FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
SKENARIO 1
KATA SULIT :
1. Acanthosis nigricans : Acanthosis nigricans adalah kondisi kulit yang
menyebabkan satu atau lebih area kulit menjadi gelap dan menebal.
KALMAT KUNCI :
1. Seorang laki-laki umur 38 tahun
2. keluhan kelebihan berat badan yang dialami sejak masa remaja dan
semakin bertambah
3. sulit mengendalikan nafsu makan
4. tidak rutin berolahraga
5. Tidak ada riwayat diabetes dalam keluarga
6. kedua orang tua pasien juga mengalami kelebihan berat badan
7. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TB : 155cm , BB : 90kg, LP
:105cm, TD: 130/80 mmHg, Acanthosis nigricans (+)
PERTANYAAN
1. Jelaskan patofisiologi kelebihan berat badan !
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor dan hormon yang berperan
terhadap peningkatan berat badan !
3. Jelaskan langkah- langkah diagnosis sesuai dengan scenario !
4. Sebutkan dan jelaskan diagnosis banding sesuai dengan scenario !
5. Apa saja tatalaksana awal pada seknario ?
6. Jelaskan komplikasi yang terkait dengan skenario !
7. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan sesuai dengan scenario ?
PEMBAHASAN :
3. Langkah-langkah diagnosis
a) Anamnesis
Pemfis
Inspeksi
a) Apakah tampak kelemahan berat, sedang atau ringan
b) Bentuk dan proporsi tubuh (kurus atau gemuk)
= Gemuk
c) Xanthoma berwarna merah kekuningan pada kelopak
mata, telapak tangan, siku, bokong, atau pada sarung
Tendon Achilles. Xanthoma merupakan deposit lipid.
d) Amati daerah leher, warna kulit sekitar leher apakah t
erjadi hipo/hiper pigmentasi kemudian amati apakah
merata atau tidak.
e) Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering,
dan bekas lokasi penyuntikan insulin untuk penderita DM).
f) Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat
terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan patologis,
abdomen membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus
obstruktif, meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan
kehamilan.
g) Striae (garis) kemerahan dapat terlihat pada Cushing
Syndrome.
= Acanthosis nigricans (+)
Palpasi
a. Evaluasi nadi secara palpasi, apakah takikardi atau bradikardi.
Penderita obesitas umumnya mengalami peningkatan denyut
nadi (takikardi).
b. Palpasi dinding abdomen sangat penting untuk menentukan
ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen.
Perkusi
Auskultasi
a. Auskultasi pada daerah leher di atas tiroid dapat
mengidentifikasi bunyi “bruit”. Bunyi yang dihasilkan akibat
adanya turbulensi pada arteri tiroidea.
b. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya
hipotensi ortostatik.
Pemeriksaan Antropometri
= Berat badan : 90 kg
3) Menghitung IMT
BB (kg)
IMT = TB2 (m)
90 𝑘𝑔
= IMT = 1,552 𝑚 = Obesitas Grade 2
Pemeriksaan penunjang
Manifestasi Klinis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: • Keluhan klasik DM:
poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. • Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Diagnostik
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria.
Berikut adalah tael hasil pemeriksaan laboratorium untuk tes diagnostic dan
penyaring:
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada
keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya:
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier.
Non-farmakologi:
- Edukasi
- Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara holistic
- Terapi Nutrisi Medis
TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif(A). Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain
serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM
sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang DM (A).
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin
atau terapi insulin itu sendiri.
Karbohidrat (Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi), Lemak (Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori),Protein (Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi).
Farmakologi
Sindroma Metabolik
A. Pendahuluan
Sindroma Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks yang
diakibatkan oleh peningkatan obesitas. Komponen utama SM adalah obesitas,
resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi. Sindrom metabolik merupakan
kumpulan dari faktor–faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang
berkaitan langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler
artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia
aterogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma,
keadaan prototrombik, dan proinflamasi.
B. Kriteria
Hingga saat ini ada 3 definisi SM yang telah di ajukan, yaitu definisi World
Health Organization (WHO), NCEP ATP–III dan International Diabetes
Federation (IDF). Ketiga definisi tersebut memiliki komponen utama yang
sama dengan penentuan kriteria yang berbeda.
Pada tahun 1988, Alberti dan Zimmet atas nama WHO menyampaikan definisi
SM dengan komponen – komponennya antara lain : (1) gangguan pengaturan
glukosa atau diabetes (2) resistensi insulin (3) hipertensi (4) dislipidemia
dengan trigliserida plasma >150 mg/dL dan/atau kolesterol high density
lipoprotein (HDL–C) <35 mg/dL untuk pria; <39 mg/dL untuk wanita; (5)
obesitas sentral (laki–laki: waist to–hip ratio >0,90; wanita: waist–to–hip ratio
>0,85) dan/atau indeks massa tubuh (IMT) >30 kg/m2; dan (6)
mikroalbuminuria (Urea Albumin Excretion Rate >20 mg/min atau rasio
albumin/kreatinin >30 mg/g). Sindrom metabolik dapat terjadi apabila salah
satu dari 2 kriteria pertama dan 2 dari empat kriteria terakhir terdapat pada
individu tersebut, Jadi kriteria WHO 1999 menekankan pada adanya toleransi
glukosa terganggu atau diabetes mellitus, dan atau resitensi insulin yang disertai
sedikitnya 2 faktor risiko lainya itu hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral dan
mikroalbuminaria.
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP–
ATP III, yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria yang disepakati,
antara lain: lingkar perut pria >102 cm atau wanita >88 cm; hipertrigliseridemia
(kadar serum trigliserida >150 mg/dL), kadar HDL–C <40 mg/dL untuk pria,
dan <50 mg/dL untuk wanita; tekanan darah >130/85 mmHg; dan kadar glukosa
darah puasa >110 mg/dL. Suatu kepastian fenomena klinis yang terjadi yaitu
obesitas central menjadi indikator utama terjadinya SM sebagai dasar
pertimbangan dikeluarkannya diagnosis terbaru oleh IDF tahun 2005.
Seseorang dikatakan menderita SM bila ada obesitas sentral (lingkar perut >90
cm untuk pria Asia dan lingkar perut >80 cm untuk wanita Asia) ditambah 2
dari 4 faktor berikut : (1) Trigliserida >150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau sedang
dalam pengobatan untuk hipertrigliseridemia; (2) HDL–C: <40 mg/dL (1,03
mmol/L) pada pria dan <50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita atau sedang
dalam pengobatan untuk peningkatan kadar HDL–C; (3) Tekanan darah:
sistolik >130 mmHg atau diastolik >85 mmHg atau sedang dalam pengobatan
hipertensi; (4) Gula darah puasa (GDP) >100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau
diabetes tipe 2. Hingga saat ini masih ada kontroversi tentang penggunaan
kriteria indikator SM yang terbaru tersebut.
Kriteria diagnosis NCEP–ATP III menggunakan parameter yang lebih
mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan
lebih mudah mendeteksi sindroma metabolik. Yang menjadi masalah adalah
dalam penerapan kriteria diagnosis NCEP– ATP III adalah adanya perbedaan
nilai “normal” lingkar pinggang antara berbagai jenis etnis. Oleh karena itu
pada tahun 2000 WHO mengusulkan lingkar pinggang untuk orang Asia =90
cm pada pria dan wanita = 80 cm sebagai batasan obesitas central.
Belum ada kesepakatan kriteria sindroma metabolik secara international,
sehingga ketiga definisi di atas merupakan yang paling sering digunakan. Tabel
berikut menggambarkan perbedaan ketiga definisi tersebut.
C. Etiologi
Etiologi SM belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis menyatakan
bahwa penyebab primer dari SM adalah resistensi insulin. Menurut pendapat
Tenebaum
penyebab sindrom metabolik adalah:
a) Gangguan fungsi sel ß dan hipersekresi insulin untuk mengkompensasi
resistensi insulin. Hal ini memicu terjadinya komplikasi makrovaskuler
(komplikasi jantung).
b) Kerusakan berat sel ß menyebabkan penurunan progresif sekresi
insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia. Hal ini menimbulkan
komplikasi mikrovaskuler (nephropathy diabetica).
Cushing syndrome
Definisi
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian
dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid
Etiologi
Endogen :
ACTH Dependent :
ACTH independent :
Adrenal adenoma
Adrenal carcinoma
Adrenal hyperplasia
Patofisiologi
Menstruasi irregular
Pemeriksaan diagnostic
Imaging (X-ray atau CT scan) buat melihat adrenal tumor atau sumber
ektopik dari ACTH
Pencegahan
Pencegahan yang diupayakan untuk menghindari Sindrom Cushing
adalah memperhatikan dosis pemakaian obat golongan steroid yang
diberikan dan hindari pemakaian obat golongan ini secara berlebihan.
Pasien bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan hasil terapi
yang baik, sehingga bisa meminimkan efek untuk terkena Sindrom
Cushing.
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis
Referensi : Siti Setiati, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II.
Jakarta:Interna Publishing.Halaman 2480-2485)
5. Penatalaksanaan awal
Tujuan Penurunan Berat Badan
Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10
persen adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien overweight dengan rentang BMI
sebesar 27 sampai 35, penurunan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal/hari akan
menyebabkan penurunan berat badan sebesar sampai 1 kg/minggu dan
penurunan sebesar 10 persen dalam 6 bulan.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan,
program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan
penurunan berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut
terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik. Untuk pasien yang tidak mampu
untuk mencapai penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan kenaikan
berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang paling penting. Pasien seperti
ini tetap diikutsertakan dalam program manajemen berat badan.
• Terapi Diet
Laki-laki :
B.E.E = 66.5 + (13.75 × kg) + (5.003 × cm) – (6.775 × age)
Perempuan :
B.E.E = 655.1 + (9.563 × kg) + (1.850 × cm) – (4.676 × age)
Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan jumlah faktor stress
dan aktivitas. Faktor stress ditambah aktivitas berkisar dari 1,2 sampai lebih
dari 2.
• Terapi perilaku
Faramakoterapi
• Sibutramine
• Orlistat
Terapi Bedah
Refererensi : (Bai Y, Zhang S, Kim.,1996, Obes gene experssion alters the ability of
preadipocytes to respond to lipogenic hormones in Ilmu Penyakit Dalam, in Stiati,siti.
(ed): Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam,
Ponogoro Jakarta Pusat, p.2568-2570).
Referensi : Fatimah N. 2014. Perbedaan Antara Obesitas Dan Non Obesitas Terhadap
Kejadian Depresi Pada Ibu Rumah Tangga Di Daerah Kelurahan Cililitan. Uin Syarif
Hidayatullah. Jakarta. Halaman 15.
Pencegahan Obesitas.
Pengendalian Obesitas
Penatalaksanaan Obesitas
(1) Terapi Utama (non medikamentosa), yaitu perubahan gaya hidup (life style)
dengan cara melakukan :
Jika pada penemuan dini ditemukan gejala dan tanda obesitas yang disertai
penyakit penyerta maka dilakukan rujukan kasus untuk pemeriksaan lebih
lanjut ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan obesitas adalah : diabetes mellitus tipe 2, penyakit kandung empedu,
dislipedemia, sindrom metabolic, hipertensi, osteoarthritis lutut dan panggul,
asam urat, kanker, abnormal hormone reproduksi, polikistik ovarium syndrome,
perlemakan hati dan low back pain.