Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT COVID-19

DOSEN PENGAJAR :

RENY CHAIDIR, S.kep, M.kep

DISUSUN OLEH

YOVI ERLINDA NIM 2215142013596

MAHASISWA TRANSFER PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI YARSI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah tidak lupa penulis panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT,


sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini mengenai “asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien covid-19 ” penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan di
Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi Sumatra Barat.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa juga penulis ucapkan
terimakasih kepada Reni Chaidir,S.Kep.,M.Kep selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan untuk tugas makalah ini.

Dalam penyusunan tugas makalah ini masih belum sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 5

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH................................................................................... 5

1.3 BATASAN MASALAH.......................................................................................... 6

1.4 RUMIAN MASALAH. ........................................................................................... 6

1.5 TUJUAN MASALAH ............................................................................................. 6

BAB II KONSEP TEORITIS ........................................................................................ 7

2.1 PENGERTIAN........................................................................................................ 7

2.2 ETIOLOGI .............................................................................................................. 7

2.3 GEJALA COVID-19 ............................................................................................... 8

2.4 ANATOMI FISIOLOGI. ......................................................................................... 9

2.5 PATOFISIOLOGI.......................................................................................................10

2.6 PATHWAY .......................................................................................................... 11

2.7 FARMAKOLOGI. ................................................................................................ 13

2.8 TERAPI DIET PASIEN COVID-19. ..................................................................... 15

2.9 PENCEGAHAN PENYAKIT COVID-19. ............................................................ 16

BAB III ASKEP TEORITIS KEGAWATDARURATAN PASIEN COVID-19 .......... 18

3.1 PENGKAJIAN ...................................................................................................... 18

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................... 18

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN. ........................................................................ 18

3.4 EVALUASI........................................................................................................... 20

BAB IV EVIDENCE BANCED NURSING COVID-19. ............................................ 22

3
A. QUESTION. .................................................................................................... 22
B. PROBLEM. ..................................................................................................... 22
C. PATOFISIOLOGI. .......................................................................................... 22
D. EVIDENCE BASED. ...................................................................................... 23
E. IMPLEMENTASI FOR NURSIN. ................................................................... 24

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada hewan
ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga saat ini,
begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah dengan
beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan
pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip Flu.

kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember
2019.Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga
menjadi penyakit radang paru.

Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular, kelelawar,
dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja
memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona
berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks yang lebih parah dan gagal organ.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tertulis, saya memberikan informasi berikut tentang masalah
yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan dalam makalah ini.

i. Pengaruh pelaksanaan social distancing bagi negara-negara untuk meminimalisir


penyebaran Virus Corona.

ii. Cepatnya penyebaran Virus Corona dari suatu negara ke negara lain

iii. Penderita yang mengalami infeksi Virus Corona akan mengalami komplikasi penyakit
hingga kematian.

5
1.3 BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu
luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagaai berikut :

i. Beberapa jenis penyakit yang dapat mewabah dan menular ke manusia

ii. Pertama kalinya ditemukan Virus Corona di Wuhan, China pada akhir Desember
2019

iii. Gejala awal COVID-19 yang menyerupai gejala Flu.

iv. Penyebab tersebarnya Virus Corona ke penjuru dunia.

v. Diagnosis dan Pengobatan Virus Corona

vi. Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Virus Corona

vii. Mencegah penyebaran Virus Corona bagi masyarakat yang sehat maupun Orang
Dalam Pengawasan (ODP).

1.4 RUMUSAN MASALAH

i. Bagaimana proses penyebaran Covid-19 di Indonesia?

ii. Mengapa Covid-19 menjadi wabah pandemi?

iii. Dari mana awal mula persebaran Covid-19?

iv. Bagaimana cara pencegahan Covid-19 oleh penduduk?

1.5 TUJUAN MASALAH

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, terdapat tujuan dari
masalah itu sendiri.

i. Memahami dan mengetahui gejala-gejala dari COVID-19.

ii. Dapat mengaplikasikan cara mencegah penyebaran Virus Corona.

Memahami dan mengetahui apa itu COVID-19 dan apa yang harus kita lakukan

6
BAB II

KONSEP TEORITIS
2.1. Pengertian
Coronavirus disease 2019 atau Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
coronavirus. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit).
Sebelum disebut Covid-19 penyakit ini disebut 2019 novel coronavirus atau 2019-
nCoV. Virus ini merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF,
2020).
Menurut Kemenkes RI (2020), Covid-19 merupakan keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari gejala ringan, sedang
sampai berat. Penyakit ini merupakan zoonosis atau ditularkan antara hewan dan
manusia. Virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan Tiongkok pada Nevember
2019. Coronavirus dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan wabah
Pneumonia yang meluas secara global. Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi
global oleh WHO sejak 12 Maret 2020.
2.2 Etiologi

Penyebab Corona virus merupakan virus single stranded RNA yang berasal dari
kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena permukaannya yang berbentuk
seperti mahkota (crown/corona).

Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus yang
menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam.

Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah
teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Karena itu, virus ini juga disebut sebagai 2019
Novel Coronavirus atau 2019-nCoV.

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun,
kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

7
 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-
19 batuk atau bersin
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah
menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19, misalnya uang, gagang
pintu, atau permukaan meja
 Melakukan kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

Namun, perlu diketahui bahwa sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan adanya
penularan virus corona melalui barang belanjaan, ya. Jika kamu ragu, pastikan untuk
menyemprotkan antiseptik di barang-barang belanjaan terutama yang berasal dari luar negeri.

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan
fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit
tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya penderita kanker.

Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis
yang merawat pasien COVID-19. Oleh sebab itu, para tenaga medis dan orang-orang yang
sering kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD).

2.3 Gejala Covid-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat
hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala
tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala
umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk
 Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah penderita terpapar virus Corona.

Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih tua
dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian

8
hari. Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika mereka datang ke rumah
sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik selama dirawat di rumah sakit.

Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesak
napas , produksi dahak , dan nyeri otot dan sendi . Gejala seperti mual , muntah ,
dan diare telah diamati dalam berbagai persentase. Gejala yang kurang umum termasuk
bersin, pilek, atau sakit tenggorokan.

Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung
berdebar . Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat terjadi. Kehilangan
bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan. Seperti
yang umum dengan infeksi, ada penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan
saat ia mengalami gejala. Ini disebut masa inkubasi . Masa inkubasi COVID-19 biasanya
lima sampai enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari, meskipun 97,5% orang
yang mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari infeksi.

Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu
tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam transmisi
belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa mereka dapat
berkontribusi pada penyebaran penyakit. Pada bulan Maret 2020, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan bahwa 20% dari kasus yang dikonfirmasi
tetap tanpa gejala selama tinggal di rumah sakit.

2.4 Anatomi Fisiologi

Virus Covid-19 sebagaimana virus pada umumnya memiliki ukuran yang sangat
kecil dengan struktur yang sederhana. Lebih kecil dari bakteri, virus hanya
berukuran sekitar 20 nm-300 nm (1 nm = 1×10 -9 m). Makhluk ini bahkan tidak memiliki
organela sel. Virus dibentuk oleh sebuah partikel yang disibut virion yang mengandung
DNA atau RNA saja tetapi tidak keduanya. Terbungkus dalam kapsid yaitu lapisan
pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein atau kombinasi ketiganya.

Virus Corona memiliki ciri sebagaimana virus yang lainnya. Beberapa jenis virus
Corona bersifat pleomorfik dengan kecenderungan bulat. Memiliki diameter rata-rata partikel
125 nm dengan struktur yang khas berupa amplop dan tonjolan seperti paku. Amplop pada
struktur virus Corona adalah lapisan lipid ganda yang terdiri atas protein penyusun
membrane (M), envelope (E) dan spike (S). Protein E dan M sangat penting dalam

9
membentuk selubung dan mempertahankan struktur virus Corona. Struktur virus Corona rata-
rata memiliki 74 S di permukaanya. Dalam amplop tersimpan protein nukleokapsid (N) yang
melindungi informasi genetik RNA virus. Amplop, M dan N melindungi virus Corona saat
berada di luar inang.

2.5 Patofisiologi
Coronavirus Disease menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Banyak hewan
liar yang dapat membawa penyakit dan dapat sebagai vektor penyakit menular tertentu seperti
kelelawar, tikus, unta yang merupakan host biasa yang ditemukan pada kasus Coronavirus.
Kelelawar adalah coronavirus yang merupakan sumber utama untuk kejadian Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS)(Burhan et
al., 2020). Coronavirus dapat terjadi dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia
dengan kontak langsung, melalui percikan cairan (droplet), tinja(feses) dan oral.
Coronavirus Disease hanya bisa memperbanyak diri dengan sel inangnya, virus ini
tidak dapat hidup tanpa adanya inang. Siklus dari covid-19 adalah setelah menemukan
inangnya, akan terjadi proses penempelan dan masuknya virus ke sel inang yang dibantu oleh
protein S yang berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 atau
angiotensinconverting enzim 2. Enzim ACE-2 ini dapat ditemukan pada mukusa oral,
nasofaring, lambung, paru – paru, usus halus,usus besar, kulit, susmsum tulang, limpa, hati,
ginjal, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot
polos. Saat virus berhasil masuk maka tahap selanjtnya adalah perakitan dan rilis virus,
setelah terjadi transmisi, virus akan masuk ke saluran pernapasan kemudian akan melakukan
siklus hidup, masa inkubasi sampai dengan muncul penyakit yaitu sekitar 3 – 7 hari (Burhan
et al., 2020).
Coronavirus adalah virus RNA beruntai tunggal yang besar, berselubung, dan
ditemukan pada manusia dan mamalia lain seperti anjing, kucing, ayam, sapi, babi, dan
burung. Virus corona menyebabkan penyakit sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf. Virus
corona yang paling umum dalam praktik klinis adalah 229E (spesies yang menginfeksi
manusia dan kelelawar), OC43 (yang menginfeksi manusia dan ternak), NL63 (yang
menginfeksi orang ke orang), dan HKU1 (yang berasa dari tikus yang terinfeksi) yang
biasanya menyebabkan gejala seperti flu pada orang dengan gangguan kekebalan.
SARSCoV-2 adalah virus corona ke 3 yang menyebabkan penyakit parah pada manusia
diseluruh dunia 2 dekade terakhir. Virus corona pertama yang menyebabkan penyakit serius
adalah sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), yang diyakini berasal dari Foshan,

10
China, dan menyebabkan wabah SARS-CoV pada tahun 2002-2003. Yang kedua adalah
Coronavirus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang muncul dari Semenanjung
Arab pada tahun 2012. Diameter SARS-CoV-2 adalah 60 nm hingga 140 nm dan berbentuk
paku khas, antara dari 9 nm hingga 12 nm, yang memberi virion mahkota matahari yang
menunjukkan bahwa melalui rekombinasi dan variasi genetik, virus corona dapat beradaptasi
dan menginfeksi inang baru. Kelelawar dianggap sebagai reservoir alami SARS-CoV-2,
tetapi diduga manusia terinfeksi SARSCoV-2 melalui inang perantara, seperti trenggiling
(Wiersinga & dkk, 2020)

Patofisiologi COVID-19 (coronavirus disease 2019) diawali dengan interaksi


protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi
dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome
virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.

Peran Reseptor ACE2


SARS-CoV-2 menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor
masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel
manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD).
Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Replikasi Virus di Dalam Sel


Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA
virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan
membentuk replication/transcription complex (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi
dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan
tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi
ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis.

Penyebaran Virus ke Seluruh Organ

11
Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan
limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien.
Gejala dan tanda COVID-19 terutama berupa infeksi saluran napas, tetapi dapat juga
menyebabkan gejala di saluran pencernaan seperti diare, mual, dan muntah, jantung seperti
miokarditis, saraf seperti anosmia bahkan stroke, serta mata dan kulit.

2.6 Pathway

12
Menurut (Natalia et al., 2020)

2.7 Farmakologi
1. Pasien tanpa gejala
 Vitamin C dengan pilihan :
a. Tablet vitamin C tidak asam 500 mg per-oral setiap 6-8 jam (dalam 14
hari)
b. Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam per-oral (selama 30 hari) c.
Multivitamin yang mengandung vit C 1-2 tablet / 24 jam (selama 30 hari)
 Vitamin D
a. Suplemen : Dosis 400-1000 IU perhari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet hisap, tabled kunyah, kapsul lunak,
serbuk dan sirup (selama 14 hari)
b. Obat-obat : 1000-5000 IU perhari (tersedia dalam bentuk tablet 1000
IU dan tablet kunyah 5000 IU)
2. pasien derajat ringan
 Vitamin C dengan pilihan :
a. Tablet vitamin C tidak asam 500 mg per-oral setiap 6-8 jam (dalam 14
hari)
b. Tablet isap vit C 500 mg/12 jam per-oral (selama 30 hari)
c. Multivitamin mengandung vitamin C 1-2 tablet / 24 jam (selama 30 hari
 Vitamin D
a. Suplemen : 400-1000 IU perhari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet hisap, tablet kunyah, kapsul lunak, serbuk dan
sirup (selama 14 hari)
b. Obat: 1000-5000 IU perhari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
 Azitromisin 1 x 500/hari selama 5 hari
 Antivirus
a. Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam per-oral selama 5-7 hari (jika
dicurigai adanya infeksi influehenza)
b. Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/dl 12 jam per-oral
pada hari pertama kemudian 2 x 600 mg (selama 2-5 hari)
 Pengobatan simptomatis seperti pemberian paracetamol jika pasien demam

13
3. pasien derajat sedang
 Vitamin C 200-400 mg/ 8 jam dalam 100 cc, NaCl 0,9% dikurangi
selama 1 jam, diberikan infus (IV) selama terapi. 2.
Selanjutnya di berikan terapi farmakologi yaitu :
a. Azitromisin 500 mg/24 jam IV atau Per-oral ( digunakan selama 5-7
hari) atau jika dicurigai adanya infeksi bakteri, Levoloksasin dosis 750
mg/24 jam IV atau per-oral (digunakan selama 5-7 hari)
b. Salah satu obat Antivirus lainya adalah : Favipiravir (sediaan 200
mg) loading dose 1600 mg/12 jam per-oral hari pertama kemudian 2 x
600 mg (selama 2-5 hari) atau Remdesivir 200 mg IV drip (diberikan
hari pertama) kemudian 1 x 100 mg IV drip (pada hari ke 2-5 atau 2-10
hari).
 Pengobatan simptomatis seperti pemberian paracetamol jika pasien
demam
4. pasien derajat berat
 Vitamin C 200-400 mg/ 8 jam dalam 100 cc, NaCl 0,9% dihabis
selama 1 jam diberikan secara infus (IV) selama terapi
 Vitamin B1 ampul / 24 jam / (IV) intravena
 Vitamin D
a. Suplemen : 400 - 1000 IU perhari (tersedia bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet hisap, tabled kunyah, kapsul lunak, serbuk
dan sirup (selama 14 hari)
b. Obat-obatan : 1000-5000 IU perhari (tersedia bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
c. Azitromisin 500 mg/24 jam IV atau Per-oral ( digunakan selama 5-7
hari) atau jika dicurigai adanya infeksi bakteri, Levoloksasin dosis 750
mg per 24 jam IV atau per-oral (digunakan selama 5-7 hari)
 Antivirus
a. Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/dl 12 jam per-
oral pada hari pertama kemudian 2 x 600 mg (selama 2- 5 hari)
b. Remdesivir 200 mg IV drip (hari pertama) dilanjutnya dengan 1 x
100 mg IV drip (setiap hari selama 2-5 atau 2-10 hari).

14
 Deksametasone 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikostroid lain
yang setara seperti hidrokortison, pada kasus yang parah mendapatkan
oksigen atau ventilator kasus yang parah.

2.8 Terapi Diet Pasien Covid -19


Pada pasien COVID-19 terjadi peningkatan kebutuhan energi dan protein.
Peningkatan kebutuhan energi terjadi karena demam dan peningkatan kerja otot pernafasan.
Kebutuhan energi pasien COVID-19 sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari, sedangkan untuk pasien
kritis sebesar 25-30 kkal/kgBB/hari. Sedangkan peningkatan kebutuhan protein karena pada
pasien COVID-19 terjadi perubahan metabolisme protein yaitu terjadi pemecahan protein,
peningkatan sintesis protein fase akut, dan penurunan sintesis protein otot. Kebutuhan protein
tinggi sebesar 1,2-2 g/kgBB/hari. Dianjurkan pemberian protein dengan nilai biologis tinggi
atau lebih mengutamakan protein hewani, seperti daging unggas, ikan, telur, daging merah,
dan susu. Namun pemberian protein tinggi ini tidak berlaku untuk pasien dengan komorbid
gagal ginjal
Adanya infeksi saluran pernapasan pada COVID-19, direkomendasikan
mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C sebanyak 2-3 kali @100 gram/hari seperti
buah jambu biji, stroberi, jeruk, melon, pisang, anggur, pepaya, lemon dan sayuran berdaun
hijau. Vitamin C berfungsi sebagai anti oksidan yang meningkatkan sistem imun dan
mengurangi durasi serta keparahan flu. Sejalan dengan hal itu suplementasi vitamin C juga
dapat mengurangi kejadian pneumonia dan infeksi virus pernapasan.Direkomendasikan pula
untuk mengkonsumsi makanan yang kaya zinc seperti daging merah, unggas, seafood, telur,
dan susu. Pemberian zinc terbukti dapat menganggu replikasi virus corona secara efisien.

Pada pasien COVID-19 dengan keluhan gangguan pencernaan, nyeri perut, diare
perlu pemberian probiotik. Hal ini karena pada pasien COVID-19 terjadi kerusakan
keseimbangan mikroekologi usus, terlihat dari penurunan jumlah bakteri “baik”
yaitu lactobacillus dan bifidobacterium. Pemberian probiotik diharapkan dapat meningkatkan
bakteri usus yang dominan, menghambat pertumbuhan bakteri patogen, menurunkan
produksi toksin dan menurunkan infeksi. Selain itu, pada pasien covid disarankan untuk
mengkonsumsi madu 10 gram/12 jam/hari dan curcuma 20 gram/12 jam/hari. Madu terbukti
berfungsi sebagai prebiotik, membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak, merangsang
pertumbuhan jaringan baru dan sebagai anti inflamasi. Curcuma disini dapat meningkatkan
nafsu makan dan anti inflamasi.

15
Kesimpulan dari rekomendasi diet untuk pasien covid untuk meningkatkan daya tahan
tubuh yaitu mengkonsumsi makanan yang sehat, beragam, tinggi protein, dan kaya vitamin
dan mineral yang berasal dari buah dan sayur. Sungguh bukan hal yang mudah untuk
membuat pasien covid dapat mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhannya yang meningkat.
Karena beberapa keluhan seperti kehilangan penciuman, kehilangan perasa, adanya mual dan
muntah membuat pasien COVID-19 kehilangan nafsu makan. Diharapkan dengan kolaborasi
terapi medis dan terapi gizi serta didukung dengan semangat dari pasien dapat mempercepat
proses penyembuhan
2.9 Pencegahan Penyakit Covid -19
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan covid-19
agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara penularannya berdasarkan
droplet infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah,
perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat
orang berinteaksi sosial
langkah untuk mencegah terpapar covid-19
1. rajin mencucu tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik atau
menggunakan handsanitizer
kebiasaan cuci tangan sangat efektif membasmi mikroorganisme penyebab
penyakit yang rentan menempel di tangan. Jadi usahakan untuk selalu mencucin
tangan hingga bersih terutama usai beraktifitas diluar rumah.
2. Menutup mulut saat batukdan bersin atau menggunakan masker
Droplet atau tetesan cairan tubuh yang keluar ketika batuk atau bersin ernyata bisa
menjadi media penyebaran covid -19. Oleh sebab itu sebaiknya kita menutup
mulut ketika batuk atau bersin. Jangan lupa pula mencuci tangan usai menutup
mulut. Alangkah lebih baik lagi bila kita selalu menggunakan masker sehingga
lebih leluasa bila ingin bersin atau batuk
3. Hindari menyentuh wajah, terutama mata,hidung dan mulut
Virus covid-19 yang sedang menempel di tangan akan mudah masuk ke tubuh bila
kita sering menyentuh wajah dengan tangan yang kotor
4. Mengkonsumsi makanan yang dimasak sempurna dan bergizi. Hindari makanan
yang tidak matang
Bahan makanan yang masih mentah rentan menjadi mmedia penularan virus. Jadi
sebaiknyan kita memastikan bahwa makanan yang akan kita santap sudah matang
sempurna

16
5. Tidak bepergian ketika sakit
Sehingga kondisi kita tidak semakin parah akibat daya tahan tubuh yang terus
menurun. Mengurungkan niat pergi ketika sakit juga mencegah penularan
penyakit ke orang lain.
6. Hindari kontak dekat dengan banyak orang terutama orang yang mengalami gejala
seperti flu dan batuk.
Virus mudah menyebar bila kita melakukan kontak dekat dengan orang-orang
yang sedang sakit.
7. Jangan menyentuh hewan liar, hewan ternak atau hewan sakit tanpa alat pelindung
diri(APD)
Setelah melakukan kontak langsung dengan hewan jangan lupa mencuci tangan
dengan air mengalir dan sabun hingga bersih
Pencegahan covid-19 (primer,sekunder,tersier)
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan dimana penyakit sudah berada di
sekitar kita antara lain dengan mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.hindari menyentuh mata , hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci . hindari kontak dekat dengan orang yang sakit dan
menggunakan masker.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan pada saat kuman sudah masuk
ke dalam tubuh antara lain deteksi dini dan pengobatan secepatnya,
sehingga seseorang yang panas disertai nafas cepat dan sesak segera
dilakukann pemeriksaan ke tenaga kesehatan untuk mengetahui penyebab
dan mendapatkan pengobatan.upayapencegahannya yaitu dengan
memberikan vaksin.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan Tersier adalah pencegahan untuk menghindari terjad i kecacatan
yang lebih parah.

17
BAB III
ASKEP TEORITIS KEGAWATDARURATAN COVID-19
3.1 PENGKAJIAN
Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama demam, batuk dan
sesak) perlu dilakukan pengkajian:

 Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci riwayat perjalanan
pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit pernapasan akut.
 Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak napas dan telah
melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang telah ditemukan COVID-19 perlu
dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.
3.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Hasil pengkajian dan respon yang diberikan pasien, paling banyak diagnosis
keperawatan yang diangkat pada COVID-19 adalah

 Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen akibat paparan


COVID-19
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
 Pola napas tidak efektif terkait dengan adanya sesak napas
 Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui
tujuan dan kriteria hasil
 Cegah penyebaran infeksi
 Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya
 Kontrol suhu tubuh
 Frekuensi napas kembali normal
 Kecemasan menurun
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN COVID-19

Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan COVID-19

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan

18
1. Infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
kegagalan keperawatan 3x24 jam
untuk infeksi bisa berkurang  Cuci tangan sebelum dan
menghindari dengan kriteria hasil: sesudah tindakan
patogen akibat  Monitor TTV dan catat adanya
paparan covid-  Infeksi tidak peningkatan suhu tubuh
19 menyebar  Lakukan tindakan invasif secara
 Bebas dari demam steril
dan nyeri Kolaborasi:
 Pemberian antibiotik sesuai
indikasi

2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermi


b/d intervensi keperawatan
peningkatan selama 3x24 jam Observasi :
laju maka :termoregulasi
metabolisma ekspektasi membaik  Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil :  Identifikasi penyebab hipertermi
Edukasi:
 Suhu tubuh  Anjurkan kompres hangat
membaik  Anjurkan penggunaan pakaian
 Menggigil menurun yang dapat menyerap keringat
 Anjurkan banyal minum
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena jika
perlu

3. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen pola nafas


tidak efektif keperawatan selama 3x24

19
b/d sesak jam maka frekuensi nafas Observasi :
nafas kembali normal, dengan
kriteria hasil :  Monitor pola nafas
(frekuensi,kedalaman,usaha
 Frekuensi nafas nafas)
membaik  Monitor bunyi nafas tambahan
 Pemanjangan fase Terapeutik :
ekspirasi menurun  pertahankan kepatenan jalan
nafas
 atur posisi pasien semifowler
 berikan oksigen jika perlu
edukasi :
 anjurkan asupan cairan
 ajarkan teknik batuk efektif
 menyarankan pengujung (siapa
saja yang memasuki ruang
perawatan) tetap menggunakan
masker atau batasi/hindari
kontak langsung pasien dengan
pengunjung.

kolaborasi :
 kolaborasi pemberian
bronkodilator ,ekspectoran,muko
litik jika perlu

reduksi ansietas:

Kecemasan Setelah dilakukan


 monitor tanda tanda ansietas
4 b/d etiologi intervensi keperawatan 1-2
 identifikasi kemampuan
penyakit yang jam maka tingkat ansietas
mengambil keputusan

20
tidak diketahui menurun dengan kriteria terapeutik:
hasil :  gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
 Kecemasan  dengarkan dengan penuh
menurun perhatian
edukasi :
 informasikan secara faktual
mengenai diagnosa, pengobatan
dan prognosis
 anjurkan keluarga untuk tetap
bersanma pasien
 jelaskan tujuan dan prosedur
teknik relaksasi
kolaborasi :
 kolaborasi pemberian obat anti
ansietas jika perlu

3.4 EVALUASI

Tujuan keperawatan dapat dipenuhi jika dibuktikan dengan:

 Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi


 Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaanya
 Suhu tubuh pasien kembali normal
 Pernapasan pasien normal
 Kecemasan pasien berkurang

21
BAB IV

EVIDENCE BASED NURSING COVID-19

JUDUL JURNAL

PENERAPAN PRONASI DAN SEMI FOWLER TERHADAP


PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN COVID-19

a. Question
Apakah pengaruh efektivitas posisi pronasi dan semi fowler terhadap saturasi oksigen pada
pasien pneumonia COVID-19?
b. Problem
Sesak napas merupakan masalah yang umumnya terjadi jika ada infestasi atau
gangguan fungsi paru-paru yang menjadikan oksigen sulit masuk ke paru-paru sehingga
menyebabkan proses difusi terganggu.
COVID-19 dapat menimbulkan gejala mirip seperti gejala influenza, demam, batuk kering,
pilek, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, indikasinya dapat hilang dan sembuh
atau pada kasus tertentu, gejala ini dapat berubah pneumonia. Pasien dengan indikasi yang
berat bisa mengalami demam yang tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan
nyeri dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
COVID-19 (Varghese et al., 2020; Zhu et al., 2020; Yulia et al., 2019). Gejala yang banyak
didapatkan pada pneumonia adalah batuk yang terjadi sebagai akibat dari respon saluran
penapasan dengan meningkatkan produksi Sputum. Karakteristik sputum yang kental dan
banyak dapat menumpuk disaluran pernapasan (Handayani et al., 2020; Patel & Shah 2021;
Roca et al., 2019). Kondisi ini dapat menyebabkan masalah keperawatan bersihan jalan
napas tidak efektif..
c. Patofisiologi
Coronavirus Disease menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Banyak hewan
liar yang dapat membawa penyakit dan dapat sebagai vektor penyakit menular tertentu
seperti kelelawar, tikus, unta yang merupakan host biasa yang ditemukan pada kasus
Coronavirus. Kelelawar adalah coronavirus yang merupakan sumber utama untuk kejadian
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome
(MERS)(Burhan et al., 2020). Coronavirus dapat terjadi dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia dengan kontak langsung, melalui percikan cairan (droplet), tinja(feses)
dan oral.

22
Coronavirus Disease hanya bisa memperbanyak diri dengan sel inangnya, virus ini
tidak dapat hidup tanpa adanya inang. Siklus dari covid-19 adalah setelah menemukan
inangnya, akan terjadi proses penempelan dan masuknya virus ke sel inang yang dibantu
oleh protein S yang berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 atau
angiotensinconverting enzim 2. Enzim ACE-2 ini dapat ditemukan pada mukusa oral,
nasofaring, lambung, paru – paru, usus halus,usus besar, kulit, susmsum tulang, limpa,
hati, ginjal, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan
sel otot polos. Saat virus berhasil masuk maka tahap selanjtnya adalah perakitan dan rilis
virus, setelah terjadi transmisi, virus akan masuk ke saluran pernapasan kemudian akan
melakukan siklus hidup, masa inkubasi sampai dengan muncul penyakit yaitu sekitar 3 –
7 hari (Burhan et al., 2020)

d. Evidence Based
Berkaitan dengan asuhan keperawatan dalam penelitin ini melakukan diagnosa medis
pneumonia pasien COVID-19. Pneumonia merupakan terjadinya peradangan pada parenkim
organ paru-paru yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan cairan di alveoli. Dimana jenis
penyakit ini terjadi akibat adanya infeksi saluran pernafasan bawah akut disertai adanya
gejala batuk dan sesak nafas. Penyebab infeksi saluran pernafasan bawah akut ini adanya
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), atau aspirasi substansi asing seperti terjadinya radang
paru-paru yang disertai proses eksudasi dan konsolidasi (Gonga, 2022; Ocal, 2020).
Penyebab lain dari pnemunia yaitu munculnya organisme virus dan bakteri pathogen yang
masuk kedalam tubuh melalui rongga pernapasan hingga mencapai brokioli terminalis yang
kemudian merampak sel epitel basilica dan sel goblet. Masuknya kedua jenis pathogen ini
kemudian merusak edema dan leokosit menuju ke alveoli sampai terjadi fusi paru-paru.
Dampaknya kapasitas vital dan kompleasnce menurun drastis dan kebocoran wilayah
permukaan membrane-respirasi sampai pada akhirnya terjadi penurunan perfusi suplai O2
tidak mengalir efektif.
Secara umum, terjadinya penurunan saturasi atau kadar oksigen dalam darah banyak
terjadi pada pasien positif COVID-19. Sehingga upaya yang tepat untuk meningkatkan
saturasi oksigen pasien COVID-19 dapat menggunakan bantuan Nasal oksigen. Namun
seiring dengan meningkatnya kasus COVID-19 saat ini sudah mencapai 7 hingga 10 kali lipat.
Kondisi ini menyebabkan beberapa rumah sakit mulai kehabisan stok oksigen. Kelangkaan
stok oksigen membuat tim medis melakukan teknik pronasi sebagai langkah menyelamatkan

23
pasien COVID-19. Teknik ini disebut-sebut membantu meningkatkan jumlah oksigen hingga
membantu pasien mendapatkan kadar oksigen di dalam darah.
e. Implementasi For Nursing
mengatur posisi proning dan semi-fowler merupakan salah satu tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki tujuan tertentu untuk kenyamanan dan proses
penyembuhan pada pasien/klien. Mengatur suatu posisi pronasi pada pasien COVID-19
berperan besar untuk mencegah gagal nafas
Penatalaksanaan lain yang relevan dengan teknik pronasi yaitu terapi
nonfarmakologis dengan nama teknik semi fowler. Teknik posisi semi fowler sebagai salah
satu metode sangat sederhana serta mudah dilaksanakan. Semi fowler ini berguna untuk
mengurangi resiko dampak menurunnya dinding dada yang sulit mengembang, sehingga
dengan pengaturan posisi miring 30-45 derajat disertai dengan posisi istirahat nyaman dan
tenang dapat menurunkan frekwensi nafas semula dari 28 kali/menit menjadi 12 kali /menit.
Tindakan ini hanya dilakukan oleh perawat untuk mengurangi kendala sesak nafas saat
berbaring dengan tetap mempertahankan keadaan semi-fowler dengan tujuan agar konsumsi
oksigen menurun sekaligus menormalkan ekspansi paru-paru secara maksimal.
Bila kadar saturasi oksigen pasien turun di bawah 94%. Posisi tengkurap (semi-
fowler) sebetulnya bisa meningkatkan ventilasi serta menjaga unit alveolar tetap terbuka
sehingga pasien mudah bernafas dengan mudah. Selain itu pada berbaring tengkurap, posisi
ini juga dapat memungkinkan pasien bernapas dengan nyaman. Bahkan posisi tengkurap
lebih memungkinkan adanya perluasan di daerah paru-paru punggung, sehingga bisa
meningkatkan pembuangan sekresi.

24
25

Anda mungkin juga menyukai