Disusun oleh :
dr. Amelia Rahmah kartika
Pembimbing:
dr. Diah Ernawati, Sp.S
Pendamping :
dr. Kurniati, Sp.KK
dr. Lisa Puspitorini, Sp.S
Portofolio Kasus
No. ID dan Nama Peserta : dr Amelia Rahmah Kartika
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Ibnu Sina
Topik : Kasus medik : CVA ICH + IVH + Hipertensi
Tanggal (kasus): 12 Mei 2020
Nama Pasien: Ny. M / 41 th No RM: 753894
Tanggal Presentasi: Pendamping: dr. Kurniati, SpKK
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Neonatus
Deskripsi: Pasien datang ke IGD RSUD Ibnu Sina dengan keluhan kelemahan
tangan dan kaki sebelah kiri disertai nyeri kepala
Tujuan: Mengoptimalkan penatalaksanaan kasus stroke perdarahan
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan Pustaka
Cara Diskusi Presentasi & E-mail Pos
membahas diskusi
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan kelemahan tubuh sebelah kiri secara
tiba-tiba saat beraktifitas sejak 1 hari yang lalu. Tangan dan kaki sebelah kiri
tidak dapat digerakkan. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, dirasakan sejak 1
hari yang lalu, nyeri kepala dirasakan di seluruh bagian kepala, seperti terasa
berat dan dirasakan terus-menerus. Tidak ada riwayat jatuh sebelumnya. Tidak
ada keluhan kesulitan berbicara maupun wajah merot. Tidak ada mual maupun
muntah. Tidak ada penurunan kesadaran, kejang, demam dan sulit menelan.
2
Pasien dengan riwayat hipertensi sejak 6 bulan terakhir, tidak kontrol rutin.
Tidak ada riwayat DM(-) Kolesterol(-).
Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari merupakan ibu rumah tangga. tidak merokok, jarang
berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Lemah
Kesadaran : GCS 456
Tekanan darah : 159/108 mmHg
Nadi : 68x/ menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,2 oC
Kepala & leher : Tidak didapatkan anemis, ikterus, sianosis maupun sesak.
Thorax :
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, bentuk normal, retraksi (-),
Palpasi : Dada mengembang simetris, Fremitus raba dbn
Perkusi : Sonor semua lapang paru
Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonchi -/-
+/+ -/- -/-
+/+ -/- -/-
Abdomen : flat, supel, BU (+)Normal, hepar/lien tidak teraba.
Extremitas : akral hangat kering merah, CRT<2detik, tidak didapatkan
edema.
3
Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran : GCS 4-5-6
Fungsi luhur : disartria (-)
Meningeal sign : kaku kuduk (-)
Brudzinski I,II,III, IV (-)
Kernig’s sign >135/>135
Saraf kranialis : NII/III : PBI 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
NV : reflek kornea +/+
NVII : m. Frontalis : normal
m. Zygomaticus : normal
NXII : lidah bergerak : normal
Sistem motorik : Kekuatan otot : 5 1
5 0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH LENGKAP 11/05/2020
Hasil Nilai normal Hasil Nilai normal
Hemoglobin 15,5 11,7 – 15,5 BUN 7,2 7-20 mg/dL
g/dL
Leukosit 8.100 3600–11700 SK 0,86 0,5-1 mg/dL
4
Trombosit 287.000 150.000- GDA 121 < 200 mg/dL
450.000
Haematocrit 47 35-47 Na 140 135-147
mmol/dL
MCV 92 80-100 K 4,1 3,5-5,0
mmol/dL
MCH 31 26-34 Cl 93 95-105
mmol/dL
MCHC 33 32-36 SGOT 33,3 0-35 UL
Cholesterol 215 <200 SGPT 25,1 0-35 UL
total
LDL 142 <130 Uric Acid 4,8 2,0 – 7,0 mg/dL
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Foto Thorax PA:
Trakea : Deviasi (-)
Cor : Kesan cardiomegaly
Pulmo : tidak ada infiltrat atau konsolidasi
Costa : sela iga mendatar
Diafragma : sudut costofrenikus bilateral tajam, diafragma dextra letak tinggi
5
CT scan kepala tanpa kontras:
Tampak lesi hyperdense berdensitas darah di parenchym otak thalamus dextra
ukuran 34x23x30 mm dan di ventrikel III
Sulci dan gyri kabur
Deviasi mid line ke sinistra
Sistem ventrikel menyempit
Kesimpulan : ICH, IVH General cerebral oedem, Deviasi midline struktur ke
sinistra 3,7 mm.
6
EKG
Irama sinus, rate 150 x/m, axis frontal normal, axis horizontal berlawanan jarum
jam, tidak ada kelainan lainnya.
Problem list
Kelemahan tubuh sebelah kiri
Nyeri kepala mendadak
Riwayat hipertensi
Tekanan darah 159/108
Motorik lateralisasi sinistra
Dislipidemia
Foto thorax : kesan cardiomegaly
CT scan kepala : lesi hyperdense di parenchym otak thalamus dextra dan di
ventrikel III
Assesment
CVA ICH + IVH + Hipertensi + dislipidemia
7
Plan
Diagnosis: Lab darah, EKG, CXR dan CT scan kepala tanpa kontras
Infus RL 14 tpm
Head trunk up 30o
Mannitol 200 cc l bolus lanjut maintenance 6 x 100 cc
Injeksi piracetam 2 x 3 gram
Injeksi antrain 3 x 1
Injeksi omeprazole 1 x 1
Injeksi furosemide 2 x 1
Concor 2 x 2,5 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Monitoring
• Kesadaran, tanda vital, keluhan
Edukasi :
- Menjelaskan diagnosis penyakit kepada pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan sebagai penegakan diagnosis
- Menjelaskan terapi yang diberikan pada pasien
- Menjelaskan kepada pasien mengenai prognosis dan komplikasi yang dapat
terjadi
- Menjelaskan efek samping pemberian obat.
8
9
Perkembangan Pasien
5 1 Injeksi omeprazole 1 x 1
5 0 Injeksi furosemide 2 x 1
Concor 2 x 2,5 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Tablet Furosemide 1x1
Balans cairan
13 Mei Pasien mengatakan KU lemah, GCS 456 CVA ICH + IVH + HT + Infus RL 14 tpm
kelemahan tubuh sebelah kiri Skala nyeri 6 dislipidemia Head trunk up 30o
dan nyeri kepala TD 125/85, N 68, T 36,2 RR Mannitol 5 x 100 cc
18 Injeksi piracetam 2 x 3 gram
Motoric Injeksi antrain 3 x 1
5 1
5 0 Injeksi omeprazole 1 x 1
10
Concor 2 x 2,5 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Tablet Furosemide 1x1
Balans cairan
14 Mei Pasien mengatakan nyeri KU lemah, GCS 456 CVA ICH + IVH + HT + Infus RL 14 tpm
kepala berkurang dan Skala nyeri 4 dyslipidemia Head trunk up 30o
kelemahan tubuh sebelah kiri TD 144/78, N 66, T 36,3 RR Mannitol 5 x 100 cc
18 Injeksi piracetam 2 x 3 gram
Motoric Injeksi antrain 3 x 1
5 1 Injeksi omeprazole 1 x 1
5 1 Concor 2 x 2,5 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Tablet Furosemide 1x1
Balans cairan
15 Mei Pasien mengatakan nyeri KU lemah, GCS 456 CVA ICH + IVH + HT + Infus RL 14 tpm
kepala sedikit membaik dan TD 133/87, N 60, T 36,2 RR dyslipidemia Head trunk up 30o
kelemahan tubuh sebelah kiri 18 Mannitol 5 x 100 cc
Motoric Injeksi piracetam 2 x 3 gram
11
5 1 Injeksi antrain 3 x 1
5 1 Injeksi omeprazole 1 x 1
Concor 2 x 2,5 mg
Atorvastatin 1 x 20 mg
Ramipril 1 x 2,5 mg
Tablet Furosemide 1x1
Balans cairan
16 Mei Pasien KRS KU cukup, GCS 456 CVA ICH + IVH + HT + Tablet piracetam 1 x 400 mg
TD 140/90, N 62, T 36,1 RR dislipidemia Tablet Vit B complex 1 x 1
18 Concor 2 x 2,5 mg
Motoric Atorvastatin 1 x 20 mg
5 1 Ramipril 1 x 2,5 mg
5 1 Tablet Furosemide 1x1
12
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Stroke secara patologi dibagi menjadi stroke infark dan perdarahan. 1 Intracerebral
haemorrhage (ICH) menyumbang sekitar 10-20% semua stroke dan memiliki angka
morbiditas dan mortalitas lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik. 2 Diperkirakan
insidensinya 12-15 kasus per 100.000 penduduk per tahun. 3 ICH menyerang lebih dari
1 juta orang setiap tahun di seluruh dunia, dan merupakan jenis stroke paling
mematikan dan melumpuhkan.4 Banyak faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang
berpengaruh pada ICH.2 Hipertensi dan antikoagulan oral adalah faktor risiko utama.3
Insidensi ICH di Asia lebih tinggi dbandingkan lainnya karena perawatan di fasilitas
kesehatan primer yang terbatas dan kepatuhan yang kurang terhadap hipertensi.4
Epidemiologi
Setiap tahun, ada sekitar 800.000 kasus baru dengan stroke dan diperkirakan
130.000 orang meninggal karena stroke di USA. Meskipun stroke iskemik adalah
bentuk yang paling banyak, namun 10-15% dari stroke adalah perdarahan intrasebral
(ICH) dan ICH merupakan penyebab stroke terbanyak di Asia. 5 Stroke perdarahan
menyumbang sekitar 11% dari stroke di negara-negara berpenghasilan tinggi tetapi
22% di negara berpenghasilan rendah dan menengah, 1 dimana 75% dari kematian
karena stroke hemoragik terjadi. Stroke perdarahan intraserebral (ICH) adalah tipe
terbanyak yang sering dari stroke perdarahan dan miliki prognosis yang buruk:
hampir setengah dari pasien meninggal di bulan pertama dan 80% pasien bergantung
pada pengasuh.6 Menurut “Beban Global Penyakit, Laporan Cedera dan Faktor
Risiko”, ada 5,3 juta kasus dan lebih dari 3,0 juta kematian akibat ICH di seluruh
dunia pada 2010. Rentang tingkat fatalitas kasus dari 35% pada hari ke 7 menjadi
59% pada 1 tahun. Setengah dari kasus meninggal dalam 48 jam pertama setelah
timbul gejala.9
Stroke tetap menjadi salah satu dari lima penyebab utama kematian di setiap
negara. Selain itu, stroke juga menyebabkan cacat fisik, emosional dan kognitif.
Stroke menjadi 10 penyebab utama kecacatan terlepas dari status pembangunan
negara.8 Korban sering dibiarkan dengan kecacatan parah, dengan kurang dari 40%
pasien yang mendaptkan kembali kemandirian fungsionalnya.9
Pengertian
Patofisiologi
- Autoregulasi otak
14
mmHg, menyebabkan mengantuk dan penurunan kesadaran. Sebaliknya, diatas 150
– 200 mmHg, aliran darah otak meningkat, yang dapat menyebabkan ensefalopati
hipertensi. Pada individu dengan hipertensi kronis, batas bawah dari rentang
autoregulasi meningkat, sehingga aliran darah otak menurun pada tekanan darah
rata-rata kurang dari 100 mmHg. Dengan demikian, tekanan darah tinggi diperlukan
mempertahankan perfusi otak normal.
- Hipertensi kronis
Hipertensi kronis menyebabkan perubahan pada dinding penetrasi arteri serebral dan
arteriol. Terdiri dari lipohyalinosis (penebalan kolagen dan peradangan dinding
pembuluh darah) dan nekrosis fibrinoid (kerusakan dinding pembuluh darah dengan
peradangan perivaskular), yang berhubungan dengan stroke iskemik dan juga dapat
menyebabkan perkembangan dari aneurisma, yang merupakan predisposisi
perdarahan.
- Hipertensi akut
Peran peningkatan tekanan darah akut dalam perdarahan intraserebral tidak bisa
dipastikan. Sebagian besar hipertensi setelah perdarahan intrasebral, tetapi ini
mungkin terjadi karena kombinasi hipertensi kronis awal dan respon vasopresor
terhadap peningkatan tekanan intrakranial (refleks Cushing). Beberapa pasien
dengan perdarahan inrasebral tidak memiliki riwayat hipertensi.
- Efek Hematoma
15
Perjalanan terjadinya perdarahan di dalam parenkim otak bervariasi, kompleks dan
simultan. Terbagi dalam beberapa fase, yaitu:3
Hipertensi merupakan faktor risiko ICH yang utama. Hampir 80% pasien
dengan ICH mengalami hipertensi pada saat masuk dan sebagian besar
memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi kronis memicu tekanan mekanik
konstan ke arteriol otak, yang memnyebabkan hiperplasia sel otot polos. Sel-
sel otot mati, digantikan oleh kolagen, dinding arteri melemah, membuat
rentan terhadap stasis, oklusi dan ruptur.
Lokasi yang berisiko tinggi untuk perubahan ini adalah bifurkasi atau cabang
arteri, seperti lenticulostriate, thalamus, dan batang otak yang mengalami
perforasi, sehingga menjelaskan lokasi hematoma yang paling umum.
- Fase hematoma
16
- Perkembangan edema
Patogenesis
ICH dapat terjadi di semua parenkim otak. Tempat yang paling sering adalah
korteks, basal ganglia dan kapsula interna, thalamus, brain stem, dan cerebellar.
Perdarahan biasanya berhenti cepat setelah kejadian awalnya, tetapi pada sebagian
kecil pasien hematoma yang terjadi terus berlanjut, biasanya dalam jam-jam pertama
onset; ekspansi dalam 24 jam tidak biasanya terjadi.1
Sekali terbentuk hematom, edema otak vasogenik terbentuk di sekitar clot dan
secara osmotic serum protein secara aktif keluar dari hematom. Edema ini mencapai
puncak dalam 48 jam dan mulai mengalami reoslusi dalam 5 hari.1
Pada pasien ICH dengan hipertensi, darah berasal dari bifurcatio arteri yang
kecil dan bercabang-cabang yang mengalami scar dan degenerasi. Letak perdarahan
biasanya pada struktur otak bagian dalam misalnya basal ganglia, kapsula interna,
pons dan thalamus. Perdarahan yang terjadi pada white matter dekat dengan korteks
biasanya hasil CAA (Cerebral Amyloid Angiopathy) terjadi pada orang tua dan bukan
hipertensi.1
ICH bisa juga disebabkan karena adanya kelainan bentuk vascular misalanya
AVM (Arteriovenous Malformation), AVF (Arteriovenous Fistula), micro AVM
seperti cavernous angioma. Lokasi ICH ini bisa lobar atau dalam dan biasanya tidak
berhubungan dengan hipertensi.1
ICH dapat juga terjadi pada pasien tumor otak baik primer maupun metastase,
penggunaan obat-obatan simpatomimetik serta antikoagulan yang lama, begitu juga
tindakan revaskularisasi cerebral misalnya carotid enadarterectomy.1
17
Gambar 1. Tempat perdarahan yang khas pada ICH.3
Klasifikasi
ICH lobar umumnya hasil dari CAA (Cerebral Amyloid Angiopathy). Deposisi
amiloid dalam perforator kortikal berukuran kecil hingga sedang dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah ini, yang menyebabkan perdarahan mikro tanoa gejala atau
perdarahan lobar simmptomatik. ICH non-lobar paling sering merupakan akibat dari
tekanan darah tinggi yang telah berlangsung lama yang mengakibatkan lipohyalinosis
dari arteri-arteri kecil berlubang dari basal ganglia, thalamus, pons dan cerebellum,
menyebabkan perdarahan yang dalam, seringkali dengan perluasan ke ventrikel.
Lokasi ICH hipertensi yang paling umum adalah putamen, thalamus, subkortikal
white matter, pons dan cerebellum.4
ICH sekunder dikaitkan dengan sejumlah kongenital dan kondisi yang didapat
seperti malformasi vaskular, tumor, gangguan koagulasi, penggunaan antikoagulan
dan agen trombolitik, vaskulitis serebral, penyalahgunaan obat dan trombosis vena
serebral.4
18
Gambar 2. Lokasi khas pada ICH hipertensi adalah (A) putamen, (B) thalamus,
(C) subkortikal white matter, (D) pons, dan (E) serebellum. Perdarahan
thalamus dan subkortikal sering menyebar ke ventrikel (B dan C). CAA,
penyalahgunaan obat atau anomali vaskular sering menyebabkan ICH lobar.4
Faktor risiko paling penting yang dapat dimodifikasi pada ICH spontan adalah
hipertensi kronis. Hipertensi kronis terdapat pada 50-70% pasien yang menderita
ICH. Pasien dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik
> 110 mmHg memiliki 5,5 (95% CI 3,0-10,0) kali peningkatan ICH, dibandingkan
dengan pasien normotensif. Selain hipertensi, deposisi serebrovascular amiloid
(misalnya cerebral amyloid angiopathy) dikaitkan dengan ICH pada pasien dengan
usia yang lebih tua. Perdarahan intrakranial yang berhubungan dengan serebral
amiloid angiopati jarang terjadi pada subjek yang berusia kurang dari 60 tahun.9
19
dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Faktor risiko lainnya
termasuk usia (yaitu, usia 50 tahun dikaitkan dengan peningkatan 2 kali lipat insiden
ICH) dan peningkatan asupan alkohol.9
1. Onset akut dari defisit neurologis fokal yang memberat sampai koma dalam
menit sampai jam.
3. Pada non hipertensi terdapat anamnesa demensia pada usia tua curiga CAA.
5. Riwayat kejang ataupun bruit cranial curiga suatu sebab malformasi vascular.
6. Riwayat medis seperti hipertensi, stroke sebelumnya dan trauma kepala baru-
baru ini.
Pemeriksaan Klinis
20
Pada perdarahan intraserebral dapat dijumpai: 1,10
1. Hipertensi sering dijumpai dengan keadaan klinis yang berat dan sering
memberat sampai koma dan meninggal. Tekanan darah sitolik lebih besar dari
220 mmHg, dan penurunan kesadaran dengan onset mendadak, ICH harus
dipertimbangkan.
Pemeriksaan Diagnosis1,10
1. Tes laboratorium: tes faal koagulasi, darah lengkap, fungsi hati dan ginjal,
toksikologi urine, EKG, analisa gas darah.
2. Pemeriksaan imaging: foto thorax dan gold standar dengan CT scan kepala.
CT scan kepala menjadi standar utama untuk mengidentifkasi perdarahan akut.
MRI (magnetic resonance imaging) dapat menjadi alternatif dengan
keuntungan dapat membedakan antara tahap perdarahan akut dan kronis. CT
scan kepala dengan kontras dapat dipertimbangkan untuk membantu
mengidentifikasi pasien yang berisiko untuk ekspansi hematoma.
3. Angiografi dan venografi: dilakukan pada ICH di usia muda < 50 tahun
dengan ICH yang belum diketahui faktor risikonya curiga suatu malformasi
vaskuler otak.
Pengunaan rutin skala penilaian klinis ICH untuk menilai tingkat perahan awal
berguna dalam standarisasi awal penilaian. Sistem penilaian memungkinkan
stratifikasi risiko berdasarkan karakteristik presentasi pasien. Skor ICH (Tabel 1)
adalah skala penilaian ICH yang paling banyak digunakan dan divalidasi secara
ekstrenal.9 Prediksi klinis kematian dalam 30 hari perawatan pasien ICH ditentukan
21
dengan skor ICH yang terdiri dari umur, tingkat kesadaran, volume perdarahan, lokasi
perdarahan, dan ekstensi perdarahan pada ruang ventrikel otak.1
0 0
1 13
2 26
3 72
4 97
5 100
Tatalaksana
22
Tatalaksana konservatif
Tatalaksana konservatif pada pasien ICH adalah pada pasien dengan perdarahan
kecil (<10 cm) atau defisit neurologis minimal, pasien ICH dengan GCS < 4, kecuali
pasien perdarahan serebellar disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life
saving.1 Manajemen awal peradarahan intraserebral meliputi dukungan jalan napas
dengan bantuan ventilasi jika diperlukan dan pengobatan hipertensi. Mengurangi
tekanan darah sistolik menjadi ~ 140 mmHg, penurunan lebih dari 1 jam tidak
mengganggu perfusi daerah perihematoma, sama amannya dengan pengurangan yang
lebih sederhana hingga ~ 180 mmHg selama 6 jam, dapat membuat prognosis yang
lebih baik. Obat antihipertensi yang dapat digunakan adalah labetalol dan nicardipine.
Baik kortikosteroid maupun agen antiedema tidak efektif, dan pemberian
antikonvulsan profilaksis tidak dianjurkan.7
2. Terapi khusus:
- Hipertensi
Bila tekanan darah sistolik >220 mmHg diastolik >140 mmHg, atau MAP
rerata >145 mmHg dapat diberikan antihipertensi parenteral dengan
nikardipin, diltiazem, atau labetalol. Bila tekanan darah sistolik 180-220
mmHg atau diastolik 105-140 mmHg, atau MAP rerata 130 mmHg dapat
diberikan juga obat antihipertensi seperti diatas. Bila tekanan darah sistolik
<180 mmHg diastolik <105, tangguhkan pemberian antihipertensi. Pada fase
akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-25% dari MAP
rerata dalam 1 jam pertama.1
- Kejang
Pada saat kejang diberikan injeksi diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg,
diikuti oleh fenitoin loading dose 15-20 mg/kg/menit dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit dan diberikan dosis maintenance 5 mg/kg/hari.
Apabila kejang tidak teratasi perlu dirawat ICU.1
23
- Kenaikan tekanan intrakranial
Akibat penekanan massa hematom yang besar pada jaringan otak yang
berdekatan akan menimbulkan peningkatan tekanan intrakaranial. Biasanya
timbul dalam 48 jam pertama dan dapat berlangsung dalam 2 minggu setelah
perdarahan awal. Ditandai dengan adanya perburukan gejala neurologis dan
gambaran CT scan kepala ulangan adanya gambarana impending herniasi.
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah:1
a. Non-medikamentosa:
Mencegah konstipasi
b. Medikamentosa
Tatalaksana operatif
24
3. Pasien usia dengan perdarahan lobar sedang-besar yang memburuk.
PEMBAHASAN
25
umum kedua, terhitung 10-50% kasus.9 ICH memiliki angka morbiditas dan
mortalitas lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik.2 Penyebab ICH antara lain
hipertensi, kelainan pembuluh darah, dan kelainan faktor pembekuan darah.1
Keluhan utama pada pasien Ny. M, 41 tahun adalah kelemahan tubuh sebelah
kiri secara tiba-tiba saat beraktifitas sejak 1 hari yang lalu. Tangan dan kaki sebelah
kiri tidak dapat digerakkan. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, dirasakan sejak 1 hari
yang lalu, nyeri kepala dirasakan di seluruh bagian kepal, seperti terasa berat dan
dirasakan terus-menerus. Hal ini sesuai dengan gejala ICH yaitu berupa defisit
neurologis fokal akut yang disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
(seperti nyeri kepala dan muntah proyektil).1 Pasien juga memiliki riwayat hipertensi
sejak 6 bulan terakhir dan tidak kontrol rutin.
26
dislipdemia, pasien mendapatkan terapi atorvastatin 1 x 20 mg. Setelah 5 hari
perawatan di rumah sakit, pasien diperbolehkan pulang dan diberikan terapi untuk di
rumah berupa tablet piracetam 1 x 400 mg, vitamin B complex 1 x 1, concor 2 x 2,5
mg, atorvastatin 1 x 20 mg, ramipril 1 x 2,5 mg dan tablet Furosemide 1x1.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Margono IS, Djohan A. 2011. Perdarahan Intraserebral (PIS) dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Saraf. Airlangga University Press: Surabaya; hal. 101-103.
2. Biller J, Garg R. Recent advances in spontaneous intracerebral hemorrhage. F1000
Research 2019; 8: 302.
3. Godoy DA, Pinero GR, Koller P, et al. Steps to consider in the approach and
management of critically ill patient with spontaneous intracerebral hemorrhage.
World Journal of Critical Care Medicine 2015; 4(3): 213-229.
4. Dastur CK, Yu W. Current management of spontaneous intracerebral
haemorrhage. Stroke and Vascular Neurology 2017; 2: e000047.
5. Keep RF, Zhou N, Xiang J, et al. Vascular disruption and blood-brain barrier
dysfunction in intracerebral hemorrhage. Fluids and Barriers of the CNS 2014; 11:
18.
6. Salman RA, Frantzias J, Lee RJ, et al. Absolute risk and predictors of the growth
of acute spontaneous intracerebral haemorrhage: a systematic review and meta-
analysis of individual patient data. Uptodate [Internet]. 2018 August. [disitasi 2020
Mei 20] Diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1016/S1474-4422(18)30253-9
7. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Intracerebral Hemorrhage. In: Clinical
Neurology. 9 edition. United States: McGraw-Hill Education; 2015. p. 395-399.
8. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Cerebrovascular Disease. In: Adams and
Victor’s Principles of Neurology. 10 edition. United States: McGraw-Hill
Education; 2015. p. 779-785.
9. De Oliveira Manoel et al. The critical care management of spontaneous intracranial
hemorrhage: a contemporary review. Critical care 2016; 20: 272.
10. Kim JY, Bae HJ. Spontaneous intracerebral hemorrhage: management. Journal of
Stroke 2017; 19(1): 28-39.
28