Pada Tn. A
Disusun Oleh :
2018
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
III. Etiologi
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
IV. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel
beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak
ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat kadar
glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes
mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping
penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism
energy
V. Manifestasi klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah :
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
e. keluhan lain
gangguan saraf tepi/ kesemutan penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
f. gangguan penglihatan
pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.
g. gatal/bisul
kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
VI. Komplikasi
1. Diabetes ketoasidosis
3. Hipoglikemia
4. Infeksi
5. Penyakit Vaskuler
6. Neuropati
7. Retinopati
8. Nefrospati
(Carpenito, 1999:143)
VII. Penatalaksanaan
1. Medis
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
3) Penyuluhan
4) Obat
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
b. Insulin
A DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
c. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik
B. Pengkajian
I. Wawancara
a. Identitas pasien
Nama : Tn. Amung Machmur
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pend terakhir : SMU
Suku/ Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Thampomas 1 No. 102 01/18 Harjamukti
Diagnosa : Diabetes Miletus
Tanggal masuk RS : 19 Januari 2018
No Medrek : 000121310
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Muchammad Haidad
Umur : 21 tahun
Alamat : Jl. Thampomas 1 No. 102 01/18 Harjamukti
Pekerjaan : Swasta
Hub dengan klien : Anak
c. Keluhan Utama
Nyeri abdomen
d. Riwayat kesehatan saat ini
Pada saat masuk RS, klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
dengan skala nyeri 4 atau sedang, nyeri yang dirasakan seperti
menusuk. Nyeri dirasakan saat beraktivitas dan akan menghilang saat
klien beristirahat
e. Riwayat penyakit masa lalu
Klien pernah menderita hipertensi
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan
II. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD 150/90 mmHg N 106 x/m
RR 24 x/m S 36,8 °C
Gastrointestinal : Nyeri tekan abdomen, mual
Neurosensori : Penglihatan dan pendengaran normal
Eliminasi : Defekasi dan Miksi normal
Kulit dan kelami : Normal, tidak terdapat resiko dekubitus
III. Pemeriksaan Diagnostik
E. Daftar Pustaka
1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 edisi Revisi. Jakarta.
EGC
2. Johnson, M., et all. 2000. Nursing outcomes Classification (NOC)
second edition. New jersey: Upper Saddle River
3. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Intervetion Classification
(NIC) second edition. New Jersey: Upper Saddle River