Anda di halaman 1dari 12

WIDYAWATI SASMITA K1A115124

MIFTAKHUL JANNAH K1A113034


ANASTALIA PONGREKUN K1A113146
WD. ZUHRAENI PUSPA K1A115048
MUH.YOGGY FEBRIAN HASAN K1A113093
LISNAWATI K1A112116
RIFA’ATUL MAHMUDAH K1A112116
EPI PITRIA LA ONGKI K1A114101
BASO AMAL FAHRI K1A115061
NURZULIFA K1A115104

PEMBIMBING :
dr. Nevita Yonnia Ayu Soraya Sp.M

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK MATA


ANAMNESIS

Tanyakan lebih detail hal yang berhubungan dengan


keluhan utama, misalnya :
• Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah
sangat/sedikit kabur, penglihatan buram/tertutup,
penglihatan sentral atau perifer yang kabur (apakah
semua lapangan penglihatan atau sebagian saja),
disertai rasa silau/tidak.
• Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului
trauma/tidak, didahului/disertai penglihatan kabur.
• keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata
atau pada saat melihat dengan dua mata, apakah
disertai pusing
PEMERIKSAAN FISIK
Mata
Tujuan pengkajian mata adalah utk mengetahui bentuk dan fungsi mata
Inspeksi
Bagian2 mata yang perlu diamati adalh bola mata, kelopak mata,konjungtiva,sklera dan pupil.
A. Amati bola mata terhadap adanya kelainan gerakan mata, medan penglihatan dan fisus
B. Amati kelopak mata, perhatikan terhadap bentuk dan setiap ada kelainan dengan cara sebagai berikut:
1) Anjurkan pasien melihat kedepan
2) Bandingkan mata kanan dan kiri
3) Anjurkan pasien menutup kedua mata
4) Amati bentuk dan keadaan kulit pd kelopak mata serta pd bagian pingggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan misalnya
adanya kemerah merahan
5) Amati pertumbuhan rambut pd kelopak mata terhadap ada atau tidaknya bulu mata,dan posisi bulu mata
6) Perhatikan keluasan mata dpt membuka dan catat bila ada droping kelopak mata atas atau sewaktu mata membuka (tossis)

C. Amati konjungtiva dan sklera dengan cara sebagai berikut:


1) Anjurkan px utk melihat lurus kedepan
2) Amati konjungtiva, utk mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan, keadaan vaskularisasi serta lokasinya
3) Tarik kelopak mata bagian bwh kebwh dg menggunakan ibu jari
4) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah,catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak
normal misalnya anemik
5) Bila di perlukan amati konjungtiva bagian atas yaitu dengan cara membuka atau membalik kelopak mata atas dengan perawat
berdiri di belakang pasien
6) Amati warna sklera waktu memeriksa konjungtiva yang pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikhterik

D. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor). Pupil mengecil; disebut miosis, amat kecil disebut pinpoint. Pupil yang melebar /
dilatasi disebut midriasis
Inspeksi Gerakan Bola Mata
1. Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
2. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara
spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-
mula lambat bergerak kesatu arah, kemudian dgn cepat
kembali ke posisi semula
3. Bila ditemukan adanya nistagmus, maka amati bentuk,
frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo (luas atau
sempit) dan durasinya (hari/minggu)
4. Amati apakah kedua mata memandang lurus kedepan
atau salah satu defiasi
5. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak
sekitar 15-30 cm
6. Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan jaga
posisi kepala pasien tetap. gerakan jari anda kedelapan
arah , untuk mengetahui fungsi enam otot mata
Inspeksi Medan Penglihatan
1. Berdirilah didepan pasien
2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa
3. Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan dan
memfokuskan pada satu titik pandang , misalnya
hidung anda
4. Gerakan jari anda pada suatu garis vertikal atau dari
samping , dekatkan kemata pasien secara perlahan
lahan
5. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu mulai
melihat jari anda
6. Kaji mata sebelahnya
Pemeriksaan Fisus
1. Siapkan kartu snellen atau kartu yang lain untuk pasien
dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak
2. Atur tempat duduk px dg jarak 5-6 m dari kartu snellen
3. Atur penerangan yang memadahi sehingga kartu dapat
dibaca dg jelas
4. Beritahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu
tangan
5. Pemeriksaan mata kanan dengan cara pasien disuruh
membaca huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil
dan catat tulisan terakhir yang masih dapat dibaca oleh px
6. Selanjutnya pemeriksaan mata kiri
Snellen Chart E Chart Landolt Chart
Cara Menilai Visus
• Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca
pada baris berikutnya => visus normal
• Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris
tersebut
– Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan
false 1. 
– Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.
– Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada
di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
– Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya.
• Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik
pada penglihatan pasien)
– Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi
– Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan refraksi
Cara Menilai Visus, Lanjutan,
• Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Misal, pasien dapat membaca
semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal
• Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 => visusnya 20/30 dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat  membacanya
pada jarak 20 kaki.
• Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40
• Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas.
• Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari.
o Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart => 5 atau 6 m
o Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60
o Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila
pasien dapat membaca, visusnya 5/60. 
o Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di
depan pasien.
• Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan
lambaian tangan.
o Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat menyebutkan arah
lambaian, berarti visusnya 1/300
• Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen light'
Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi :
o Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan
proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan retina masih
bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.
o Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi
salah.
• Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0
PALPASI BOLA MATA
Tujuannya utk mengetahui tekanan bola mata dan utk mengetahui
adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih
teliti di perlukan alat tonometri yg memerlukan keahlian khusus.
Palpasi utk mengetahui tekanan bola mata dapat dikerjakan sebagai
berikut :
• Beri tahu pasien untuk duduk
• Anjurkan pasien untuk memejamkan mata
• Lakukan palpasi pd kedua mata. Bila tekanan bola mata
meninggi maka mata teraba keras.
Langkah kerja pemeriksaan :
FUNDUSKOPI
1. Atur posisi pasien duduk di kursi
2. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dikerjakan
3. Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dlm jangka pendek misalnya tropisade (bila
tidak ada kontraindikasi)
4. Atur cahaya ruangan agak redup
5. Duduk di kursi di hadapan pasien
6. Beritahu px utk melihat secara tetap pd titik tertentu dan anjurkan utk tetap mempertahankan sudut
pandangnya tanpa berkedip
7. Bila px atau anda memakai kaca mata, hendaknya dilepas dahulu
8. Pegang optalmoskop atur lensa pada angka 0, nyalakan dan arahkan pada pupil mata dari jarak
sekitar 30 cm sampai anda temukan red reflex yang merupakan cahaya pancaran dari retina. Bila
letak optalmoskop tidak teapat, maka red reflex tidak akan muncul. Red reflex juga tidak muncul
pada berbagai gangguan misalnya katarak.
9. Bila Red reflex sudah ditemukan, dekatkan optalmoskop pelan-pelan ke mata pasien. Bila pasien
miopi maka atur kontrol ke arah negatif (merah). Bila pasien hipermiopi atur kontrol ke arah positif
(hitam).
10. Amati fundus secara sistematis diawali dg mengamati pembuluh darah besar. Catat bila ditemukan
kelaian. Lanjutkan pengamatan dg membandingkan ukuran arteri dan vena yang normalnya mpy
perbandingan 4 : 5. Kemudian amati warna makula yang normalnya tampak lebih terang daripada
retina. Berikutnya amati diskus optikus terhadap warna, batas dan pigmentasinya. Normalnya diskus
optikus berbentuk melingkar, warna merah muda agak kuning, batas terang dan tetap dg jumlah
pigmen yang bervariasi. Lalu amati retina terhadap warna, kemungkinan ada perdarahan dan setiap
ada kelainan.
11. Bandingkan mata kanan dan kiri
12. Catat hasil pengkajian dengan jelas
13. Setelah selesai pengkajian, teteskan pilocarpine 2 % untuk menetralisir dilatasi pada mata yang
diamati (pada pasien yang ditetesi tropisamide)
14. Tunggu/pastikan pasien dapat melihat seperti semula.
TES BUTA WARNA
• Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang mengenali warna
dengan cara biasa,baik satu atau pun seluruh warna
• Penyebab buta warna adalah adanya kelainan maupun gangguan
dan kerusakan pada sel krucut di dalam retina mata (menyebabkan
buta warna dan tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu)

KLASIFIKASI BUTA WARNA


• Buta warna total; hanya bisa mengenali dua warna saja yaitu hitam
dan putih (tidak ada pigmen warna pada retina
• Buta warna parsial ; pasien mengalami defisiensi (kekurangan)
pigmen sel warna di dalam sel retina matanya sehingga tidak
mampu membedakan warna-warna tertentu
• Paling sering kekurangan pigmen merah dan hijau atau
campurannya
• Ada jg yg kekurangan pigmen biru dan kuning

 Pada umumnya penderita buta warna biru dan kuning hampir selalu memiliki
masalah mengidentifikasi warna merah dan hijau

Anda mungkin juga menyukai