Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2021


UNIVERSITAS HALU OLEO

ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN

Oleh:

Siti Rahma, S.Ked


K1A1 15 138

Pembimbing:
dr. Tety Yuniarty Sudiro, Sp.PD, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Siti Rahma, S.Ked.

NIM : K1A1 15 138

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Laporan Kasus : Anemia Hemolitik

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Mei 2021

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Tety Yuniarty Sudiro, Sp.PD, FINASIM

2
BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. GK

Umur : 49 Tahun

Tempat / Tanggal Lahir : Konsel, 05 – 05 - 1971

Jenis Kelamin : Laki laki

Alamat : Konawe Selatan

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Pernikahan : Menikah

Tanggal Masuk : 17 April 2021

Dokter Muda : Siti Rahma, S.Ked

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama : Lemas yang dirasakan sejak 1 minggu SMRS

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan lemas yang dirasakan sejak 1

minggu SMRS. Lemas yang dirasakan pasien membuat pasien sulit

untuk melakukan aktifitas. Pasien juga mengeluh sering pusing seperti

berputar dan nyeri kepala. Sebelumnya pasien mengaku nyeri saat

BAK sejak 1 bulan yang lalu disertai darah. Keluhan lain yang

3
dialami demam (-), batuk (-), sesak (-), mual (+), muntah (-), Kurang

nafsu makan (-). BAB Konsistensi dan warna dalam batas normal.

3. Riwayat penyakit dahulu :

a) Riw. Prostat sejak + 2 tahun yang lalu

b) Riw. Anemia sejak 3 bulan yang lalu

4. Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga ada (Ibu pasien)

5. Riwayat kebiasaan :

a) Pola makan pasien baik, pasien rajin makan sayur

b) Riwayat kebiasaan merokok (-)

c) minum-minuman beralkohol (-)

6. Riwayat pengobatan :

a. Riwayat operasi laser /TURP 3x dengan penyakit prostat

b. Riwayat pengobatan pasien merupakan rujukan dari RS Bayangkara

dan telah mendapat terapi (Cairan, Pantoprazole, Asam Tranexamat,

dan Vit. K) Pasien memiliki keluhan yang sama sejak 3 bulan

terakhir dan telah mendapat Transfusi PRC sebelumnya sebanyak

>10 kantong.

C. STATUS GENERALIS

1. Keadaan umum

 Keadaan umum : Sakit sedang

 Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

 Status Gizi :

4
BB : 61 kg, TB : 170 cm, IMT : 21,1

2. Tanda vital

 Tekanan darah : 100/70 mmHg

 Nadi : 80 x/menit

 Penapasan : 22 x/menit

 Suhu : 36.5 0C

3. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Kepala Normocephal, Simetris

Rambut Hitam, Tidak mudah tercabut

Kulit Ikterik (-), pucat (+)

Sklera ikterik (+/+), Konjungtiva anemis (+/+),


Exopthalmus (-/-), edema palpebra (-/-), refleks kornea (+),
Mata
refleks pupil (+), gerakan bola mata dalam batas normal
(+).

Hidung Epistaksis (-), rinorhea (-)

Telinga Otorrhea (-), nyeri tekan mastoid (-)

Bibir pucat (+), bibir kering (+), perdarahan gusi (-),


Mulut lidah kotor (-), candidiasis (-), tremor (-), atrofi papil lidah
(-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1.

Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-),


Leher
pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP normal

Thoraks Inspeksi
Paru Normochest, Pergerakan hemithorax simetris kiri dan

5
kanan, Retraksi sela iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus simetris kiri dan
kanan
Perkusi
Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak.
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Jantung Perkusi
Batas jantung kanan pada ICS II linea parasternal dextra,
batas jantung kiri ICS IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi
BJ I dan II regular, murmur (-)

Inspeksi
Perut cembung (+), ikut gerak nafas.
Auskultasi
Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi
Abdomen Nyeri epigastrium (+), Pembesaran hepar (-), lien (-)
Nyeri Ketok CVA (-)
Balotement (-)
Perkusi
Timpani (+) asites (-)

Ekskremita Inspeksi
s Edema pretibial(-/-), peteki (-), deformitas (-), eritema (-)

6
Palpasi
Ekstremitas tidak terdapat edema, tidak terdapat krepitasi
dan teraba hangat

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah Rutin (16/04/2021) RS. Bhayangkara

Darah Rutin (16/04/2021)

Parameter Nilai Rujukan Satuan

Hemaglobin 5,81 11.7-15.5 g/dL

Hematokrit 18,2 35-47 %

Eritrosit 1.59 3.8-5.2 g/dL

MCV 114,5 80-100 fL

MCH 36,5 26-34 pg

MCHC 31,9 32-36 g/dL

Trombosit 125 150-440 103/uL

Leukosit 3,1 3.6-11 103/uL

2. Hitung Jenis Sel (16/04/2021) RS. Bhayangkara

Hitung Jenis (17/04/2021)

Parameter Nilai Nilai Rujukan Satuan


Granulosit 56,8 40-70 %
Neutrofil 53,2 50.0 – 70.0 %
Limfosit 37,8 25.0 – 40.0 %
Monosit 5,4 2.1 – 8.0 %

7
3. Kimia darah (16/04/2021) RS. Bhayangkara

Fungsi Hati (16/04/2021)

Parameter Nilai Nilai Rujukan Satuan


SGOT 214 L;6-25 uL
SGPT 24 L;4-30 uL
4. Kimia Darah (17/04/2021) RSUD Kota Kendari

Kimia Darah (17/04/2021)

Parameter Nilai Rujukan Satuan

Bilirubin Total 3,6 0-1,1 mg/dl

Bilirubin Direk 0,75 0-0,35 mg/dl

Ureum 28 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,2 0.9 – 1.4 mg/dl

5. Mikribiologi & Parasitologi (19/04/2021) RSUD Kota Kendari

Mikrobiologi & Parasitologi (19/04/2021)

Parameter Nilai Nilai Rujukan

Tidak ditemukan Tidak ditemukan


DDR
plasmodium Sp plasmodium Sp

6. Darah Rutin (20/04/2021) RSUD Kota Kendari

Darah Rutin (20/04/2021)

Parameter Nilai Rujukan Satuan

Hemaglobin 10,8 11.7-15.5 g/dL

Hematokrit 32,6 35-47 %

Eritrosit 3,23 3.8-5.2 g/dL

MCV 101 80-100 fL

8
MCH 33,5 26-34 pg

MCHC 33,2 32-36 g/dL

Trombosit 138 150-440 103/uL

Leukosit 8,3 3.6-11 103/uL

E. RESUME

Laki laki 49 tahun datang ke IGD RSUD Kota Kendari dengan

keluhan lemas yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu SMRS. Lemas yang

dirasakan pasien membuat pasien sulit untuk melakukan aktifitas. Pasien juga

mengeluh sering pusing seperti berputar dan nyeri kepala. Sebelumnya pasien

mengaku nyeri saat BAK sejak 1 bulan yang lalu disertai darah. Keluhan lain

yang dialami demam (-), batuk (-), sesak (-), mual (+), muntah (-), Kurang

nafsu makan (-). BAB Konsistensi dan warna dalam batas normal.

Riwayat penyakit dahulu Riwayat Prostat sejak + 2 tahun yang lalu

(+) , riwayat Anemia sejak 3 bulan yang lalu (+). Riwayat pengobatan

Riwayat operasi laser /TURP 3x dengan penyakit prostat tahun 2019, dan

Riwayat pengobatan pasien dengan terapi (Cairan, Pantoprazole, Asam

Tranexamat, dan Vit. K) Pasien memiliki keluhan yang sama sejak 3 bulan

terakhir dan telah mendapat Transfusi PRC sebelumnya sebanyak >10

kantong. Riwayat keluarga ibu pasien memiliki keluhan yang sama dengan

pasien (Anemia). Riwayat kebiasaan Pola makan pasien baik, pasien rajin

makan sayur, pasien tidak merokok (-) dan minum-minuman beralkohol (-)

9
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit pucat (+), sclera ikterik (+),

konjuntiva anemis (+), bibir pucat (+), bibir kering (+), perut cembung

(+), nyeri epigastrium (+). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan HB

(5,81), WBC (3,1), RBC (1,59), HCT (18,2), MCV (114,5), MCH (36,5),

MCHC (31,9), PLT (125), SGOT (214), Bilirubin Total (3,6), Bilirubin

Direk (0,75), Ureum (28), Kreatinin (1,2).

F. DIAGNOSIS SEMENTARA

Anemia Hemolitik Autoimun

G. DIAGNOSIS BANDING

- Anemia Akibat Penyakit Kronik

- Thalassemia

H. PENATALAKSANAAN AWAL

- Inf NacL 0,9 % 20 tpm

- Inj. Pantropazole/12 jam

- Asam folat 3x1

- Dexametason 1 gr pre transfusi

- Transfusi PRC 4 kantong

- Cek Darah Rutin, bilirubin dan ureum

10
I. FOLLOW UP

Hari/ Tanggal Anamnesis dan Pemfis Pasien Instruksi DPJP

Sabtu, 17 Subjek : Planning :


April 2021 Lemas
BAK seperti the - IVFD NaCl 0,9 % 20
tpm
Objek :
KU: Composmentis, GCS E4V5M6 - Inj. Pantropazole/12
TD: 100/70 mmHg jam
N: 80 x/menit
- Asam folat 3x1
P: 22 x/menit
- Inj. Dexametason 1 gr
S: 36,5 oC
pre transfusi
Kimia darah : - Transfusi PRC 200 cc
Ureum 28
Kreatinin 1,2 - Cek bilirubin dan
Bilirubin Total 3,6
ureum
Bilirubin Direk 0,75
Assessment :
Anemia Hemolitik

Senin, 19 Subjek : Planning :


April 2021 Lemas berkurang
- Inf NacL 0,9 % 20
tpm
Objek :
- Inj. Pantropazole/12
KU: Composmentis, GCS E4V5M6
jam
TD: 110/80 mmHg
- Inj.
N: 80x/menit
Metilprednisolon/12
P: 22x/menit
jam

11
S: 36,5 oC - Inj. Dexametason 1 gr
pre transfusi
Mikrobiologi dan Parasitologi : - Transfusi PRC 200 cc

DDR : Tidak ditemukan - Cek DDR


Plasmodium Sp

Assessment :
Anemia Hemolitik

Selasa, 20 Subjek : Planning :


April 2021 Lemas Berkurang
- Inf NacL 0,9 % 20
Objek :
tpm
KU: Composmentis, GCS E4V5M6 - Pantropazole tab 2x1
TD: 110/70 mmHg - Metilprednisolon tab
N: 80x/menit 2x1
P: 20x/menit - Inj. Dexametason 1 gr

S: 36,5 oC pre transfusi


- Transfusi PRC 200 cc
Darah rutin :
WBC 8,3
RBC 3,23 - Cek Darah Rutin
HB 10,8
HCT 32,6
MCV 101
MCH 33,5
MCHC 33,2
PLT 138
Assessment :
Anemia Hemolitik

J. PROGNOSIS

Ad Vitam: Dubia ad bonam

12
Ad Functionam: Dubia ad bonam

Ad Sanactionam: Dubia ad bonam

BAB II
ANALISIS KASUS
USIA & JENIS KELAMIN
KASUS TEORI
Tn. GR Anemia merupakan masalah kesehatan utama di
Jenis kelamin laki-laki masyarakat yang sering dijumpai di seluruh dunia,
Umur 49 tahun terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Penduduk dunia yang mengalami anemia berjumlah
sekitar 30% atau 2,20 miliar orang dengan sebagian
besar diantaranya tinggal di daerah tropis.
Prevalensi anemia secara global sekitar 51%.1
Saat ini, anemia dianggap sebagai masalah
kesehatan yang penting di kalangan lansia. Seiring
dengan bertambahnya usia, terjadi penurunan
progresif serta timbulnya gangguan fisiologis dari
hematopoesis sumsum tulang belakang, namun
anemia pada lansia juga perlu diangggap sebagai
suatu keadaan patologis dan tidak boleh dianggap
sebagai respons fisiologis normal terhadap
penuaan.2
Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI)
merupakan salah satu penyakit imunologi didapat
yang mana eritrosit pasien diserang oleh
autoantibodi yang diproduksi sistem imun tubuh
pasien sendiri, sehingga mengalami hemolisis. 3
AHAI diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu tipe

13
hangat (80%-90%), tipe dingin yang terdiri dari
Cold Agglutinin Disease (10-20% kasus AHAI) dan
Paroxysmal Cold Hemoglobinuria (<1% kasus
AHAI), serta tipe campuran (Sekitar 8% kasus
AHAI). Sedangkan, berdasarkan ada atau tidaknya
penyakit yang mendasari AHAI dibagi menjadi dua
yaitu primer dan sekunder.3-6
AHAI adalah salah satu penyebab anemia
normositik normokrom yang potensial yang bisa
diobati.7,8 Walaupun merupakan salah satu anemia
yang sudah dikenal sejak lama, AHAI merupakan
penyakit yang jarang ditemukan dengan perkiraan
insiden kasus 1 per 100.000 penduduk pada
populasi umum pertahun.3
Laporan karakteristik demografi pasien AHAI di
Indonesia masih sedikit, yakni oleh Wirawan dan
Pusparini10 pada tahun 1995-1998 (18 kasus) dan
oleh Atmakusuma dan Anggoro pada tahun 1998.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
melaporkan insiden anemia di Indonesia adalah
21,7 %. Anemia hemolitik mewakili sekitar 5% dari
semua anemia. Insiden AIHA berkisar 1-3 kasus per
100.000 orang per tahun, dengan prevalensi
17/100.000 orang pertahun. Angka kematian AIHA
berkisar antara 20-50%, bergantung kepada
penyakit yang mendasari munculnya penyakit
AIHA.11

14
GEJALA KLINIS
KASUS TEORI
Pasien datang dengan Anemia secara umum didefinisikan sebagai
keluhan lemas yang berkurangnya konsentrasi hemoglobin didalam
dirasakan sejak 1 minggu tubuh. Anemia bukan suatu keadaan spesifik,
SMRS. Lemas yang melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam
dirasakan pasien membuat reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan
pasien sulit untuk hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala
melakukan aktifitas. objektif, namun dapat berlanjut ke keadaan anemia
Pasien juga mengeluh berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea,
sering pusing seperti napas pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi
berputar dan nyeri kepala. jantung, dan gagal jantung.3
Sebelumnya pasien Pasien AIHA umumnya datang dengan keluhan
mengaku nyeri saat BAK pucat, lemah, perubahan warna urin menjadi gelap
sejak 1 bulan yang lalu dan disertai demam. Bila lebih berat dapat
disertai darah. Keluhan ditemukan tidak hanya hiperbilirubinemia, tapi juga
lain yang dialami demam nyeri perut dan gejala gagal jantung. Splenomegali
(-), batuk (-), sesak (-), dan hepatomegali sering ditemukan. Gejala AIHA
mual (+), muntah (-), pada anak tergantung pada beratnya anemia dan
Kurang nafsu makan (-). kecepatan proses hemolitik yang terjadi. Disamping
BAB Konsistensi dan itu, proses hemolitik dapat terjadi sekunder
warna dalam batas terhadap penyakit primernya.3
normal.
AIHA merupakan kasus gangguan hematologi
dimana terjadi penghancuran sel darah merah oleh
Riwayat penyakit
auto-antobodi. terjadinya auto-antibodi dapat dipicu
keluarga :
oleh factor genetic, infeksi, penyakit inflammatory,
Riwayat keluhan yang
obat-obatan, dan penyakit limfoproliferatif. AIHA

15
sama dalam keluarga ada bersifat idiopatik (50%) atau sekunder dimana
(Ibu pasien) berhubungan dengan penyakit lain seperti autoimun
Riwayat penyakit (20%), infeksi dan tumor. Anemia yang
dahulu : berhubungan dengan masalah hemoglobin,
- Riw. Prostat sejak + 2 membran sel, atau enzim yang menjaga sel darah
tahun yang lalu merah bisa disebabkan karena genetik. Anemia
- Riw. Anemia sejak 3 jenis ini sering dipicu karena gen yang salah yang
bulan yang lalu mengendalikan produksi darah merah. Saat
Riwayat pengobatan : bergerak melalui aliran darah, sel-sel darah merah
- Riwayat operasi bentuknya bisa menjadi abnormal, rapuh dan rusak.
laser /TURP 3x Anemia hemolitik juga bisa terjadi akibat efek
dengan penyakit samping obat. Kondisi ini terjadi ketika suatu obat
prostat memicu sistem kekebalan tubuh Anda untuk
- Riwayat pengobatan menyerang sel darah merah sendiri. Bahan kimia
pasien merupakan dalam obat-obatan dapat menempel pada
rujukan dari RS permukaan sel darah merah dan menyebabkan
Bayangkara dan telah pengembangan atau perubahan pada antibodi.
mendapat terapi Selain itu kondisi ini juga dapat terjadi karena
(Cairan, Pantoprazole, transfusi darah. Hal ini dapat terjadi apabila
Asam Tranexamat, golongan darah pendonor berbeda. Tanda-tanda dan
dan Vit. K) Pasien gejala dari reaksi parah terhadap transfusi darah
memiliki keluhan termasuk demam, menggigil, tekanan darah rendah,
yang sama sejak 3 dan syok.11
bulan terakhir dan Salah satu komplikasi TURP jangka pendek
telah mendapat adalah perdarahan, perdarahan yang terjadi secara
Transfusi PRC terus-menerus yang akan menimbulkan lemas, syok
sebelumnya sebanyak hingga kematian. Penelitian oleh Rassweiler dkk,
>10 kantong. yang menilai insidens komplikasi akibat TURP
menyatakan bahwa resiko komplikasi pendarahan
pada prosedur TURP adalah tidak bergantung pada
lama operasi, melainkan pada kemampuan operator

16
dan instrumentasi yang digunakan. Penelitian
lainnya terhadap 220 pasien dengan TURP oleh
Mteta et al menemukan bahwa rerata penurunan Hb
pada TURP adalah berkisar 1.7 g/dl, dengan reseksi
prostat lebih dari 40 gr mempunyai hubungan
signifikan dengan jumlah pendarahan selama
tindakan. Sehingga dari beberapa penelitian,
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pasca TURP dengan penurunan
kadar Hemoglobin.11
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
Sakit sedang, Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak
Composmentis menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut
TD: 100/70 mmHg, ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala
N : 80x/ menit, reguler keletihan, takipnea, napas pendek saat beraktivitas,
P : 22x/menit takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung.3
S : 36,5 C/ axillar Manifestasi klinis AHAI tidak jauh berbeda
Kulit: Pucat (+) dengan manifestasi anemia lainnya, pasien akan
Mata : Sklera ikterik (+/ memberikan klinis khas anemia seperti lemas pada
+), konjungtiva seluruh tubuh, konjungtiva anemis, kulit pucat,
anemis (+/+) serta pada anemia hemolitik bisa juga didapatkan
Bibir : pucat (+), ikterus dan pembesaran pada organ
kering (+) retikuloendothelial sistem (RES) seperti limpa dan
Abdomen : Cembung hepar. Ikterus dan pembesaran organ RES
ikut gerak nafas, Nyeri disebabkan karena banyaknya eritrosit yang
tekan epigastrium (+) terdestruksi masuk ke dalam RES sehingga
memberikan beban kerja yang lebih berat pada
hepar atau limpa. Hal tersebut menyebabkan tidak
optimalnya kerja dari organ retikuloendothelial
sehingga timbul gangguan konjugasi pada bilirubin

17
yang berakhir dengan banyaknya bilirubin tak
terkonjugasi yang beredar disirkulasi.3
HASIL LABORATORIUM
KASUS TEORI
Lab (17/04/2021): Definisi Anemia dari Organisasi Kesehatan
Hitung Jenis Sel : Dunia (WHO)batasnya adalah <13 g Hb / dL untuk
Granulosit 56,8 pria dan <12 g Hb / dL untuk wanita. Baru-baru ini
Neutrofil 53,2 batas bawah baru normal untuk konsentrasi Hb di
Limfosit 37,8 usia tua disarankan menggunakan usulan cut-off
Monosit 5,4 dari Hb konsentrasi (lebih rendah dari 12,2 g / dL
Kimia darah : pada wanita dan 13,2 g / dL padalaki-laki). Dengan
Ureum 28 sistem klasifikasi anemia tingkat ringan adalah
Kreatinin 1,2 didefinisikan sebagai konsentrasi Hb antara 10,0
Bilirubin Total 3,6 dan 11,9 g / dL pada wanita dan antara 10,0 dan
Bilirubin Direk 0,75 12,9 g / dL pada pria.3
Menentukan adanya anemia dengan memeriksa
Lab (19/4/2021) kadar hemoglobin (Hb) dan atau Packed Cell
Mikrobiologi dan Volume (PCV) merupakan hal pertama yang
Parasitologi /; penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih
DDR : Tidak ditemukan lanjut dalam menegakkan diagnosis anemia
Plasmodium Sp defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi nilai
indeks eritrosit MCV, MCH menurun, sedangkan
Lab (20/4/2021) MCHC akan menurun pada keadaan berat.
Darah rutin : Gambaran morfologi darah tepi ditemukan keadaan
WBC 8,3 hipokrom, mikrositik, anisositosis dan
RBC 3,23 poikilositosis.3
HB 10,8 Pada AHIA Gambaran sediaan apus darah tepi
HCT 32,6 menunjukkan poikilositosis, pembentukan sferosit
MCV 101 dan polikromasia, namun kadang gambaran darah
MCH 33,5 tepi normal. Produksi eritrosit meningkat ditandai
MCHC 33,2 dengan adanya makrosit polikromatofilik, hitung
PLT 138 retikulosit meningkat dan dapat ditemukan sel

18
eritrosit berinti pada apusan darah tepi. Pada
keadaan hemolitik akut umumnya awalnya
ditemukan retikulositopenia sebelum akhirnya
terjadi peningkatan retikulosit. Leukosit umumnya
normal, sedang trombosit dapat meningkat
mengingat adanya homologi antara eritropoietin
dan trombopoietin, kecuali pada sindrom Evans
ditemukan trombositopenia.3
DIAGNOSIS
Anemia Hemolitik Diagnosis AIHA ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan Direct Coombs Test
(DCT) jika memungkingkan. Gejala klinis AIHA
dapat berupa sesak napas dan fatigue akibat
terjadinya anemia. Kadang – kadang ditemukan
urin yang pekat dan nyeri punggung terutama pada
pasien AIHA dengan hemolisis intravaskular.
ikterik terjadi pada 40% pasien AIHA. Pada AIHA
primer sering ditemukan adanya splenomegali,
hepatomegali dan limfadenopati.

PENGOBATAN
KASUS TEORI
Terapi: Pendekatan tatalaksana AHAI meliputi
- Inf NacL 0,9 % 20 tpm tatalaksana nonfarmakologi dan farmakologi. Pada
pengobatan nonfarmakologi pasien ini, diberikan
- Inj. Pantropazole/12 jam
cairan NaCl 0,9% 1500 cc per hari dan tirah baring.
- Asam folat tab 3x1
Pemberian cairan dilakukan sebagai profilaksis
- Inj. Metilprednisolon/12 akan kebutuhan cairan pasien yang meningkat
diakibatkan penurunan hemoglobin yang memicu
jam
peningkatan metabolisme tubuh. Pasien ini juga
- Dexametason 1 gr pre
diberikan transfusi PRC sebanyak 1 bag per hari.

19
transfusi Transfusi dianjurkan pada anemia yang mengancam
nyawa dan umumnya pada AHAI warm type
- Transfusi 4 bag PRC
diberikan ketika Hb kurang dari 5 g/dL.3
Penggunaan premedikasi sebelum transfusi
masih digunakan secara luas, tetapi menjadi
kontroversi sampai saat ini karena efektivitasnya
belum jelas. Premedikasi telah digunakan secara
luas sejak tahun 1950 untuk mencegah reaksi
transfusi, di Amerika penggunaannya mencapai
50%-80%. Tetapi berdasarkan panduan klinis
transfusi darah merah yang dikeluarkan oleh
American Society of Hematology pada tahun 2012
tidak merekomendasikan pemberian premedikasi
untuk mencegah reaksi transfusi. Pemberian
premedikasi diharapkan tidak menimbulkan
dampak pada darah yang ditransfusikan.3
Obat penghambat pompa proton (PPI) seperti
omeprazole, esomeprazole, lanzoprazole,
pantoprazole, rabeprazole merupakan obat-obatan
pengontrol keasaman dan volume lambung yang
paling mudah ditemukan. Pantoprazole merupakan
obat PPI yang poten dan bekerja cepat. Memis dkk
meneliti tentang dua kelompok yang masing-
masing terdiri atas 30 orang pasien dimana masing-
masing diadministrasikan pantoprazole sebanyak 40
mg intravena.3
Pemberian profilaksis asam folat diindikasikan
karena hemolisis aktif dapat menurunkan kadar
folat serum dan menyebabkan megaloblastosis.
Asam folat diberikan karena pada pasien ditemukan
MCV 114 (makrositik) dicurigai adanya suatu

20
anemia megaloblastik akibat defisiensi asam folat.3
Kortikosteroid diindikasikan  pada anemia
hemolitik yang disebabkan oleh faktor imunitas.
Terutama pada anemia hemolitik autoimun (AIHA).
Pada tahap awal dapat diberikan prednison oral 1–2
mg/kg/hari. Bila respon terapi per oral kurang
adekuat, maka dapat
diberikan methylprednisolone intravena dengan
dosis 0,8–1,6 mg/kg/hari. Penurunan dosis steroid
harus dilakukan dengan perlahan. Pada pasien ini
diberikan steroid Methylprednisolon (MP). Terapi
ini disebut dengan terapi pulse. Terapi pulse
merupakan terapi dengan dosis yang sangat tinggi
dalam waktu singkat digunakan pada keadaan yang
mengancam nyawa, induksi atau pada
kekambuhan.3
Pada pasien sudah diperbolehkan pulang saat
perawatan hari ke 4 dengan indikasi gejala klinis
ringan, kesadaran baik, tidak nyeri kepala, tidak
pusing, tidak ada nyeri perut, tidak mual, dan
hemoglobin cenderung meningkat. Saat pulang
pasien tetap diberikan edukasi untuk banyak
beristirahat, tirah baring dan diresepkan obat pulang
berupa lansoprazole 1x1 tablet untuk mengatasi
nyeri ulu hati dan mual. Kemudian diberikan pula
methylprednisolone, pada pasien yang diberikan
dengan kecurigaan suatu AIHA (Autoimun
Hemolitik Anemia). Pasien juga diberikan
disarankan untuk kontrol kembali setelah 3 hari
keluar rumah sakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Suryani

22

Anda mungkin juga menyukai