Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Disusun Oleh :
1. Avivah Kartika
2. Ellda Amellya
3. Febi Yulita
6. Miratul Fitri
7. Nezla Rosyanti
8. Pujanah
9. Risha Khomalawati
Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan
kehamilan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa D3 Kebidanan Kampus 2
RS.Ciremai . Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna.
penulis
KATA PENGANTAR……………………………………........................ ......................i
DAFTAR ISI……………………………………………… ..................... ...................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………..............................1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………….............................4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………..............................5
1.3 Tujuan Makalah……….....………........................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN…...……………………………………….............................7
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………….......................11
3.1 Kesimpulan……………………………………………......................11
3.2 Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
1. trimester I
Sekarang wanita merasa sedang hamil dan perasaannya pun bisa menyenangkan atau
tidak menyenangkan. Hal ini dipengaruhi oleh keluhan umum seperti lelah, lemah, mual,
sering buang air kecil, membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya perubahan emosi yang sering terjadi adalah mudah menangis,
mudah tersinggung, kecewa penolakan, dan gelisah serta seringkali biasanya pada awal
kehamilan ia berharap untuk tidak hamil.
Kegelisahan sering dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat
mengganggu. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman akan kehamilan,
bahaya/risiko,komitmen untuk menjadi orang tua, pengalaman hamil akan membuat
wanita menjadi siap. Perasaan ambivalen akan berkurang pada akhir trimester 1 ketika
wanita sudah menerima/ menyadari bahwa dirinya hamil dan didukung oleh perasaan
aman untuk mengekspresikan perasaannya.
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi ayah
adalah timbulnya perasaan bangga atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah
untuk keluarganya. Seorang calon ayah akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang
sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut mencederai janin.
Periode ini sering disebut periode sehat (radian health) ibu sudah bebas dari
ketidaknyamanan. Selama periode ini wanita sudah mengharapkan bayi. Dengan adanya
gerakan janin, rahim yang semakin membesar, terlihatnya gerakan bayi saat di USG
semakin meyakinkan dia bahwa bayinya ada dan dia sedang hamil. Ibu menyadari bahwa
bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya oleh karena itu sekarang ia lebih fokus
memperhatikan bayinya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Sebelum adanya gerakan
janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang baik, dan dengan adanya gerakan janinia
menyadari identitasnya sebagai ibu. Hal ini menimbulkan perubahan yang baik seperti
kontak sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya, adanya gelar calon ibu baru,
ketertarikannya pada kehamilan dan persalinan serta persiapan untuk menjadi peran baru.
3. trimester III
Periode ini sering disebut priode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak
sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu
berfokur pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada
bayinya. Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan
akan menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan
aktifdilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar bayi,
membayangkan mengasuh/merawat bayi, menduga-duga akan jenis kelaminnya dan rupa
bayinya.
Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya,
bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah
tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu
merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah
tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah
ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.
Masa ini disebut juga masa krusial/penuh kemelut untuk beberapa wanita karena ada
kritis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman,
kolega (Oakley, dalam Sweet,1999). Mereka merasa kesepian dan terisolasidi rumah.
Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tidakan meedikalisasi saat persalinan,
perubahan body image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif,
takut kehilangan pasangan. Bidan harus mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah
stres yang dialami ibu hamil, mampu menilai kemampuan coping dan memberikan
dukungan.
Pembahasan
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang
wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang
– orang terdekat.
1. Suami
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi
ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat
hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan
meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi
pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya.
Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian
yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During
Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat,
keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat
ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa
kehamilannya.
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang
suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri
jalan-jalan ringan, menemahi istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak
membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari
keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah
atau kekhawatiran akan bayinya.
Menurut penelitian di Indonesia
Dukungan suami yang diharapkan istri:
1. Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri
2. Suami senang mendapat keturunan
3. Suami menunjukkan kebahagian pada kehamilan ini
4. Suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan istri/janin yang
dikandung
8|asuhan kebidanan kehamilan
5. Suami tidak menyakiti istri
6. Suami menghibur/ menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri
7. Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja
8. Suami membantu tugas istri
9. Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya
10. Suami menungu ketika istri melahirkan
11. Suami menunggu ketika istri di operasi
2. Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat
berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai
ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga
harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk :
- Ayah – ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini
- Ayah – ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini
- Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
- Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan
3. Lingkungan
Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :
- Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/
kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan
- Membicarakan dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan
- Adanya diantara mereka yang bersedia mengantakan ibu untuk periksa
- Menunggui ibu ketika melahirkan
- Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil
Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil.
Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat
hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan
membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan
kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan
mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam,
mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga
selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang
tinggi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.
Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta
ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota
keluarga yang baru.
Peran orang tua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan :
1) Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis
2) Berawal dari kehamilan dan merupakan kewajiban menjadi orang tua dimulai
Peran orang tua sebagai krisis dibandingkan sebagai masa peralihan :
1) Perubahan ini dianggap suatu krisis apabila sangat hebat, sangat
mengganggu dan merupakan perubahan negatif
2) Perubahan kebiasaan yang mengganggu seperti:
- Perubahan kehidupan seksual
- Pola tidur dan lain - lain
Hal- hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah:
- Temperamen
- Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan
- Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka
Peralihan menjadi orang tua
Fase Penantian:
1. Berkaitan dampaknya pada kehamilan
2. Calon orang tua perlu menyelesaikan tugasnya untuk menjadi orang tua,
misalnya : pembagian tugas dalam keluarga
3. Pasangan dalam fase ini akan mengalami perasaan yang hebat,
tantangan, dan tanggung jawab.
Fase bulan madu
1. Sangat berdampak pada masa puerpurium, perlu mendapat perhatian
pada askebnya
10 | a s u h a n k e b i d a n a n k e h a m i l a n
2. Bersifat psikis dan bukan merupakan saat damai dan gembura
3. Hubungan antar pasangan memiliki peran penting dalam membina
hubungan baru dengan bayi
4. Merupakan fase yang berat adaptasi dengan anggota baru
Kehadiran seorang adik yang baru dapat merupakan krisis utama bagi seorang anak.
Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau merasa cemburu karena digantikan oleh
bayi yang baru. Beberapa faktor yang mempengaruhi respon seorang anak adalah umur, sikap
orang tua, peran ayah, lama wakt berpisah dengan ibu, peraturah kunjungan dirumah sakit
dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan.
Ibu yang mempunyai anak harus menyediakan banyak waktu dan tenaga untuk
mengorganisasi kembali hubungannya dengan anak-anaknya ia perlu mempersiapkan anak-
anaknya untuk menyambut kelahiran sang bayi dan melalui proses perubahan peran dalam
keluarga dengan melibatkan anak-anaknya yang lebih besar karena mereka kehilangan
tempat.
Usia dan tingkat perkembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu
persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap anak. Anak yang berusia kurang dari dua tahun
menunjukan minat kecil terhadap kehamilannya. Bagi anak yang lebih tua, pengalaman ini
akan mengurangi rasa takut dan konsep yang salah. Dengan diberi penjelasan dan pengertian
anak biasanya tidak akan merasa disisihkan dan akan merasa senang dengan kehadiran
adiknya yang bisa dijadikan teman.
11 | a s u h a n k e b i d a n a n k e h a m i l a n
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
2. Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi
perubahan fisik dan adaptasi psikologis
3. Dalam memberikan support kepada ibu hamil, bidan juga berperan sebagai fasilitator dan
pendidik
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita senantiasa memberikan dukungan/ support kepada
setiap ibu hamil agar supaya mereka dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang
mereka alami dan dapat memperoleh dukungan moral yang dapat membuat mereka lebih
nyaman dalam menjalani kehamilannya.
12 | a s u h a n k e b i d a n a n k e h a m i l a n
Daftar Pustaka
https://rosnawibowo.wordpress.com/2013/10/18/kebutuhan-psikologi-ibu-hamil-trimester-
123/
http://yukekrisma.blogspot.co.id/p/persiapan-sibling.html
http://the2w.blogspot.co.id/2009/05/kebutuhan-psikologi-ibu-hamil-trimester.html
13 | a s u h a n k e b i d a n a n k e h a m i l a n