Anda di halaman 1dari 64

EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019

(COVID-19) DI KOTA MEDAN PADA


TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

LIDYA TRIUTAMI
71170811049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019
(COVID-19) DI KOTA MEDAN PADA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan


Menjadi Sarjana Kedokteran

Oleh

LIDYA TRIUTAMI
71170811049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019


(COVID-19) DI KOTA MEDAN PADA
TAHUN 2020
Yang dipersiapkan oleh :

LIDYA TRIUTAMI
71170811049
Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.

Medan 18 Januari 2022


Diketahui,
PEMBIMBING I :

(dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes)

PENGUJI I : PENGUJI II

(dr. Siska Anggreni Lubis, Sp.KK, M.Pd Ked) (dr. Ani ariati, M.Kes)
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019


(COVID-19) DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2020

Nama : Lidya Triutami

NPM : 71170811049

Telah diuji dan dinyatakan LULUS didepan tim penguji pada hari Rabu 26
Januari 2022

Tim penguji skripsi


PEMBIMBING I

(dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes)

PENGUJI I PENGUJI II

(dr. Siska Anggreni Lubis, Sp.KK, M.Pd Ked) (dr. Ani ariati, M.Kes)

Diketahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara

(dr. H. Indra Janis, MKT)


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbal ‘alamin, puji syukur kepada Allah SWT, berkat
rahmat, petunjuk, nikmat sehat dan limpahan kasih sayangnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Adapun penulisan skripsi dengan judul “Epidemiologi Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) Di Kota Medan Pada Tahun 2020” ini, merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. H. Indra Janis, MKT selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara.
2. dr. Irma Yanti Rangkuti, M.Si, M.Biomed selaku Kepala Prodi Sarjana
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
3. dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, saran, waktu, tenaga dan
dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
4. dr. Siska Anggreni Lubis, Sp.KK, M.Pd Ked selaku pembanding 1 dan dr.
Ani ariati, M.Kes selaku dosen pembanding 2 yang telah memberikan
masukan dan arahan untuk skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
5. Dosen-dosen dan staff Program Studi Pendidikan Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan bantuannya sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik.
6. Kedua orang tua tercinta, ayah Aguslan dan ibu Dahlia Laia serta paman
Haryadin Syawal dan ibu Efrida Laia yang selalu memberikan doa, motivasi
dan dukungan disetiap waktu, memberikan semangat, dan masukan yang
membuat peneliti semangat mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

iii
iv

7. Kedua abang, Dahlan Syahputra, dan Alex Maulana dan adik saya Bilkis
Febriansyah, yang selalu memberikan dukungan, saran, masukan di setiap
waktu dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada teman seperjuangan saya khususnya Iskandar Nazar Syafrina, Afrila
Natasya, Elwina Harefa, Miftahul Jannah, Tri Rizki Ananda Palawi, Rizki
Marito, Helga Tandungan, Kindi Azahra Lubis, Qorib Naim, Yusuf Pranoto,
Muhammad Irfan, Lala Ubaydilah, yang telah memberikan banyak motivasi
dan membantu proses pembuatan skripsi.
9. Teman-teman mahasiswa/i angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan penulis lainnya dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan Rahmat
dan Karunia-Nya kepada kita semua serta serta memberikan balasan terbaik di
dunia dan di akhirat kepada pihak-pihak yang telah memberikan waktunya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin

Medan, .... , …., 2022


Penulis

Lidya Triutami
ABSTRAK

Latar Belakang : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit


menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2). Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah di identifikasi sebelumnya
pada manusia, terdapat dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat, seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tujuan : Untuk mengetahui Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) Di Kota Medan Pada Tahun 2020
Metode : Penelitian ini bersifat deskripif, desain cross sectional dengan cara total
sampling dengan pengolahan data menggunakan uji analisa data univariat.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat penyebaran Covid-19
mengalami peningkatan juga penurunan kasus positif, kasus sembuh dan kasus
meninggal, angka kejadian penyakit (cumulative incidence) mengalami
peningkatan serta penurunan serta angka kematian (case fatality rate) mengalami
penurunan.
Kesimpulan : Penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan juga penurunan
kasus positif, kasus sembuh dan kasus meninggal, angka kejadian penyakit
(cumulative incidence) mengalami peningkatan serta penurunan serta angka
kematian (case fatality rate) mengalami penurunan.
Kata Kunci : Epidemiologi, Covid-19, SARS-CoV-2

v
ABSTRACT

Background: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease


caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is a new type of
coronavirus that has never been previously identified in humans, there are two
types of coronavirus that are known to cause disease that can cause severe
symptoms, such as Middle East Respiratory Syndrome (MERS) and Severe Acute
Respiratory Syndrome (MERS). Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Purpose: To find out the Epidemiology of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
in Medan City in 2020
Methods: This research is descriptive, cross-sectional design with total sampling
with data processing using univariate data analysis test.
Results: Based on the results of this study, it can be seen that the spread of Covid-
19 has increased as well as decreased positive cases, recovered cases and cases
of death, the cumulative incidence of disease (cumulative incidence) has increased
and decreased and the case fatality rate has decreased.
Conclusion: The spread of Covid-19 has increased as well as decreased positive
cases, recovered cases and cases of death, the cumulative incidence of disease
(cumulative incidence) has increased and decreased and the death rate (case
fatality rate) has decreased.
Keywords: Epidemiology, Covid-19, SARS-CoV-2

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………...……………………………... ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………..……... iii

ABSTRAK ……….………………………………….......………………………. v

ABSTRAK ………………………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... xi

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….… xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……….……………..……..……………………... 1

1.1 Latar Belakang ……………………….....……………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………….……………………………….. 3

1.3 Tujuan Penelitian ….………………………….………………….. 3

1.3.1 Tujuan Umum …………………….………………………... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ….…………………….………………….… 3

1.4 Manfaat Penelitian …………………..…………………………… 4

1.4.1 Bagi Peneliti …………….…….……………………………. 4

1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan …………….……………….……... 4

1.4.3 Bagi Peneliti ………………………………………………... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …..……………………………..…………... 5

2.1 Defenisi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) ……..……........ 5

2.1.1 Struktur dan Siklus Hidup ………...………………….……. 6

2.1.2 Varian Baru COVID-19 ………………………….………... 7

vii
viii

2.1.3 Patogenesis COVID-19 ……………………………….……. 8

2.1.4 Faktor Resiko COVID-19 ………………………....……… 10

2.1.5 Manifestasi Klinis COVID-19 …………….…….…………10

2.1.6 Penularan COVID-19 ………………...…………..………. 11

2.1.7 Pemeriksaan penunjang COVID-19 .……………………... 12

2.1.8 Penatalaksanaan COVID-19 ….…………………………... 13

2.1.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi COVID19 ………... 13

2.1.8.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi COVID-19 ….. 14

2.2 Defenisi Epidemiologi …………….………………….....……… 15

2.3 Epidemiologi COVID-19 Berdasarkan Epidemiologi ……..…… 17

2.4 Kerangka Teori COVID-19 ……………………….………….…. 20

2.5 Kerangka Konsep COVID-19 ……………………….…….……. 21

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ………………....………….………. 22

3.1 Desain Penelitian ………………………….………….………… 22

3.2 Lokasi Penelitian …………………………………….…………. 22

3.3 Populasi Penelitian ………………………….…...….………..… 22

3.3.1 Populasi Penelitian ………………………….……………. 22

3.3.2 Sampel ……………………………..………………...…… 22

3.4 Waktu Penelitian ……………………………………………..…. 22

3.5 Defenisi Operasional ……………………………………….…... 22

3.6 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data …………………..……… 24

3.6.1 Alat Pengumpulan Data ………………………….……….. 24

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data ……………………..……….. 24

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data ………………….……....…. 24

3.7.1 Pengolahan Data …………………………….……………. 24


ix

3.8 Analisa Data ………………………………………………..…… 24

3.8.1 Analisa Univariat …………………….…………….……... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN …………...…………………………..…….... 25

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………..………... 25

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian …………………......………... 25

4.1.2 Analisis Univariat ………………………………..……….. 25

4.1.2.1 Cumulative incidence (CI) COVID-19 di Kota

Medan pada bulan Juli sampai Juni 2021 ……..…. 25

4.1.2.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota

Medan pada bulan Juli sampai Juni 2021 ………… 26

4.1.2.3 Distribusi Case COVID-19 di Kota Medan

pada bulan Juli sampai Juni 2021 ………….….… 27

4.2 Pembahasan ……………………………………………………...28

4.2.1 Cumulative incidence (CI) COVID-19 di Kota Medan ……28

4.2.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan ….... 29

4.2.3 Kasus Positif, Kasus Sembuh dan Kasus Meninggal

COVID-19 di Kota Medan …………………………...…... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………... 34

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 34

5.2 Saran ……………………………………………………………... 34

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 35


DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………………. 23
Tabel 4.1 Cumulative Incidence (CI) COVID-19 di Kota Medan ……...………. 25
Tabel 4.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan ………..……... 26
Tabel 4.3 Distribution Case COVID-19 di Kota Medan …….…………………..27

xi
DAFTAR SINGKATAN

ACE2 : Angiotensin Converting Enzym 2


Ag-RDT : Rapid Diagnostic Test Antigen
APC : Antigen Presentation Cells
ASCs : Pattern Recognition Receptors
CDC : Centery For Disease Control And Prevention
COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
ICU : Intensive Care Unit
KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KKMMD : Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
LFA : Lateral Flow Assay
MERS : Middle East Respiratory Syndrome
MHC : Major Histocompatibility Complex
PHEIC : Public Health Emergency of International Concern
PRRs : Pattern Recognitio Receptors
RT-PCR : Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
WHO : World Health Orgaxnization

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I …………………………………………………………….............. 39
Lampiran II ……………………………………………………………………. 40
Lampiran III …………………………………………………………………... 41
Lampiran IV …………………………………………………………………... 42
Lampiran V ……………………………………………………………………. 43
Lampiran VI …………………………………………....................................... 44

xiii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah di
identifikasi sebelumnya pada manusia, terdapat dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
World Health Organization (WHO) menerima laporan dari otoritas
kesehatan di Wuhan provinsi Hubei, telah terjadi kejadian atau kasus “pneumonia
virus” pada tanggal 31 Desember 2019. Pada 7 Januari 2020 China
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru Coronavirus. WHO pada
tanggal 30 Januari 2020 menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/ Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) (Kementerian Kesehatan RI,
2020).
Virus ini resmi di umumkan oleh WHO pada tanggal 11 Februari 2020
bahwa penyakit yang disebabkan oleh novel corona virus akan diberi nama
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), nama penyakit ini di pilih oleh WHO
untuk menghindari ketidaktepatan dan stigma oleh masyarakat dunia, karena hal
ini tidak mengacu pada lokasi geografis, hewan, indifidu, kelompok orang (WHO,
2020). WHO resmi mempublikasikan nama “pneumonia virus” sebagai
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Susilo et al., 2020).
World Health Organization menerima laporan dari beberapa negara yang
melaporkan kasus “pneumonia virus” ini pada tanggal 20 Januari 2020, di
antaranya negara China di Hubei dengan total kasus terkonfirmasi 258, di
Guangdong total kasus terkonfirmasi 14, di Beijing total kasus terkonfirmasi 5, di
Sanghai total kasus terkonfirmasi 1, di negara Jepang total kasus terkonfirmasi 1,
2

di negara Republic Korea total kasus terkonfirmasi 1, di negara Thailand total


kasus terkonfirmasi 2, dan dengan total kasus keseluruhan terkonfirmasi 282
(Johnson, 2020).
Kasus ini semakin meningkat pada tanggal 11 Maret 2020 yang mana
WHO mengumumkan dalam 2 minggu terakhir pada 11 Maret 2020 kasus
COVID-19 diseluruh dunia meningkat 13 kali lipat dan jumlah negara yang
terkena dampak telah 3 kali lipat, pada 11 Maret 2020 lebih dari 118.000 kasus di
114 negara dan 4.291 orang kehilangan nyawa, oleh karena itu pada tanggal 11
Maret 2020 WHO membuat penilaian bahwa COVID-19 di kategorikan sebagai
pandemi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Beberapa kasus dan kematian terkonfirmasi COVID-19 yang di laporkan
dan kumulatif pada tanggal 24 Januari 2021 menurut 6 wilayah WHO di
antaranya Amerika dengan total kasus 43.456.972 (44%) dengan total kematian
999.894 (47%) Eropa dengan total kasus 32.848.998 (33%) dengan total kematian
7.062.93(33%) Asia Tenggara 12.656.504 (13%) dengan total kematian 194.449
(9%) Mediteranian timur dengan total kasus 507.649 (6%) dengan total kematian
130.901 (6%) Afrika dengan total kasus 2.642.083 (3%) dengan total kematian
57.902 (3%) Pasific Barat dengan total kasus 1.347.893 (1%) dengan total
kematian 23.307 (1%). Secara global pada tanggal 24 Januari 2021 WHO
melaporkan terdapat 98.280.844 kasus Coronavirus Disease COVID-19 yang
telah terkonfirmasi dan dengan total kematian 7 hari terakhir 2.112.759, dengan
total keseluruhan dari 222 negara (World Health Organization, 2021).
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang COVID-19
melaporkan saat ini pertanggal 28 Januari 2021 total kasus terkonfirmasi di
Indonesia 1.037.993 dengan total kasus yang aktif 166.540 dan total kasus yang
sembuh 842.122 (sembuh 81,1% dari terkonfirmasi), dengan total kasus yang
meninggal 29.331 (meninggal 2,8% dari terkonfirmasi) (Kementerian Kesehatan
RI, 2021b). Laporan kasus tertinggi saat ini dari 34 Provinsi di Indonesia di
antaranya DKI Jakarta dengan total kasus 256.416 (25%), Jawa Barat dengan total
kasus 134.520 (13,1%), Jawa Tengah dengan total kasus 120.001 (11.7%), Jawa
Timur dengan total kasus 109.081 (10.6%), Sulawesi Selatan dengan total kasus
3

45.919 (4,5%), Kalimantan Timur dengan total kasus 38.727 (3.8%), Riau dengan
total kasus 28. 577 (2.8%) (KPCPEN, 2021).
Laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang COVID-19
di Sumatera Utara yaitu melaporkan data saat ini pertanggal 27 januari 2021 total
kasus terkonfirmasi di Sumatera Utara dengan total kasus terkonfirmasi 20.496
(2,0% masih dalam jumlah terkonfirmasi nasional) dengan total kasus yang
sembuh 17.744 (sembuh 86,5% dari jumlah terkonfirmasi provinsi) dengan total
kasus yang meninggal 735 (meninggal 3,6 dari jumlah terkonfirmasi)
(Kementerian Kesehatan RI, 2021).
COVID-19 ini menyebabkan proses epidemiologi dari penyakit ini secara
global meresahkan dunia, dan menjadi permasalahan utama setiap negara untuk
menekan laju penyebaran penyakit (distribution case), menurunkan angka
kematian (fatality rate) dan menurunkan angka kejadian (cumulative incident),
permasalahan yang di timbulkan oleh COVID-19 sangat serius dengan jumlah
kasusnya yang terus meningkat setiap harinya, tanpa membeda-bedakan COVID-
19 menyerang setiap orang tanpa memandang usia maupun jenis kelamin,
sehingga secara global kasus ini dapat menyerang siapapun (Fathiyah Isbaniah
and Agus Dwi Susanto, 2020).
Mengamati keadaan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Kota
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat menjadi acuan peneliti
untuk mengetahui Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Kota
Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) di Kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi angka kejadian (Cumulative Incident) Coronavirus Disease
4

2019 (COVID-19) di Kota Medan tahun 2020.


2. Mengidentifikasi angka kematian (Case Fatality Rate), Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) di Kota Medan tahun 2020.
3. Mengidentifikasi penyebaran (Distribution Case) Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) di Kota Medan tahun 2020.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk lebih menambah ilmu terkait
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
1.4.2. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai bahan informasi sehingga dapat di gunakan dalam pengambilan
kebijakan untuk mengatasi menanggulangi Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19).
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan bagi peneliti, sehingga dapat diaplikasikan dalam
bidang pendidikan dan kesehatan mengenai epidemiologi COVID-19 di
Indonesia.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
merupakan Coronavirus jenis baru yang belum pernah di identifikasi sebelumnya
pada manusia, terdapat dua jenis Coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat, seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).
COVID-19 masih belum jelas bagaimana penularannya, diduga dari hewan
ke manusia karena kasus-kasus yang muncul di Wuhan semuanya mempunyai
riwayat kontak dengan pasar hewan Huanan di Distrik Jianghan, Wuhan
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
WHO di Republik Rakyat China menerima laporan dari otoritas kesehatan
di Wuhan provinsi Hubei, China telah terjadi kejadian atau kasus “pneumonia
virus” pada tanggal 31 Desember 2019. China mengidentifikasi kasus tersebut
sebagai jenis baru Coronavirus pada tanggal 7 Januari 2020. WHO pada tanggal
30 Januari 2020 menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/ Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Corona virus ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di
Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama SARS-COV-2 yang
menyebabkan penyakit COVID-19. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
merupakan genus dengan Flor Elliptic dan sering berbentuk Pleomorfik, dan
berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda
6

dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

2.1.1 Struktur dan Siklus Hidup


Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar virus RNA (ribo nucleic
acid) yaitu virus ber-strand tunggal yang termasuk ordo Nidoviral, yang terdiri
dari famili Coronaviridae, Roniviridae, Mesoniviridae dan Arteriviridae. Famili
coronaviridae dapat di bagi menjadi dua subfamili yaitu Coronavirinae dan
torovirinae (Hairunisa and Amalia, 2020).
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Virus ini memiliki struktur sebagai virus enveloped RNA dalam lipid
bilayer. SARS-CoV-2 adalah sebuah partikel berbentuk bulat atau oval, sering di
temukan juga berbentuk polimorfik dengan diameter 60-140 nm. Karakteristik
genetiknya sangat berbeda dengan SARS-CoV dan MERSr-CoV, homologinya
mencapai 85% dengan SARSr-CoV (Hairunisa and Amalia, 2020).
RNA virus ini memiliki panjang genom sekitar 26 hingga 32 kPa. Lipid
bilayer pada virus akan berfusi dengan membran sel host. Kemudian akan terjadi
realease RNA virus ke dalam sitoplasma dan dilanjutkan dengan translasi dari
protein virus. Replikasi genome RNA dan sintesis protein virus akan membentuk
virus baru dan keluar dari sel (Hairunisa and Amalia, 2020).
Virus ini memiliki glikoprotein pada permukaan virus yaitu spike (S)-
glikoprotein. Virus masuk melalui ikatan dengan 2 protein ini, yaitu spike protein
7

(S-protein) yang mengekspresikan seperti homotrimer pada envelope virus. Pada


setiap S-protein memiliki 2 subunit yaitu S1 dan S2. Subunit S1 terdiri dari
receptor-binding domain yang akan mengikat reseptor target dari sel host,
sedangkan subunit S2 akan mengatur proses fusi pada membran sel. S-protein ini
akan berkaitan dengan reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) pada
manusia (Hairunisa and Amalia, 2020).
Reseptor reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) terdapat
banyak di paru-paru, jantung ginjal dan jaringann adipose. Ikatan 2protein ini
dapat di jadikan target untuk pegobatan dan vaksinasi. SARS-CoV-2 memiliki
mekanisme memasuki sel host yang sama dengan SARS, namun kecepatannya
lebih lambat. Perbedaannya adalah pada COVID-19, virus terakumulasi lebih
banyak pada jaringan sistemik, sehingga memiliki masa inkubasi yang lebih lama
dan penularannya lebih tinggi (Hairunisa and Amalia, 2020).
Coronavirus akan bertahan dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda
(seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan), coronavirus
bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4
jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus (Kementerian Kesehatan
RI, 2020).
Coronavirus sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di
nonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol, 75%,
ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat dan khloroform,
kholorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Kementerian Kesehatan
RI, 2020).

2.1.2 Varian Baru Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Berbagai varian baru virus corona bermunculan. Pada akhir tahun 2020,
beberapa varian virus muncul secara global, termasuk varian Inggris (B.1.1.7)
pertama kali di identifikasi pada bulan September 2020 di Inggris Raya. varian
menyebar dengan cepat di Tenggara Inggris, di mana menyebabkan sejumlah
besar kasus COVID-19 dan kemudian teridentifikasi di Amerika Serikat yang
menyebabkan lebih dari 2600 kasus terkonfirmasi, dan satu wabah besar di
8

laporkan di penjara Michigan (90 kasus COVID-19 Inggris varian B.1.1.7 di


penjara Michigan (Long et al., 2021).
Varian Afrika Selatan (B.1.351) pertama kali di identifikasi di Nelson
Mandela pada Oktober 2020 dan varian Brazil (P.1 dan P.2) yang di laporkan
berasal dari Manaus. Kedua varian ini mengandung mutasi (E484K dan N501Y)
yang menyebabkan wabah penyakit besar di negaranya masing-masing (Long et
al., 2021).
Munculnya varian California terkait (B.1.429 dan B.1.427), pertama kali
di identifikasi di Los Angeles Country pada Juli 2020. Varian ini terdeteksi di 42
negara di bagian Amerika Serikat pada November 2020, dan pertama kali di
temukan di Houston rumah sakit Methodist pada akhir Desember 2020 (Long et
al., 2021)
Ketiga varian (Inggris B.1.1.7, Brazil P.1 dan P2, dan Afrika Selatan
B.1.351) memiliki mutasi N501Y yang dapat menyebabkan peningkatan
penularan (Long et al., 2021)

2.1.3 Patogenesis Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Patogenesis COVID-19 pada manusia yaitu dengan cara menginfeksi sel-
sel pada saluran napas yang melapisi alveoli, virus ini akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel, di dalam sel, virus ini
melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang
dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel
(Susilo et al., 2020).
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam proses infeksi, dan efek
sitopatik virus dan kemampuannya akan mengalahkan respons imun, sehingga
respon imun akan menentukan keparahan infeksi virus, disregulasi sistem imun
kemudian akan berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi virus. Respon
imun yang tidak adekuat akan menyebabkan replikasi virus dan kerusakan
jaringan, namun respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
jaringan (Susilo et al., 2020).
9

Ketika virus masuk ke dalam sel, antigen virus akan dipresentasikan ke


antigen presentation cells (APC). Presentasi antigen virus bergantung pada
molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II
juga turut berkontribusi. Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons
imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang
spesifik terhadap virus. Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG
terhadap COVID-19. IgM terhadap COVID-19 hilang pada akhir minggu ke-12
dan IgG dapat bertahan jangka panjang (Susilo et al., 2020).
Virus memiliki mekanisme untuk menghindari respons imun pejamu.
COVID-19 dapat menginduksi produksi vesikel membran ganda yang tidak
memiliki pattern recognition receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam vesikel
tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu (Susilo et al., 2020).
Adapun respons imun pada pejamu pada COVID-19 yaitu dengan klinis
ringan peningkatan sel T CD38+HLA-DR+ (sel T teraktivasi), terutama sel T
CD8 pada hari ke 7-9, peningkatan antibody secreting cells (ASCs) dan sel T
helper folikuler di darah pada hari ke-7, tiga hari sebelum resolusi gejala.
Peningkatan IgM/IgG SARS-CoV-2 secara progresif juga ditemukan dari hari ke-7
hingga hari ke-20, perubahan imunologi tersebut bertahan hingga 7 hari setelah
gejala beresolusi. Pada pasien dengan manifestasi COVID-19 yang tidak berat ini
tidak ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi, meskipun pada
saat bergejala (Susilo et al., 2020).
Respons imun pada pejamu pada COVID-19 dengan klinis berat
ditemukan limfosit yang lebih rendah, leukosit dan rasio neutrofil-limfosit yang
lebih tinggi, serta persentase monosit, eosinofil, dan basofil yang lebih rendah
pada kasus COVID-19 yang berat. Sitokin proinflamasi yaitu TNF-α, IL-1 dan IL-
6 serta IL-8 dan penanda infeksi seperti prokalsitonin, ferritin dan C-reactive
protein juga didapatkan lebih tinggi pada kasus dengan klinis berat. Sel T helper,
T supresor, dan T regulator ditemukan menurun pada pasien COVID-19 dengan
kadar T helper dan T regulator yang lebih rendah pada kasus berat, ARDS juga
menunjukkan penurunan limfosit T CD4 dan CD8 (Susilo et al., 2020).
10

ARDS merupakan penyebab utama kematian pada pasien COVID-19.


Penyebab terjadinya ARDS pada infeksi virus ini adalah badai sitokin, yaitu
respons inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat pelepasan sitokin
proinflamasi dalam jumlah besar (IFN-α, IFN-γ, IL-1β, IL-2, IL-6, IL-7, IL-10
IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan TGFβ) serta kemokin dalam jumlah besar
(CCL2, CCL3, CCL5, CXCL8, CXCL9, dan CXCL10. Respons imun yang
berlebihan ini dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis sehingga terjadi
disabilitas fungsional (Susilo et al., 2020).

2.1.4 Faktor Resiko Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Faktor resiko COVID-19 yaitu orang dengan penyakit komorbid hipertensi
dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif, pasien kanker dan
pasien gangguan hati kronik. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus,
diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2. Pada pasien kanker diasosiasikan
dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen
proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritik. Pada pasien dengan sirosis
atau penyakit hati kronik juga mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih
mudah terjangkit COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk
(Susilo et al., 2020).
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah
dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam
satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap
sebagai risiko rendah dan tenaga medis merupakan salah satu populasi yang
berisiko tinggi tertular (Susilo et al., 2020).

2.1.5 Manifestasi Klinis Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Manifestasi Klinis COVID-19 berdasarkan gejala yaitu:
a. Gejala ringan
Gejala ringan di identifikasikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan
11

atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau
sakit kepala, pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
b. Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat
Ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala frekuensi
pernapasan >30x/menit, distres pernapasan berat, saturasi oksigen 93% tanpa
bantuan oksigen.
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,
kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva.
Demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C.
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari), pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit
menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus
menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi
ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung, gejala pada fase ini umumnya
ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal.
Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk,
limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi
hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol,
terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya
(Susilo et al., 2020).

2.1.6 Penularan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Menurut World Health Organization (WHO) penularan COVID-19 yaitu:
a. Transmisi Kontak dan Droplet
Transmisi ini dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak
langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi seperti air
liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran napas yang keluar saat
orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi. Droplet saluran
napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm sedangkan.
12

b. Transmisi Melalui Udara


Transmisi melalui udara dapat terjadi melalui penyebaran agen infeksius
yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius
saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Droplet yang
berukuran diameter ≤ 5 μm disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol.
c. Transmisi Formit
Transmisi melalui fomit dapat terjadi melalui sekresi saluran pernapasan
atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi
permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan yang
terkontaminasi).
d. Moda-moda Transmisi Lainnya
Moda-moda transmisi lainnya dapat terjadi melalui beberapa penyebab
transmisi namun resiko dari transmisi melalui rute ini rendah, yaitu: Melalui feses
atau urine,
- Melalui plasma atau serum darah, namun peran transmisi melalui
darah masih belum dipastikan dan rendahnya konsentrasi virus di
plasma dan serum mengindikasikan bahwa risiko transmisi melalui
rute ini mungkin rendah.
- Melalui air susu ibu dari ibu yang terinfeksi, namun dari ibu ke anak
memerlukan virus yang dapat bereplikasi dan infeksius di dalam air
susu ibu yang dapat mencapai situs sasaran pada bayi dan juga
mengalahkan sistem pertahanan bayi (World Health Organization,
2020).
2.1.7 Pemeriksaan penunjang Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila pasien COVID-19 sedang masa
rawat inap (sedang dalam masa karantina) di rumah sakit, pemeriksaan rutin
penunjang yang dilakukan adalah medical chek up antara lain Foto thoraks
(Melihat gambaran pneumonia), CT scan thoraks (melihat gambaran kapasitas
ground-glass), bila memungkinkan dapat dilakukan bila terdapat keraguan pada
rontgen thoraks, EKG (khusus pasien hipertensi dan takikardia). Pemeriksaan
laboratorium chek up antara lain Darah perifer lengkap (leukopenia /normal /
13

limfopenia), kimia darah (fungsi hepar, fungsi ginjal, proklasitonin bila di curigai
bakterialis, asam laktat), analisis gas darah bila pasien sesak, asam laktat serum
dan CRP (Burhan et al., 2020).

2.1.8 Penatalaksanaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19


2.1.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi
Manajemen penyakit COVID-19 dari gejala ringan hingga berat dapat
diberikan terapi obat-obatan yaitu :
a. Interferon alfa (IFN-α) terbukti menghambat produksi SARS-CoV
secara in vitro.
b. Lopinavir/ritonavir (LPV/r) memiliki kemampuan inhibisi replikasi,
dan berefektifitas baik pada pasien Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) dan mencegah penururan ARDS.
c. Ribavirin (RBV) obat ini dapat menginhibisi infeksi virus dan sangat
efektif.
d. Klorokuin fosfat (CLQ/CQ) Klorokuin, obat antimalaria dan autoimun,
diketahui dapat menghambat infeksi virus dengan meningkatkan pH
endosomal dan berinteraksi dengan reseptor virus. Efektivitas obat ini
memiliki aktivitas immunomodulator yang memperkuat efek antivirus.
Selain itu, klorokuin didistribusi secara baik di dalam tubuh, termasuk
paru.
e. Remdesvir dan umifenovir (arbidol) obat ini dapat menginhibisi
infeksi virus secara efektif pada perbaikan gejala atau kadar virus
(Susilo et al., 2020).
Untuk manajemen pasien COVID-19 yang kritis dengan Median waktu
onset gejala sampai masuk intensive care unit (ICU) adalah 9 – 10 hari dengan
penyebab utama ARDS, tatalaksana pasien kritis COVID-19 ini memiliki prinsip
penanganan yang sama dengan ARDS pada umumnya. (Susilo et al., 2020).
Pedoman penangan meliputi terapi cairan konservatif, resusitasi cairan
dengan kristaloid, norepinefrin sebagai lini pertama agen vasoaktif pada COVID-
19 dengan syok, antibiotik spektrum luas sedini mungkin pada dugaan koinfeksi
14

bakteri sampai ditemukan bakteri spesifik pilihan utama obat demam adalah
acetaminofen penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan plasma mobilisasi
pasien setiap 2 jam untuk mencegah ulkus dekubitus berikan nutrisi enteral dalam
24-48 jam pertama, pada kondisi pelayanan tidak memadai untuk ventilasi invasif,
dapat dipertimbangkan pemberian oksigen nasal dengan aliran tinggi atau
ventilasi noninvasif dengan tetap mengutamakan kewaspadaan karena risiko
dispersi dari aerosol virus lebih tinggi (Susilo et al., 2020).

2.1.8.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi Coronavirus Disease 2019


(COVID-19)
Untuk pencegahan non farmakologi, pencegahan penyakit COVID-19
dengan cara mengkonsumi ektrak tanaman-tanaman herbal yang bermanfaat
sebagai antivirus misalkan Jahe, kunyit, temulawak, daun gambir, sirih, minyak
kelapa murni, dan secang. Makanan- makanan yang dapat memberikan
peningkatan pada imun, seperti beras merah, beras hitam, ubi jalar, tempe, kacang
hijau. Mengkonsumsi buah-buahan yang dapat meberikaan antioksidan sebagai
penghambat masuknya berbagai virus seperti jambu merah, manggis, jeruk, tomat,
strowbery, labu kuning. Minuman sehat sebagai suplemen untuk meningkatkan
imun seperti, susu, youghurt, dan kebutuhan mineral tubuh seperti air (Prayudi
Syamsuri, Lina Marlina, Sri Usmiati Christina Winarti, Sri Widowati, Setyadjit,
2020).
Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor,
(Kementerian Kesehatan RI, 2020). Menghindari menyentuh mata, hidung dan
mulut, terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan
lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah, pakailah
masker medis dan melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker,
menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernapasan (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
15

2.2 Definisi Epidemiologi


Epidemiolgi berasal dari bahasa Yunani, yaitu epi atau upon yang berarti
pada atau tentang, demos = people yang berarti penduduk/rakyat, dan logia =
knowledge yang berarti ilmu. Sehingga epidemiologi dapat di artikan ilmu yang
mempelajari pada atau tentang penduduk. Defenisi epidemioligi saat ini di artikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebaran (distribution) masalah kesehatan,
frekuensi penyakit (incidence/ prevelence) dan determinan (faktor-faktor yang
mempengaruhi) (dr. Rahmadani Sitepu, 2019).
Tujuan dari mempelajari epidemiologi, untuk mendeskripsikan distribusi
yaitu kecenderungan dan riwayat alamiah suatu penyakit atau keadaan kesehatan
populasi, menjelaskan etiologi penyakit, dapat meramalkan kejadian penyakit, dan
mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi (Ismah, 2018).
Kegunaan atau manfaat epidemiologi yaitu:
a. Epidemiologi membantu pekerjan administrasi kesehatan dalam
perencanaan (planning) dari pelayanan kesehatan, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluation) dalam suatu upaya kesehatan.
b. Dengan menentukan peyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat di
susun langkah-langkah pengendalian baik yang bersifat pencegahan
ataupun yang bersifat pengobatan.
c. Dapat menjelaskan perkembangan alamiah suatu penyakit (Natural
History of Disease). Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini
sangat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit
(Ismah, 2018).
Manfaat lain dari epidemiologi selain mempelajari frekuensi dan distribusi
penyakit dalam sekelompok penduduk, juga sangat membantu untuk mengetahui
angka kejadian (cumulative incident), angka kematian (case fatality rate),
penyebaran kasus (distribution case) dari suatu penyakit itu sendiri, sehingga
untuk menekan laju peningkatan angka kejadian suatu penyakit dapat dilakukan
melalui usaha pencegahan primordial prevention, primary prevension, secondary
prevensio, tertiary prevention (Dr. dr. Edison, 2018).
16

Konsep dari pendekatan epidemiologi untuk mengetahui timbulnya suatu


penyakit terjadi apabila adanya gangguan keseimbangan interaksi antara agent,
environment (lingkungan) dan pejamu (host), bila interaksi antara 3 kelompok ini
tidak seimbang maka timbul penyakit dan masalah kesehatan
Hal-hal yang menyebabkan timbulnya gangguan keseimbangan: Ketidak
seimbangan antara agent penyakit dengan manusia (host). Keseimbangan akan
terganggu, tergantung pada sifat alami dan karakteristik dari agent, penjamu,
maupun kelompok. Keseimbangan akan terganggu, tergantung penjamu dan
lingkungan sosial, fisik, dan ekonomi, dan lingkungan biologis (Sitepu, 2019).
Epidemiologi merupakan landasan yang di gunakan untuk menentukan
kebutuhan akan program pengendalian penyakit, untuk mengembangkan program
pencegahan dan kegiatan perencanaan layanan kesehatan, serta untuk menetapkan
pola penyakit epidemi, pandemi, endemi dan sporadik (Sitepu, 2019).
Empat masalah kesehatan yaitu:
a. Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (penyakit)
yang di temukan dalam satu kelompok, populasi masyarakat atau
wilayah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekwensi
yang meningkat.
b. Pandemi adalah epidemi yang menyebar luas melintasi negara, benua
atau populasi yang besar, kemungkinan keseluruh dunia dalam waktu
yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta
penyebaranya telah mencakup wilayah yang amat luas.
c. Endemi adalah berlangsungnya suatu penyakit pada tingkat yang sama
atau keberadaan suatu penyakit yang terus menerus di dalam populasi
atau wilayah tertentu dan menetap dalam waktu yang lama
d. Sporadik suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (penyakit)
yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut
perubahan waktu (dr. Rahmadani Sitepu, 2019)
Insidensi kumulatif (cummulative incidence) merupakan rata-rata risiko
seseorang individu terkena penyakit. Ciri-ciri dari isidensi cumulatif adalah
probabilitas individu berisiko berkembang menjadi penyakit dalam periode waktu
17

tertentu, individu tidak meninggal karena sebab lain selama periode itu, tidak
‘berdimensi dan nilainya dari nol sampai satu (dr. Rahmadani Sitepu, 2019)
Penyebaran kasus (distribution case) merupakan masalah kesehatan yang
merujuk kepada pengolompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan
tertentu, yaitu menurut ciri-ciri manusia (MAN) yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit atau orang yang terkena penyakit, menurut tempat (PLACE), di mana
penyebaran atau terjadinya suatu penyakit, menurut waktu (TIME), kapan
penyaberan atau terjadinya penyakit tersebut (Ismah, 2018).
Angka kematian (case fatality rate) merupakan proporsi jumlah kematian
dibagi dengan jumlah pasien yang di konfirmasi dari suatu penyakit, yang telah di
gunakan untuk menilai dan membandingkan tingkat keparahan epidemi antar
negara (D. Kim et al., 2020).

2.3 Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


WHO menerima laporan dari otoritas kesehatan di Wuhan provinsi Hubei,
telah terjadi kejadian atau kasus “pneumonia virus” pada tanggal 31 Desember
2019. Pada 7 Januari 2020 China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis
baru Coronavirus WHO pada tanggal 30 Januari 2020 menetapkan kejadian
tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/ Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Wabah penyakit dari COVID-19 di umumkan oleh WHO pada tanggal 11
Februari 2020 bahwa penyakit yang disebabkan oleh novel corona virus akan
diberi nama COVID-19, nama penyakit ini di pilih oleh WHO untuk menghindari
ketidaktepatan dan stigma oleh masyarakat dunia, karena hal ini tidak mengacu
pada lokasi geografis, hewan indifidu, kelompok orang. WHO resmi
mempublikasikan nama “pneumonia virus” sebagai Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) (World Health Organization, 2020).
World Health Organization (WHO) menerima laporan pada tanggal 20
Januari 2020 dari beberapa negara yang melaporkan kasus “pneumonia virus” ini,
diantaranya negara China (di Hubei dengan total kasus terkonfirmasi 258, di
18

Guangdong total kasus terkonfirmasi 14, di Beijing total kasus terkonfirmasi 5, di


Sanghai total kasus terkonfirmasi 1), di negara Jepang total kasus terkonfirmasi 1,
di negara Republic Korea total kasus terkonfirmasi 1, di negara Thailand total
kasus terkonfirmasi 2, dan dengan total kasus keseluruhan terkonfirmasi 282
(Johnson, 2020).
Kasus ini semakin meningkat pada tanggal 11 Maret 2020, dan World
WHO mengumumkan dalam 2 minggu terakhir pada 11 Maret 2020 (Kementerian
Kesehatan RI, 2020b). kasus COVID-19 diseluruh dunia meningkat 13 kali lipat
dan jumlah negara yang terkena dampak telah 3 kali lipat, pada 11 Maret 2020
lebih dari 118.000 kasus di 114 negara dan 4.291 orang kehilangan nyawa, oleh
karena itu pada tanggal 11 Maret 2020 WHO membuat penilaian bahwa COVID-
19 di kategorikan sebagai pandemi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Laporan kasus dan kematian terkonfirmasi COVID-19 pertanggal 24
Januari 2021 yang di laporkan dan kumulatif menurut 6 wilayah WHO di
antaranya Amerika dengan total kasus 43.456.972 (44%) dengan total kematian
999.894 (47%) Eropa dengan total kasus 32.848.998 (33%) dengan total kematian
7.062.93(33%) Asia Tenggara 12.656.504 (13%) dengan total kematian 194.449
(9%) Mediteranian Timur dengan total kasus 507.649 (6%) dengan total kematian
130.901 (6%) Afrika dengan total kasus 2.642.083 (3%) dengan total kematian
57.902 (3%) Pasific Barat dengan total kasus 1.347.893 (1%) dengan total
kematian 23.307 (1%) Secara global pada tanggal 24 Januari 2021 WHO
melaporkan terdapat 98.280.844 kasus COVID-19 yang telah terkonfirmasi dan
dengan total kematian 7 hari terakhir 2.112.759, dengan total keseluruhan dari
222 Negara (World Health Organization, 2021).
Berdasarkan kasus tertinggi di setiap wilayah negara WHO diantaranya
wilayah area Afrika dengan 3 kasus tertinggi diantaranya Afrika Selatan dengan
total kasus 1.404.839, Nigeria dengan total kasus 120.602, Zambia dengan total
kasus 44.692, kemudian wilayah area Amerika dengan 3 kasus tertinggi
diantaranya Amerika Serikat dengan total kasus 24.604.325, Brazil dengan total
kasus 8.753.920, Mexico dengan total kasus 1.732.290, kemudian wilayah area
Mediteranian Timur dengan 3 kasus tertinggi diantaranya Iran (Republik Islam)
19

dengan total kasus 1.367.032, Libanon dengan total kasus 276.587, Uniemirat
Arab dengan total kasus 274.376, kemudian wilayah area Eropa dengan 3 kasus
tertinggi diantaranya Inggris dengan total kasus 3.617.463, Rusia dengan total
kasus 3.719.400, Prancis dengan total kasus 2.985.259, kemudian wilayah area
Asia Tenggara dengan 3 kasus tertinggi diantaranya India dengan total kasus
10.564.533, Indonesia dengan total kasus 977.474, Bangladesh dengan total kasus
531.326, kemudian wilayah area Pacific Barat dengan 3 kasus tertinggi
diantaranya Filipina dengan total kasus 511.679, Jepang dengan total kasus
360.661, Malaysia dengan total kasus 180.455 (World Health Organization,
2021).
COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020
atau sekitar 4 bulan setelah kasus pertama di Cina, dengan total kasus
terkonfirmasi yang di laporkan indonesia ke pihak WHO 2 orang (World Health
Organization, 2020). Kasus COVID-19 kemudian bertambah kembali pada
tanggal 6 Maret dengan total kasus terkonfirmasi yang di laporkan indonesia ke
pihak WHO 2 orang (J. Kim et al., 2020), dan jumlah total kasus COVID-19
pertama kali di Indonesia sebanyak 4 orang.
Setelah Indonesia menerima surat resmi dari WHO pada tanggal 11 Maret
2020 terkait telah disahkanya COVID-19 sebagai pandemi, pada tanggal 13 Maret
2020 Presiden Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, memutuskan untuk membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 (Keppres, 2020).
Laporan kasus yang terkonfirmasi COVID-19 pertanggal 28 Januari 2021
dengan total kasus terkonfirmasi di Indonesia 1.037.993 dengan total kasus yang
aktif 166.540 dan total kasus yang sembuh 842.122 (sembuh 81,1% dari
terkonfirmasi), dengan total kasus yang meninggal 29.331 (meninggal 2,8% dari
terkonfirmasi). Laporan kasus tertinggi saat ini dari 34 Provinsi di Indonesia di
antaranya DKI Jakarta dengan total kasus 256.416 (25.%), Jawa Barat dengan
total kasus 134.520 (13,1%), Jawa Tengah dengan total kasus 120.001 (11.7%),
Jawa Timur dengan total kasus 109.081 (10.6%), Sulawesi Selatan dengan total
20

kasus 45.919 (4,5%), dan Sumatera Utara berada pada urutan ke 11 dengan total
kasus 20.496 (2,0%) (KPCPEN, 2021)
Kasus COVID-19 di Sumatera Utara pertama kali terdeteksi di kota
Medan pada tanggal 18 Maret 2020, dan kemudian beberapa kabupaten
mengonfirmasi kasus COVID-19 kecuali kabupaten Pakpak Barat. Total kasus
terkonfirmasi pertama kali di Sumatera Utara 20.682, total kasus yang sedang
menjalanin perawatan 2.027 dengan total kasus yang sembuh 17.915, dan total
kematian 740 (Dinkes Sumut, 2020).
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang COVID-19
melaporkan saat ini pertanggal 28 Januari 2021 total kasus terkonfirmasi di
sumatera utara dengan total kasus terkonfirmasi 20.496 (2,0% masih dalam
jumlah terkonfirmasi nasional) dengan total kasus yang sembuh 17.744 (sembuh
86,5% dari jumlah terkonfirmasi provinsi) dengan total kasus yang meninggal 738
(meninggal 3,6% dari jumlah terkonfirmasi) (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

2.4 Kerangka Teori Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Epidemiologi coronavirus
disease 2019 (COVID-19)
di Kota Medan

Cumulative Incident Case Fatality Rate Distribution Case

- Kasus positif - Usia - Usia


- Kasus sembuh - Komorbid - Jenis kelamin
- Kasus meninggal - Kematian

Skema 2.1 Kerangka Teori Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-


19) (Dr. dr. Edison, 2018)
21

2.5 Kerangka Konsep Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Berdasarkan latar belakang maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Coronavirus Disease
Epidemiologi 2019 (COVID-19)

Karekteristik

- Cumulative Incident (CI) Coronavirus


Disease 2019 (COVID-19) di Kota
Medan
- Case Fatalitity Rate (CFR)
Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) di Kota Medan
- Distribution Case Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) di Kota Medan

Skema 2.2 Kerangka Konsep Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).


22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan data
sekunder yaitu penelitian untuk mendeskripsikan paparan dan penyakit pada
populasi di suatu waktu tertentu, data yang di hasilkan dari data sekunder tersebut
akan memberikan informasi tentang distribusi suatu kejadian tertentu.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah
(Anggita, 2018). Dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Medan
yang telah terkena Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sesuatu yang di gunakan untuk menunjukkan sifat suatu
kelompok yang lebih besar (Anggita, 2018). Dalam penelitian ini adalah pasien di
Kota Medan yang telah terdata di data Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES RI).
3.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan mulai Januari s/d selesai 2021.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
23

Tabel 3.1.
Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Difenisi Cara Alat Ukur Hasil Skala


. Operasional Ukur Ukur Ukur

1 Coronavirus penyakit
disease 2019 menular yang
(COVID-19) disebabkan
oleh Severe
Acute
Respiratory
Syndrome
Coronavirus 2
(SARS-CoV-2).
(Kementerian
Kesehatan RI,
2020b).
2 (Cumulative Proporsi angka Melihat Observasi 0. Kasus Numerik
incidence) kejadian Data Positif
coronavirus terinfeksi, yang Covid di Covid-19
disease 2019 mempersentasi Kota 1. Kasus
(COVID-19) kan nilai Medan Sembuh
di Kota pertumbuhan Covid-19
Medan infeksi covid- 2.Kasus
19 di Kota Meninggal
Medan Covid-19
3 (Case fatality Proporsi angka Melihat Observasi Persentase Numerik
rate) kematian, yang Data
coronavirus mempersentasi Covid-
disease 2019 kan total nilai 19 di
(COVID-19) kematian Kota
di Kota covid-19 di Medan
Medan Kota Medan
4 (Distribution Proporsi angka Melihat Observasi Persentase Numerik
Case) penyebaran Data
coronavirus penyakit, yang Covid-19
disease 2019 mempersentasi di Kota
(COVID-19) kan nilai Medan
di Kota penyebaran
Medan infeksi covid-
19 di Kota
Medan
24

3.6 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data


3.6.1 Alat Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari website
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui internet connection
3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur yang telah dilakukan :
Informasi data epidemiologi di Kota Medan dari halaman resmi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (satuan tugas percepatan penanganan
COVID-19 Kota Medan).
3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara menual dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing (Penyuntingan Data)
Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap data yang di
peroleh kemudian di teliti apakah terdapat kekeliruan
2. Coding
Mengklasifikasikan data yang diperoleh kemudian dimasukkan
kedalam lembar tabel kerja sehingga lebih mudah terbaca dalam
komputer.
3. Entry
Data yang telah di temukan kemudian di tulis dalam bentuk tabel
3.8 Analisa Data
3.8.1 Analisa Univariat
Melakukan analisa univariat mengetahui distribusi frekuensi. Analisa ini
akan disajikan dalam bentuk table presentasi dari setiap variable yang
diteliti.
25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kota Medan adalah Ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya
serta kota terbesar di luar pulau Jawa. Secara geografis Kota Medan terletak
diantara 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' – 98° 44' Bujur Timur, Kota
Medan memilki 21 Kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2.000
lingkungan. Jumlah penduduk Kota Medan Sebanyak 2.435.252 jiwa Pada tahun
2020 (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2019).

4.1.2 Analisis Univariat


Analisa Univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui epidemiologi
COVID-19 berapa jumlah distribution case COVID-19 yang terjadi pada
masyarakat Kota Medan, distribution case yang diperhatikan dalam penelitian ini
meliputi berapa jumlah masyarakat Kota Medan yang positif COVID-19 di Kota
Medan, berapa banyak pasien yang sembuh dari COVID-19, berapa banyak
pasien COVID-19 yang meninggal di Kota Medan dari bulan Juli tahun 2020
sampai dengan bulan Juni tahun 2021. Penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui cumulative incidence (CI) dan case fatality rate (CFR) COVID-19 di
Sumatera Utara. penyebaran kasus, angka kejadian, dan angka kematian pada
penelitian ini dijabarkan pada bagian analisis univariat dibawah ini.
4.1.2.1 Cumulative incidence (CI) COVID-19 di Kota Medan pada bulan Juli
2020 sampai Juni tahun 2021
Tabel 4.1 Cumulative Incidence (CI) COVID-19 di Kota Medan
Bulan Cumulative Incidence (CI) (%)
Juli 2020 8,117 %
Agustus 2020 8,619 %
September 2020 9,484 %
Oktober 2020 7,581 %
26

November 2020 5,110 %


Desember 2020 5,884 %
Januari 2021 8,492 %
Februari 2021 13,546 %
Maret 2021 10,032 %
April 2021 6,011 %
Mei 2021 6,121 %
Juni 2021 11,014 %
Total 100 %
Sumber: (‘Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19’, 2021).
Berdasarkan table 4.1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dan
penurunan Cumulative Incidence COVID-19 di Kota Medan Tahun 2020 – 2021.
Cumulative Incidence tertinggi terjadi pada bulan februari 2021, dan yang
terendah terjadi pada bulan November 2020.
4.1.2.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan pada bulan Juli
2020 sampai Juni tahun 2021
Tabel 4.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan
Bulan Case Fatality Rate (CFR) (%)
Juli 2020 0,36 %
Agustus 2020 0.40 %
September 2020 0,46 %
Oktober 2020 0,15 %
November 2020 0,12 %
Desember 2020 0,08 %
Januari 2021 0,21 %
Februari 2021 0,25 %
Maret 2021 0,02 %
April 2021 0,50 %
Mei 2021 0,43 %
Juni 2021 0,36 %
27

Sumber: (‘Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19’, 2021).


Pada tabel 4.2 dapat dilihat Case Fatality Rate COVID-19 di Kota Medan
tahun 2020-2021 terjadi penurunan CFR COVID-19 di Kota Medan Tahun 2020
dari bulan oktober 2020 sampai bulan maret 2021, dan terjadi peningkatan
kembali pada bulan februari.
4.1.2.3 Distribution Case COVID-19 di Kota Medan pada bulan Juli 2020
sampai Juni tahun 2021
Tabel 4.3 Tabel Distribution Case COVID-19 di Kota Medan
Bulan Distribution Case COVID-19 di Kota Medan
Positif (n) Sembuh (n) Meninggal (n)
Juli 2020 1.407 487 62
Agustus 2020 1.494 1.163 70
September 2020 1.644 1.489 80
Oktober 2020 1.314 1.718 26
November 2020 884 1.238 20
Desember 2020 1.020 1.164 15
Januari 2021 1.472 1.135 36
Februari 2021 2.348 2.050 43
Maret 2021 1.739 2.023 2
April 2021 1.042 1.383 86
Mei 2021 1.061 1.024 74
Juni 2021 1.909 1.326 63
Total 17.334 16.200 577
Sumber: (‘Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19’, 2021).
Distribution Case pasien positif COVID-19 di Kota Medan pada tabel di
atas dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan dan penurunan kasus positif
COVID-19 di Kota Medan tahun 2020 – 2021. Jumlah kasus positif di kota
Medan dari bulan Juli 2020 sampai dengan Juni 2021 berjumlah 17.334.
Pada tabel di atas dapat dilihat penyebaran Distribution Case pasien
sembuh dari COVID-19 dari bulan Juli tahun 2020 hingga Juni tahun 2021 di
Kota Medan terjadi peningkatan jumlah pasien sembuh setiap bulannya. Data
28

tersebut menujukkan adanya kenaikan tingkat kesembuhan dari kasus COVID-19


di Indonesia. Jumlah total pasien sembuh dari bulan Juli 2020 sampai dengan Juni
2021 berjumlah 16.200.
pada tabel diatas, terjadi peningkatan dan penurunan kasus meninggal
akibat COVID-19 di Kota Medan setiap bulannya. Kasus meninggal paling sedikit
terjadi pada bulan Maret 2021 yaitu sebanyak 2 orang. Total pasien meninggal
dari bulan juli 2020 sampai juni 2021 berjumlah 577.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Cumulative Incidence (CI) COVID-19 di Kota Medan
Cumulative Incidence (CI) adalah probabilitas dari seorang yang tidak
sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu (Ismah, 2018). CI atau
angka kejadian penyakit pada COVID-19 di Kota Medan mengalami peningkatan
dari bulan Juli tahun 2020 hingga bulan September tahun 2020. Namun,
mengalami penurunan pada bulan Oktober tahun 2020 hingga Desember tahun
2020 yang kemudian mengalami peningkatan kembali dari bulan Januari-
Feberuari 2021. Selanjutnya kembali turun dan meningkat kembali. Peningkatan
tersebut menunjukkan semakin bertambahnya kasus positif COVID-19 di
Indonesia dikarenakan lalainya masyarakat Indonesia sendiri. Masyarakat tidak
menerapkan dan melakukan saran maupun nasihat dari tenaga kesehatan dan
pemerintahan dalam mencegah penularan COVID-19 seperti jaga jarak. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang berkumpul dalam suatu
tempat, tidak menjaga kebersihan diri bahkan tidak menjaga imunitas atau
kekebalan tubuh sehingga angka kejadian COVID-19 di Sumatera Utara semakin
meningkat. Pada bulan Oktober tahun 2020, kasus positif COVID-19 mengalami
penurunan sesaat. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia hanya
patuh dalam mengaplikasikan pencegahan COVID-19 pada saat bulan November
tahun 2020 saja. Pada bulan selanjutnya, terjadi peningkatan COVID-19 di Kota
Medan (Ilmiah, Batanghari and Putri, 2020).
29

4.2.2 Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan


Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 yang terjadi di Kota terjadi
peningkatan dan penurunan setiap bulannya. Mulai bulan Juli ke September tahun
2020 terjadi peningkatan CFR. Bulan Oktober hingga Desember tahun 2020
terjadi penurunan CFR, lalu terjadi peningkatan dan penurunan dari bulan Januari
samapi Juni tahun 2021. CFR adalah alat ukur yang umum digunakan untuk
mengukur keparahan dari penyakit akut yang berguna untuk menilai manfaat dari
terapi baru atau keefektifan dari sebuah intervensi. CFR merupakan proporsi
kasus penyakit tertentu yang menyebabkan kematian dalam suatu waktu.
Umumnya CFR disajikan dalam bentuk persentase. CFR dihitung dengan cara
pembagian dari pasien yang meninggal akibat COVID-19 dengan jumlah total
pasien yang terkonfirmasi terkena COVID-19. Dalam menghitung CFR, data yang
digunakan harus sudah dikonfirmasi dengan benar. Data yang valid di Kota
Medan sendiri dikeluarkan oleh website Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI). CFR yang dimiliki Kota Medan lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan Provinsi lain sehingga masyarakat harus tetap berhati-hati
pada kejadian ini (Sipahutar and Eryando, 2020).
CFR bisa berubah tergantung dari jumlah total pasien terkonfirmasi
COVID-19, semakin besar hal tersebut maka semakin kecil CFR. Ada beberapa
faktor yang memengaruhi CFR seperti banyaknya informasi mengenai virus yang
belum banyak diketahui, kapasitas pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga
kesehatan, alat pelindung diri yang memadai, alat uji klinis untuk mendiagnosis
dan kesiapan pemerintah pusat dalam menghadapi COVID-19. Jumlah
laboratorium yang dapat mendiagnosis COVID-19 di Kota Medan juga masih
sedikit, sehingga terjadi keterlambatan diagnosis pasien (Djalante et al., 2020).
4.2.3 Kasus Positif, Kasus Sembuh dan Kasus Meninggal COVID-19 di
Kota Medan
Terdapat peningkatan jumlah kasus positif, jumlah kasus sembuh dan
jumlah kasus meninggal COVID-19 di Kota Medan dari bulan Juli 2020 sampai
bulan Juni 2021, peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Sagala, Maifita and Armaita, 2020). Menyatakan
30

bahwa penyebaran COVID-19 masih tinggi. Hal tersebut dikarenakan pemahaman


dan kesadaran masyarakat Kota Medan masih rendah, selain itu tingkat kepatuhan
masyarakat untuk melakukan social distancing juga masih terlihat rendah karena
warga masih beraktivitas keluar rumah untuk tujuan rekreasi, duduk bergerombol,
berkumpul tanpa menggunakan masker dan tidak menjaga jarak, sehingga
penyebaran kasus positif COVID-19 masih besar.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ilmiah,
Batanghari and Putri, 2020) yang menyatakan bahwa Jumlah kasus COVID-19 di
Kota Medan meningkat dengan pesat, hal ini karena SARS-CoV-2 bertransmisi
melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. SARS-CoV-2 berasal dari
hewan namun dapat menginfeksi manusia, saat ini penyebaran SARS-Co-V2 dari
manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran
menjadi lebih agresif, pada manusia SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel
pada saluran napas yang melapisi alveoli, virus tersebut akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Genom RNA virus akan
dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan
protein struktural, selanjutnya genom virus akan mulai bereplikasi. Flikoprotein
pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membrane reticulum
endoplasma dan sel golgi, terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari
genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam
retikulum endoplasma dan sel golgi. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung
partikel virus akan bergabung menjadi membran plasma untuk melepaskan
komponen virus yang baru (Susilo et al., 2020). Berdasarkan data yang sudah ada,
penyakit komorbid hipertensi dan diabetes mellitus, jenis kelamin laki-laki dan
perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi COVID-19. Distribusi jenis
kelamin laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi.
Pada perokok, hipertensi dan diabetes mellitus diduga ada peningkatan ekspresi
reseptor ACE2 (Vermonte Philips, 2020).
Kasus Sembuh semakin meningkat di Sumatera Utara menunjukkan
bahwa masyarakat Sumatera Utara sudah mulai peduli dan serius dalam
mengobati penyakit COVID-19 serta mencegah penyebaran COVID-19 saat ini,
31

karena dengan banyaknya sembuh pasien dapat menurunkan penyebaran COVID-


19 di Kota Medan. Adapun cara dalam mengobati COVID-19 saat ini, secara
farmakologis pasien yang positif COVID-19 harus diberikan vitamin C. Dosis
vitamin C yang diberi tergantung derajat keparahan COVID-19 tersebut, apabila
ringan dapat diberikan dosis 500mg per oral 3 kali sehari selama 14 hari. Untuk
derajat sedang dapat diberikan vitamin C 200-400 mg/8jam dengan 100 cc NaCl
0.9% habis dalam 1 jam diberi secara intravena dan apabila tidak diberikan
vitamin C, harus fokus ke pengobatan yang mengancam nyawa seperti pemberian
oksigen, lalu agar penderita COVID-19 sembuh harus diberikan obat seperti
Azitromisin 500mg/24 jam selama 5-7 hari per oral dan diberi antivirus seperti
Oseltamivir 75mg/ 12 jam per oral selama 5-7 hari. Penatalaksanaan secara Non-
Farmakologis, penderita dapat melakukan isolasi mandiri, istirahat yang cukup,
memiliki ventilasi ruangan yang baik, cuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer, jaga jarak dengan keluarga, makan dan minum yang sehat serta
berjemur matahari minimal 10-15 menit setiap hari (Burhan et al., 2020).
Kasus meninggal akibat COVID-19 tampak meningkat namun apabila
dibandingkan dengan jumlah kasus positif COVID-19 di Kota Medan, kasus
meninggal semakin sedikit sehingga CFR pada data yang diambil dari Kemenkes
RI semakin rendah. Hal itu menunjukkan adanya perubahan pengobatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang semakin lama semakin baik, namun tetap
saja jumlah kasus meninggal masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Oleh
karena itu sebaiknya masyarakat tetap melaksanakan pengobatan dan pencegahan
COVID-19 agar kasus meninggal COVID-19 menurun. Adapun cara pencegahan
terjadinya COVID-19 di Kota Medan, seperti sering cuci tangan dengan sabun
atau hand sanitizer, social distancing saat bekerja, belajar dan beribadah di
rumah, memakai masker apabila sakit atau berada di tempat umum, jaga jarak dan
hindari kerumunan, segera mandi lalu ganti pakaian setelah tiba dirumah,
meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi gizi seimbang, tidak
merokok, konsumsi suplemen vitamin, lakukan aktivitas fisik, istirahat cukup,
mengendalikan penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi, menerapkan
32

etika batuk dan bersin dengan menutup mulut serta hidung kemudian mencuci
tangan dengan sabun dan air yang bersih (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Pada bulan November menuju Desember tahun 2020 kasus positif dan
kasus COVID-19 di Kota Medan semakin menurun menunjukkan adanya
kepatuhan masyarakat dalam mencegah dan mengobati saat itu. Namun, setelah
bulan Januari terjadi peningkatan kembali kasus positif dan kasus meninggal
COVID-19 yang berarti masyarakat menjadi lalai. Kasus sembuh pada bulan
November menuju Januari tahun 2021 juga mengalami penurunan yang artinya
terdapat ketidakpatuhan masyarakat Indonesia dan tidak konsisten dalam
menerapkan pengobatan atau pencegahan COVID-19 Tahun 2020 - 2021 di Kota
Medan.
Tingginya kasus positif tersebut menyebabkan rumah sakit rujukan
COVID-19 di beberapa daerah mulai kolaps karena keterbatasan sarana dan
prasarana. Tenaga kesehatan juga kewalahan menghadapi lonjakan kasus sehingga
berdampak pada kelelahan yang menyebabkan imunitas turun dan meningkatkan
risiko penularan. Masing-masing perawat menangani tujuh pasien COVID-19,
kondisi tersebut menyebabkan pasien yang berpeluang untuk sumbuh tidak
mendapatkan perawatan yang sesuai dengan standar COVID-19 sehingga
mengalami keterlambatan penanganan yang dapat memperburuk kondisi dan
menyebabkan kematian. Tingginya kematian menandakan belum berhasilnya
suatu negara dalam mengatasi pandemi yang terjadi (Suni, 2021).
Berdasarkan prinsip epidemiologi, dalam menurunkan kasus positif dan
angka kematian yang aktif harus berfokus pada hilir dan hulu seperti berorientasi
pada aspek promotif dan preventif. Hal ini dapat dilakukan penguatan peran
puskesmas untuk mengatasi pandemi karena puskesmas merupakan fasilitas
kesehatan dasar dan berada paling dekat dengan masyarakat. Oleh karena itu,
puskesmas memiliki peran strategis dalam mendidik masyarakat untuk
menerapkan protokol kesehatan serta memaksimalkan pengobatan sesuai
rekomendasi WHO. Indonesia sebaiknya bisa mengerahkan kader kesehatan untuk
membantu penelusuran kontak erat dan edukasi kepada masyarakat terkait
protokol kesehatan. Puskesemas juga bisa dijadikan tempat penanganan awal
33

untuk pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) sampai gejala ringan yang
membutuhkan perawatan dapat berkurang untuk dirujuk ke rumah sakit sehingga
rumah sakit tidak penuh. Adapun solusi dalam menurunkan angka kasus positif
dan kasus meninggal aktif yaitu dengan mempercepat program vaksinasi. Vaksin
terbukti dapat membantu menurunkan risiko tingkat keparahan sampai kematian
akibat COVID-19 (Suni, 2021).
34

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal terkait epidemiologi
COVID-19 di Indonesia, seperti:
1. Angka kejadian penyakit Cumulative Incidence (CI) mengalami
peningkatan pada bulan Juli – September tahun 2020, Januari – Maret
tahun 2021 dan bulan Juni tahun 2021. Pada bulan Oktober – Desember
tahun 2020 dan bulan April – Mei tahun 2020 mengalami penurunan CI.
2. Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 di Kota Medan mengalami
peningkatan dan penurunan setiap bulannya.
3. Penyebaran COVID-19 di Kota Medan pada bulan Juli hingga bulan Juni
tahun 2021 mengalami peningkatan jumlah kasus positif, jumlah kasus
sembuh, jumlah kasus meninggal akibat kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat terhadap protokol kesehatan.
5.2 Saran
1. Bagi masyarakat, diharapkan untuk konsisten menerapkan pencegahan
COVID-19 di Kota Medan agar kasus positif, kasus meninggal, Case
Fatality Rate (CFR) dan Cumulative Incidence (CI) COVID-19 Tahun
2020 - 2021 di Kota Medan menurun dengan melakukan jaga jarak,
social distancing dan menjaga imunitas atau kekebalan tubuh.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar meneliti lebih lanjut kasus
COVID-19 seperti meneliti faktor yang mempengaruhi COVID-19 di
Kota Medan semakin meningkat.
3. Bagi Institusi kesehatan, diharapkan untuk meningkatkan kesehatan
dan pencegahan dalam menanggulangi COVID-19 di Kota Medan.
35

DAFTAR PUSTAKA
Anggita, M. & (2018) ‘Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan’.
Badan Pusat Statistik Kota Medan (2019) ‘Jumlah Penduduk Kota Medan
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (Jiwa), 2017-2019’,
Medankota.Bps.Go.Id. Available at:
https://medankota.bps.go.id/indicator/12/102/1/jumlah-penduduk-kota-
medan-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin.html.
Burhan, E. et al. (2020) COVID-19.
Dinkes Sumut (2020) Data Terbaru Covid-19 Di Provinsi Sumatera Utara.
Medan.
Djalante, R. et al. (2020) ‘Review and analysis of current responses to COVID-19
in Indonesia: Period of January to March 2020’, Progress in Disaster
Science, 6.
Dr. dr. Edison, M. P. (2018) ‘Pengantar Epidemiologi Klinik’, Docplayer.
Available at: https://docplayer.info/48042290-Pengantar-epidemiologi-
klinik.html.
dr. Rahmadani Sitepu, M. kes (2019) Pengantar Epidemiologi Klinik. Edited by S.
K. Abdul Gafur. Medan: UISU Press.
Fathiyah Isbaniah and Agus Dwi Susanto (2020) ‘Pneumonia Corona Virus
Infection Disease-19 (COVID-19)’, Journal Of The Indonesian Medical
Association, 70(4), pp. 87–94.
Hairunisa, N. and Amalia, H. (2020) ‘Review: penyakit virus corona baru 2019
(COVID-19)’, Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 3(2), pp. 90–100.
Ilmiah, J., Batanghari, U. and Putri, R. N. (2020) ‘Indonesia dalam Menghadapi
Pandemi Covid-19’, 20(2), pp. 705–709.
Ismah, Z. (2018) ‘Dasar Epidemiologi’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Johnson, M. (2020) ‘Wuhan 2019 Novel Coronavirus - 2019-nCoV’, Materials
and Methods, 10(January), pp. 1–5.
Kementerian Kesehatan RI (2020a) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik
36

Indonesia Nomor HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman


Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)’,
MenKes/413/2020, 2019, pp. 1–207.
Kementerian Kesehatan RI (2020b) ‘Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19)’, Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19), Kementrian, pp. 1–214.
Kementerian Kesehatan RI (2021a) Profil Kesehatan Indonesia 2020, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf.
Kementerian Kesehatan RI (2021b) ‘Situasi Global’.
Keppres (2020) ‘Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Putusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)’, Keputusan Presiden, 2019(February 2019), pp. 1–13.
Available at:
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5e785d26406a8/keputusa
n-presiden-nomor-9-tahun-2020.
Kim, D. et al. (2020) ‘Understanding and Interpretation of Case Fatality Rate of
Coronavirus Disease 2019’, 35(12), pp. 1–3.
Kim, J. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease - 2019 (COVID-19)’, ChemRxiv,
2019(March).
KPCPEN (2021) ‘Peta Sebaran COVID-19 1,024,298’.
Long, S. W. et al. (2021) ‘Sequence Analysis of 20,453 Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 Genomes from the Houston Metropolitan Area
Identifies the Emergence and Widespread Distribution of Multiple Isolates
of All Major Variants of Concern’, American Journal of Pathology,
191(6), pp. 983–992.
Prayudi Syamsuri, Lina Marlina, Sri Usmiati Christina Winarti, Sri Widowati,
Setyadjit, S. Y. (2020) Bahan Pangan Potensial untuk Anti Virus dan
Imun Booster, Bahan Pangan Potensial untuk Anti Virus dan Imun
37

Booster. Available at: www.pascapanen.litbang.pertanian.go.id.


Sagala, S. H., Maifita, Y. and Armaita (2020) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Terhadap Covid-19’, Jurnal Menara Medika, 2(1), pp. 119–
127.
Sipahutar, T. and Eryando, T. (2020) ‘COVID-19 case fatality rate and detection
ability in Indonesia’, Kesmas, 15(2), pp. 14–17.
Suni, N. S. P. (2021) ‘Tingginya Kasus Aktif dan Angka Kematian Akibat Covid-
19 di Indonesia’, Jurnal Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 13(3),
pp. 13–18. Available at:
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-XIII-3-I-
P3DI-Februari-2021-1957.pdf.
Susilo, A. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini’,
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), p. 45.
‘Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19’ (2021). Available at:
covid19.pemkomedan.go.id.
Vermonte Philips, T. Y. W. (2020) ‘Karakter dan Persebaran Covid-19 di
Indonesia’, CSIS Commentaries, (April), pp. 1–12.
WHO (2020) ‘Timeline : WHO ’ s COVID-19 response’.
World Health Organization (2020a) ‘15-Novel Coronavirus(2019-nCoV)’, WHO
Bulletin, (February), pp. 1–7. Available at:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200211-sitrep-22-ncov.pdf?sfvrsn=fb6d49b1_2.
World Health Organization (2020b) ‘Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
Situation Report – 42 Data as reported by 10 AM CET 02 March 2020 H’,
World Health Organization, 14(6), p. e01218. Available at:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200302-sitrep-42-covid-19.pdf?sfvrsn=224c1add_2.
World Health Organization (2020c) ‘Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi terhadap
kewaspadaan pencegahan infeksi’, Pernyataan keilmuan, pp. 1–10.
Available at: who.int.
World Health Organization (2021) ‘COVID-19 Weekly Epidemiological Update
38

22’, World Health Organization, (January), pp. 1–3. Available at:


https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/weekly_epidemiological_update_22.pdf.
39

LAMPIRAN 1
RIWAYAT HIDUP

Nama : Lidya Triutami


Tempat, Tanggal Lahir : Pulau Tello, 10 Februari 1999
Agama : Islam
Alamat : Pasar Pulau Tello

Riwayat Pendidikan :
1. TK Santu Gabriel (2003-2005)
2. SD Negeri 1 071123 Pulau Tello (2005-2011)
3. SMP Negeri 1 Pulau-Pulau Batu (2011-2014)
4. SMA Negeri 1 Pulau-Pulau Batu (Tahun lulus 2017)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (2017-
Sekarang).

Riwayat Organisasi :
1. Tim Bantuan Medis FK UISU
40

LAMPIRAN 2
KEABSAHAN DAFTAR PUSTAKA
41

LAMPIRAN 3
SURAT KETERANGAN LULUS ETHICAL CLEARANCE DARI
KEPK FK UISU LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
42

LAMPIRAN 4
BERITA ACARA BIMBINGAN PROPOSAL PENELITIAN
43

LAMPIRAN 5
BERITA ACARA BIMBINGAN HASIL PENELITIAN
44

LAMPIRAN 6
DATA COVID-19 DI WEBSITE KEMENKES RI
45
46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai