pengkajian
I. Wawancara
a. Identitas pasien
Nama : Tn. Amung Machmur
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pend terakhir : SMU
Suku/ Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Thampomas 1 No. 102 01/18 Harjamukti
Diagnosa : Diabetes Miletus
Tanggal masuk RS : 19 Januari 2018
No Medrek : 000121310
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Muchammad Haidad
Umur : 21 tahun
Alamat : Jl. Thampomas 1 No. 102 01/18 Harjamukti
Pekerjaan : Swasta
Hub dengan klien : Anak
c. Keluhan Utama
Nyeri abdomen
d. Riwayat kesehatan saat ini
Pada saat masuk RS, klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
dengan skala nyeri 4 atau sedang, nyeri yang dirasakan seperti
menusuk. Nyeri dirasakan saat beraktivitas dan akan menghilang saat
klien beristirahat
e. Riwayat penyakit masa lalu
Klien pernah menderita hipertensi
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan
II. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD 150/90 mmHg N 106 x/m
RR 24 x/m S 36,8 °C
Gastrointestinal : Nyeri tekan abdomen, mual
Neurosensori : Penglihatan dan pendengaran normal
Eliminasi : Defekasi dan Miksi normal
Kulit dan kelami : Normal, tidak terdapat resiko dekubitus
III. Pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan


1 Haematologi darah
rutin
Haemoglobin 14,7 g/dl Pria 12 – 16,5 g/dl
Leukosit 20,6 ribu/mm3 4 – 10 ribu/mm3
Erytrosit 4,63 juta/mm3 Pria 4,5 juta/mm3
Haematokrit 45,5 % Pria 40 – 48 %
Trombosit 322 ribu/mm3 150 -390 ribu/mm3
2 Hitung jenis
Basofil 0% 0–1%
Eosinofil 1% 0–3%
Neutrofil batang 1% 2–4%
Neutrofil segment 83 % 40 – 70 %
Limfosit 11 % 20 – 40 %
Monosit 4% 2–8%
3 Kimia Klinik
SGOT 228,0 U/L Pria – 37 U/L
SGPT 225,3 U/L Pria – 41 U/L
Ureum 79,5 mg% 10 – 50 mg%
Creatinin 1,60 mg/dl Pria 0,9 – 1,3 mg/dl
Glukosa darah sewaktu 176,4 mg/dl < 150,0 mg/dl

IV. Analisa Data

Data Masalah Penyebab


Ds : Klien Gangguan Ketidakmampuan
mengeluh nyeri pemenuhan menggunakan glukosa
perut kebutuhan nutrisi
Do : Klien tampak
lemah, meringis

Ds : Klien Gangguan rasa Agen injuri biologis


mengeluh nyeri aman nyaman nyeri (penurunan perfusi
perut jaringan perifer)
Do : Klien tampak
lemah, skala nyeri
4

C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d Ketidakmampuan
menggunakan glukosa
2. Gangguan rasa aman nyaman nyeri b.d Agen injuri biologis
(penurunan perfusi jaringan perifer)
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


1 1 Nutrisi -Monitor intake Membatas S : Klien
terpenuhi makanan dan i intake mengatakan
minuman yang glukosa sedikit rasa
dikonsumsi berlebihan mual hilang
-Kaji kebutuhan O : Klien
klien akan tterlihat lemah
pemasangan A : Gangguan
NGT pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
P : Lanjutkan
Observasi
TTV
Kolaborasi
pemberian
obat dengan
dokter

2 1 Nutrisi -Lepas NGT Membatas S : Klien


terpenuhi bila klien sudah i intake mengatakan
bisa makan glukosa rasa mual
lewat oral berlebihan hilang
-Tentukan O : Klien
berapa jumlah terlihat segar,
kalori dan tipe makanan habis
zat gizi yang 1 porsi
dibutuhkan A : Masalah
dengan teratasi
kolaborasi ahli P : Intervensi
gizi dihentikan

3 2 Nyeri -Lakukan Memberik S : Klien


hilang pengkajian nyeri an mengatakan
secara perasaan nyeri dibagian
komprehensif nyaman ulu hati
-Observasi pada klien O : Klien
reaksi nonverbal dengan tampak
dari manajeme meringis
ketidaknyamana n nyeri kesakitan,
n skala nyeri 4
-Ajarkan teknik A : Agen
relaksasi, injuri biologis
distraksi untuk P : lanjutkan
mengatasi nyeri intervensi
-Berikan
analgetik untuik
mengatasi nyeri
-Monitor
penerimaan
klien tentang
manajemen
nyeri

4 2 Nyeri -Kontrol Memberik S : Klien


hilang lingkungan yang an mengatakan
mempengaruhi perasaan ras nyeri
nyeri nyaman menghilang
-Evaluasi pada klien O : Klien
tindakan dengan tampak segar,
pengurang nyeri manajeme skala nyeri 2
-Kolaborasi n nyeri A : Masalah
dengan dokter teratasi
bila ada P : Intervensi
komplain dihentikan
tentang
pemberian
analgetik tidak
berhasil
-Monitor TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik

E. Daftar Pustaka
1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 edisi Revisi. Jakarta.
EGC
2. Johnson, M., et all. 2000. Nursing outcomes Classification (NOC)
second edition. New jersey: Upper Saddle River
3. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Intervetion Classification
(NIC) second edition. New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai