Anda di halaman 1dari 10

Guna menanggulangi filariasis atau penyakit kaki gajah di Indonesia, Kementerian Kesehatan

menetapkan Eliminasi Filariasis. Kegiatan ini merupakan salah satu prioritas nasional
penanggulangan penyakit menular.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, dr H.


Mohamad Subuh, MPM mengatakan, untuk mensukseskan program tersebut dibutuhkan strategi
yang lebih besar. Salah satunya melalui kampanye nasional pemberian obat pencegahan masal
(POPM) filariasis dengan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat yang diberi nama bulan
eliminasi kaki gajah (BELKAGA).

"Ada dua strategi utama. Memutuskan rantai penularan penyakit kaki gajah dengan program
POPM penyakit kaki gajah di kabupaten atau kota endemis penyakit kaki gajah. Upaya
pencegahan serta membatasi kecacatan dengan melaksanakan program penatalaksanaan
penderita penyakit kaki gajah," papar dr Subuh melalui keterangan pers yang
diterima Sindonews.

Tak hanya itu, untuk mensukseskan program BELKAGA, pemerintah juga akan melakukan
beberapa kegiatan. Mulai dari advokasi dan sosialisasi hingga menggerakkan masyarakat minum
obat untuk mencegah penyakit filariasis.

Filariasis atau kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat infeksi


cacing jenis filaria. Cacing ini menyerang pembuluh getah bening dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit kaki gajah masih ada di Indonesia, terutama di daerah Papua, Nusa Tenggara
Timur, Jawa Barat, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, tercatat hampir 13.000 kasus kaki gajah di Indonesia.
Selain tungkai, bagian tubuh lain, seperti organ kelamin, lengan, dan dada, juga dapat
mengalami pembengkakan. Sebelum timbul pembengkakan, penyakit kaki gajah tidak
menimbulkan gejala yang spesifik, sehingga pengobatannya sering kali terlambat.
Oleh karena itu, pencegahan kaki gajah sangat penting. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian obat
pencegahan massal (POPM) yang dilakukan oleh pemerintah.

Penyebab dan Penularan Kaki Gajah


Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada
pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui
gigitan nyamuk.
Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh
darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria
dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke
dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria
kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat peredaran
getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah
adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk
penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.
Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah
jika:

 Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.


 Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.
 Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

Gejala Kaki Gajah


Sesuai namanya, gejala utama kaki gajah adalah pembengkakan pada tungkai. Selain
di tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti lengan,
kelamin, dan dada.
Kulit pada tungkai yang bengkak akan menebal, kering, menjadi lebih gelap, pecah-
pecah, dan terkadang muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah mengalami
pembengkakan dan perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada kondisi
ini, kaki gajah sudah memasuki fase kronik.
Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala apa pun. Hal
ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit kaki gajah (filariasis),
sehingga terlambat melakukan penanganan. Peradangan pembuluh atau kelenjar getah
bening juga dapat muncul di fase awal, berupa pembengkakan setempat pada
pembuluh dan kelenjar getah bening.

Kapan harus ke dokter


Bila Anda berencana berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki gajah,
berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter. Tanyakan kepada dokter adakah cara
untuk mencegahnya. Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter bila di lingkungan
tempat tinggal Anda ada yang menderita penyakit kaki gajah.
Temui dokter bila timbul pembengkakan pada saluran dan kelenjar getah bening,
terutama bila Anda tinggal di tempat yang banyak terdapat kasus kaki gajah atau
sehabis berpergian ke daerah yang terdapat kasus kaki gajah. Apalagi bila
pembengkakan kelenjar getah bening tersebut terjadi berulang.

Diagnosis Kaki Gajah


Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan sejak
kapan gejala muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
memeriksa gejala tersebut.
Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter akan menganjurkan tes darah.
Sampel darah akan diperiksa guna mengetahui apakah terdapat cacing filaria atau
tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop atau melalui tes kimia khusus
menggunakan antigen.
Jika diperlukan, penderita juga dapat menjalani pemeriksaan penunjang lainnya untuk
melihat dampak dari penyakit kaki gajah yang dideritanya. Pemeriksaan yang dilakukan
antara lain tes pemindaian dengan USG atau foto Rontgen dan tes urine.

Pengobatan Kaki Gajah
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi
bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah
parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin,
albendazole, atau diethylcarbamazine.
Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan mati,
sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda dan aliran getah bening
kembali lancar.
Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya tidak
dapat kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:

 Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau
berbaring.
 Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
 Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.
 Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
 Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran
getah bening di bagian yang bengkak.

Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat
pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk mengecilkan
pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan mengangkat sebagian kelenjar
dan pembuluh limfa yang mengalami infeksi.
Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak dapat kembali
normal. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan filariasis sangat penting untuk
dijalankan, terutama bagi orang yang berisiko terkena penyakit ini.

Komplikasi Kaki Gajah


Komplikasi utama yang dapat muncul akibat kaki gajah adalah pembengkakan parah
pada bagian tubuh yang terinfeksi. Pembengkakan ini dapat menimbulkan rasa nyeri
dan menyebabkan kecacatan. Namun, rasa nyeri dan tidak nyaman yang timbul dapat
diredakan melalui langkah-langkah pengobatan kaki gajah.
Kaki yang bengkak juga dapat mengalami infeksi bakteri sekunder, karena kulit kaki
gajah sering mengalami luka.

Pencegahan Kaki Gajah


Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari gigitan
nyamuk. Hal ini sangat penting dilakukan, terutama di daerah endemik kaki gajah.
Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, Anda dapat melakukan
langkah-langkah sederhana berikut ini:

 Mengenakan baju dan celana panjang


 Mengoleskan losion antinyamuk
 Tidur dalam kelambu
 Membersihkan genangan air di sekitar rumah

Penyebaran kaki gajah juga dapat dihentikan dengan cara mengikuti program
pemerintah untuk memberantas kaki gajah, yaitu pemberian obat pencegahan massal
(POPM).
Program ini dilakukan di daerah yang masih memiliki kasus kaki gajah, seperti provinsi
Papua, Papua Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nanggroe Aceh Darussalam,
dan Sulawesi Tenggara

Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, berupa siklus
hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya penyumbatan saluran limfa dan
limfedema akibat larva filaria.

Siklus Hidup
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing jantan /
betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik adalah Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat di Indonesia, namun
mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.[7]
Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di mana terjadi
perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria secara periodik bergerak
ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung,
melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di
jaringan otot/lemak toraks nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1). Dalam waktu 1
minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium
2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh semakin panjang dan kurus yang disebut
larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi
menuju proboscis /  alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini
menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang
di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi
menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe.
Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa
berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.[7]

Patofisiologi filariasis secara umum disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap nematoda
dewasa dan mikrofilaria. Proses ini umumnya terjadi secara kronik dan membutuhkan waktu
bulan sampai tahun.

Patogenesis Filariasis Limfatik


Kelompok filariasis limfatik membutuhkan waktu inkubasi 8–16 bulan, namun beberapa gejala
dapat muncul 4 bulan setelah infeksi. Gejala yang timbul disebabkan oleh respons imun tubuh
terhadap toksin dan alergen yang diproduksi oleh filaria dewasa atau akibat infeksi bakteri
sekunder. Respons imun ini menimbulkan gejala berupa demam, rigor dan tremor, serta kongesti.
[4,5]

Penatalaksanaan filariasis diberikan berdasarkan spesies filaria yang menginfeksi. Secara umum,
tata laksana filariasis mencakup pemberian antiparasit dan pembedahan bila diperlukan.
Antiparasit yang sering digunakan adalah diethylcarbamazine, ivermektin, dan albendazole.
Pemberian antiparasit ini disesuaikan dengan jenis filaria dan koinfeksi antar spesies.

Pemberian Antiparasit

Antiparasit diberikan berdasarkan jenis filaria yang menginfeksi. Untuk filariasis limfatik (kaki
gajah), antiparasit utama yang diberikan adalah diethylcarbamazine dengan dosis 6
mg/kgBB/hari selama 1–12 hari.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria
yangditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)2.1.2

EtiologiPenyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi,Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama
dalamkelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit
initermasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.Cacing ini dapat hidup dalam
kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuhmanusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredardalam darah terutama malam
hari.Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria
:a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe. b. Ukuran
55

100 mm x 0,16
mmc. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mmd. Berkembang secara ovoviviparMikrofilaria
:a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu b. Mempunyai
sarung. 200

600 X 8 um

Faktor yang mempengaruhi perkembangan


makrofilaria:a. Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya, b. Lingkungan biologic :
lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan; hutan,
reservoir,vectorc. Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adatd. I
stiadat, Kebiasaan dsb,e. Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb2.1.3
PatofisiologiParasit

Menuju pemb. Limfa

Perubahan dari larvaStadium3

Parasit DewasaBerkembang biak

Menyebabkan antigen

Meyebabkan dilatasi ParasitKumpulan Pemb. Limfa MengangktifkanCacing filaria

Mengaktifkan Sel T DewasaPenyebab Pembengkakan pemb. LimfaPenyumbatan Pemb. Limfa

Kerusakan struktur IgE berikatan NYERI


KERUSAKAN INTEGRITAS Mediator InflamasiKULIT

Kelenjar getah bening

Adanya inflamasi pada kulit



HIPERTERMIHARGA DIRI RENDAH2.1.4 Manifestasi klinisManifestasi gejala klinis
filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengankonsekuensi limfangitis dan
limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengangejala klinis yang disebut occult
filariasis.Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis
dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem
limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya,
tetapi bila diurutkan darimasa inkubasi dapat dibagi menjadi:1. Masa prepatenMerupakan masa
antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yangmemerlukan waktu kira-
kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yangmenjadi mikrofilaremik,
dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudianmenunjukkan gejala klinis.
Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.2. Masa inkubasiMerupakan masa antara masuknya larva infektif hingga
munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.3. Gejala klinik akutGejala
klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise.Kelenjar
yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapatmikrofilaremik
ataupun amikrofilaremik.4. Gejala menahunGejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan
akut pertama. Mikrofilaria jarangditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih
dapat terjadi. Gejala kronis inimenyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas
penderita serta membebani
Penatalaksanaan kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, bertujuan
untuk memberantas penyakit ini dan dilakukan melalui dua pilar kegiatan yaitu pemutusan mata
rantai penularan filariasis dan pencegahan kecacatan. Pemutusan mata rantai penularan
dilakukan dengan pemberian obat pencegahan massal (POPM) di daerah endemis sekali setahun
selama 5 tahun berturut-turut. Pencegahan kecacatan dilakukan dengan penatalaksanaan filariasis
mandiri, berupa edukasi cara perawatan limfedema secara mandiri disertai dengan kunjungan
lapangan secara teratur.
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis

POPM filariasis bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan mencegah penularan dari
penderita kepada calon penderita filariasis. Obat yang saat ini digunakan untuk pengobatan
massal berdasarkan kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah diethylcarbamazine (DEC)
ditambah albendazole, diberikan dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut di
daerah endemis filariasis. DEC memiliki efek membunuh  mikrofilaria, sedangkan albendazole
dipakai untuk membunuh filarial dewasa. Dosis DEC 6 mg/kgBB dan dosis albendazole 400 mg,
keduanya diberikan sebagai dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala filariasis atau kaki gajah
akut ditandai dengan:

1. Demam

Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya akan muncul secara
berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam akan hilang.

Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam akan kembali muncul.

2. Kedinginan

Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang. Kondisi ini biasanya
kambuhan dan diikuti dengan demam.

3. Sakit kepala

Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini umumnya cukup sering muncul
berbarengan dengan demam.

4. Pembengkakan kelenjar getah bening

Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak. Umumnya,
pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan nyeri.

5. Radang saluran kelenjar getah bening

Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah
ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri penyakit kaki gajah yang satu ini, jangan
disepelekan dan segera periksakan ke dokter.

6. Abses filarial

Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak pecah dan
mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa infeksi mulai menyebar.
7. Pembengkakan dini

Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan terlihat kemerahan dan
sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan merasakan sensasi panas di beberapa bagian ini.

Kondisi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah.

Sementara itu, untuk gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami pembengkakan
yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:

 Kaki
 Kelamin
 Payudara
 Lengan

Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan kehilangan fungsi secara
bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik (limfedema).

Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan dengan berbagai
gejala seperti:

 Kering
 Tebal
 Luka
 Berwarna lebih gelap dari biasanya
 Berbintik-bintik

Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel pada
skrotum. Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan tubuh, pengidapnya juga
berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai