Disusun Oleh:
11020170044
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2020
1
2
3
4
5
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca diharapkan
agar dapat menjadi lebih baik kedepannya dan semoga dapat bermanfaat
1. Prof. Dr. dr. Syarifuddin Wahid, Ph. D, Sp. PA (K), Sp. F, DFM sebagai
ini.
4. dr. Arina Fathiyyah Arifin, M.Kes dan dr. Irmayanti Haidir Bima, Sp.PK
petunjuk, saran dan kritikan selama penulisan proposal karya tulis ilmiah
ini.
dengan dukungan moril dan materil serta do’a restu sehingga penulis
St.Faadiyah, Odi, Yeyen, Masitha, Putra, Tasya, Vivi, Rega, Rijal, Fikri,
Aulya, dan MDC group yang telah memberikan saya semangat serta doa
8. Serta seluruh pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu
Semoga amal budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan
penelitian, sehingga penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
ini. Akhirnya penulis berharap sehingga Karya Tulis Ilmiah ini memberikan
Penulis
9
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan dapat ditularkan dari manusia satu ke manusia yang
lain. Pada tanggal 12 Maret, WHO menyatakan bahwa COVID-19 menjadi
pandemik. Kasus pertama COVID-19 ditemukan di China dan saat ini
telah menyebar hingga 221 negara dan teritori lainnya. Dibandingkan
dengan dua jenis coronavirus lainnya, SARS-CoV-2 memiliki kemampuan
menyebar jauh lebih cepat dan memiliki tingkat penularan yang lebih
tinggi. Penelitian pada beberapa obat telah dan sedang dilakukan untuk
mencari pengobatan yang efektif dalam menyembuhkan dan menurunkan
tingkat mortalitas COVID-19, salah satunya adalah azitromisin. Azitromisin
telah terbukti sebagai imunomodulator dan dapat mengurangi eksaserbasi
pada penyakit saluran napas kronis. Azitromisin biasanya digunakan untuk
infeksi saluran pernapasan akibat bakteri dan berpotensi mengobati atau
mencegah koinfeksi SARS-CoV-2. Azitromisin juga telah terbukti sebagai
imunomodulator dan dapat mengurangi eksaserbasi pada penyakit
saluran napas kronis. Tidak hanya efikasi saja yang unggul, Azitromisin
juga tersedia secara luas dan memiliki profil keamanan yang sangat baik,
sehingga apabila terbukti efektif dalam pengobatan COVID-19 Azitromisin
dapat diajukan sebagai pengobatan lini pertama untuk pasien dengan
COVID-19.
ABSTRACT
Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is caused by the
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) virus
and can be transmitted from one human to another. On March 12, WHO
declared that COVID-19 was becoming a pandemic. The first case of
COVID-19 was found in China and has now spread to 221 other countries
and territories. Compared to the other two types of coronavirus, SARS-
CoV-2 has the ability to spread much faster and has a higher transmission
rate. Research on several drugs has been and is being carried out to find
effective treatments in curing and reducing the mortality rate of COVID-19,
one of which is azithromycin. Azithromycin has been shown to be an
immunomodulator and can reduce exacerbations in chronic airway
disease. Azithromycin is commonly used for bacterial respiratory tract
infections and has the potential to treat or prevent SARS-CoV-2 co-
infection. Azithromycin has also been shown to be an immunomodulator
and can reduce exacerbations in chronic airway disease. Not only is it of
superior efficacy, Azithromycin is also widely available and has an
excellent safety profile, so that if it is proven effective in the treatment of
COVID-19 Azithromycin can be proposed as a first-line treatment for
patients with COVID-19.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. 9
Ringan .......................................................................... 24
Berat.............................................................................. 25
2.1.8. Diagnosis.............................................................................. 32
LAMPIRAN.............................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
dapat ditularkan dari manusia satu ke manusia yang lain. 1,2 Pada tanggal
pertama COVID-19 ditemukan di China dan saat ini telah menyebar hingga
221 negara dan teritori lainnya. Pada tanggal 5 Oktober 2020, terdapat
kolektif di dunia cenderung stabil, namun angka kasus positif dan kematian
melandai.4
khususnya pada kelompok pasien risiko tinggi.6 Selain itu, sampai saat
Penelitian pada beberapa obat telah dan sedang dilakukan untuk mencari
virus terhadap beberapa virus RNA. Azitromisin telah terbukti efektif secara
in vitro melawan virus seperti Zika dan rhinovirus, serta memiliki efek anti-
napas kronis.8 Tidak hanya efikasi saja yang unggul, Azitromisin juga
tersedia secara luas dan memiliki profil keamanan yang sangat baik,
COVID-19.8,9
COVID-19.13
penatalaksanaan COVID-19?”.
19.
penatalaksanaan COVID-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
2019.14 Hingga kini, COVID-19 telah menyebar hingga 221 negara dan
2.1.2. Epidemiologi
19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
sebanyak dua kasus pada tanggal 2 Maret 2020.1 Data 5 Oktober 2020
18
19
2.1.3. Etiologi
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
SARS-CoV-2.2
CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-
2.1.4. Transmisi
droplet yang keluar saat batuk atau bersin.15 Selain itu, telah diteliti bahwa
ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang
Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu
hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat
tetap terdeteksi dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel
steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). 16
ekstensif pada kamar dan toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan.17
jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara. 17
22
2.1.5. Patogenesis
diduga tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV yang sudah lebih banyak
permukaan sel.14
masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel
tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid.14 Partikel virus akan
tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir,
membran virus dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein
kerusakan jaringan.15
imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B
yang spesifik terhadap virus. Pada respons imun humoral terbentuk IgM
dan IgG terhadap SARS-CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir
24
minggu ke-12 dan IgG dapat bertahan jangka panjang.14 Hasil penelitian
tahun dapat ditemukan sel T CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik
adanya antigen.15
dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur
Ringan
DR+ (sel T teraktivasi), terutama sel T CD8 pada hari ke 7-9. Selain itu
folikuler di darah pada hari ke-7, tiga hari sebelum resolusi gejala.
yang tidak berat ini tidak ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin
Berat
basofil yang lebih rendah pada kasus COVID-19 yang berat.6 Sitokin
proinflamasi yaitu TNF-α, IL-1 dan IL-6 serta IL-8 dan penanda infeksi
tinggi pada kasus dengan klinis berat. Sel T helper, T supresor, dan T
helper dan T regulator yang lebih rendah pada kasus berat. 14 Laporan
penurunan limfosit T CD4 dan CD8.7 Limfosit CD4 dan CD8 tersebut
granulisin, dan 30,5% positif granulisin dan perforin). Selain itu ditemukan
IL-2, IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan TGFβ) serta kemokin
dalam jumlah besar (CCL2, CCL3, CCL5, CXCL8, CXCL9, dan CXCL10).
pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis.1 Sekitar 80% kasus
proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load yang
dilaporkan.14
27
berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)
saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat
demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan
sekitar 3-14 hari (median 5 hari).14 Pada masa ini leukosit dan limfosit
masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase
saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. 14
Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal.
Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
2.1.7.2. Pencitraan
sekitar 40% kasus tidak ditemukan kelainan pada foto toraks. Studi
banyak ditemukan.21
namun bisa saja ditemui seiring dengan progresivitas penyakit. Studi ini
gambaran konsolidasi.14
30
1. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
uji serologi untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak
artikel hasil penelitian alat uji serologi yang dipublikasi.4 Salah satu
kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang sahih
adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-
mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18
observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko tertular. 14
2. Pemeriksaan Virologi
individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh
tes cepat molekuler berbasis GenXpert® yang diberi nama Xpert® Xpress
serupa.4 Tes cepat molekuler lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat
deteksi.15
Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat terjadi bila kualitas
2.1.8. Diagnosis
lokal.14
laboratorium RT-PCR.15
atau lebih.15
standar.15
epidemiologi setempat.15
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum
kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada
kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari
(7) Discarded
(9) Kematian
2.1.9. Tatalaksana
obat antivirus lainnya yang sedang dalam uji coba di tempat lain. 4
Dalam uji klinis label terbuka yang dilakukan di Prancis, baru-baru ini
2.2. Azitromisin
sebagai terapi untuk infeksi bakteri seperti pada kasus otitis media, infeksi
servisitis.23
36
yang efektif membunuh bakteri gram negatif serta memiliki efek pada
juga efektif digunakan sebagai terapi infeksi pernafasan atas, otitis media
23S dari 50S bakteri, antibiotik ini akan menghambat sintesis protein
fungsi fagositosis dengan sangat baik, yaitu 10-100 kali lipat lebih baik
daripada dua makrolid lainnya.24 Obat ini dibebaskan dari jaringan dalam
waktu yang cukup lama dengan paruh waktu 2-4 hari.23,26 Karakteristik
khas inilah yang membuat azitromisin cukup diberikan satu kali sehari dan
Obat ini memiliki paruh waktu yang cukup lama sehingga dan dapat
ditoleransi dengan cukup baik pada pasien dengan penyakit ginjal atau
dosis.23,26
tepat, cidera liver dapat bersifat irreversible dengan gejala sisa minimal. 26
esosinofilia.23
Efek samping lain dari Azitromisin yaitu nausea dan diare yang
harus dilakukan. 26
kelompok yang tidak menerima salah satu dari obat-obat tersebut. Luaran
utama yang dinilai dalam studi ini adalah angka mortalitas di rumah
sakit.27
mendapatkan obat Azitromisin saja dengan hasil 10.0% [95% CI, 5.9%-
dilakukan analisis. Luaran selanjutnya dari data penelitian di atas yaitu ada
statistik. 27
kasus yang diteliti.28 Studi tersebut menunjukkan adanya hasil yag efektif
memiliki potensi sebagai antivirus yang sudah dibuktikan baik melalui studi
persentasi masuknya virus ke dalam sel. Selain itu, obat ini dapat
interferom tipe I dan III (terutama interferon beta dan gamma), dan gen
yang terlibat dalam proses pengenalan virus seperti MDA5 dan RIG-1.
pada titik-titik berbeda dari kaskade inflamasi, memodulasi fungsi sel, dan
telah dikaitkan dengan pengurangan IL1β, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8, IL-12, IFN-
1α, CCL4 / MIP-1β) dan sitokin (IL-1β, IL-6, IL-12, TNF-α, dan IFN-γ) di
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel terikat
47
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Review.
database jurnal.
COVID-19.
49
BAB IV
4.1 Hasil
manifestasi
klinis berat
maupun
sindrom
pernapasan
akut oleh
infeksi
COVID-19
2. Franck Skrining in Metode Sampel Hasil
Touret, vitro dari yang yang penelitian ini
Megali perpustaka digunakan digunakan mengkonfirm
Gilles, an bahan merupakan terdiri dari asi efektivitas
Karine kimia yang experiment 1.520 obat sifat antivirus
Barral, disetujui al yang azitromisin
Antoine FDA laboratoris disetujui secara in
Nougaire mengungka secara in pada vitro. Studi ini
de pkan vitro konsentrasi mengatakan
penghamba akhir bahwa
t potensial 10 μM dari secara in
replikasi pemeriksaa vitro,
SARS-CoV- n konsentrasi
2 perpustaka efektif 50%
an kimia (50%
Prestwick effective
(PCL) concentration
; EC50) dan
konsentrasi
efektif 90%
(90%
effective
concentration
; EC90) dari
azitromisin
52
dalam
menghambat
virus SARS-
CoV-2
masing-
masing
sebesar 2.12
µM dan 8.65
µM, dengan
periode
inkubasi
pascainfeksi
selama 72
jam,
menggunaka
n rasio virion
terhadap sel
pada kultur
(multiplicity of
infection;
MOI) 0.002
3. Violaine Azitromisin Metode Sampel Hasil
Guerin, dan yang yang penelitian ini
Plerre Hydroxychl digunakan digunakan dikatakan
Levy, oroquine adalah uji ialah 88 bahwa
Jean- Mempercep acak pasien yang sebanyak
Louis at terkendali dibagi 91.2% pasien
Thomas Pemulihan berupa menjadi 3 COVID-19
Pasien studi kelompok yang
Rawat observasion yaitu ditatalaksana
Jalan al kelompok dengan
dengan retrospektif terapi azitromisin
Covid-19 azitromisin, menunjukan
53
kelompok
yang hanya
mendapat
terapi
simtomatik,
dengan rata-
rata durasi
pemulihan
12.9 hari
(p<0.0001,
survival
p<0.007)
4. Samia Pengobatan Metode Sampel Hasil
Arshad, dengan yang yang penelitian ini
Paul hydroxychlo digunakan digunakan dikatakan
Kilgore, roquine, oleh peneliti ialah bahwa angka
Zohra S. azithromyci ini adalah melibatkan mortalitas
Chaudhry n, dan studi kohort 2.541 pada
, Gordon kombinasi retrospektif pasien kelompok
Jacobsen pada pasien komparatif terkonfirma yang
yang yang si positif mendapatkan
dirawat di mengevalua COVID-19. azitromisin
rumah sakit si hasil Terdapat sebesar
dengan klinis dari empat 22.4%,
Covid-19 semua kelompok sedangkan
pasien terapi, yaitu pada
berturut- kelompok kelompok
turut yang terapi yang tidak
dirawat di kombinasi mendapatkan
Henry Ford azitromisin azitromisin
Health + maupun
System hidroksiklor hidroksikloroq
(HFHS) oquin uin sebesar
55
= 28, 12.7%
[95% CI,
8.3%-17.1%])
4.2 Pembahasan
sitokin proinflamasi yang dipicu infeksi virus SARS-CoV-2, seperti IL-1β, IL-
6, IL-8, IL-12, IFN-γ, IP-10, TNF-α, dan GM-CSF. Sifat ini berpotensi dalam
COVID-19.30
59
yang paling tinggi (EC50 = 2.12 µM) diantara senyawa obat lainnya, diikuti
Tabel 1.31
60
(Remdesivir).31
penelitian ini adalah pemulihan klinis (durasi antara onset gejala dengan
500 mg pada hari pertama, diikuti 250 mg pada empat hari berikutnya. 32
studi observasional dengan jumlah sampel yang minimal. Dalam studi ini
(p<0.001).33
sehari pada hari pertama, diikuti dengan 250 mg satu kali sehari pada
dua kali sehari dalam dua dosis pada hari pertana, diikuti 200 mg dua kali
al, yang melibatkan 1438 pasien COVID-19 ini menyebutkan bahwa angka
pasien yang menerima azitromisin (adjusted HR, 0.56 [95% CI, 0.26-1.21]),
keduanya.34
65
perawatan di rumah sakit.34 Selain itu studi ini juga memiliki keluaran
QT).34
Di jurnal ini, ditemukan juga bahwa angka kejadian henti jantung dan
pemilihan sampel dari 25 rumah sakit di New York. Selain itu, pada
5.1. Kesimpulan
hari pertama, diikuti 250 mg satu kali sehari pada empat hari berikutnya,
penemuan hasil EKG abnormal. Untuk menghindari itu, maka lebih baik
66
67
5.2. Saran
lanjut mengenai dosis yang tepat dan lama penggunaan pada pemberian
5. Walls AC, Park Y-J, Tortorici MA, Wall A, McGuire AT, Veesler D.
Structure, function, and antigenicity of the SARS-CoV-2 spike
glycoprotein. Cell. 2020;
12. Cavalcanti AB, Zampieri FG, Rosa RG, Azevedo LCP, Veiga VC,
Avezum A, et al. Hydroxychloroquine with or without Azithromycin in
Mild-to-Moderate Covid-19. N Engl J Med [Internet]. 2020 Jul 23
68
69
17. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air,
surface environmental, and personal protective equipment
contamination by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) from a symptomatic patient. Jama.
2020;323(16):1610–2.
20. Yan G, Lee CK, Lam LT, Yan B, Chua YX, Lim AY, et al. Covert
COVID-19 and false-positive dengue serology in Singapore. Lancet
Infect Dis. 2020;20(5):536.
28. Siswanto S, Utama OS, Adisetiadi AS, Pranasakti ME, Hakim MS.
Early hydroxychloroquine and azithromycin as combined therapy for
COVID-19: a case series. J Med Sci Berk Ilmu Kedokt [Internet]. 2020
Jun 12 [cited 2020 Oct 2];52(3). Available from:
https://jurnal.ugm.ac.id/bik/article/view/56441
LAMPIRAN
REFERENSI 1
73
REFERENSI 2
74
REFERENSI 3
75
REFERENSI 4
76
REFERENSI 5
77
REFERENSI 6
78
REFERENSI 7
79
REFERENSI 8
80
REFERENSI 9
81
REFERENSI 10
82
REFERENSI 11
83
REFERENSI 12
84
REFERENSI 13
85
REFERENSI 14
86
87
88
89
90
91
REFERENSI 15
92
93
REFERENSI 16
94
95
REFERENSI 17
96
REFERENSI 18
97
REFERENSI 19
98
REFERENSI 20
99
REFERENSI 21
100
101
REFERENSI 22
102
Referensi 23
103
104
REFERENSI 24
105
REFERENSI 25
106
REFERENSI 26
107
108
REFERENSI 27
109
110
111
REFERENSI 28
112
REFERENSI 29
113
114
REFERENSI 30
115
116
117
118
REFERENSI 31
119
120
REFERENSI 32
121
122
123
REFERENSI 33
124
125
REFERENSI 34
126