Anda di halaman 1dari 9

Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

Penatalaksanaan Hipertensi Primer

Glenys Yulanda1, Rika Lisiswanti2


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Pendidikan Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi merupakan peningkatan sistolik >140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dengan prevalensi di Indonesia
sebesar 25,8%. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronik,
kerusakan retina maupun penyakit vaskuar perifer. Hipertensi terbagi menjadi dua hipertensi primer (esensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologinya tidak diketahui dengan prevalensi sebesar
90% pasien hipertensi. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas melalui
pendekatan terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi nonfarmakologi meliputi pengurangan berat badan untuk
individu yang obesitas, mengadopsi pola makan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH), diet rendah natrium,
aktifitas fisik dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Terapi farmakologi dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi
yang dapat dimulai dengan satu obat atau kombinasi obat hingga mencapai target penurunan tekanan darah. Komplikasi
hipertensi yang utama adalah penyakit kardiovaskular, yang dapat berupa penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke,
penyakit ginjal kronik, kerusakan retina mata, maupun penyakit vaskular perifer.

Kata kunci: DASH, hipertensi, hipertensi primer

Treatment of Primary Hypertension


Abstract
Hypertension is defined by increasing systolic more than 140 mmHg and diastolic blood pressure more than 90 mmHg on
two occasions with an interval of five minutes at rest. Hypertension is a global health issue with its prevalence is 25.8% in
Indonesia. Hypertension can lead to coronary heart disease, heart failure, stroke, chronic kidney disease, retinal damage
and peripheral vaskuar disease. Hypertension is divided to primary hypertension (essential) and secondary hypertension.
Primary hypertension is hypertension which etiology is still unknown with prevalence of 90% of hypertensive patients. The
general aim of hypertension treatment is to decrease mortality and morbidity through nonpharmacological and
pharmacological treatment approachment. Nonpharmacological therapies includes weight reduction for obese, adopting
dietary approaches to stop hypertension (DASH) diet, low-sodium diet, physical activity and restrict alcohol consumption.
Pharmacological therapy consist of using antihypertensive medications that can be started with a single drug nor
combination of drugs to reach a target blood pressure reduction. The main complications of hypertension which is
cardiovascular disease, which may include coronary heart disease, heart failure, stroke, chronic kidney disease, damage to
the retina , and diseases of peripheral vascular.

Keywords: DASH, hypertension, primary hypertension

Korespondensi: Glenys Yulanda, alamat Jalan Hayam Wuruk Gg. Binamarga No 27 Kedamaian Bandar Lampung, HP
082176706024, email glenys.yulanda@yahoo.com

Pendahuluan terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
adalah peningkatan tekanan darah sistolik peminatan hipertensi, pemerintah, swasta
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali dapat dikendalikan.2
pengukuran dengan selang waktu lima menit Hipertensi merupakan masalah
dalam keadaan cukup istirahat/tenang.1 kesehatan di dunia karena menjadi faktor risiko
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung utama dari penyakit kardiovaskular dan stroke.
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi disability adjusted life years (DALY).3 Sekitar
secara dini dan mendapat pengobatan yang 25% orang dewasa di Amerika Serikat
memadai. Banyak pasien hipertensi dengan menderita penyakit hipertensi pada tahun
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya 2011-2012. Tidak ada perbedaan prevalensi

Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 | 25


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi


terus meningkat berdasarkan usia: 5% usia 20- Isi
39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan 59,6% The Joint National Community on
untuk usia 60 tahun ke atas.4 Preventation, Detection, Evaluation and
Saat ini hipertensi merupakan tantangan Treatment of High Blood Preassure 7 (JNC-7),
besar di Indonesia karena merupakan kondisi WHO dan European Society of Hipertension
yang sering ditemukan pada pelayanan mendefinisikan hipertensi sebagai kondisi
kesehatan primer. Berdasarkan survey riset dimana tekanan darah sistolik seseorang lebih
dasar kesehatan nasional (Riskesdas) pada dari 140 mmHg atau tekanan darah
tahun 2013 hipertensi memiliki prevalensi yang diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Klasifikasi
tinggi, yaitu sebesar 25,8%.5 Komplikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa
hipertensi yang utama adalah penyakit (umur ≥ 18 tahun) dibagi menjadi 4 kategoti
kardiovaskular, yang dapat berupa penyakit yang didasarkan pada rerata pengukuran dua
jantung koroner, gagal jantung, stroke, tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
penyakit ginjal kronik, kerusakan retina mata, kunjungan klinis.7 (Tabel 1).
maupun penyakit vaskuar perifer.6
7
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC 7.
Klasifikasi Tekanan Darah Tek Darah Sistolik mmHg Tek Darah Diastolik mmHg
Normal <120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Berdasarkan penyebabnya hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun-


menjadi hipertensi primer (esensial) dan temurun dalam suatu keluarga, hal ini
hipertensi sekunder. Hipertensi primer setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik
merupakan hipertensi dimana etiologi memegang peranan penting pada patogenesis
patofisiologinya tidak diketahui. Hipertensi hipertensi primer. Banyak karakteristik genetik
jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dari gen-gen ini yang mempengaruhi
dikontrol. Berdasarkan literatur > 90% pasien keseimbangan natrium, tetapi juga
dengan hipertensi merupakan hipertensi didokumentasikan adanya mutasi-mutasi
primer. Beberapa mekanisme yang mungkin genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine,
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron,
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori steroid adrenal, dan angiotensinogen.6,8
yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
6
Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder
Organs Diseases
Renal Parenchymal disease, renal cyst, renal tumors. Obstructive uropathy
Renovascular Arteriosclerotic, fibromuscular dysplasia
Adrenal Primary aldosteronism, Cushing syndrome, 17α-hydroxylase deficiency, 11β-
hydroxylase deficiency, 11-hydroxysteroid dehydrogenase deficiency
(liconine), pheochromocytoma
Aortic Coarctation
Obstructive Sleep Apnea
Preeclampsia/eclampsia
Neurogenic Psychogenic, diencephalic syndrome, familial dysautonomia, polyneuritis
(acute porphyria, lead poisioning), acute increased intracranial pressure,
acute spinal cord section
Miscellaneous endocrine Hypothyroidism, hyperthyroidism, hypercalcemia, acromegaly
Medication High-dose estrogen, adrenal steroid, decongestants, appetite suppressants,
cyclosporine, tricyclic antidepressants, monoamine oxidase inhibitors,
eryhtopoietin, NSAID, cocain

26 | Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

Sedangkan sisanya < 10% penderita sekunder.9,10 Berikut pada tabel 2 adalah
merupakan hipertensi sekunder yang penyebab hipertensi sekunder.
disebabkan dari penyakit komorbid atau obat Tujuan umum pengobatan hipertensi
tertentu.9 Pada kebanyakan kasus, disfungsi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas
renal akibat penyakit ginjal kronis atau yang berhubungan dengan hipertensi.
penyakit renovaskular adalah penyebab Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan
sekunder yang paling sering.10 Obat-obat dengan kerusakan organ target. Mengurangi
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, resiko merupakan tujuan utama terapi
dapat menyebabkan hipertensi atau hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi
memperberat hipertensi dengan menaikkan secara bermakna oleh bukti yang
6,7
tekanan darah. Apabila penyebab sekunder menunjukkan pengurangan resiko.
dapat diidentifikasi, maka dengan Target nilai tekanan darah yang di
menghentikan obat yang bersangkutan atau rekomendasikan dalam JNC VII bagi
mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg, pasien
menyertainya sudah merupakan tahap dengan diabetes < 130/80 mm Hg dan pasien
pertama dalam penanganan hipertensi dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm
Hg.7
7,11-15
Tabel 3. Perbandingan target tekanan darah menurut beberapa panduan
Guidelines Population Goal BP Initial Drugs Treatment Options
mmHg
2014 General ≥ 60 y < 150/90 Nonblack: thiazide-type diuretics,
Hypertension ACEI, ARB or CCB
Guideline
General < 60 y < 140/90 Black: thiazide-type diuretics or CCB
Diabetes < 140/90 thiazide-type diuretics, ACEI, ARB or
CCB
CKD < 140/90 ACEI, ARB
ESH/ESC 2013 General nonelderly < 140/90 β-blocker, diuretics, CCB, ACEI or ARB
General elderly < 80 y < 150/90
General ≥ 80 y < 150/90
Diabetes < 140/85 ACEI or ARB
CKD no Proteinuria < 140/90 ACEI or ARB
CKD + proteinuria < 130/90
CHEP 2013 General < 80 y < 140/90 thiazide-type diuretics, β-blocker (age
< 60y), ACEI (nonblack), ARB
General ≥ 80 y < 150/90
Diabetes < 130/80 ACEI or ARB with additional CVD risk
ACEI, ARB, thiazide or DHPCCB
without additional CVD risk
CKD < 140/90 ACEI or ARB
ADA 2013 Diabetes < 140/80 ACEI or ARB
KDIGO 2012 CKD no Proteinuria ≤ 140/90 ACEI or ARB
CKD + proteinuria ≤ 130/80
NICE 2011 General < 60 y < 140/90 < 55 y: ACEI or ARB
General ≥ 60 y < 150/90 ≥ 55 y or black: CCB
ISHIB 2010 Black, Lower Risk < 135/85 Diuretic or CCB
Target organ damage or < 130/80
CVD risk

Target nilai tekanan darah menurut JNC mencapai SBP <140mmHg dan dapat
VIII bagi populasi umum usia ≥60 tahun terapi ditoleransi secara baik tanpa efek samping
farmakologi dimulai pada SBP >150 dan maka terapi tidak perlu diubah. Pada populasi
DBP>90 mmHg dengan target tekanan darah umum <60 tahun terapi farmakologi dimulai
<150/90mmHg. Pada populasi umum usia ≥60 untuk mencapai target DBP <90mmHg dan SBP
tahun jika terapi farmakologi berhasil <140mmHg. Pada populasi usia ≥18 tahun

Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 | 27


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

dengan CKD atau diabetes terapi farmakologi Panduan dalam pemilihan dosis obat
bertujuan mencapai SBP <140 dan diastolik antihipertensi dimulai dengan satu obat
<90mmHg 11 kemudian dititrasi hingga mencapai dosis
Target nilai tekanan darah menurut ESH maksimal. Jika tujuan tekanan darah tidak
2013 adalah tekanan darah <140/90 untuk dicapai dengan penggunaan satu obat
pasien hipertensi dengan faktor resiko CVD meskipun titrasi dengan dosis maksimum yang
rendah dan <130/80 pada pasien dengan disarankan, tambahkan obat kedua dari daftar
resiko CVD tinggi (diabetes, penyakit (thiazide-jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB)
cerebrovaskular, kardiovaskular, ginjal. Pada dan titrasi sampai dengan maksimum yang
orang tua <80 tahun target SBP 140-150mmHg disarankan dosis obat kedua untuk mencapai
dan pada kondisi fit dapat <140mmHg atau tujuan tekanan darah.7,11
disesuaikan dengan toleransi individual. Pada Jika tujuan tekanan darah tidak tercapai
orang tua <80tahun target SBP 140-150mmg. dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari daftar
Pada pasien diabetes melitus target DBP (thiazide-jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB),
<85mmHg. Pada kehamilan terapi diberikan hindari penggunaan kombinasi ACEI dan ARB.
pada TD >160/110mmHg12. Menerapkan gaya Titrasi obat sampai ketiga untuk maksimum
hidup sehat bagi setiap orang sangat penting dosis yang dianjurkan untuk mencapai tujuan
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan tekanan darah. Mulailah dengan 2 obat pada
merupakan bagian yang penting dalam saat yang sama, memulai terapi dengan 2 obat
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan secara bersamaan, baik sebagai obat 2 yang
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal.
perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan Titrasi obat ketiga sampai dengan maksimum
tekanan darah pada pasien-pasien dengan dosis yang dianjurkan untuk mencapai tujuan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat tekanan darah. Berdasarkan panduan
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke kombinasi dengan> 2 obat dilakukan ketika
hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan tekanan darah sistolik > 160 mmhg dan atau
darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup tekanan darah diastolik > 100 mmhg.
yang penting yang terlihat menurunkan Pertimbangkan kombinasi lainnya apabila
tekanan darah adalah mengurangi berat badan tekanan darah sistolik > 20 mm hg di atas
untuk individu yang obes atau gemuk; target dan atau tekanan darah diastolik > 10
mengadopsi pola makan DASH (Dietary mmhg di atas target. Jika tidak bisa dicapai
Approach to Stop Hypertension) yang kaya target penurunan tekanan darah setelah
akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; kombinasi 2 obat dapat digunakan kombinasi 3
aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol obat. Pilihan obat ketiga dapat menggunakan
sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan thiazide-jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB),
pengontrolan tekanan darah cukup baik hindari penggunaan gabungan ACEI dan ARB.
dengan terapi satu obat antihipertensi; Titrasi obat sampai ketiga dengan dosis
mengurangi garam dan berat badan dapat maksimum yang disarankan.11,12
membebaskan pasien dari menggunakan
obat.6,16

28 | Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

11
Gambar 1. Penatalaksanaan Hipertensi Berdasarkan JNC VIII

Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 | 29


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

Terdapat beberapa alasan mengapa dose combination” akan meningkatkan


pengobatan kombinasi pada hipertensi kepatuhan pasien. Menurut European Society
dianjurkan diantaranya dikarenakan of Hypertension 2013, kombinasi dua obat
mempunyai efek aditif, mempunyai efek untuk hipertensi ini dapat dilihat pada gambar
sinergisme, mempunyai sifat saling mengisi, dibawah dimana kombinasi obat yang
penurunan efek samping masing-masing obat, dihubungkan dengan garis hijau adalah
mempunyai cara kerja yang saling mengisi kombinasi yang paling efektif.12Yang dapat
pada organ target tertentu dan adanya “fixed dilihat pada gambar berikut.

12
Gambar 2. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk obat-obat antihipertensi.
Keterangan: Garis hijau : kombinasi yang direkomendasikan. Garis hijau putus-putus : kombinasi yang mungkin. Garis hitam putus-putus:
kombinasi yang memungkinkan tetapi kurang disarankan. Garis merah: tidak direkomendasikan9

Berdasarkan gambar diatas tiazid dengan menghambat produksi aldosteron.


diuretic efektif dikombinasikan dengan ARB, Ca Efek samping yang mungkin terjadi adalah
antagonis atau ACEI. ARB efektif dikombinasi batuk batuk, skin rash, hiperkalemia.
dengan tiazid, Ca antagonis dan tidak Hepatotoksik. glikosuria dan proteinuria
direkomendasikan di kombinasikan dengan merupakan efek samping yang jarang. Contoh
ACEI. Kemudian Ca antagonis efektif golongan ACEI adalah captopril, enlapril dan
dikombinasikan dengan ARB, tiazid diuretic Lisinopril. 2,6
atau ACEI. ACEI efektif dikombinasikan dengan Golongan obat Angiotensin Receptor
tiazid diuretic, Ca antagonis dan tidak Blocker (ARB) menyebabkan vasodilatasi,
direkomendasikan di kombinasikan dengan peningkatan ekskresi Na+ dan cairan
ARB.6,12 (mengurangi volume plasma), menurunkan
Obat golongan Angiotensin Converting hipertrofi vaskular sehingga dapat
Enzyme Inhibitor (ACEI) bekerja menghambat menurunkan tekanan darah. Efek samping
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II yang dapat muncul meliputi pusing, sakit
sehingga bekerja dengan menghambat kepala, diare, hiperkalemia, rash, batuk-batuk
aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan (lebih kurang dibanding ACE-inhibitor),
pelepasan noradrenalin, menghambat abnormal taste sensation (metallic taste).
pelepasan endotelin, meningkatkan produksi Contoh golongan ARB adalah candesartan,
substansi vasodilatasi seperti NO, bradikinin, losartan dan valsartan.2,6
prostaglandin dan menurunkan retensi sodium

30 | Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

7
Tabel 4. Panduan Dosis obat-obatan antihipertensi
Antihypertion Initial Daily Dose, mg Target Dose in RCTs No. of Doses per Day
Medication Reviewed, mg
ACE Inhibitor
Captopril 50 150-200 2
Enlapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin Receptor
Blockers
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 16-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
β-Blocker
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calsium Canal Blocker
Amlodipine 2,5 10 1
Diltiazem extended 120-180 360 1
released
Nifedipin 10 20 1-2
Thiazide type diuretic
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
Indapamide 1,25 1,25-2,5 1

Golongan obat beta bloker bekerja vasodilatasi atau resistensi perifer menurun.
dengan mengurangi isi sekuncup jantung, Efek samping yang mungkin timbum meliputi
selain itu juga menurunkan aliran simpatik dari peningkatan asam urat, gula darah, gangguan
SSP dan menghambat pelepasan rennin dari profil lipid dan hiponatremia. Contoh golongan
ginjal sehingga mengurangi sekresi aldosteron. Thiazid diuretic adalah hidroclorotiazid dan
Efek samping meliputi kelelahan, insomnia, indapamide.2,6
halusinasi, menurunkan libido dan
menyebabkan impotensi. Contoh golongan Ringkasan
beta bloker adalah atenolol dan metoprolol.2,6 Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Golongan obat calcium canal bloker adalah peningkatan tekanan darah sistolik
(CCB) memiliki efek vasodilatasi, lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
memperlambat laju jantung dan menurunkan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
kontraktilitas miokard sehingga menurunkan pengukuran dengan selang waktu lima menit
tekanan darah. Efek samping yang mungkin dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
timbul adalah pusing, bradikardi, flushing, sakit Hipertensi merupakan tantangan besar di
kepala, peningkatan SGOP dan SGPT, dan gatal Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, yaitu
gatal juga pernah dilaporkan. Contoh golongan sebesar 25,8% dan komplikasi yang dapat
CCB adalah nifedipine, amlodipine dan berupa penyakit jantung koroner, gagal
diltiazem.2,6 jantung, stroke, penyakit ginjal kronik,
Golongan obat Thiazid diuretic bekerja kerusakan retina mata, maupun penyakit
dengan meningkatkan ekskresi air dan Na+ vaskuar perifer.
melalui ginjal yang menyebabkan Berdasarkan penyebabnya hipertensi
berkurangnya preload dan menurunkan dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer
cardiac output. Selain itu, berkurangnya (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi
konsentrasi Na+ dalam darah menyebabkan primer merupakan hipertensi dimana etiologi
sensitivitas adrenoreseptor–alfa terhadap patofisiologinya tidak diketahui dengan
katekolamin menurun, sehingga terjadi prevalensi sebesar 90% pasien hipertensi.

Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 | 31


Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

Sedangkan sisanya < 10% penderita hipertensi Indonesia. panduan praktik klinis bagi
merupakan hipertensi sekunder yang dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
disebabkan dari penyakit komorbid atau obat- primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan
obat tertentu yang dapat meningkatkan Republik Indonesia; 2014.
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
atau penyakit renovaskular adalah penyebab penyakit dalam jilid ii. Edisi V. Jakarta:
sekunder yang paling sering. Interna Publishing; 2009.
Tujuan umum pengobatan hipertensi 3. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K,
adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas Whelton PK, He J. Worldwide prevalence
yang berhubungan dengan hipertensi. Target of hypertension: a systematic review. J
penurunan tekanan darah berdasarkan JNC VIII Hypertens. 2004; 22(1):11-9.
dibagi menjadi dua kelompok yaitu <150/90 4. Nwankwo T, Yoon SS, Burt V, Gu Q.
mmHg pada kelompok usia ≥60 tahun dan Hypertension among adults in the United
<140/90mmHg pada kelompok usia <60 tahun. States: National Health and Nutrition
Pengobatan hipertensi primer terbagi menjadi Examination Survey 2011-2012. NCHS
dua yaitu nonfarmakologi dan farmakologi. Data Brief. 2013; 133:1-8.
Terapi nonfarmakologi meliputi 5. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
pengurangan berat badan untuk individu yang Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
obes atau gemuk, mengadopsi pola makan Kemenkes RI; 2013.
DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) 6. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci
yang kaya akan kalium dan kalsium, diet AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.) Harrison’s
rendah natrium, aktifitas fisik dan principles of internal medicine. Edisi ke-
mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Terapi 18. New York: Mc Graw Hill; 2011.
farmakologi dengan menggunakan obat- 7. Chobaniam AV. Seventh report of the joint
obatan antihipertensi yang dapat dimulai national committee on prevention,
dengan satu obat atau kombinasi obat. detection, evaluation, and treatment of
Menurut European Society of high blood pressure. J Am Med Assoc.
Hypertension 2013, kombinasi obat hipertensi 2003; 289:2560-72.
yang dianjurkan meliputi kombinasi tiazid 8. Messerli FH, Williams B, Ritz E. Essential
diuretic efektif dengan ARB, Ca antagonis atau hypertension. Lancet. 2007;
ACEI. ARB efektif dikombinasi dengan tiazid, Ca 370(9587):591-603.
antagonis dan tidak direkomendasikan di 9. Chiong JR, Aronow WS, Khan IA, Nair CK,
kombinasikan dengan ACEI. Kemudian Ca Vijayaraghavan K, Dart RA, Behrenbeck TR,
antagonis efektif dikombinasikan dengan ARB, Geraci SA. Secondary hypertension:
tiazid diuretic atau ACEI. ACEI efektif current diagnosis and treatment. Int J
dikombinasikan dengan tiazid diuretic, Ca Cardiol. 2008; 124(1):6-21.
antagonis dan tidak direkomendasikan di 10. Dosh SA. The diagnosis of essential and
kombinasikan dengan ARB. secondary hypertension in adults. J Fam
Pract. 2001; 50:707-12.
Simpulan 11. James, Paul. Evidence based guideline for
Hipertensi sebagai kondisi dimana the managementof high blood presure in
tekanan darah sistolik seseorang lebih dari 140 adults report from the panel members
mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih appointed to the english joint national
dari 90 mmHg. Berdasarkan penyebabnya commitee (JNC 8). J Am Med Assoc. 2014;
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi 311(5):507-20.
primer (esensial) dan hipertensi sekunder. 12. Mancia. 2013 ESC/ESH guideline for the
Pengobatan hipertensi primer terbagi menjadi management of arterial hypertension. J
dua yaitu nonfarmakologi dan farmakologi Hypertens. 2013; 31:1281-357.
hingga tercapai target penurunan tekanan 13. Sherilyn KD, Raj P, Luc P, Ross T. The 2014
darah. Canadian Hypertension Education
Program (CHEP) guidelines. Can Pharm J
Daftar Pustaka (Ott). 2014; 147(4): 203–8.
1. Kementerian Kesehatan Republik
32 | Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017
Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti | Penatalaksanaan Hipertensi Primer

14. ADA. Standards of medical care in management of chronic kidney disease.


diabetes. American of Diabetes Kidney Int Suppl. 2013; 3(1): 1–150.
Association (ADA); 2013. 16. Sacks FM. Effects on blood pressure of
15. Kidney Disease Improving Global reduced dietary sodium and the dietary
Outcome. KDIGO 2012 clinical practice approaches to stop hypertension (Dash)
guideline for the evaluation and diet. N Engl J Med. 2001; 344:3-10.

Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017 | 33

Anda mungkin juga menyukai