LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
Yoggy Adhitya Nusantara
1965050110
Dokter Pembimbing :
dr. Abitmer Gultom, Sp.OG
01 STATUS PASIEN
ANALISIS
02 TINJAUAN KASUS 03
PUSTAKA
01.
STATUS
PASIEN
Identitas Pasien
• Nama : Ny. D
• Usia : 21 Tahun
• No. RM : 00.11.03.95
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Gang Merpati, RT 03/ RW 01, Batu Ampar,
Kramatjati, Jakarta Timur
• Status Perkawinan : Menikah
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk : 09 Februari 2021
Anamnesis
Autoanamnesis : 09 Februari 2021
Keluhan Utama : Keluar air-air dari jalan lahir
Keluhan Tambahan : -Hamil 9 bulan
-Kencang-kencang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien wanita hamil 9 bulan datang ke IGD RS UKI dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir
sejak ± 8 jam SMRS.Air-air yang keluar berwarna kuning kehijauan tidak ada bau dan darah segar.
Pasien mengatakan keluar air – air ± 10 cc pasien mengatakan keluarnya air-air dirasakan terus
menerus saat istirahat dan beraktivitas namun keluhan memberat saat beraktivitas. Awalnya pasien
BAK setelah BAK pasien mengeluhkan keluar air-air yang dikira keputihan namun semakin lama
semakin banyak dan pada sore hari diperiksa di klinik pratama.
Pasien juga merasakan perut kencang-kencang sejak ± 10 jam SMRS, perut terasa kencang- kencang
dirasakan hilang timbul, perut terasa kencang- kencang setiap ± 10 menit , selama ± 60detik,
Keluhan dirasakan tidak berkurang saat istirahat.
Pasien menyangkal adanya riwayat jatuh sebelumnya dan berhubungan seksual dengan suami.
Riwayat Haid
•Haid pertama umur : 12 tahun
•Siklus haid : Teratur (28hari)
•Lamanya : 5-6 hari
•Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
dalam sehari
•HPHT : 11 Mei 2020
•Lamanya : 5 hari
•Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
dalam sehari
•Taksiran Persalinan : 18 Februari 2021
Riwayat Perkawinan
JANTUNG
PARU
•Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
•Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi iga -
•Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba pada
ICS V linea midclavicularis sinistra •Palpasi : Vokal fremitus simetris
•Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri •Perkusi : sonor/sonor
dalam batas normal
•Auskultasi : BND vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
•Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular,
murmur (-), gallop (-)
Objektif
Pemeriksaan Umum / Status Generalis
ABDOMEN EKSTERMITAS
•Inspeksi. :Perut tampak membesar, Sikatrik (-) •Superior : Akral hangat, CRT <2 detik,
•Auskultasi : Bising usus sulit dinilai edema -/-
•Palpasi : nyeri tekan (-) •Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik,
•Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-) edema -/-
Pemeriksaan Obstetrik (Pemeriksaan
Luar)
Inspeksi
• Mammae : Simetris kanan dan kiri, Pembesaran mammae (+/+) sesuai usia kehamilan, aereola
melebar hiperpigmentasi, inverted nipple (-/-), massa (-/-), ASI (+/+)
• Abdomen : Perut tampak membesar sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+), linea alba (-),
linea nigra (+), sikatriks (-)
• HIS : (-)
Diagnosis
Prognosis
Kehamilan : Bonam
Persalinan : Malam
Planning
• IVFD RL 12 tpm
• Ceftriaxon 2x1gr IV
• Pro SC
Follow Up
Harian
FOLLOW UP (PH: 1)
09/02/2021
S O A P
Kepala : normochepali
Mata: KA -/- SI -/-
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: pulmo dan COR DBN
Abdomen:
I: Perut tampak membesar sesuai masa kehamilan
A: BU sulit dinilai
P: pekak, Nyeri Ketok (-)
P: supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2 detik, edema-/-/-/-
Status Obstetri :
-Mammae : simetris, warna kulit sekitarnya sama, nyeri (-/-), massa (-/-),
retraksi puting susu (-/-), ASI (+/+)
- Abdomen: TFU ; 30 cm, nyeri (-), LP : 98 cm, Linea alba (-), Linea nigra (+),
striae (+), sikatriks (-)
- DJJ : 132 x / menit
Leopold 1 : bokong
Leopold 2 : punggung kiri
Leopold 3 : kepala
Leopold 4 : konvergen
PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Pasien mengeluh nyeri pada perut Status Generalis: VFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
bagian bawah di tempat luka bekas Ceftriaxone 2x1 gr Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
operasi (+), Perdaharan pervaginam KU: Tampak sakit sedang Kes: Compos mentis TD: 110/70 mmHg (IV) Lavit C 1x1 (IV)
(+) minimal, mual (-), muntah (-), N: 80xmenit (reguler, isi cukup, kuat angkat) RR: 21x/menit S: 36,9⁰C Lavit C 1x1 (IV) Fectic Supp 3x1
pasien sudah bisa memiringkan (axilla) SpO2 : 99% Fectic Supp 3x1
badannya sendiri secara perlahan.
Asi (+/+) sedikit, BAK normal, Kepala : normochepali
belum BAB sampai saat ini Flaktus Mata: KA -/- SI -/-
(+). Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: pulmo dan COR DBN
Abdomen:
I: perut tampak mendatar
A: BU (+) 3x/menit
P: Timpani, Nyeri Ketok (+) pada regio umbilicus
P: supel, nyeri tekan (+) pada area bekas operasi dan regio umbilicus
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2 detik, edema-/-/-/-
Status Purpuralis :
-Mammae : simetris, warna kulit sekitarnya sama, nyeri (-/-), massa (-/-),
retraksi puting susu (-/-), ASI (+/+)
- Abdomen:Kontraksi Uterus (+), tidak terlalu kuat, Fundus uteri teraba 2 jari
di bawah umbilicus, Luka operasi tertutup verban, darah yang merembes
keluar (-)Terpasang verban pada luka bekas operasi, rembesan darah (-)
- Genitalia : flour (-), fluksus (-), lochea rubra (+), Perdarahan pervaginam
minimal (+)
FOLLOW UP (PH: 3)
11/02/2021
S O A P
Pasien mengeluh nyeri pada perut Status Generalis: P1A0 post SCTP a.i Aff Infus + Kateter
bagian bawah di tempat luka bekas KPD Cefadroxil 3x500 mg (PO)
operasi sudah mulai berkurang (+), KU: Tampak sakit sedang Kes: Compos mentis TD: 117/75 mmHg Asam Mefenamat 3x500 mg
Perdaharan pervaginam (+) N: 86 xmenit (reguler, isi cukup, kuat angkat) RR: 20x/menit S: 36,3⁰C (PO)
minimal, mual (-), muntah (-), (axilla) SpO2 : 98% Inbion 1x1 (PO)
pasien sudah bisa berjalan sendiri
tetapi harus ditemani. Asi sudah Kepala : normochepali
keluar (+/+). BAK normal, belum Mata: KA -/- SI -/-
BAB sampai saat ini Flaktus (+). Leher: tidak ada pembesaran KGB
Thorax: pulmo dan COR DBN
Abdomen:
I: perut tampak mendatar
A: BU (+) 3x/menit
P: Timpani, Nyeri Ketok (+) pada regio umbilicus
P: supel, nyeri tekan (+) pada area bekas operasi dan regio umbilicus
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2 detik, edema-/-/-/-
Status Purpuralis :
-Mammae : simetris, warna kulit sekitarnya sama, nyeri (-/-), massa (-/-),
retraksi puting susu (-/-), ASI (+/+)
- Abdomen:Kontraksi Uterus (+), tidak terlalu kuat, Fundus uteri teraba 2 jari
di bawah umbilicus, Luka operasi tertutup verban, darah yang merembes
keluar (-)Terpasang verban pada luka bekas operasi, rembesan darah (-)
- Genitalia : flour (-), fluksus (-), lochea rubra (+), Perdarahan pervaginam
minimal (+)
02. TINJAUAN PUSTAKA
• Pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya
Ketuban persalinan.
• Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia
Pecah gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau
premature rupture of membranes (PROM) .
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016
Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya
pada kehamilan preterm.
❖Pasien berkulit hitam memiliki risiko > pasien kulit putih.
❖status sosioekonomi rendah,
FAKTOR ❖perokok,
❖riwayat infeksi menular seksual,
RESIKO ❖riwayat persalinan prematur,
❖riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya,
❖perdarahan pervaginam,
❖distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan
multipel dan polihidramnion).
Diagnosis
ANAMNESIS
PEMERIKSAA
N LUAR
PEMERIKSAA
PEMERIKSAA PEMERIKSAA PEMERIKSAA
N
N DALAM N OBSTETRIK N FISIK
PENUNJANG
PEMERIKSAA
N DENGAN Laboratorium
PEMERIKSAA
SPEKULUM Ultrasonografi
N UMUM
Cardiotokogram
1. Pooling
2. Nitrazine Test
3. Ferning
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi 3 hal:
• konfirmasi diagnosis
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016
Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 80% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti urin dan vaginal
discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan
cairan banyak dari jalan lahir.
Melalui anamnesis harus mengetahui :
•waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar,
• usia gestasi dan taksiran persalinan,
•riwayat KPD aterm sebelumnya,
• faktor risikonya .
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada Inspeksi biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini
akan makin jelas.
Pemeriksaan Fisik
Spekulum
❖Mengetahui pembukaan
SPEKULUM
Pemeriksaan dengan spekulum pada Ketuban Pecah Dini juga digunakan untuk mengambil sampel
cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan didiamkan dan cairan
amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun pakis.
• Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of Membranes. Acta Medica Iranica. [Online] 2017. Vol 41. No.3. Diunduh dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf
• Saifudin A.B. 2010. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 218-220.
Tatalaksana
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal
pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm pada
kehamilan dibawah 37 minggu.
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif.
penanganan dengan
pendekatan tanpa
intervensi
lebih aktif
mengintervensi
persalinan.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016
Tatalaksana
PROM <24 minggu
• rawat jalan jika pasien memilih manajemen hamil dan tidak ada infeksi
• Profilaksis GBS, tokolisis dan perlindungan saraf (magnesium sulfat) tidak dianjurkan sebelum
viabilitas.
ACOG Guidance Update: Diagnosis and Management of PROM (Prelabor Rupture of Membranes) - The ObG Project [Internet]. The ObG Project. 2020.
Tatalaksana
Preterm PROM di 24- 33 minggu
• Rawat inap
• Antibiotik latensi
• IV ampisilin (2 g setiap 6 jam) dan eritromisin (250 mg setiap 6 jam) selama 48 jam
• Amoksisilin oral (250 mg setiap 8 jam) erythromycin (333 mg setiap 8 jam) selama 5 hari.
ACOG Guidance Update: Diagnosis and Management of PROM (Prelabor Rupture of Membranes) - The ObG Project [Internet]. The ObG Project. 2020.
Tatalaksana
Term (≥ 37 minggu)
ACOG Guidance Update: Diagnosis and Management of PROM (Prelabor Rupture of Membranes) - The ObG Project [Internet]. The ObG Project. 2020.
Medikamentosa yang digunakan pada
KPD
Magnesium MAGENSIUM SULFAT IV
Untuk efek neuroproteksi pada PPROM < 31 Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus 2
minggu bila persalinan diperkirakan dalam waktu gram/jam untuk dosis pemeliharaan sampai
24 jam persalinan atau sampai 12 jam terapi
Kortikosteroid BETAMETHASONE
Untuk menurunkan risiko sindrom distress 12 mg IM setiap 24 jam, dikali 2 dosis jika
pernapasan betamethasone tidak tersedia, gunakan
deksamethason 6 mg IM setiap 12 jam
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016cc
AMPICILLIN 2 gram IV setiap 6 jam dan
ERYTHROMYCIN 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4 dosis diikuti dengan
AMOXICILLIN 250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
Antibiotik ERYTHROMYCIN 333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi ringan dengan
Untuk penisilin, dapat digunakan:
memperlama CEFAZOLIN 1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan
masa laten ERYTHROMYCIN 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan :
CEPHALEXIN 500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN 333 mg PO setiap 8 jam selama hari Jika alergi berat penisilin, dapat
diberikan
VANCOMYCIN 1 gram IV setiap 12 jam selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN 250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan
CLINDAMYCIN 300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal (HKFM), Ketuban Pecah Dini, Tahun 2016cc
03. ANLASIS KASUS
Pemeriksaan Anamnesis
KASUS TEORI
Pasien wanita hamil 9 bulan datang ke IGD RS UKI dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia 2016
keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak ± 8 jam
SMRS.Air-air yang keluar berwarna kuning kehijauan tidak •Ketuban pecah dini (KPD) diartikan sebagai pecahnya selaput
ada bau dan darah segar. Pasien mengatakan keluar air – air ketuban sebelum terjadinya persalinan.
± 10 cc pasien mengatakan keluarnya air-air dirasakan terus
menerus saat istirahat dan beraktivitas namun keluhan •KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM)
memberat saat beraktivitas. Awalnya pasien BAK setelah KESIMPULAN
BAK pasien mengeluhkan keluar air-air yang dikira Ketuban pecah dini yang terjadi pada atau setelah usia gestasi 37
keputihan namun semakin lama semakin banyak dan pada minggu
Berdasarkan anamnesis
sore hari diperiksa di klinik pratama. dengan teori, usia kandungan pasien sudah
•KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
cukup bulan (aterm) yaitu 9 bulan dan keluhan yang dirasakan oleh
Pasien juga merasakan perut kencang-kencang sejak ± 10 (PPROM).
pasiendirasakan
jam SMRS, perut terasa kencang- kencang mengarah kepada diagnosis ketuban pecah dini dan
hilang
timbul, perut terasa kencang- kencang setiapmenyatakan Ketubanada
± 10 menit , belum pecah dini yang terjadi
tanda-tanda sebelum usia gestasi 37 minggu
inpartu.
selama ± 60detik, Keluhan dirasakan tidak berkurang saat
istirahat.
KASUS TEORI
• Pada pemeriksaan obsterik tidak tampak • Pada Inspeksi biasa akan tampak keluarnya cairan
keluarnya cairan dari vagina dari vagina, bila ketuban baru pecah, dan jumlah
airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin
• Tidak dilakukannya pemeriksaan spekulum jelas.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia 2016
• Pada saat pemeriksaan obstetrik tidak tampak keluarnya cairan dari vagina
karena sudah kering dan mengalami ketuban pecah + 15 jam saat dilakukan
pemeriksaan.
• Tidak dilakukannya pemeriksaan spekulum sehingga tidak bisa untuk melihat
apakah ada keluar cairan dari orifisium uteri eksternum pasien.
Pemeriksaan Fisik
KASUS TEORI
Pasien melahirkan • Hipoglikemia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti penurunan jumlah
bayi dengan glukosa dalam aliran darah, berkurangnya penyimpanan glukosa, habisnya
simpanan glikogen (gula yang disimpan di hati), terhambatnya penggunaan
hipoglikemia, pasien glukosa oleh tubuh. Sedangkan pada bayi baru lahir kondisi yang menyebabkan
mengaku bahwa hipoglikemia adalah nutrisi ibu yang inadekuat, kelebihan insulin yang
diproduksi pada bayi dari ibu, penyakit hemolitik parah pada bayi baru lahir
selama masa (Hemolytic Disease of Newborn/ HDN), defek kongenital, asfiksia lahir dan
kehamilan sering penyakit hati.
mengkonsumsi
makanan dan
minuman yang
manis.
Hipoglikemia pada Neonatus
KASUS TEORI
Pasien melahirkan • Faktor risiko paling berpengaruh adalah berat lahir rendah 49% dan pemberian
bayi dengan makan inadekuat 35% sedangkan faktor risiko lain adalah usia prematuritas,
makrosomia, asfiksia, ibu dengan preeklamsia dan eklampsia, hipotermia,
hipoglikemia, pasien oligohidramnion, diabetes mellitus yang di derita ibu (Diabetes Gestasional),
mengaku bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terlambat yaitu > 2 jam setelah kelahiran.
selama masa
kehamilan sering
mengkonsumsi
makanan dan
minuman yang
manis.