Anda di halaman 1dari 14

BUKU PENUNTUN KERJA

KETERAMPILAN KLINIK

PEMERIKSAAN MATA
SEDERHANA

Diberikan pada mahasiswa semester VI


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

SISTEM INDERA KHUSUS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
PEMERIKSAAN MATA

PENGANTAR

Buku Panduan Ketrampilan Klinik Sistem Indera Khusus berisi ketrampilan dalam
melakukan pemeriksaan dasar dalam Ilmu Penyakit Mata, Pemeriksaan Telinga Hidung dan
Tenggorokan dan Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin yang dibutuhkan seorang dokter umum. Dalam
Ilmu Penyakit Mata mahasiswa dilatih melakukan pemeriksaan visus dan melakukan koreksi
visus bila ada kelainan refraksi, melakukan pemeriksaan segmen depan bola mata, segmen
belakang bola mata, pemeriksaan tekanan bola mata, pemeriksaan lapang pandang dengan cara
konfrontasi serta pemeriksaan pergerakan bola mata.

Buku panduan ketrampilan klinik ini selain memuat panduan untuk masing-masing
ketrampilan yang akan dilatih juga dilengkapi dengan lembar kegiatan mahasiswa yang beguna
agar koordinator/ instruktur dapat memantau bersama mahasiswa didik dalam membantu
kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatihkan. Diharapkan buku panduan ketrampilan klinik ini
bermanfaat dalam memberikan ketrampilan klinik dalam sistem indera khusus bagi mahasiswa.

Makassar, Agustus 2014

Penyusun,

Bagian Ilmu Kesehatan Mata FKUH


PEMERIKSAAN MATA
Pengertian:
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata melipuiti beberpa prosedur dengan tujuan dapat
menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan tajam
penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi pemeriksaan palpebra, silia,
kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen
depan bola mata meliputi pemeriksaan vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik.
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan cara palpasi dan dengan menggunakan
tonometer Schiotz, pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan untuk menilai fungsi ke enam
otot pengereak bola mata yaitu otot rektus superior, medial, inferior, lateral, otot oblikus superior
dan oblikus inferio. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan cara konfrontasi.

TIU:
Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan mata sederhana

TIK :
Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa
1. Melakukan anamnesis lengkap pada penderita dengan kelainan
mata.
2. Melakukan pemeriksaan visus dan melakukan koreksi refraksi.
3. Melakukan pemeriksaan segmen anterior
4. Melakukan pemeriksaan segmen posterior
5. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
6. Metakukan pemeriksaan otot ekstra okuler
7. Melakukan pemeriksaan lapang pandangan sederhana.

Media dan alat bantu pembelajaran:


1. Penuntun belajar untuk anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam ilmu penyakit mata.
2. Alat audiovisual yang memperlihatkan tata cara melakukan anamnesis dan
pemeriksaan klinik.
3. Optotip Snellen, set lensa coba, senter, tonometer Schiotz, oftalmoskop direk, mistar.
4. tetes mata pantocain 0,5%, tetes mata antibioti, tetes mata mydriatil.
5. Kertas, pensil, pena, dan lembaran status penderita.
Metode pembelajaran:
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 15 menit 1. Pengantar oleh intruktur
secara umum 2.Demonstrasi melalui video
2. Bermain 25 menit 3. Dua orang dosen memberikan contoh
peran, Tanya bagaimana cara melakukan anamnesis
dan Jawa lengkap, pemeriksaan mata disesuaikan
tahap demi tahap sesuai penuntun belajar.
4. Mahasiswa menyimak sesuai dengan
menggunakan Penuntun Belajar.
5. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan dosen
memberikan penjelasan tetang aspek-
aspek yang penting.
3. Praktek 100 menit 6. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
bermain peran pasanga. Seorang mentor diperlukan untuk
dengan umpan mengamati 3 pasangan.
balik 7. Setiap pasangan berpraktek melakukan
pemeriksaan. (secara bergantian berlaku
sebagai pemeriksa dan penderita)
8. Mentor berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
cek lis.
9. Mentor memberikan tema khusus
umpan balik kepada setiap pasangan.
4. Curah 15 menit 10. Curah pendapat/diskusi: apa yang
pendapat/diskusi dirasakan mudah, apa yang sulit.
Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
penderita. Apa yang dapat dilakukan oleh
pemeriksa agar penderita lebih nyaman.
11. Dosen menyimpulkan
denganmenjawab pertanyaan dan
menjelaskan masalah yang belum
dimengerti.
Total waktu 155 menit
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN MATA
(digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai
urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi
tidak efisisen
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.

NO LANGKAH KEGIATAN KASUS


.
I. MELAKUKAN ANAMNESIS LENGKAP PADA
1 2 3
PENDERITA DENGAN KELAINAN MATA
1. Beri salam/ memperkenalkan diri dengan cara yang sopan.
2. Atur posisi duduk penderita.
3. Tanyakan identitias penderita
4. Tanyakan keluhan utama
5. Tanyakan lebih detil hal yang berhubungan dengan keluhan
utama misal; lamanya, serta gejala penyerta bila ada.
6. Tanyakan kelainan mata yang pernah diderita.
7. Tanyakan riwayat penyakit yang lain.
8. Tanyakan riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga/ lingkungan
II. MELAKUKAN PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN VISUS
1 2 3
YANG BAIK
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.
2. Mintalah penderita duduk pada jarak 5 atau 6 m dari optotipe
Snellen.
3. Minta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan
bola mata
4. Minta penderita untuk melihat ke depan dengan rileks tanpa
melirik atau mengerutkan kelopak mata
5. Minta penderita untuk menyebut huruf, angka atau simbol yang
ditunjuk
6. Tunjuk huruf, angka atau simbol pada optotip Snellen dari atas
ke bawah.
7. Tentukan visus penderita sesuai dengan hasil pemeriksaan
8. Bila visus penderita tidak optimal, dilakukan koreksi dengan
lensa coba sampai didapatkan visus yang maksimal. Besarnya
lensa coba yang digunakan menunjukkan besarnya kelainan
refraksi
III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
1 2 3
BOLA MATA
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan
tangan
3. Ruangan dibuat setengah gelap
4. Gunakan senter yang diarahkan ke mata pendertia dengan
posisi senter 45-60o dari temporal mata yang akan diperiksa,
dimulai pada mata kanan.
5. Lakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai dari
kelopak mata, lebar fisura palpebra, posisi bola mata.
6. Lakukan pemeriksaan bulu mata atas dan bawah, konjungtiva
palpebra superior dan inferior, konjungtiva bulbi, kornea,
kamera okuli anterior, iris, pupil, lensa, dan vitreus anterior
7. Periksalah refleks pupil direk dan indirek
IV. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
1 2 3
DENGAN METODE PALPASI
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak
jangkauan tangan pemeriksa, (25 – 30 cm).
3. Mintalah penderita untuk melirik ke bawah.
4. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan.
5. Kedua jari telunjuk berada pada palpebra superior. Ibu jari,
kelingking, jari manis, dan jari tengah memfiksasi didaerah
tulang sekitar orbita.
6. Jari telunjuk secara bergantian menekan bola mata melalui
palpebra dan merasakan besarnya tekanan bola mata.
7. Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn-1, Tn-2, Tn+1,
Tn+2
Prosedur yang sama dilakukan pula pada mata kiri
V. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
DENGAN CARA INDENTASI MENGGUNAKAN 1 2 3
TONOMETER SCHIOTZ
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Baringkan penderita di tempat tidur.
3. Anestesi topikal dengan menggunakan tetes mata Pantocain
0,5%
4. Gunakan beban tonometer yang terendah, 5,5 gr.
5. Desinfeksi indentesi dengan alkohol 70%, biarkan sampai
kering.
Penderita diminta melihat ke atas dengan melihat lurus pada
jari penderita yang diposisikan di atas mata yang akan diperiksa
6. Letakkan tonometer dengan hati-hati pada kornea, selanjutnya
baca skala yang ditunjukkan.
7. Sesuaikan hasil pembacaan dengan tabel yang tersedia (satuan
mmHg).
8. Teteskan antibiotik topikal setelah pemeriksaan
VI. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR 1 2 3
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata
(direct ophthalmoscope). Ruangan dibuat setengah gelap,
penderita diminta melepas kacamata dan pupil dibuat midriasis
dengan tetes mata mydriatil
3. Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca mata
penderita.
4. Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata
kiri pemeriksa memeriksa mata kiri penderita.
5. Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang
pemeriksa
6. Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk
melihat refleks fundus dengan posisi/cara pegang yang benar
7. Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati
penderita kurang lebih 5 cm.
8. Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada
oftalmoskop.
9. Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N.
optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina
perifer.
10. Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita
VII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA
1 2 3
MATA
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak
jangkauan tangan (30-50 cm)
3. Mintalah kepada pasien untuk memandang lurus ke depan.
4. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan sinar pada
kornea, kemudian gerakkan senter dengan membentuk huruf H
dan berhenti sejenak pada waktu senter berada di lateral dan
lateral atas, dan lateran bawah (mengikuti six cardinal of gaze).
5. Posisi dan gerakan ke-dua bola mata diamati selama senter
digerakkan.
6. Letakkan pensil pada jarak 30cm di depan mata penderita
kemudian diminta untuk mengikuti/melihat ujung pensil yang
digerakkan mendekat ke arah hidung penderita.
7. Hasil interpretasi dicatat dalam status.
VIII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPANG PANDANGAN
1 2 3
DENGAN CARA KONFRONTASI
1. Terangkan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Mintalah penderita untuk duduk berhadapan. Posisi bola
mata antara penderita dan pemeriksa selaras dengan jarak 30 –
50 cm.
3. Tutuplah mata di sisi yang sama dengan mata penderita yang
ditutup.
4. Difiksasi pada mata pasien yang tidak ditutup.
5.Mintalah penderita agar memberi respons bila melihat objek
yang digerakkan pemeriksa di mana mata tetap terfiksasi
dengan mata pemeriksa.
6. Gerakkan obyek dari perifer ke tengah dari arah superior,
superior temporal, temporal, temporal inferior, inferior, inferior
nasal, nasal, nasal superior.
7. Catatlah hasil pemeriksaan dalam status penderita.
IX. MELAKUKAN PEMERIKSAAN AMSLER GRID 1 2 3
Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan.

Mintalah penderita untuk memegang testing grid sejajar dengan


garis pandang mata, dengan jarak kira-kira 36cm ( 14 inchi )
dari mata penderita. Tutuplah mata lain yang tidak sedang
diperiksa.
Mintalah penderita untuk memfiksasi matanya pada central spot
dari testing grid tersebut.
Tanyakan pada penderita apakah garis-garis lurus pada testing
grid berubah menjadi garis lengkung (distorted ) atau apakah
garis-garis tersebut hilang ( loss ).
Mintalah pasien untuk menggambar area yang distorted
maupun yang loss pada amsler grid notepad. Pastikan pada
notepad tersebut tercantum tanggal pemeriksaan,nama
penderita dan mata manakah yang diperiksa.
6. Lakukan pemeriksaan ini pada kedua mata,.
X. MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANEL TEST
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan pada penderita.
2. Posisikan penderita telentang di atas meja pemeriksaan
3. Anestesi topikal dengan menggunakan 1 tetes pantocain
4. 0,5% pada mata yang akan diperiksa
5. Isilah spoit 1 cc dengan larutan steril NaCL. Gunakanlah
kanul viscoelastic.
Injeksikan larutan tersebut dengan memposisikan ujung kanul
6. pada punctum lakrimalis inferior dan mengarah ke kanalikuli /
saccus lakrimalis.
7. Tanyakan pada penderita apakah ia merasakan adanya cairan atau
rasa asin dari larutan NaCl tersebut.
8. Nilai apakah hasil anel test positif atau negatif. (positif jika
penderita merasa adanya cairan yang terasa asin)
LEMBAR UJIAN CSL
SISTEM INDERA KHUSUS
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN MATA

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kotak yang sesuai.


Nilai : 0 bila tidak dilakukan
1 bila dilakukan tapi belum memuaskan
2 bila memuaskan

NAMA :
STAMBUK :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


KETERAMPILAN ANAMNESIS 0 1 2
1. Memperlihatkan sikap menerima
2. Mempersilahkan duduk
3. Memperkenalkan diri
4. Menyebut nama pasien saat anamnesis
5. Menggunakan bahasa verbal yang mudah dipahami
6. Menunjukkan empati
7. Menanyakan identitas lengkap dan data pribadi yang
berkaitan dengan latar belakang.
8. Menanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan
tersebut merupakan keluhan utama
9. Menanyakan keluhan lain dalam satu sistem
10. Mengumpulkan informasi dan mencatatnya
11. Menjadi pendengar yang baik
12. Berpenampilan sopan dan ramah
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN VISUS
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memberikan instruksi dengan sopan dan jelas
3. Menentukan visus awal dengan benar
4. Melakukan koreksi refraksi dengan sistematis
5. Menyimpulkan hasil pemeriksaan visus dan refraksi
6. Mencatat hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Mengatur posisi duduk yang benar
3. Memegang senter dengan posisi yang benar
4. Memeriksa segmen anterior bola mata
5. Melakukan eversi kelopak mata
6. Menyimpulkan hasil pemeriksaan segmen depan bola mata
7. Mencatat hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN PALPASI
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Meminta penderita untuk melihat ke bawah
3. Mengatur posisi tangan dan jari dengan benar
4. Menggerakkan telunjuk untuk menentukan tekanan bola
mata
5. Menginterpretasi hasil pemeriksaan
6. Mencatat hasil pemeriksaan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR BOLA
MATA
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memberikan tetes mata untuk melebarkan pupil penderita
3. Mengatur posisi duduk yang benar
4. Mengatur dan memegang oftalmoskop dengan benar
5. Mengatur lensa oftalmoskop
6. Melakukan pemeriksaan dengan sistematis
7. Mencatat hasil pemeriksaan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA MATA
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Menjelaskan intruksi pada penderita dengan jelas dan sopan
3. Mengatur posisi duduk dengan benar
4. Memegang obyek yang digunakan untuk memfiksasi bola
mata dengan benar
5. Mengarahkan penderita untuk menggerakkan bola mata
dengan sistematis
6. Menginterpretasi hasil pemeriksaan
7. Mencatat hasil pemeriksaan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
DENGAN CARA KONFRONTASI
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memberikan instruksi dengan jelas dan sopan
3. Mengatur posisi duduk dengan benar dan jarak yang benar
4. Memberi instruksi kepada penderita untuk menutup mata
yang tidak diperiksa tanpa menekan bola mata
5. Meletakkan obyek dengan posisi dan jarak yang sama
diantara pemeriksa dan penderita
6. Menginterpretasi hasil pemeriksaan
7. Mencatat hasil pemeriksaan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN AMSLER GRID
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memberikan instruksi dengan jelas dan sopan
3. Mengatur posisi penderita dengan benar dan jarak objek
yang benar
4. Meminta pasien untuk menggambarkan grid amsler sesuai
dengan yang dilihat.
5. Menginterpretasi hasil pemeriksaan.
6. Mencatat hasil pemeriksaan.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANEL TEST
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memberikan instruksi dengan jelas dan sopan
3. Mengatur posisi penderita dengan benar
4. Menyiapkan alat-alat pemeriksaan
5. Melakukan prosedur pemeriksaan dengan tepat
6. Menginterpretasi hasil pemeriksaan
7. Mencatat hasil pemeriksaan

Kesimpulan:

1.Menyampaikan hasil periksaan kepasien


2.Menyampaikan rencana kunjungan berikutnya/rencana
penatalaksanaan
Jumlah
Rekomendasi:

Tanda tangan koordinator/instruktur_______________ Tanggal _____________


DOKTER NEVITA
Punctum Lacrimalis

Anamnesis
 Keluhan utama:
o Mata merah  Sudah berapa lama, menetap atau hilang timbul, lokasinya mata
mana, tanyakan keluhan lain
o Mata kabur
o Mata gatal
o Mata berair
o Mata nyeri
o Belekan
o Gangguan penglihatan (buta, penglihatan kabur, penglihatan ganda)
o Benjolan pada mata
 Keluhan lain
 Riwayat penyakit dahulu: trauma, HT, DM
 Riwayat pengobatan: Pengobatan mata sebelumnya, tindakan operasi apa sebelumnya
 Riwayat penyakit keluarga: penyakit yang sama atau penyakit lain
 Riwayat alergi: pasien dan keluarga
 Riwayat psikososial

Pemfis

Pemeriksaan tajam penglihatan


 Trial lens
 Trial frame
 Kartu Snellen
o Anak  Huruf E atau benda atau binatang
o Jarak 6 meter, mata yang melihat 1 mata saja yang 1 ditutup, tanpa akomodasi
o Dari atas, turun sampai 6/6
o 6/6
o 6/30
o Bila tidak bisa Snellen chart  Jari tangan
 Jari tangan
o Mulai dari 1 meter dulu, mundur sampai 6 meter
o 6/60
o 1/60
o Bila tidak bisa melihat jari tangan  lambaian tangan
 Lambaian tangan
o Mulai dari 1 meter hingga 6 meter
o 1/300
o Jika 1 meter tidak bisa  light perception
 Light perception
o 1/tak terhingga
Visus <6/6  Pinhole:
 Visus membaik 6/6  Gangguan refraksi
 Visus tidak membaik <6/6  Gangguan organic

Pemeriksaan lapang pandang – Tes Konfrontasi (SUBJEKTIF)


 Tutup mata yang 1 nya, PASIEN DAN DOKTER
 Kiri kanan atas bawah

Pemeriksaan otot ekstra okuler


 Memandang objek 60 cm
 Intinya kasih kearah semua otot

Pemeriksaan tekanan bola mata - Digital Palpation (SUBJEKTIF)


 Menekan bagian atas palpebra superior
 Interpretasi
o N
o +: N+1, N+2, N+3
o -: N-1, N-2, N-3

Pemeriksaan tekanan bola mata – Tonometri (OBJEKTIF)


 Kontak kornea (Schiotz), maupun tanpa kontak kornea (Aplanasi)
 Tonometri Schiotz
 Anestesi Lokal  Tonometri
 10-20 mmHg
 Pembacaan skala
 Hati-hati erosi kornea, skala 5 dengan beban maksimal

Pemeriksaan segmen anterior mata


 Slit lamp biomicroscope, atau Senter
 Konjungtiva
o Normal
o Infeksi
o Secret
o Merah
o Ptterigium
 Kornea
o Jernih/keruh
o Sikatriks
 BMD
o Periksa dari 45 derajat
o Hifema/hipopion
 Iris
o Kryptae (lekukan iris)
o Pigmen iris
o Kelainan: Atrofi (Putih krna kehilangan pgimen), rubeosis, neovascularisasi,
sinekia anterior, sinekia posterior
 Pupil
o Normal: 2,5-3,5 mm dan isokor
o Miosis/Midriasis, anisocoria (beda >2 mm), leukocoria, seklusio pupil (lengket)
o RAPD (+)  Tidak mengecil langsung membesar, normalnya mengecil dulu baru
membesar

Pemeriksaan segmen posterior


 Oftalmoskopi (Direct  Berdekatan, Indirect  Pembesaran jarak jauh)
 Pupil harus midriasis  Diberikan obat midriatikum (Atropin 1%)
 Jarak 30 cm
o Fundus reflex (+/-)
o Papil saraf optic: warna, Perdarahan, eksudat
o Retina: Perdarahan, eksudat
o Macula: Perdarahan eksudat
o Fovea
o Foveola
o Pembuluh darah: membesar, kerusakan

Anda mungkin juga menyukai