STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI
RS MARDI RAHAYU, KUDUS
Nama
NIM
: 11.2011.076
Dr pembimbing / penguji
Tanda tangan
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Ny. N.K
Umur
: 42 Tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIIPIAI )
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Pendosawalan, RT 21/RW 08,
Kalinyamatan, Jepara
18.20 WIB
Nama suami
: Tn.M
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
a) ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 29 Mei 2013 jam 08.00 WIB
Keluhan utama :
Hamil 7 bulan, keluar perdarahan dari jalan lahir 1 hari yang lalu
dan muntah. Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma sebelumnya, tidak ada pecah air
ketuban, tidak ada riwayat minum obat obatan atau jamu. BAK (+), 3 4 x /hari, warna
kuning, nyeri (-). BAB (-)
Pasien mengatakan riwayat haid sebelumnya teratur. Di rumah pasien, memelihara
binatang unggas, ayam dan kucing. Pasien sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak 3
kali di dokter kandungan. Pasien sudah memiliki satu anak, usia 13 tahun, persalinan secara
pervaginam.
Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lamanya
: 7 hari
Banyaknya
: 27 Oktober 2012
: 4 Juli 2013
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 28 tahun, selama 14 tahun
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
No
1.
2.
3.
Anak
Tahun
Jenis
Umur
Jenis
ke
Persalinan
Kelamin
Kehamilan
Persalinan
38minggu
Partus
I
II
III
2000
Laki - laki
2012
HAMIL INI
Penolo Hidup
ng
/ Mati
Bidan
Hidup
Riway
Menete
at
k s/d
Nifas
3500g
umur
2 tahun
spontan
ABORTUS (UK : 10 minggu)
( + ) Suntik KB 1 bulanan
( ) IUD
( ) Lain-lain
Penyakit Dahulu
( ) Cacar
( ) Malaria
( ) Batu ginjal/saluran kemih
( ) Cacar air
( ) Disentri
( ) Burut ( hernia )
( ) Difteri
( ) Hepatitis
( ) Batuk rejan
( - ) Demam Tifoid
( ) Wasir
( ) Campak
( ) Diabetes
( ) Sifilis
( ) Alergi
( ) Tonsilitis
( ) Gonore
( ) Tumor
( ) Hipertensi
( ) Penyakit pembuluh
( ) Demam rematik akut
( ) Ulkus duodeni
( ) Psikosis
( - ) Gastritis
( ) Neurosis
( ) Tuberkulosis
( ) Batu empedu
( ) Jantung
( ) Operasi
( ) Kecelakaan
Lain-lain :
Kista ovarium sudah dioperasi Februari 2011
Riwayat keluarga
Hubungan
Umur
Jenis kelamin
Keadaan
Penyebab
meninggal
Sakit tua
Ayah
70 tahun
Laki-laki
kesehatan
Meninggal
Ibu
68 tahun
Perempuan
Meninggal
Sakit tua
Suami
48 tahun
Laki-laki
Hidup
Anak I
13 tahun
Laki - laki
Hidup
Ya
Tidak
Hubungan
Ayah
Ayah
Riwayat Operasi
Ada (+) Operasi Salphingoovorektomi dextra, Februari 2011
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37 0C
Pernafasaan
: 20 x/ menit. Abdominal-torakal
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 50 kg
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, Serumen (-), Perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung
Mulut
Lidah dalam batas normal, Pursed Lips breathing (-)
Dada
Bentuk : simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela iga
tidak tampak
Buah dada : membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae melebar
Paru paru
Depan
Inspeksi
Belakang
kiri
kanan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
kiri
fremitus normal
kanan
fremitus normal
kiri
Sonor
Sonor
kanan
Sonor
Sonor
kiri
vesikuler
vesikuler
kanan
vesikuler
vesikuler
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Batas kiri
midclavicularis kiri
Batas kanan
Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada keempat
katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk
: membuncit, Simetris
Limpa
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: sawo matang
Effloresensi
: tidak ada
Jaringan parut
: tidak ada
Pigmentasi
: tidak ada
Suhu raba
Keringat
Turgor
: baik
Ikterus
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: gelisah
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
I. Pemeriksaan Obsetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara : pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), cairan dari mammae (-)
Abdomen : Membesar, letak memanjang,
Linea nigra (+),
strie livide (-),
strie albicans (-),
bekas operasi (-)
Palpasi
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Pemeriksaan Laboratorium
o 25 Mei 2013 (jam 18.30 wib)
Darah rutin
Hemoglobin
9.9 g/dL
Leukosit
8.73 ribu
Eosinofil%
0.6 %
(N: 1-3)
Basofil%
0.2%
(N: 0-1)
Neutrofil segmen%
Limfosit%
15.5
76.3 %
(N: 50-70)
(N: 25-40)
7
Monosit%
7.4
(N: 2-8)
MCV
94.8 mikro m3
(N: 80-100)
MCH
32.5 pg
(N: 26-34)
MCHC
34.3 g/dL
(N: 32-36)
Hematokrit
28.9 %
(N: 30-43)
Trombosit
118.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
3.05 juta
RDW
12.4 %
PDW
21.5 %
(N: 10-18)
MPV
13.2 mikro m3
LED
48/95 mm/jam
(N: 0 20 )
Golongan darah
AB +
(N: 1-3)
(N: 2-6)
Pemeriksaan USG
-
Tampak janin tunggal hidup intra uterin, letak kepala punggung kanan, FM (+),
FHM (+), FHR (+) = 139 x/menit
Biometri janin : BPD = 75.9 mm; AC = 264.2 mm; FL = 56.9 mm, sesuai dengan
usia kehamilan 30 minggu -/+ 2 minggu 3 hari; EFW = 1563 -/+ 390 gram
Kesan :
-
Janin tunggal hidup intrauterine, letak kepala punggung kanan, sesuai dengan usia
kehamilan 30 minggu -/+ 2 minggu 3 hari
c) RINGKASAN (RESUME)
Anamnesis
Pasien seorang wanita,
minggu, datang ke RSMR dengan keluhan perut terasa kencang kencang lebih dari
biasanya, disertai nyeri perut bawah dan keluar darah segar sedikit dari jalan lahir sejak 1
hari yang lalu.
Pasien mengatakan memelihara ayam, burung, kucing. Tidak ada keluar air ketuban,
tidak ada riwayat trauma, atau minum obat obatan sebelumnya. Anak pertama pasien lahir
spontan 13 tahun yang lalu, jenis kelamin laki - laki. Hamil kedua keguguran dengan usia
kehamilan 10 minggu.
Riwayat menarche : 12 tahun,
Haid terakhir (HPHT)
: 27 Oktober 2012
: 4 Juli 2013
9.9 g/dL
Eosinofil%
0.6 %
(N: 1-3)
Limfosit%
15.5
(N: 25-40)
(N: 50-70)
Hematokrit
(N: 30-43)
28.9 %
Trombosit
118.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
3.05 juta
MPV
13.2 mikro m3
LED
48/95 mm/jam
(N: 0 20 )
Pemeriksaan USG
Kesan :
-
Janin tunggal hidup intrauterine, letak kepala punggung kanan, sesuai dengan usia
kehamilan 30 minggu -/+ 2 minggu 3 hari
D. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Diagnosis kerja
Pemeriksaan USG
Kesan :
Janin tunggal hidup intrauterine, letak kepala punggung kanan, sesuai dengan
usia kehamilan 30 minggu -/+ 2 minggu 3 hari
Glisodin 3 x 1 IV
Zygest 2 x 400 mg
Amoksisilin 2 x 1 gram IV
Dexametason 2 x 1 ampul IV
Pengawasan 10
d) Prognosis :
Power
: dubia ad bonam
Passage
: dubia ad bonam
Passenger
: dubia ad bonam
11
FOLLOW UP
Tanggal 26 Mei 2013, jam 08.00 WIB
S : perut masih terasa kencang - kencang. BAK (+). BAB (-)
Masih keluar darah sedikit, nyeri perut berkurang
pusing (-), demam (-), mual & muntah (-)
O : Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Abdomen
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
PPV
: (+) fluksus
His
: (-)
DJJ
: 138 x/menit
Kesadaran
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
12
Frekuensi nafas
: 22 x/menit
Abdomen
Suhu
: 37 C
: (-)
His
: (-)
DJJ
: 144 x/menit
A : sda
P : lanjutkan terapi
Tanggal 28 Mei 2013, jam 08.30 WIB
S : sudah tidak keluar darah dari jalan lahir, BAB (+) 4 x/hari, encer, sedikit
O : Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Frekuensi nafas
: 22 x/menit
Suhu
: 37 C
Abdomen
PPV
DJJ
: (-)
: 138 x/menit
A : sda
P : lanjutkan terapi + New Diatab 3 x 2 tablet (oral)
Tanggal 29 Mei 2013, jam 07.00 WIB
S : sudah tidak keluar darah dari jalan lahir, BAB (+) 4 x/hari, encer, sedikit
O : Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Frekuensi nafas
: 22 x/menit
Suhu
: 37 C
Abdomen
PPV
DJJ
: (-)
: 138 x/menit
A : sda
P : lanjutkan terapi + New Diatab 3 x 2 tablet (oral)
Tanggal 30 Mei 2013, jam 14.00 WIB
S : tidak keluar darah dari jalan lahir, BAB (+) 2 x/hari, agak padat, sedikit
O : Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/60 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Frekuensi nafas
: 22 x/menit
Suhu
: 37 C
Mata
: CA +/+, SI -/-
Abdomen
PPV
DJJ
: (-)
: 138 x/menit
A : sda
P : lanjutkan terapi + Dexametason stop
Tanggal 31 Mei, Jam 11.00 WIB Pasien pulang
TINJAUAN PUSTAKA
PREMATURITAS
14
1.1
PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia harus dimulai sejak sedini mungkin sejak
janin dalam kandungan dan sangat tergantung kepada kesejahteraan ibu termasuk kesehatan dan
keselamatan reproduksinya. Oleh karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
di Indonesia merupakan salah satu program prioritas.1
Kematian dan kesakitan ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah
menjadi masalah khususnya di negara berkembang. Semua ibu hamil menghadapi resiko/bahaya
terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan
kematian bagi ibu atau bayi baru lahir. 1
Dalam pelayanan obstetric, masalah bayi premature merupakan masalah yang menarik
untuk dibahas karena sampai saat ini bayi premature merupakan faktor dari kematian bayi di
Indonesia. Kelahiran bayi premature merupakan hal yang berbahaya karena potensial
meningkatkan kematian bayi sebesar 65 75%, umumnya berkaitan dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). BBLR dapat disebabkan kelahiran premature dan pertumbuhan bayi yang
terhambat. Keduanya harus dicegah karena menimbulkan dampak yang negative, tidak hanya
meningkatkan angka morbiditas tetapi juga mortalitas bayi.2
DEFINISI
15
Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
kurang dari 2500 gram, kapan pun bayi itu dilahirkan, baik pada minggu ke 32, 36, atau 39.
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu
(dihitung dari hari pertama haid terakhir ) tanpa memperhatikan berat badan.3
Bayi yang lahir premature mempunyai berat badan lahir rendah, namun yang mempunyai
berat badan lahir rendah belum tentu mengalami kelahiran premature. Masalah masalah yang
berkaitan dengan bayi premature menghalangi tercapainya tujuan bahwa semua bayi tidak hanya
lahir dan mampu hidup tetapi hendaknya tidak menderita gangguan fisik, intelektual atau
emosional sebagai akibat antepartum, intrapartum, atau neonatal yang buruk. 3,4
Kematian perinatal yang tinggi disebabkan oleh bayi premature yaitu sebesar 65 75%.
Tumbuh kembang organ vital bayi premature terhambat, menyebabkan ia belum mampu untuk
hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat
menimbulkan morbiditas bahklan mortalitas yang tinggi.3
Persalinan premature adalah suatu keadaan dimulainya kontraksi uterus yang teratur dan
disertai pendataran atau dilatasi serviks serta turunnya bayi, pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.4
BATASAN
KRITERIA
Extremely preterm
KETERANGAN
Very preterm
BB bayi 1501-2000
yang berat
g
Moderate to late
preterm
Lingkaran
kepala
Lingkaran dada 30
Panjang
Perhatikan kemungkinan :
cm
-
mungkin
Ganguan napas
33 cm
-
sangat
2499 g
-
Masih
badan
sekitar 45cm
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kelahiran bayi prematur dilihat dari
1.
b.
plasenta previa
solutio plasenta
1)
Ras
2)
3)
4)
1)
2)
Anomali uterus
3)
4)
19
5)
6)
1. Nutrisi buruk
2. Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
3. Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
4. Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
1. Stres
2. Iritabilitas uterus
3. Peristiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
4. Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
5. Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
6. Defisiensi progesterone
7. Infeksi
Dapat pula digunakan system skoring terhadap faktor resiko ibu hamil sebagai berikut
a.) Skor pelvik menurut Bishop
Skor Bishop merupakan parameter yang baik untuk memprediksikan terjadinya persalinan
preterm. Semakin besar nilai skor Bishop menunjukan ancaman persalinan preterm yang
terjadi semakin progresif sehingga makin sulit untuk dihambat. Pada beberapa penelitian
didapatkan angka kejadian persalinan preterm berkisar 76% pada skor Bishop. 2,3,5
Skor Tokolisis menurut Baumgarten merupakan parameter yang baik untuk memprediksi
persalinan preterm dengan atau tanpa gejala ketuban pecah dini. Skor tokolisis ini
mengevaluasi kemungkinan terjadinya persalinan preterm dengan mengkombinasikan 4
faktor klinis yaitu adanya kontraksi uterus, utuh/tidaknya kulit ketuban, keluarnya lendir
darah dan dilatasi serviks. Pada beberapa penelitian didapatkan angka kejadian persalinan
preterm sebesar 10% pada skor tokolisis Baumgarten < 3. Bila skor Baumgarten >3, maka
angka kejadian persalinan premature meningkat sebesar 80%. 2,3,5
EPIDEMIOLOGI
Kejadian persalinan premature di setiap negara bervariasi. Di negara maju seperti Eropa,
angkanya mencapai 5 11%. Di Amerika 10.7% dan di Australia kejadiannya 7%. Di negara
berkembang, angkanya masih tinggi. Di India 34%, Afrika Selatan 15%, Sudan31% dan
Malaysia 10%. 1
Indonesia belum mempunyai angka prematuraitas nasional, yang ada adalah angka bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR bisa mencerminkan prematuritas secara kasar,
yaitu secara nasional di rumah sakit 27,9%. Di RS Theresia Jambi pada tahun 2006 kejadian
kelahiran bayi premature 10% dari sluruh persalinan. Di RS Panti Rapih, Yogyakarta periode
2000 2006 kejadian kelahiran bayi premature 33,33%. 2
GEJALA KLINIS
22
berikut :
a) Dorongan janin yang ingin keluar
b) Terdapat nyeri pinggang bagian belakang
c) Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaki menstruasi, rasa tertekan
pada intrapelvik (perut bagian bawah)
d) Terdapat kontraksi sepuluh menit atau lebih sering sebelum usia kehamilan 37 minggu
e) Selaput ketuban pecah, terdapat pembawa tanda seperti keluar cairan/lendir bercampur
darah dari vagina
i. fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
j. jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
PATOFISIOLOGI
a.)
Patogenesis Infeksi
Proses pathogenesis persalinan diawali dengan invasi bakteri yang akan mengawali
aktivasi fosfolipase A2 yang memecah asam arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam
arakidonat bebas meningkat untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin di dalam air ketuban
kemudian merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang dapat
menginisiasi proses persalinan. Proses persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi
diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai
sitokin, termasuk Interleukin-1, tumor necrosing factor (TNF-alpha), dan Interleukin-6 adalah
produk sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan preterm. Sementara itu platelet activating
factor (PAF),yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi sitokin tadi.
PAF juga diduga dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian janin memainkan peran
yang sinergik dalam mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan oleh infeksi. Bakteri
sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membrane lewat pengaruh langsung dari protease. 1,3,5
24
a.
Untuk menentukan apakah seorang ibu hamil terancam persalinan preterm atau tidak,
dapat ditegakan melalui beberapa kriteria sebagai berikut :
i.
Usia kehamilan antara 20 37 minggu lengkap atau antara 140 259 hari
ii.
Kontraksi uterus (his) teratur dengan jarak 7 8 menit sekali atau kurang dan adanya
pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini.
iv.
Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan
intrapelvik dan nyeri bagian belakang.
Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan
kali dalam 60 menit, ditambah perubahan progresif pada serviks
b.)
ii.
iii.
Laboratorium
ii.
Amniosentesis
Hitung leukosit
Kultur bakteri
Kadar IL-1,IL-6
iii.
USG
KOMPLIKASI
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi
dengan kehidupan luar rahim. Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan
belum matangnya fungsi organ-organ tubuh. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum
matang, bayi prematur cenderung mengalami masalah masalah yang bervariasi. Adapun masalah
masalah yang dapat terjadi sebagai berikut: 5,8
2.
dinding alveoli paru. Tanda klinis sindrom gawat napas adalah pernapasan cepat,
sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi dan retraksi substernal dan interkostal.8
3.
4.
5.
Immune system problem. Bayi prematur mudah mendapat infeksi karena imunitas
humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Infeksi
pada bayi premature dapat dengan cepat menyebar dalam aliran darah
menyebabkan septicemia.5,8
6.
Blood Problem Anemia adalah keadaan yang umum dijumpai pada bayi
premature disebabkan karena tubuh tidak mampu untuk membentuk sel darah
28
merah. Hiperbilirubinemia, hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl.Tanda klinisnya
adalah sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning, letargi, lemampuan mengisap menurun dan kejang. 5,8
7.
8.
Heart problem. Masalah kardiovaskular seperti PDA atau Duktus Arteriosus Paten
dimana ductus arteriosus tetap terbuka bahkan setelah anak lahir. Anak yang lahir
prematur sangat rentan terhadap masalah seperti masalah hipertensi, diabetes dan
jantung di usia dewasa mereka. 5,8
Cerebral palsy adalah gangguan gerakan, otot atau postur yang disebabkan oleh cedera
otak mengembangkan prematur yang baik selama kehamilan atau saat bayi masih muda
dan belum dewasa. Cedera otak dari sirkulasi yang buruk, suplai oksigen tidak
mencukupi, kekurangan gizi atau infeksi semua dapat menyebabkan cerebral palsy atau
masalah neurologis lainnya. 8
2.
Gangguan keterampilan kognitif. Bayi prematur lebih cenderung tertinggal dari rekan
rekannya pada berbagai tahap perkembangan. Setelah usia sekolah, anak yang lahir
prematur mungkin lebih cenderung memiliki ketidakmampuan belajar. 8
3.
Masalah penglihatan. Prematur yang lahir sebelum 30 minggu dapat terkena retinopati
prematuritas (ROP), penyakit yang terjadi ketika pembuluh darah membengkak dan
tumbuh terlalu cepat di lapisan peka cahaya saraf di belakang mata (retina). Bila retina
29
menarik diri dari bagian belakang mata yang disebut ablasi retina, suatu kondisi yang,
jika
tidak
terdeteksi,
dapat
mengganggu
penglihatan
dan
menyebabkan
kebutaan. Biasanya hal ini disebabkan pemberian oksigen melalui nasal kanul pada saat
di rumah sakit yang terlalu tinggi dan lama.8
4.
Masalah pendengaran. Bayi prematur berada pada peningkatan risiko beberapa derajat
gangguan pendengaran. Semua bayi akan diperiksa pendengarannya sebelum pulang.
5.
Masalah gigi. Prematur yang telah sakit kritis berada pada peningkatan risiko
mengembangkan masalah gigi, seperti erupsi gigi tertunda, perubahan warna gigi dan
gigi tidak selaras. 8
6.
Masalah perilaku dan psikologis. Anak-anak yang mengalami kelahiran prematur lebih
mungkin dibandingkan bayi penuh panjang untuk memiliki masalah perilaku dan
psikologis tertentu, seperti attention deficit hyperactivity disorder, depresi atau
kecemasan umum, dan kesulitan berinteraksi dengan anak-anak seusia mereka.
7.
Masalah kesehatan kronis. Bayi prematur lebih mungkin memiliki masalah kesehatan
kronis - beberapa di antaranya mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit - daripada
bayi aterm. Bayi prematur juga dapat meningkatkan resiko sudden infant death syndrome
(SIDS)8
PENATALAKSANAAN
Wanita yang kehamilannya diidentifikasi berisiko mengalami kelahiran preterm dan juga
mereka yang menunjukan tanda dan gejala ancaman persalinan preterm diberikan berbagai
intervensi yang ditujukan guna memperbaiki hasil akhir bayinya. Bila tidak ada indikasi ibu atau
bayi yang mengharuskan persalinan secara sengaja, maka sebagian besar intervensi diharapkan
mencegah kelahiran preterm atau meningkatkan kemampuan bayi untuk mengatasi lingkungan
ekstrauteri. 1,5,8
Adapun berbagai obat obatan yang digunakan dalam tatalaksana persalinan preterm
antara lain :
a) Tokolitik
Agen tokolitik yang sering digunakan dan bermanfaat dalam memperlama kehamilan
meliputi : beta agonis, ritodrine, kalsium kanal bloker, contohnya nifedipin, antagonis
30
oksitosin (atosiban), obat anti inflamasi non steroid (NSAID), contoh indometasin atau
inhibitor kerja otot uterus (progesterone). Pada keadaan dimana tejadi dilatasi serviks < 4
cm , sebaiknya persalinan dimulai setelah 24 48 jam memberikan waktu untuk
pemberian steroid pada ibu. 5
Adapun kontraindikasi tokolitik : 5
1. Absolut
-
Korioamnionitis
Kematian intrauterine
2. Relatif
-
Perdarahan antepartum
3. Efek samping
-
Hiperglikemi
Edema pulmoner
31
b.) Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan untuk percepatan pematangan paru. Efek optimal terjadi
24 jam setelah pemberian terakhir mencapai puncak dalam waktu 48 jam dan bertahan
sampai 7 hari. 1,5
- Betametason 12 mg IM tiap 12 jam selama 24 jam
- Dexametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
c.)
Antibiotika
Terapi antibiotika pada kasus persalinan preterm diperkirakan oleh sebagian besar
32
Ada dua prinsip penatalaksanaan persalinan preterm yaitu menghentikan kontraksi uterus
/ melakukan penundaan persalinan atau persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan
selanjutnya.
a) Penundaan persalinan
Obat obat tokolitik hanya dapat menunda persalinan sementara, sembari dilakukan
pemberian kortikosteroid yang ditujukan untuk menginduksi maturitas paru pada usia
kehamilan kurang dari 34 minggu. Intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran
sampai bayi cukup matang.2,5
Penundaan persalinan dilakukan bilan :
- Umur kehamilan < 35 minggu
- Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
- Tidak ada amnionitis, preeklamsia atau perdarahan yang aktif
- Tidak ada gawat janin
Ibu dirawat inap dan dilakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan. Kemudian untuk
mempercepat pematangan paru janin diberikan kortikosteroid dengan 2 dosis
betametason 12 mg IM selang 12 jam . Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang
jelas.
b.) Persalinan berlanjut
Bila tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal. Jangan
menyetop kontraksi uterus bila : 2,5,6
- Umur kehamilan > 35 minggu
- Serviks membuka lebih dari 3 cm
- Perdarahn aktif
- Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidup kecil
- Adanya korioamnionitis
- Preeklamsia
- Gawat janin
Bayi prematur memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (intensif). Hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah tejadinya keadaan yang lebih buruk. Selain itu, perawatan intensif
dapat membantu bayi mengatasi hambatan atau kesulitan dalam upaya penyesuaian diri dengan
kehidupan ekstrauteri. Maturitas fungsi sistem organ merupakan syarat bagi bayi untuk mampu
beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim.
Bayi prematur atau berat lahir sangat rendah,fungsi sistem organnya belum matur
sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Di bawah ini
diuraikan tindakan perawatan yang dilakukan terhadap bayi prematur : 5,7
1.
Supportive Care
Pertama yang dilakukan yaitu bantuan pernapasan. Segera setelah lahir jalan napas
orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan isapan yang lembut. Bila pengisapan
menggunakan alat, lama setiap pengisapan tidak boleh lebih dari 10 detik. Ketika
memasukkan kateter jangan memaksa karena dapat menyebabkan trauma pada mukosa.
Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus-menerus
tekanan oksigen darah arteri. Hal ini dilakukan karena pemberian terapi oksigen dapat
menimbulkan hiperoksigenisasi yang dapat menyebabkan fibroplasia retrolental dan
fibroplasia paru. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang
dihirup tetap stabil dan aman, yaitu tekanan oksigen arteri antara 80-100 mmHg. 2,5,7
2.
Kedua yaitu mengupayakan suhu lingkungan netral. Untuk mencegah akibat buruk dari
hipotermi karena suhu lingkungan yang rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk
merawat bayi dalam suhu lingkungan yang netral, yaitu suhu yang diperlukan agar
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Kedaan ini dapat dicapai bila suhu
inti bayi (suhu tubuh tanpa berpakaian) dapat dipertahankan 36,6 37,5 derajat celcius.
Suhu lingkungan yang netral dapat diupayakan melalui berbagai cara. Inkubator ada
berbagai macam, yang canggih dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban
agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas normal, suplai oksigen
dapat diatur, dan alat perlengkapan lain untuk memantau. Inkubator pada umumnya ada
dua macam, yaitu inkubator tertutp yang semua perawatan dan pengobatannya diberikan
34
melalui lobang lengan yang tersedia, dibuka bila diperlukan, dan inkubator terbuka yang
harus dibuka bila perawat akan melakukan tindakan perawatan bayi. 5,7
3.
Ketiga yaitu pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena
infeksi akan memperburuk kedaan bayi yang sudah bermasalah. Bayi prematur akan
mudah menderita sakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
:petugas dan orangtua yang mengunjungi bayi harus cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi, petugas yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki unit perawatan
bayi sampai mereka dinyatakan sembuh, setiap orang yang memasuki unit perawatan
bayi harus memakai pakaian bersih dan pakaian penutup khusus yang disediakan, setiap
bayi menggunakan alat perawatan individual. Peralatan yang digunakan dibersihlan
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap bayi yang masuk kembali dari rumah
atau bayi dengan proses kelahiran yang tidak steril harus diisolasi secara fisik dari bayi
premature.5,7
4.
Keempat yaitu pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi. Kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan yang cepat dan pemeliharaan harian harus disesuaikan dengan tingkat
kematangan anatomi dan fisiologi.Koordinasi mekanisme mengisap dan menelan belum
sepenuhnya baik pada usia kehamilan 36-37 minggu. Kapasitas lambung bayi prematur
sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi
pernapasan. 5,7
Pemberian cairan intravena pada bayi dapat diberikan melalui vena, cairan tersebut
dialirkan melalui pompa infus, yang dapat mengalirkan cairan dengan volume sangat
kecil pada tingkat aliran yang sudah ditentukan.Kemudian dapat melalui Nasogastric
Tube (NGT), dan bila sudah cukup besar dapat diberikan susu ASI. Prinsip utama
pemberian makan bayi prematur adalah sedikit demi sedikit secara perlahan dan hati-hati.
Saat pemberian minum harus dicegah terjadinya kelelahan, regurgitasi dan aspirasi.
5.
Lampu bilirubin, untuk mengobati neonatal jaundice, bayi premature diletakan di bawah
lampu ultraviolet, fungsinya untuk memecah bilirubin dalam darah yang menyebabkan
kuning.5,7
35
Operasi
Ketika komplikasi tertentu muncul, kadang-kadang operasi diperlukan untuk mengobati: 8
Patent ductus arteriosus, ketika obat gagal untuk bekerja, dengan menutup pembuluh
darah di dekat jantung
PENCEGAHAN
1.
PRIMER
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seorang wanita hamil
SEKUNDER
Pencegahan tingkat kedua merupakan upaya untuk menghindari komplikasi persalinan
TERSIER
Pencegahan ketiga merupakan upaya untuk menghentikan kelahiran bayi premature.
Semakin lama kehamilan berlanjut, semakin baik bagi bayi untuk bertahan hidup setelah
dilahirkan dan mengurangi lama waktu perawatan bayi berada dalam perawatan intensif.
Mempertahankan kehamilan juga harus mempertimbangkan keadaan ibu dan kesejahteraan janin
di dalam rahim, sehingga dapat diputuskan apakah mempertahankan janin dalam rahim akan
lebih baik bila dibandingkan dengan bila bayi segera dilahirkan. Pada keadaan tertentu seperti
oligohidramnion (kurangnya air ketuban dalam kantung amnion) akan lebih baik bila janin hidup
di luar rahim dibandingkan dengan dipertahankan di dalam rahim. Pemberian obat tertentu dapat
menghentikan kontraksi rahim. Sekelompok obat yang dikenal sebagai tokolitik sering digunakan
untuk mencoba menunda kelahiran. Obat ini meliputi betamimetika seperti ritodrin, terbutalin
dan salbutamol, penghambat emesis prostaglandin misalnya indometasin dan obat antagonis
oksitosin seperti astoban. 1,3,5
DAFTAR PUSTAKA
1. Martaadisoebrata, D. dkk, 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi I,
Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo. Jakarta
37
PLASENTA PREVIA
DEFINISI
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim
38
dan meluasnya segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.
Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intrantal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara
berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal.1,2
KLASIFIKASI : 1,2
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum
d. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
ETIOLOGI
Plasenta Previa mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik misalnya karena
atrofi endometrium. 3
Keadaan ini misalnya terdapat pada:
o Multipara, terutama kalau jarak antara kehamilan-kehamilan pendek.
o Pada myoma uteri
o Curettage yang berulang-ulang
39
Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa placenta previa harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, mendekati atau menutup ostium
internum. Memang pada plasenta previa kita sering mendapati placenta yang luas dan tipis dan
lebih sering terjadi placenta accreta. Mungkin juga placenta previa disebabkan implantasi telur
yang rendah. 1,3
PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menandai segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim perdarahan
pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi. Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah
dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak
akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika
ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung
lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah
perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain. Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada
bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsial atau
letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk
berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa
terjadi pada kehamilan di bawah
kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematom
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam
sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulapati pada plasenta previa. 2-4
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding
uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang
pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa.
Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot
yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan
pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas
dengan sempurna atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi
dengan baik. 2,3
GAMBARAN KLINIK
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina
tanpa rasa nyeri. Perdarahan
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi
tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak
rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai
banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraski sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa
berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan
segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan
lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio
plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta. Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah,
maka pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis
41
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil
merasa nyeri dan perut tidak tegang.1-3
DIAGNOSIS
Diagnosis Plasenta Previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan
pemeriksaan penunjang. 1
a.
Anamnesa Plasenta Previa 1,2
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu
2. Sifat perdarahan
Dapat berulang.
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
b.
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas
panggul.
2.
Pemeriksaan USG
MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan
plasenta perkreta
Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa, laserasi serviks atau
vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan inspekulo.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur kehamilan dan
derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa harus dikirim ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Sebelum penderita syok, pasang infus
NaCl/RL sebanyak 2-3 kali jumlah darah yang hilang. Jangan melakukan pemeriksaan dalam
atau tampon vagina, karena akan memperbanyak infeksi.3,4
1.
Usia kehamilan < 37 minggu atau berat janin < 2500 gram
b.
c.
d.
b.
c.
Pemberian tokolitik bila ada indikasi (kontraksi), yaitu dengan MgSO4 4 gram dosis
awal dilanjutkan dengan 4 gram setiap 6 jam, atau nifedipin 3 x 20 mg per hari.
Pemberian betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru.
d.
e.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat.
f.
Bila 3 hari tidak ada perdarahan dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar
kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).
g.
Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras, dan segera ke rumah sakit
bila terjadi perdarahan
2.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Persalinan Pervaginam
Indikasi dilakukannya persalinan pervaginam antara lain:
a. Presentasi kepala
b. Plasenta previa marginalis, atau letak rendah pada pembukaan 4-5 cm atau lebih
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut: 2,4,5
kulit ketuban/amniotomi agar bagian bawah janin dapat masuk pintu atas panggul. Amniotomi
adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam pada plasenta previa. Hal ini
dikarenakan pada amniotomi dapat menyebabkan bagian terbawah janin akan menekan plasenta
yang berdarah; dan plasenta yang berdarah itu dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah
uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan.
Setelah ketuban dipecahkan diberikan oksitosin drip 5 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%.
Indikasi amniotomi pada plasenta previa, yaitu: 1,2,4
Plasenta marginalis
Plasenta letak rendah
Plasenta previa lateralis, bila telah ada pembukaan 4 cm atau lebih
Plasenta previa lateralis atau marginal dimana janin mati, serviks matang, kepala sudah
masuk panggul dan tidak ada perdarahan atau sedikit
banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesarea.
Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif
diberlakukan. 1,5
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachmihadhi
T, dalam Ilmu Kandungan edisi ketiga, cetakan kesembilan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2007. Hal : 362 385
2. Cunningham FG, MacDonald PC. Obstetrical hemorrhage. In: Cunningham FG, Gilstrap
LC, Gant NF, Leveno KJ, Hauth JC, Wenstrom KD, eds. Williams Obstetrics. 20th ed.
McGraw-Hill: New York, NY; 1997:755-60.
3. Medscape. Saju, J. Smith, Carl. dkk. Placenta Previa. Edisi Juni 2012. Diunduh dari
URL http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview . Pada tanggal 10 Juni 2013
4. Zlatnik MG, Cheng YW, Norton ME, Thiet MP, Caughey AB. Placenta previa and the
risk of preterm delivery. J Matern Fetal Neonatal Med. Oct 2007;20(10):719-23.
5. Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.
47
Pembimbing:
dr. FX. Widiarso, Sp. OG
Penyusun :
48
TINJAUAN PUSTAKA
PERSALINAN PREMATUR
Pembimbing:
dr. FX. Widiarso, Sp. OG
Penyusun :
Nelwan Filipus Tando - 11.2011.076
49
TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
Pembimbing:
dr. FX. Widiarso, Sp. OG
Penyusun :
Nelwan Filipus Tando - 11.2011.076
50
51