Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

STEMI ANTEROLATERAL

Disusun oleh:
Hiliando Hasiholan – 1920221154

Pembimbing:
dr. Retna Dewayani, Sp.JP

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam


RSUD CENGKARENG
Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
PERIODE 14 Juni – 14 Juli 2021
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn M
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 57 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Supir
• Pendidikan Terkahir : SD
• Status Pernikahan : Sudah Menikah
• Tanggal Masuk RS : 10 Juni 2021
• Tanggal Periksa : 16 Juni 2021
• Ruang Rawat : CVCU
• Pembiayaan : BPJS
ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ruang CVCU RSUD Cengkareng


pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2021 pukul 13.30

KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD rujukan dari PKM Tambora pada tanggal 10 Juni 2021
dengan keluhan nyeri dada
Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu
• Nyeri semakin memberat sejak 2 hari  Hipertensi (+)
yang lalu. Nyeri dada dirasa tiba-tiba  Diabetes Mellitus (+)
dan saat beristirahat ± 30 menit  Riw Penyakit Jantung sebelumnya (-)
• dada terasa panas dan seperti ditimpa  Asma (+)
beban, keringat dingin, sesak napas (+). Riw. Pengobatan: Amlodipin 1x5 mg, As.
Nyeri tidak menjalar ke leher, lengan, Mefenamat 2x500 mg, Glibenklamid 1x5
dan punggung belakang
mg
• . Batuk (-), demam (-), mual muntah
(+). Pasien didiagnosis awal dengan Talak awal di PKM: O2 Nasal Kanul 4
STEMI Anterolateral lpm, IVFD RL, Clopidogrel 4 tab, ISDN 1
tab, aspilet 4 tab

Riwayat Keluarga Riwayat Sosial-Ekonomi


• Tidak Ditanyakan • Pasien seorang perokok aktif
PEMERIKSAAN FISIK
1) Pemeriksaan di IGD 10/6/2021 Status generalis
• Keadaan Umum : Tampak Kepala : Normocephal
Sakit Sedang Mata : Refleks Cahaya +/+
• Kesadaran : CM, GCS 15; THT : Dbn
E4M6V5 Thorax : Pergerakan dada
simetris
• Tanda Vital Jantung : BJ I-II regular,
• Tekanan Darah : 141/97 murmur (-), gallop (-)
• Laju Nadi : 115 Paru : Rh (-/-), Wh (-/-)
• Laju Pernapasan : 22 Abdomen : Supel, BU (+)
• Suhu : 36.5 Ekstremitas : Akral hangat
• SpO2 : 90 %
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan di CVCU dilakukan pada tanggal 16 Juni 2021
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat
• Kesadaran : GCS 15 E4M6V5

Tanda Vital
 Tekanan Darah : 119/63 mmHg
 Laju Nadi : 68x/ menit, regular, kuat angkat
 Laju pernapasan : 24x/menit
 Suhu : 36,6 ºC
 SaO2 : 97%, tidak terpasang O2
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normocephal Thoraks
Rambut : alopesia (-), warna hitam-keabuan Pulmo Inspeksi : Normochest, retraksi
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), interkostalis (-/-), Simetris
sklera ikterik (-/-), hiperemis (-/- Palpasi : Vokal fremitus simetris
pupil bulat isokok 3 mm/ 3 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
mm, refleks cahaya pupil (+/+) Auskultasi :Suara Napas Vesikular (+/+),
Telinga : deformitas (-/-), othorrea (-/-) Rhonki (+/+), Wheezing (-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), discharge
Mulut : Sianosis (-/-), bibir kering (-/-), faring
hiperemis (-/-), Tonsil TI/TI, debris (-)
Leher : JVP tidak dilakukan, deviasi trakea (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Cor Abdomen Inspeksi : Distensi
Inspeksi : iktus kordis tidak Auskultasi : bising usus (+),
tampak, hematoma (-), laserasi (-) normal
Palpasi : iktus kordis teraba pulsasi, Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) regio
kuat angkat (+) epigastrium & hipokondrium, hepar tidak
Perkusi : teraba, lien tidak teraba
Batas Jantung kanan atas : ICS II LPSD Perkusi : Timpani seluruh region
Batas Jantung kiri atas : ICS II LMCS abdomen, pekak pada perbatasan hepar
Batas Jantung kanan bawah : ICS V LPSD
Batas Jantung kiri bawah : ICS V LMCS Ekstremitas: pitting edema (-), akral hangat,
Auskultasi : BJ SI dan SII capillary refill time < 2s, sianosis
regular, murmur (-),S3 gallop (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 Juni 2021
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.7 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 42 % 40 - 52
Leukosit 17.5 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 346 10^3/uL 150 - 440

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 1 0–1
Eosinofil 0 2–4
Batang 0 3–5
Segmen 75 50 – 70
Limfosit 19 25 – 40
Monosit 5 2–8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ELEKTROLIT
Natrium 137 mEq/L 136 - 146
Kalium 4.1 mEq/L 3.50 - 5.00
Chlorida 104 mEq/L 98 - 106
KIMIA KLINIK
Glukosa Sure Step 228 mg/dL < 100
Ureum 31 mg/dL 18 - 55
Kreatinin 1.1 mg/dL 0.7 – 1.2
eGFR 73.5mL/min ≥ 90
CK-MB 66 U/L < 24
Troponin 4.550 < 0.034
SEROLOGI
Crp Kuantitatif 1.01 mg/dL < 0.3
PEMERIKSAAN EKG
INTERPRETASI HASIL EKG
• Irama : sinus
• Laju QRS : 85
• Regularitas : reguler
• Interval PR : 0,16 detik
• Axis : Normal axis
• Morfologi :
• Gelombang P : normal, durasi 0,08 detik, amplitudo
1 mm
• Kompleks QRS : normal, durasi 0,08 detik,
amplitudo 4 mm
• Segmen ST : terdapat ST elevasi di lead I, V1, V2,
dan V3
• Gelombang T : terdapat T inversi di lead V1-V5
PEMERIKSAAN EKG 1 JAM POST
STREPTOKINASE
DIAGNOSIS KERJA

Chest Pain e.c STEMI ANTERIOLATERAL


HIPERTENSI
Riwayat DIABETES MELLITUS
TATALAKSANA
Tatalakasana Awal PKM
- O2 nasal kasul 4 lpm
- IVFD RL
- Clopidogrel 4 tab
- Aspilet 4 tab
- ISDN 1 tab Sublingual

Tatalakasana Awal IGD


- O2 nasal kasul 3 lpm
Tatalaksana Lanjutan di IGD
- Rontgen thorax
- Streptokinase 1.5 Jt  1 jam EKG Ulang
Planning
- Lasix 2 amp  kalau urin tidak ada  DRIP
 EKG
- Atorvastatin 40 mg
 Hematologi I, GDS, Ur/Cr, elektrolit, Swab Ag,
- Morfin 2 mg IV bolus
CRP, CKMB, Troponin
Ro Thorax - Sesak dan nyeri dada masih  Cedocard 3 mg
FOLLOW UP
Assessment ruang CVCU
(12 Juni 2021)
ANAMNESIS DIAGNOSIS
• Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak berkurang Chest Pain e.c STEMI post Streptokinase

PEMERIKSAAN FISIK TATALAKSANA:


• Pemeriksaan Umum Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat Lasix 1x1 amp
• Kesadaran : Compos mentis CPG 1x1 tab
• Tekanan Darah : 112/71 mmHg Aspilet 1x1 tab
• Nadi : 101 x/menit Atorvastatin 1x 40 mg
• Pernapasan : 23 x/menit Ramipril 1 x 2.5 mg
• Suhu : 37°C Bisoprolol 1 x 2.5 mg
• SpO2 : 97% Laxadine 3x1 sdm
Ranitidine 2x1amp
Spironolakton 1 x 25 mg
Swab PCR untuk di PCI hari Senin
FOLLOW UP
Assessment ruang CVCU
(13 Juni 2021)
ANAMNESIS DIAGNOSIS
• Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak berkurang Chest Pain e.c STEMI post Streptokinase

PEMERIKSAAN FISIK TATALAKSANA:


• Pemeriksaan Umum Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
• Kesadaran : Compos Mentis Lasix 1x1 amp
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg CPG 1x1 tab
• Nadi : 100 x/menit Aspilet 1x1 tab
• Pernapasan : 24 x/menit Atorvastatin 1x 40 mg
• Suhu : 36.6°C Ramipril 1 x 2.5 mg
Bisoprolol 1 x 2.5 mg
Laxadine 3x1 sdm
Ranitidine 2x1amp
Spironolakton 1 x 25 mg
Swab PCR untuk di PCI hari Senin
Hasil Laboratorium 13 Juni 2021
KIMIA KLINIK
Kolesterol Total 243 mg/dL < 200
Trigliserida 129 mg/dL < 150
Kolesterol HDL 34 mg/dL > 45
Kolesterol LDL 190 mL/min < 100
GDP 228 mg/dL < 110
Glukosa 2 jam PP 295 mg/dL < 140
FOLLOW UP
Assessment ruang CVCU
(14 Juni 2021)
ANAMNESIS DIAGNOSIS
• Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak berkurang Chest Pain e.c STEMI post Streptokinase

PEMERIKSAAN FISIK TATALAKSANA:


• Pemeriksaan Umum Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat Lasix 1x1 amp
• Kesadaran : Compos mentis CPG 1x1 tab
• Tekanan Darah : 110/60 mmHg Aspilet 1x1 tab
• Nadi : 100 x/menit Atorvastatin 1x 40 mg
• Pernapasan : 26 x/menit Ramipril 1 x 2.5 mg
• Suhu : 37°C Bisoprolol 1 x 2.5 mg
Laxadine 3x1 sdm
Ranitidine 2x1amp
Spironolakton 1 x 25 mg
Swab PCR untuk di PCI hari Senin
FOLLOW UP
Assessment ruang CVCU
(15 Juni 2021)
ANAMNESIS DIAGNOSIS
• Pasien tidak ada keluhan. Dilakukan PCI di Cathlab Chest Pain e.c STEMI post Streptokinase, post PCI
RSUD Cengkareng pukul 10.45
TATALAKSANA:
PEMERIKSAAN FISIK Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
• Pemeriksaan Umum Lasix 1x1 amp
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat CPG 1x75 mg
• Kesadaran : Compos mentis Aspilet 1x80 mg
• Tekanan Darah : 123/75 mmHg Atorvastatin 1x 40 mg
• Nadi : 66 x/menit Ramipril 1 x 5 mg
• Pernapasan : 18 x/menit Bisoprolol 1 x 25 mg
• Suhu : 37°C Laxadine 3x2 sdm
Ranitidine 2x1 amp
Spironolakton 1 x 25 mg
Brilinta 2x90 mg
Hasil PCI 15 Juni 2021
FOLLOW UP
Assessment ruang CVCU
(17 Juni 2021)
ANAMNESIS DIAGNOSIS
• Pasien mengatakan sesak berkurang, nyeri dada (-), Chest Pain e.c STEMI post Streptokinase
mual/muntah (-), batuk (-), lemas
TATALAKSANA:
PEMERIKSAAN FISIK Terpasang Nasal Kanul 3 LPM
• Pemeriksaan Umum Lasix 1x1 amp
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat CPG 1x75 mg
• Kesadaran : Compos mentis Aspilet 1x80 mg
• Tekanan Darah : 106/58 mmHg Atorvastatin 1x 40 mg
• Nadi : 62 x/menit Ramipril 1 x 5 mg
• Pernapasan : 24 x/menit Bisoprolol 1 x 25 mg
• Suhu : 36.8°C Laxadine 3x2 sdm
• SpO2 : 98% Ranitidine 2x1 amp
Spironolakton 1 x 25 mg
Brilinta 2x90 mg
PEMBAHASAN

• Adanya nyeri dada pada pasien


perlu kita curigai sebagai gejala
Infark Miokard.
• Namun perlu digali lebih lanjut
karakteristik nyeri dada itu sendiri
PEMBAHASAN
• Nyeri dada dirasa tiba-tiba, semakin memberat dan saat beristirahat
± 30 menit, rasanya dada terasa panas dan seperti ditimpa beban,
keringat dingin, sesak napas (+), mual muntah (+). Nyeri tidak
menjalar ke leher, lengan, dan punggung belakang
• Gejala nyeri dada tersebut mengarah pada angina pektoris dan menjadi
perlu dicurigai telah terjadi infark miokard. Sehingga semakin
dicurigai pasien mengalami SKA
PEMBAHASAN
• Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes
Mellitus. Pasien juga seorang perokok aktif
• Riwayat penyakit dan keadaan sosio-ekonomi menjadi faktor risiko
dari SKA. Temuan ini semakin memperkuat diagnosis SKA
PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan atau gangguan


signifikan, hanya TD nya cukup meningkat menandakan adanya
Hipertensi. Tidak adanya suara S3, ronki basah halus atau
hipotensi menandakan pasien tidak mengalami komplikasi dari
sakitnya yang masih dicurigai SKA
PEMBAHASAN
• Pada hasil pemeriksaan EKG dan interpretasinya didapatkan diagnosis
kerja STEMI anteriolateral karena terdapat elevasi segmen ST pada
lead I, V1-V3
PEMBAHASAN
• Setelah melakukan Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
EKG maka sudah bisa ditegakkan diagnosis STEMI
• Selain itu perlu diperhatikan juga beberapa penyakit penyerta pada
pasien, pada kasus ini seperti Hipertensi dan DM nya
• Setelah menegakkan diagnosis harus melakukan Terapi Awal MONA
(Morfin, Oksigen, Nitrogliserin, dan Aspirin)
TINJAUAN PUSTAKA
ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)
Sebuah manifestasi akut plak atheroma coroner yang pecah atau robek
diikuti penggumpalan dan koagulasi yang menyumbat lumen coroner 
berkurangnya aliran darah koroner yang menyebabkan iskemia
miokardium (Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)

Sindrom Koroner Akut adalah penurunan aliran darah di arteri coroner


sehingga otot jantung tidak dapat berfungsi dengan baik atau mati
(Sanjani & Nurkusumasari, 2020)
Klasifikasi Sindrom
Koroner Akut
Berdasarkan Anamnesis, PF, EKG,
dan Biomarker Jantung, SKA
dibagi menjadi
1. Infark Miokard Akut dengan
elevasi segmen ST
2. Infark Miokard Akut non-
elevasi segmen ST
3. Angina pektoris tidak stabil
(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)

Acute coronary syndrome: optimising management through risk assessment | RCP Journals
ETIOLOGI

Acute Coronary Syndrome (ACS) Definitions - Stable ... | GrepMed


PATOGENESIS
PATOGENESIS
EPIDEMIOLOGI & FAKTOR RISIKO
• Penyakit kardiovaskular Faktor Risiko tidak Faktor yang bisa
penyebab kematian No 1 bisa diubah diubah
di dunia (17.9 jt/tahun)
pada tahun 2019 (32%) • Usia • Merokok
• Indonesia pada tahun 2013 • gender • dislipidemia
 883.447 orang, • Riwayat keluarga • Hipertensi
berdasarkan diagnosis • Pria botak • Obesitas
dokter sekitar 1.5% • DM
(2.650.340 orang) • Aktivitas fisik
kurang (sedentary)
Pusdatin Kemenkes RI Situasi Kesehatan Jantung
Cardiovascular diseases (who.int) Mechanic, Gavin, Grossman, 2021, Acute Myocardial Infarction - StatPearls
- NCBI Bookshelf (nih.gov)
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan EKG
4. Pemeriksaan biomarker jantung
5. Pemeriksaan Lab
6. Pemeriksaan Non-invasif
7. Pemeriksaan invasif
8. Pemeriksaan foto polos dada

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


DIAGNOSIS: ANAMNESIS
Keluhan  Atipikal atau Tipikal?

TIPIKAL ATIPIKAL
1. Rasa tertekan/berat daerah 1. Penjalaran angina atipikal
retrosternal, menjalar ke lengan 2. Sesak napas atau rasa lemah
kiri, leher, rahang, area mendadak
intrascapular bahu, atau 3. Disertai diaforesis (keringat
epigastriium dingin), mual/muntah, sesak
2. Berlangsung intermitten atau napas, nyeri abdominal, dan
persisten (>20 menit) sinkop
3. Disertai diaforesis (keringat
dingin), mual/muntah, sesak
napas, nyeri abdominal, dan
sinkop
(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)
DIAGNOSIS: PEMERIKSAAN FISIK
• Identifikasi fakor pencetus iskemia, komplikasi, penyakit penyerta,
dan menyingkirkan DD
• Identifikasi Komplikasi:
1. Regurgitasi katup mitral
2. Suara S3
3. Ronkhi basah halus
4. hipotensi

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


DIAGNOSIS: EKG
• Rekaman EKG  <10 menit,
diulang setiap ada angina
• Gambaran EKG:
 Normal – non-diagnostic
 Left Bundle Branch Block (LBBB)
 Elevasi segmen ST persisten
maupun tidak
 Depresi segmen ST dengan atau
tanpa inversi T Wave

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


DIAGNOSIS: Biomarker Jantung
• CKMB (Creatinine Kinase-MB) atau troponin  nekrosis miosit jantung
• Pemeriksaan CK-MB atau Troponin I/T  kadar normal 4 – 6 jam pasca
onset SKA, maka diulang 8 – 12 jam
DIAGNOSIS: PEMERIKSAAN INVASIF
& NON-INVASIF
Pemeriksaan Invasif Pemeriksaan Non-Invasif
 Angiografi Koroner  Pemeriksa ECG saat istirahat 
 Penemuan: eksentrisitas, batas gambaran fungsi ventrikel kiri
ireguler, ulserasi, penampakan  Stress test  EKG exercise:
yang kabur, dan filling defect dgn menyingkirkan DD PJK
kesan adanya thrombus Obstruktif pada pasien tanpa
intrakoroner nyeri, EKG istirahat normal, dan
marka jantung (-)

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


DIAGNOSIS BANDING
• Kardiomiopati hipertrofik atau penyakit katup jantung
• Miokarditis dan pericarditis
• Stroke
• Non-kardiak: emboli paru dan diseksi aorta

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


Tindakan Umum – Langkah Awal
• Terapi awal: Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (MONA)  tidak harus
diberikan semua atau bersamaan
1. Bed Rest
2. Evaluasi Sp O2  <90%  indikasi pemberian O2
3. Aspirin 160 – 320 mg (kepada semua pasien)
4. Inhibitor Reseptor ADP:
• Ticagrelor 180 mg, kecuali pada STEMI
• Clopidogrel 300 mg  dosis maintenance 75 mg/hari
5. Nitrogliserin: tablet sublingual  nyeri dada, alternatif: ISDN
6. Morfin sulfat 1 – 5 mg IV, bisa diulang tiap 10 – 30 menit
(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)
ACS: ANTI ISKEMIA (β-Blocker)
• Keuntungan: efek terhadap reseptor β  turun konsumsi oksigen miokardium
• Tidak diberikan: gang konduksi AV, asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel
kiri
• β-Blocker direkomendasikan: hipertensi dan atau dgn takikardia, disfungsi
ventrikel kiri
ACS: NITRAT

• Keuntungan: dilatasi vena 


preload berkurang. Efek lain
dilatasi pembuluh darah coroner
• Menghilangkan keluhan akut
angina  sublingual tiap 5 menit
maks 3x  pertimbangkan Nitrat
IV
• Indikasi: iskemia persisten, gagal
jantung, atau hipertensi 48 jam
APTS/NSTEMI
ACS: CALCIUM-CHANNEL BLOCKER
• Vasodilator arteri  sedikit atau dengan efek pada nodus SA atau AV
• CCB - dihidropiridin: Obat pilihan angina vasospastik
ACS: STATIN
• Diberikan tanpa melihat LDL dan harus diberikan pada penderita
APTS/NSTEMI
• Terapi intensitas tinggi hendaknya dimulai secara dini
STEMI
• Krakteristik utama: angina tipikal + perubahan EKG (elevasi segmen
ST)
• Diagnosis kerja yang bisa dibuat bila:
• Nyeri dada 20 menit atau lebih  tdk membaik bila diberi nitrogliserin
• Riwayat PJK dan penjalaran nyeri ke leher, pergelangan tangan, rahang
bawah, atau lengan kanan
• Penetapan diagnosis: EKG

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: Perawatan Gawat Darurat
• Penanganan pasien STEMI 
terapi reperfusi secepatnya Waktu Kontak medis – perekaman EKG: ≤ 10 menit
secara efektif
• Bila memungkingkan faskes
punya pelayanan IKP (intervensi Waktu kontak medis – pemberian reperfusi
coroner perkutan atau
• Fibrinolisis ≤ 30 menit
Percutaneous Coronary • IKP primer ≤ 90 menit, jika perlu diantar ≤ 120 menit
Intervention) dan sesegera
mungkin (< 90 menit) sejak
panggilan awal

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)
STEMI: Penanganan Reperfusi
• Terapi segera baik IKP (PCI) atau farmakologis  pasien dengan
gejala yang timbul dlm 12 jam dgn elevasi segmen ST atau left
bundle branch block (LBBB)
• Indikasi bila: bukti klinis atau EKG lebih dari 12 jam
• Fibrinolitik  10 menit setelah diagnosis STEMI + alternatif IKP
primer bila faskes dengan IKP > 2 jam
• IKP primer (PCI)  IKP dengan balloon, stent atau alat lainnya tanpa
terapi fibrinolitik sebelumnya

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: IKP (PCI) Indikasi IKP Primer
• Gagal jantung akut yang berat
• Syok kardiogenik
• Pada gejala > 12 jam
 EKG menunjukkan iskemia msh berlangsung
 Nyeri sedang berlangsung + perubahan EKG yang dinamis
 Nyeri sedang berlangsung + gejala/tanda gagal jantung, syok, atau
aritmia maligna

Tidak disarankan: IKP secara rutin pada arteri yang telah


tersumbat > 24 jam setelah onset gejala pada pasien yang stabil
tanpa gejala iskemik, baik sudah atau belum diberi fibrinolitik

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: IKP (PCI)  Antikoagulan -
Antiplatelet
• Sebelum dilakukan IKP primer diberikan farmakoterapi periprosedural
 terapi antiplatelet ganda berupa aspirin dan penghambat reseptor
ADP disertai antikoagulan
• Pilihan inhibitor reseptor ADP:
1. Ticagrelor loading dose 180 mg  dosis maintenance 90 mg 2x/hari
2. Clopidogrel: high dose 600 mg  75 mg/hari

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: IKP (PCI)  Antikoagulan - Antiplatelet
• Antikoagulan IV:
1. Heparin: unfractioned Heparin (UH)
2. Enoxaparin
3. Fondaparinux tidak disarankan

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: IKP (PCI)  FIBRINOLITIK
• Fibrinolitik: diberikan sejak 12 jam sejak onset gejala tanpa
kontraindikasi  dalam 120 IKP tidak bisa dilakukan
• Pada pasien datang segera (<2 jam) dgn infark besar dan risiko
perdarahan minimal
• Agen yang spesifik fibirin disarankan (Tenecteplase, alteplase,
reteplase) dibanding agen non-spesifik (Streptokinase)

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: IKP (PCI)  FIBRINOLITIK

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: TERAPI JANGKA PANJANG

• Kendalikan faktor risiko


• Terapi antiplatelet dosis rendah
• DAPT (Dual Anti Platelet Therapy)  12 bulan pasca kejadian
STEMI
• Beta-blocker indikasi: gagal ginjal atau disfungsi ventrikel kiri
• Statin intensitas tinggi segera setelah pasien masuk RS
• ACE-inhibito: gagal ginjal, DM, atau infark inferior, alternatif ARB
• Antagonis aldosterone bila EF < 40%

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


KOMPLIKASI STEMI
Gangguan Hemodinamik Gangguan Kardiak

Gagal Jantung Regurgitasi katup mitral


Hipotensi Ruptur jantung
Kongesti paru Ruptur Septum Ventrikel
Syok kardiogenik Infark Ventrikel Kanan
Aritmia dan gangguan Perikarditis
konduksi akut Aneurisma Ventrikel Kiri
Aritmia: supraventrikular & Trombus Ventrikel Kiri
ventrikular

(Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut, PERKI 2018)


STEMI: Prognostik
• Stratifikasi rasio berdasarkan indikator klinis gagal jantung 
komplikasi infark miokardium: predictor tingkat mortalitas
ALGORITMA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai