Disusun oleh:
dr. Dianne Kartika Putri
Pembimbing:
dr. Diah Ernawati, Sp.S
dr. Siska Damayanti, Sp.PD
Pendamping:
dr. Kurniati, Sp.KK
dr. Lisa Puspitorini, Sp.S
1
2
Riwayat Pengobatan
Amlodipin 1x10mg dan Metformin 2x500mg
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit sama.
Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari merupakan kepala rumah tangga bekerja sebagai
petani, tidak merokok, jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : GCS 456
Tanda Vital
Tekanan darah : 122/72 mmHg
Nadi : 87x/ menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36 oC
Status Generalisata
Kepala & leher : Tidak didapatkan anemis, ikterus, sianosis maupun
sesak.
Thorax :
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, bentuk normal, retraksi (-)
Palpasi : dada mengembang simetris, fremitus raba dalam batas
normal
Perkusi : sonor semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonchi -/-
+/+ -/- -/-
+/+ -/- -/-
Abdomen : flat, supel, BU (+) Normal, hepar/lien tidak teraba.
Extremitas : akral hangat kering merah, CRT <2 detik, tidak
didapatkan edema.
3
Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : GCS 4-5-6
Fungsi luhur : disartria (+)
Meningeal sign : kaku kuduk (-)
brudzinski I, II, III, IV (-)
kernig’s sign >135/>135
Saraf kranialis :
NII/III : PBI 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
NV : reflek kornea +/+
NVII :
m. Frontalis : normal
m. Zygomaticus : parese + tipe UMN
NXII : lidah bergerak : parese + tipe UMN
Sistem motorik : kekuatan otot : 5 4
5 4
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Lengkap 20/07/2020
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 15,2 13,2 – 17,3 g/dL
Leukosit 12.200 3800 – 10600
Hitung Jenis 0/0/0/67/25/8 2-4/0-1/3-5/50-70/25-50/2-8
Trombosit 292.000 150.000 - 450.000
Haematocrit 46 40 - 52
MCV 91 80 - 100
MCH 30 26 - 34
MCHC 33 32 - 36
BUN 19,4 7 - 20 mg/dL
SK 1,32 0,5 - 1 mg/dL
GDA 466 < 200 mg/dL
SGOT 38,6 0-35 UL
SGPT 23,0 0-35 UL
Na 120 135-147 mmol/dL
K 3,1 3,5-5,0 mmol/dL
Cl 91 95-105 mmol/dL
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Foto Thorax PA:
Trakea : deviasi (-)
Cor : kesan cardiomegaly
Pulmo : tidak ada infiltrat atau konsolidasi
Costa : sela iga mendatar
Diafragma : sudut costofrenikus bilateral tajam
6
EKG
Irama sinus, rate 100 x/m, axis frontal normal, axis horizontal searah
jarum jam, tidak ada kelainan lainnya.
2. Problem list
Kelemahan tubuh sebelah kiri
Nyeri kepala mendadak
Riwayat diabetes melitus
GDA 466
HbA1c 10,9
Na 120
K 3,1
Cl 91
Lateralisasi sinistra dan facial palsy sinistra
Dislipidemia, kolesterol 294; trigliserida 336; LDL 195
Foto thorax : kesan cardiomegaly
CT scan kepala : Normal
3. Assesment
CVA Infark + DM Hiperglikemi + Dislipidemia + Hiponatremi + Hipokalemia
8
4. Planning
Diagnosis: Lab darah, EKG, CXR dan CT scan kepala tanpa kontras
Terapi:
Infus PZ 2fl/hr
Injeksi piracetam 2 x 3 gram
Atorvastatin 1 x 20 mg
RCI 3 x 4 unit
Maintenance Novorapid 3 x 8 unit
PO KSR 2x1
Monitoring:
Kesadaran, tanda vital, keluhan
Edukasi:
- Menjelaskan diagnosis penyakit kepada pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan sebagai penegakan diagnosis
- Menjelaskan terapi yang diberikan pada pasien
- Menjelaskan kepada pasien mengenai prognosis dan komplikasi yang
dapat terjadi
- Menjelaskan efek samping pemberian obat.
Perkembangan Pasien
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
20 Juli Pasien mengeluhkan KU cukup, GCS 456 CVA Infark + DM Infus PZ 2fl/hr
kelemahan tubuh sebelah kiri Skala nyeri 6 Hiperglikemi + Injeksi piracetam 2 x 3 gram
dan nyeri kepala TD 128/85, N 75, T 36,5, RR 18 Dislipidemia + Atorvastatin 1 x 20 mg
Motorik Hiponatremi + RCI 3 x 4 unit
5 4 KSR 2x1
GDS: 466
21 Juli Pasien mengatakan KU cukup, GCS 456 CVA Infark + DM Infus PZ 2fl/hr
kelemahan tubuh sebelah kiri Skala nyeri 6 Hiperglikemi + Injeksi piracetam 2 x 3 gram
dan nyeri kepala TD 125/85, N 68, T 36,2 RR 18 Dislipidemia + Atorvastatin 1 x 20 mg
Motorik Hiponatremi + Novorapid 3 x 8 unit
5 4
GDS: 209
9
10
22 Juli Pasien KRS KU cukup, GCS 456 CVA Infark + DM Tablet piracetam 1 x 400 mg
TD 130/80, N 62, T 36,1 RR 18 Hiperglikemi + Tablet aspilet 1 x 80 mg
Motorik Dislipidemia + Atorvastatin 1 x 20 mg
5 4 Hipokalemia
GDS: 196
Na/K/Cl: 140/3,5/100
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Stroke merupakan penyebab kematian terutama pada usia diatas 70 tahun,
hal ini dikarenakan pada usia >65 tahun, meningkatkan resiko tidak hanya stroke
tetapi juga penurunan fungsi kognitif karena proses degeneratif. 1 Penderita stroke
iskemik memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami gangguan kognitif.
Diperkirakan 64% pasien dengan stroke akan mengalami gangguan kognitif. Hal
tersebut terjadi karena faktor risiko terkait stroke dapat menjadi faktor risiko
untuk terjadinya gangguan kognitif. Salah satu faktor risiko tersebut adalah
diabetes mellitus.2
Diabetes mellitus merupakan faktor risiko terjadinya stroke yang cukup
sering, diketahui 30% pasien stroke iskemik akut menderita diabetes mellitus
sebelumnya. Risiko stroke iskemik pada penderita diabetes adalah dua sampai
enam kali dibandingkan dengan pasien non diabetes.3
11
12
Terdapat dua faktor risiko penyebab stroke yaitu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi terdiri dari usia, ras dan jenis kelamin, sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi antara lain hipertensi, diabetes mellitus, profil lipid, konsumsi
alkohol dan merokok.4
Diabetes mellitus atau DM merupakan masalah endokrinologis yang
menonjol dalam pelayanan kesehatan dan juga sudah terbukti sebagai faktor
resiko stroke dengan peningkatan resiko relatif pada stroke iskemik 1.6 sampai 8
kali dan pada stroke hemoragik 1.02 hingga 1.67 kali.7
Definisi
Stroke adalah penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan
neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori
utama, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan
oleh sumbatan pada pembuluh darah, dibagi dua, akibat trombotik dan embolik.
Sedangkan stroke hemoragik disebabkan perdarahan, baik perdarahan
intraserebral maupun subarachnoid.8
Etiologi
Stroke infark bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri.10
1. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau
cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini
sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan
lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau
intermiten dalam beberapa jam atau hari.
2. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal,
seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis
biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai
trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak
sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda
disertai nyeri kepala berdenyut.
Patofisiologi
Penelitian tentang patofisiologi stroke dimulai dengan meneliti perubahan
aliran darah otak di tingkat makrosirkulasi kemudian mikrosirkulasi otak dan
melakukan penelitian mendalam mengenai aspek perubahan seluler maupun
subseluler akibat iskemi otak. Dapat terjadi iskemi otak fokal dan global, iskemi
global aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi sedangkan
iskemi fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional. Keadaan ini
disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak di
daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian atau seluruh
lumen pembuluh darah otak, penyebabnya antara lain perubahan patologik pada
dinding arteri pembuluh darah otak menyebabkan trombosis yang diawali oleh
proses aterosklerosis di tempat tersebut.12
Manifestasi Klinis
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke).
Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari
akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).8,14
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan
periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau
terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian
otak yang terkena. Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa gejala stroke. Manifestasi klinis berdasarkan lokasi lesinya:14,15
a. Arteri serebri anterior, menyebabkan hemiparesis dan hemipestesi
kontralateral yang terutama melibatkan tungkai
b. Arteri serebri media, menyebabkan hemiparesis dan hemipestesi
kontralateral yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur
berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) hemipastial neglect (bila
mengenai area otak nondominan)
c. Arteri serebri posterior, menyebabkan hemianopsi homonim atau
kuandratanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik dan sensoris.
Gangguan daya ingat terjadi bila terjadi infark pada lobus temporalis
medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual
dominan dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan prosopagnosia
(ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks
temporooksipitalis inferior
d. Korteks, gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi,
hilangnya sensasi kortikal (stereonogsis, diskriminasi 2 titik), kurang
perhatian terhadap rangsangan sensorik
e. Kapsula, lebih luas, sensasi primer menghilang, bicara dan penglihatan
mungkin terganggu.
f. Batang otak, menyebabkan gangguan saraf kranial seperti disartria, diplopia,
dan vertigo, gangguan serebelar seperti ataksia atau hilang keseimbangan;
penurunan kesadaran
16
Diagnosis
Penegakkan diagnosis ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan
neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang sesuai dengan waktu perjalanan
penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah pendarahan
pembuluh darah otak tertentu.10,16
Pemeriksaan laboratorium standar biasanya di gunakan untuk menentukan
etiologi yang mencakup urinalisis, darah lengkap, kimia darah, dan serologi.
Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menentukan etiologi yaitu pemeriksaan
kadar gula darah, dan pemeriksaan lipid untuk melihat faktor risiko
dyslipidemia.16 Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah dengan
menggunakan teknik pencitraan diantaranya yaitu, CT scan, MRI, USG, MRA,
dan angiografi otak.17
Penatalaksanaan
Stroke adalah suatu kejadian yang berkembang, karena terjadinya jenjang
perubahan metabolik yang menimbulkan kerusakan saraf dengan lama bervariasi
setelah terhentinya aliran darah kesuatu bagian otak. Dengan demikian, untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas perlu dilakukan intervensi secara cepat.
Salah satu tugas terpenting dokter sewaktu menghadapi devisit neurologik akut,
fokal, dan non konvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan atau
iskemia-infark. Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena
terapi untuk pembentukan trombus dapat memicu perdarahan pada stroke
hemoragik.18
Terapi pada stroke iskemik dibedakan pada fase akut dan pasca akut.
Fase akut (hari 0-14 sesudah onset penyakit)
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah
tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Sasaran pengobatan,
menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses
patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak.
Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang.18
Secara umum dipakai patokan 5B, yaitu :19
1. Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-paru
cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah
berkurang.
18
2. Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat.
Udem otak dan kejang harus dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat
dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi, atau
dengan pemeriksaan funduskopi.
3. Blood
Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG.
Tekanan darah dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
sampai menurunkan perfusi otak.
Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan drastis,
lebih-lebih pada penderita dengan diabetes mellitus lama.
Keseimbangan elektrolit dijaga.20
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh
diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien
tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.20
5. Bladder
Jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan kateter
intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti,
disertai latihan buli-buli.20
Penatalaksanaan komplikasi
1. Kejang, harus segera diatasi dengan diazepam/fenitoin iv sesuai protokol
yang ada, lalu diturunkan perlahan.
2. Ulkus stress, diatasi dengan antagonis reseptor H2
3. Peneumoni, tindakan fisioterapi dada dan pemberian antibiotik spektrum
luas
4. Tekanan intrakranial yang meninggi diturunkan dengan pemberian Mannitol
bolus 1 g/kg BB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan 0,25-0,5
g/kg BB setiap 6 jam selama maksimal 48 jam. Steroid tidak digunakan
secara rutin.20
19
Penatalaksanaan spesifik
1. Fase Akut
Pada fase akut dapat diberikan:20
Pentoksifilin infus dalam cairan ringer laktat dosis 8mg/kgbb/hari
Aspirin 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama setelah onset
Dapat dipakai neuroprotektor: piracetam, cithicolin, nimodipin.
20
Terapi Preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru. Ini
dapat dicapai dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor
risiko stroke, yaitu:19
1. Pengobatan hipertensi
2. Mengobati diabetes mellitus
3. Menghindari rokok, obesitas, stress, dll
4. Berolahraga teratur.
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) ditandai oleh hiperglikemi kronik dengan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein akibat kelainan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Secara umum, diabetes ditandai oleh
hiperglikemi puasa tetapi pada gejala yang belum jelas dapat diketahui dengan
adanya intoleransi terhadap glukosa. Akibat dari diabetes termasuk kerusakan
jangka lama, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, khususnya mata, ginjal,
jantung dan pembuluh darah. Menurut World Health Organization DM secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan gangguan fungsi insulin.21,22
Penatalaksanaan
Target kontrol gula darah pada diabetes mellitus komplikasi stroke adalah,
gula darah puasa 91-120mg/dl, post prandial 136-160mg/dl, dan HbA1c 6.2-
7.5%.33
Strategi Terapi
Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologis dilakukan dengan diet dan olahraga. Terapi nutrisi
direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus. Terutama karena dengan
terapi nutrisi dapat mencapai metabolic outcomes yang optimal dan mengatasi
terjadinya komplikasi.34
24
Terapi farmakologi
Pengaturan diabetes atau kontrol darah
Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian antidiabetika
(insulin) dan antidiabetika oral. Antidiabetika oral diindikasikan untuk digunakan
pada pasien diabetes mellitus tipe II yang tidak dapat mencapai kadar glukosa
terkontrol meskipun sudah diet dan berolahraga. Antidiabetik oral biasanya
dikelompokkan berdasarkan mekanisme aksinya dalam menurunkan kadar
glukosa. Biguanid dan thiazolidinedione biasanya dikategorikan sebagai insulin
sensitizers yang memiliki kemampuan untuk mengurangi resistensi terhadap
insulin. Sulfonilurea biasanya dikategorikan sebagai insulin secretagogeus karena
meningkatkan pelepasan insulin endogenus.34 Diantara pilihan terapi farmakologi
secara oral yang tersedia untuk diabetes mellitus tipe II, terapi menggunakan
metformin dan thiazolidinedione mempunyai efek yang bermanfaat pada lipid.
Metformin mempunyai kemampuan sedang mengurangi kadar trigliserida pada
pasien hiperlipidemik dan hipertensi.35
PEMBAHASAN
Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah, dibagi dua,
akibat trombotik dan embolik.8 Penderita stroke iskemik memiliki resiko yang
tinggi untuk mengalami gangguan kognitif. Diperkirakan 64% pasien dengan
stroke akan mengalami gangguan kognitif. Hal tersebut terjadi karena faktor
risiko terkait stroke dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya gangguan
kognitif . Salah satu faktor risiko tersebut adalah diabetes mellitus.2
Keluhan utama pada pasien Tn. A, 57 tahun adalah kelemahan tubuh
sebelah kiri secara tiba-tiba saat bangun tidur sejak 5 hari yang lalu. Tangan dan
kaki sebelah kiri terasa berat jika digerakkan. Pasien juga mengeluh nyeri kepala,
dirasakan sejak 1 bulan ini. Pasien juga mengeluh kesulitan berbicara. Hal ini
sesuai dengan gejala stroke iskemik trombosis yaitu proses ini sering timbul
selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit
neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam
beberapa jam atau hari.10 Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
mellitus sejak 1 bulan terakhir. Pasien sebelumnya konsumsi obat anti hipertensi
Amlodipin 1x10mg dan obat anti diabetes metformin 2x500mg.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lateralisasi sinistra dan facial palsy
sinistra dengan kekuatan motoric sinistra atas dan bawah 4 serta didapatkan
disartria. Terdapat defisit neurologis fokal pada pasien.
Pada pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras tidak didapatkan lesi
hyperdense dan hypodense di parenchym otak, sulci dan gyri normal, mid line
struktur normal, system ventrikel normal. Disimpulkan Normal. Pada
pemeriksaan foto thorak, didapatkan pada cor kesan cardiomegaly, hal ini dapat
disebabkan karena riwayat hipertensi yang dimiliki oleh pasien. Pada
laboratorium didapatkan gula darah acak 466, kolesterol total 294, trigliserida
336, dan LDL 195, termasuk dalam DM Hiperglikemi dan Dislipidemia.
Pada kasus ini diberikan terapi piracetam yang merupakan obat golongan
neurotropik yang bekerja pada otak dan sistem saraf, untuk melindungi dari
kekurangan oksigen. Untuk dislipdemia, pasien mendapatkan terapi atorvastatin
1x20 mg. Untuk DM hiperglikemi, pasien mendapatkan Novorapid 3x8 unit.
25
26
1. Jia HS, Lan Tan, Jin Tai Yu. Post-stroke cognitive impairment:
epidemiology, mechanisms and management. 2014 (diunduh 03 September
2020). Tersedia di URL HYPERLINK
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4200648/
3. Centers for Disease Control and Prevention. Stroke facts and statistics.:
division for heart disease and stroke prevention. 2009 (diunduh 27 Juli
2020). Tersedia di: URL: HYPERLINK
http://www.cdc.gov/stroke/statistical_ reports.htm
7. Antonios, N., Silliman, S., 2005. Diabetes Mellitus and Stroke. Northeast
Florida Medicine. pp: 17-22.
10. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa
kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.761-2
27
28
15. Sudoyo WA. Setiyohadi B, Alwi I,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid
Ke-I. Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal 30, 892-7.
16. Gilroy J. Cerebrovascular Disease. In: Gilroy J Basic Neurology, 3rd edition.
New York: McGraw Hill; 2000. P. 225-8.
17. Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung
Pada Usia Muda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2003.hal:3-11.
19. Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku ; alih bahasa, Subekti NB; editor
Yudha EK. 3rd edition. Jakarta: EGC; 2009. P. 251
21. Sudoyo, Setiyohadi, Alwi I, Simadibrata, Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 3. Ed.4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.. 2006. 1852-9
25. Hewitt, J., Castilla Guerra, L., Fernández-Moreno, M. D. C., & Sierra, C.
(2012). Diabetes and Stroke Prevention: A Review. Stroke Research and
Treatment, 2012. https://doi.org/10.1155/2012/673187
26. Paneni, F., Beckman, J., Creager, M., & Cosentino, F. (2013). Diabetes and
Vascular Disease: Pathophysiology, Clinical Consequences, and Medical
Therapy: Part I. European Heart Journal, 34(31), 2436–2443.
https://doi.org/https://doi.org/10.1093/eurheartj/eht149
28. Air, E. L., & Kissela, B. M. (2007). Diabetes, The Metabolic Syndrome, and
Ischemic Stroke. Diabetes Care, 30(12), 3131–3140.
http://care.diabetesjournals.org/content/30/12/3131
29. Creager, M. A., Lüscher, T. F., Cosentino, F., & Beckman, J. A. (2003).
Diabetes and vascular disease. Pathophysiology, clinical consequences, and
medical therapy: Part I. Circulation, 108(12), 1527–1532.
https://doi.org/10.1161/01.CIR.0000091257.27563.32
30. Roberts, I., Shakur, H., Hunt, B., & Baloqun. (2013). The CRASH-2 trial: a
randomised controlled trial and economic evaluation of the effects of
tranexamic acid on death, vascular occlusive events and transfusion
requirement in bleeding trauma patients. Health Technology Assessment,
17(10), 1–80. https://doi.org/10.3310/hta17100.
31. Kuswita, P., & Jaji, J. (2013). Pengaruh Psikoedukasi terhadap Tingkat
Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara Di RSUP DR. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Bina Husada, 1(2),
374–379.
32. Rong Chen, Bruce Ovbiagele, Wuwei Feng. (2017). Diabetes and Stroke:
Epidemiology, Pathophysiology, Pharmaceuticals and Outcomes. Am J Med
Sci. 2016 Apr; 351(4): 380–386.
https://doi.org/10.1016/j.amjms.2016.01.011
34. Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W.L. 2005. Diabetes Mellitus, dalam
Pharmacotherapy A PathoPhysiologic Approach, Sixth Edition, edited by
J.T. Dipiro, McGraw-Hill Companie, Inc., 1333-63
30
35. Solano, M. P., and Goldberg, R.B., 2006, Lipid Management in Type 2
Diabetes, dari http://clinical.diabetesjournal.org/misc/terms.html Diakses
tanggal 28 Juli 2020