Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTA
Periode 06 Juli 2015 3 Oktober 2015

Nama Mahasiswa

: Winda Dwi Ernita

NIM

: 11-2014-241

Tanda Tangan :

Dokter Pembimbing : dr. Elfrieda Simatupang, Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. S.R

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat / tanggaI lahir : Jakarta, 09 November 2002

Umur: 11 tahun 11 bulan 06 hari

Suku: Betawi

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Alamat : Jl. Rekreasi. Jakarta Utara

Hubungan dengan orang tua: anak kandung

Tanggal masuk RS: 10 Oktober 2015


No. RM: 00 26 xx xx

II. ANAMNESIS
Diambil dari

: Autoanamnesis dan alloanamnesis dari ayah pasien (Tn.S)

Tanggal

: 14 Oktober 2015

Pukul : 10.45 WIB

Keluhan utama : Bengkak pada mata, wajah, tangan, dan kaki sejak 3 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang


Tiga hari SMRS, OS mengatakan terdapat bengkak pada mata, wajah, kaki, dan kaki.
OS merasakan bengkak awalnya timbul saat OS bangun di pagi hari, namun OS mengatakan
bahwa bengkak yang terdapat pada seluruh tubuh OS tidak mengganggu aktivitas OS.
Dua hari SMRS, bengkak masih dirasakan ada pada mata, wajah, kaki, dan kaki. OS
juga mengatakan bahwa BAK pada pagi hari sangat sedikit. OS tidak merasakan nyeri saat
berkemih. OS juga tidak mengatakan terdapat perubahan pada warna air kencingnya. BAB
dalam batas normal. OS mengeluhkan demam sejak 5 hari SMRS, namun tidak mengukur suhu
tubuhnya. Ayah pasien mengatakan demam yang dirasakan naik turun. Tidak terdapat nyeri
pnggang dan perut. OS juga tidak mengelukan terdapat nyeri pada alat kemaluannya.
Satu hari SMRS, bengkak yang dirasakan semakin memburuk. BAK juga masih sedikit.
OS mengeluhkan sakit kepala. Demam masih dirasakan OS. Lalu OS dibawa ke IGD RSUD
Koja.
OS mengatakan 8 hari sebelum timbul bengkak pada seluruh tubuh, OS mengalami
batuk dan sakit pada tenggorokan dan disertai demam. Batuk dirasakan OS tidak terus-menerus
sepanjang hari. Ayah OS mengatakan bahwa demam dirasakan naik turun. OS mengatakan
belum pernah mengalami bengkak pada seluruh tubuh sebelumnya.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kehamilan: Selama kehamilan, ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC. Ibu
OS tidak pernah mengalami penyakit pada masa kehamilan.
Riwayat Kelahiran (Birth History) :.
Tempat kelahiran
Penolong

Rumah Bersalin
Bidan

persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

Spontan
Cukup (9 bulan)
Berat badan lahir
Panjang badan lahir

: 3.200 gr
: Ayah tidak

tahu
Lingkar kepala: Ayah tidak tahu
Nilai APGAR : Ayah mengatakan
anak langsung menangis (AS 8/9)
2

dan anak tidak kuning ataupun biru


saat lahir.
Kelainan bawaan

: Tidak ada

Riwayat Tumbuh Kembang (Developmental History):


Pertumbuhan gigi pertama: Ayah tidak ingat.
Psikomotor:
Tengkurap: 4 bulan
Duduk: 5 bulan
Berdiri: 7 bulan
Berbicara: 11 bulan
Membaca dan menulis: Sudah mulai mencoret-coret sejak usia 2 tahun
Os tidak mengalami gangguan perkembangan mental dan emosi.
Riwayat imunisasi
Waktu Pemberian
Imunisasi Dasar
Imunisasi
Hepatitis B

0
-

Polio (OPV)

1
-

2
-

BCG

DPT

Bulan
5
6
-

Campak

12

Booster
18

Tahun
3
5

Kesan: Imunisasi dasar tidak dilakukan


Riwayat nutrisi ( Nutritional History):
Susu

: ASI hingga usia 8 bulan.

Makanan padat

: dimulai umur 7 bulan,

Makanan sekarang

: Nafsu makan : menurun

Riwayat penyakit dahulu ( Tahun, diisi bila ya ( + ), bila tidak ( - ) )


3

( - ) Sepsis

( - ) Kejang demam

( - ) ISK

( - ) Tuberkulosis

( - ) Pneumoni

( - ) Alergi lainnya

( - ) Asma

( - ) Alergi Rhinitis

( - ) Gastritis

( - ) Diare akut

( - ) Diare Kronis

( - ) Amoebiasis

( - ) Disentri

( - ) Kolera

( - ) Difteri

(- ) Tifus Abdominalis

(- ) DHF

(- ) Polio

( -) Cacar air

( - ) Campak

(- ) Penyakit Jantung Bawaan

( - ) Batuk rejan

(- ) Tetanus

( - ) Kecelakaan

( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Penyakit Jantung Rematik ( - ) Operasi


(-) Epistaksis

( - ) Glomerulonephritis

( - ) Sindroma Nefrotik

Riwayat keluarga
Penyakit

Ya

Alergi
Asma
Tuberkulosis
Hipertensi
Diabetes
Kejang Demam
Epilepsy

Tidak

Hubungan

Silsilah Keluarga (Familys Tree)

Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
4

Sakit
Riwayat Sosial Personal
Os tinggal bersama ayah dan seorang adik. Tinggal di rumah yang tidak terlalu luas
dengan ventilasi yang kurang. Hanya terdapat tiga jendela. Os sangat suka jajan di luar,
sebelum makan jarang cuci tangan. Tetangga dan teman sekolah tidak ada yang sakit seperti
os.. Lingkungan tempat tinggal pasien berada dekat dengan jalan yang penuh akan polusi.
Berat Badan
Berat badan rata-rata :

43 kg

Berat badan tertinggi :

45 kg

Berat badan sekarang :

42 kg

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal: 14 Oktober 2015 , pukul 10.45 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Frekuensi nafas

: 22x/menit

Nadi

: 96 x/menit

Suhu

: 37,5C

TD

: 150/110 mmHg

DOB:
2015

10

15

2002

11

09

11 tahun 11 bulan 06 hari


Data Antropometri
Berat badan

: 42 kg

Tinggi badan

: 152 cm

Lingkar kepala

: 51 cm

Lingkar lengan atas

: 21 cm
5

Lingkar dada

: 66 cm

BB/ U

: 42/44 x 100% = 95%

TB/ U

: 152/154 x 100% = 98%

BB/TB

: 42/43 x 100% = 97 %

Kesan status gizi

: Gizi baik

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kulit : Warna kulit sawo matang, tipe 3, tidak terlihat adanya lesi pada kulit, turgor kulit baik,
tidak ada ruam pada kulit.
Kepala: Normocephali, rambut berwarna hitam, tidak terlihat adanya lesi, rambut tidak mudah
rontok.
Mata : Conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata tidak cekung. Palpebra
edema (+)
Telinga: Normotia, membran timpani intak, serumen agak banyak.
Hidung: Deviasi septum tidak ada, sekret (-), cavum nasi lapang, hipertrofi konka (-),
hiperemis pada mukosa hidung (-).
Bibir: Tidak kering, kemerahan, sianosis (-)
Gigi-geligi: Tidak ada kelainan
Lidah: stomatitis (-), lidah kotor (-)
Tonsil: T1-T1, uvula ditengah.
Faring: Tidak hiperemis
Leher: Tidak ditemukan pembesaran KGB ataupun tiroid.
Thoraks:
Paru

Inspeksi

: Bentuk pectus pectinatum, tidak ada retraksi sela iga, tidak ada yang
tertinggal saat bernapas baik dalam keadaan statis dan dinamis,
pergerakan kedua dada simetris, tidak ada lesi.

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus tidak mengeras dan tidak
melemah, tidak ada dada yang tertinggal saat bernapas, tidak teraba
benjolan dan krepitasi.

Perkusi

: Sonor pada semua lapang paru

Auskultasi

: Suara napas vesikuler pada lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung :
Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra ICS V

Auskultasi

: Katup mitral dan trikuspid BJ I>II, murni reguler, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

Abdomen:
Inspeksi

: Bentuk datar, tidak ada lesi dan benjolan, tidak terlihat adanya bekas
luka operasi.

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrik (-), turgor kulit
baik, ginjal balotement (-)

Perkusi
Punggung

: Timpani

: Tidak ditemukan kelainan

Alat Kelamin : Tidak ditemukan kelainan


Anus

: Colok dubur tidak dilakukan

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refil baik <2 detik, edema (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium tanggal 10-10-2015, pukul 08.20 WIB
Pemeriksaan
Hematologi
Pemeriksaan
Darah rutin
Kimia Klinik
Hb
Ureum
Leukosit
Kreatinin
Hematokrit
Trombosit
Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

11,0
37,0
7320
0,67
32,9
336.00
Hasil
0

12.5-16.1
16,6-48,5
4.00- 10.50
0,44-0,68
36-47
163.000-337.000
Nilai rujukan

g/ dL
mg/dL
/L
mg/dL
%
/L
Satuan

Kuning
Keruh
1,030
6,0
2+
Negatif
Negatif
Negatif

Kuning pucat
Jernih
1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
7

Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

3+
Negatif
Negatif
0,2

Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

3-4
20-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
Negatif
negatif

Negatif
Negatif
Negatif
negatif

EU
/LPB
/LPB

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 12/10/2015, pukul 06:37 WIB


Pemeriksaan
Hematologi
Darah lengkap
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Laju endap darah

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

11,5
8.25
34,0
420
4.39
77
26
34
13,5
44

12,5 16,1
4.00 10.50
36.0 47.0
163 337
4.20 5.60
78 95
26 32
32 36
11,5 14,0
0 10

g/ dL
103/ L
%
103/ L
juta/ L
fL
Pg
g/dL
%
mm/jam

(LED)
Hitung jenis
Basofil
Eusinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

0,2
2,5
56,2
30,9
10,2

0,2 1,2
0,8 7,0
34,0 67,9
21,8 -53,1
5,3 12,2

%
%
%
%
%

Kimia Klinik
Protein total
Albumin
Globulin
Kolesteroltotal

5,08
2,81
2,27
218

6,30 8,60
3,80 5,40
3,10 3,50

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

37,0

16,6-48,5

mg/dL

Pemeriksaan
Kimia Klinik
Ureum

g/dL
g/dL
g/ dL

Kreatinin

0,67

Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan

Hasil

Nilai rujukan

Coklat
Agak

Kuning pucat
Jernih

keruh
1,015
6,5
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
Negatif
Negatif
0,2

1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

2-4
30-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
Negatif
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

0,44-0,68

mg/dL
Satuan

EU
/LPB
/LPB

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 14/10/2015, pukul 09.31 WIB


Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Berat jenis
pH

Hasil

Nilai rujukan

Merah
Keruh
1,015
8,0

Kuning pucat
Jernih
1,002 1,035
4,6 8,0

Satuan

Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
2+
Negatif
0,2

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

20-25
30-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
1+
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

EU
/LPB
/LPB

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 16/10/2015, pukul 12.23 WIB


Pemeriksaan
Hematologi
Darah rutin
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

12,6
7,60
36,1
399

12.5 16,1
4.00 10,50
36.0 47.0
163 - 337

g/ dL
103/ L
%
103/L

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 17/10/2015, pukul 06.24 WIB


Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan

Hasil

Nilai rujukan

Kuning
Keruh

Kuning pucat
Jernih

Satuan

10

Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

1,010
7,5
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
2+
Negatif
0,2

1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

20-25
25-35
Negatif
1+
Negatif
1+
Negatif

<10
<3
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

EU
/LPB
/LPB

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 20/10/2015, pukul 06.51 WIB


Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Kuning
Keruh
1,020
6,0
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
1+
Negatif
0,2

Kuning pucat
Jernih
1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

EU

0-15
35-40
Silinder

<10
<3
Negatif

/LPB
/LPB

leukosit
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

1+
1+
Negatif
1+
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
11

RESUME
Pasien anak laki-laki, usia 11 tahun 11 bulan 6 hari, BB 42 kg datang dengan keluhan
utama bengkak pada mata, wajah, tangan, dan kaki sejak 3 hari SMRS. Keluhan disertai
demam, batuk, sakit kepala, BAK sedikit, dan nafsu makan menurun. Dari anamnesa
didapatkan keluhan demam naik turun yang sudah dirasakan sejak 5 hari SMRS, batuk sudah
dialami pasien selama 8 hari SMRS, batuk kering, nafsu makan pasien berkurang dan pasien
lemas.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 14 Oktober 2015, didapatkan :
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Frekuensi nafas

: 22x/menit

Nadi

: 96 x/menit

Suhu

: 37,5C

TD

: 150/110 mmHg

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :


Pemeriksaan laboratorium tanggal 10-10-2015, pukul 08.20 WIB
Pemeriksaan
Hematologi
Pemeriksaan
Darah rutin
Hb
Kimia Klinik
Leukosit
Ureum
Hematokrit
Kreatinin
Trombosit

Hasil
Hasil
11,0
7320
37,0
32,9
0,67
336.00

Nilai Rujukan
Nilai

Satuan
Satuan

rujukan
12.5-16.1
g/ dL
4.00- 10.50
/L
16,6-48,5
mg/dL
36-47
%
0,44-0,68
mg/dL
163.000-337.000
/L

Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

12

Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

Kuning
Keruh
1,030
6,0
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
Negatif
Negatif
0,2

Kuning pucat
Jernih
1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

3-4
20-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
Negatif
negatif

Negatif
Negatif
Negatif
negatif

EU
/LPB
/LPB

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 12/10/2015, pukul 06:37 WIB


Pemeriksaan
Hematologi
Darah lengkap
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Laju endap darah
(LED)
Hitung jenis
Basofil
Eusinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

11,5
8.25
34,0
420
4.39
77
26
34
13,5
44

12,5 16,1
4.00 10.50
36.0 47.0
163 337
4.20 5.60
78 95
26 32
32 36
11,5 14,0
0 10

g/ dL
103/ L
%
103/ L
juta/ L
fL
Pg
g/dL
%
mm/jam

0,2
2,5
56,2
30,9
10,2

0,2 1,2
0,8 7,0
34,0 67,9
21,8 -53,1
5,3 12,2

%
%
%
%
%

Kimia Klinik
13

Pemeriksaan
Protein total
Albumin
Globulin
Kolesteroltotal

Hasil
5,08
2,81
2,27
218

Nilai Rujukan
6,30 8,60
3,80 5,40
3,10 3,50

Pemeriksaan
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

37,0
0,67

16,6-48,5
0,44-0,68

mg/dL
mg/dL

Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan

Hasil

Nilai rujukan

Coklat
Agak

Kuning pucat
Jernih

keruh
1,015
6,5
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
Negatif
Negatif
0,2

1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

2-4
30-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
Negatif
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

Satuan
g/dL
g/dL
g/ dL

Satuan

EU
/LPB
/LPB

14

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal : 14/10/2015, pukul 09.31 WIB


Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Berat jenis
pH
Pritein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Darah samar
Leukosit esterase
Nitrit
urobilinogen
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteria
Jamur

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Merah
Keruh
1,015
8,0
2+
Negatif
Negatif
Negatif
3+
2+
Negatif
0,2

Kuning pucat
Jernih
1,002 1,035
4,6 8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0

EU

20-25
30-35
Silinder

<10
<3
Negatif

butir 1+
1+
Negatif
1+
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

/LPB
/LPB

DIAGNOSIS KERJA
GNAPS
Hipertensi

DIAGNOSIS BANDING
Sindrom Nefrotik
Nefropati IgA
15

Nefritis Lupus
Nefritis Henoch Schonlein
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan ASTO, C3
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD Asering 12 tpm
Furosemid 2x40mg (IV)
Meptin syr 2x1 cth
PCT 3x1 tab
Captopril 2x12.5mg
Non-medika mentosa :
Tirah baring
Asupan garam dan cairan dibatasi
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 15 Oktober 2015
S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (+) di mata (+), demam (-), batuk (+),
16

O
A
P

mual (-), muntah (-), nyeri kepala (+), mencret (-) BAK tidak ada keluhan
T : 37,2oC
HR 88x/menit RR : 24x/menit TD: 180/120 mmHg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
IVFD Asering 12 tpm
Furosemide 2x40 mg (IV)
PCT 3x1 tab
Meptin syr 2x1 cth
Vectrin 3x1 cth
Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg

Tanggal 16 Oktober 2015


S
O
A
P

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (+) di mata (+), demam (-), batuk (+),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (+), mencret (-) BAK tidak ada keluhan
T : 36,9oC
HR: 86x/menit RR: 26x/menit TD: 140/110 mmHg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
IVFD Asering 12 tpm
Furosemide 2x40 mg (IV)
PCT 3x1 tab
Meptin syr 2x1 cth
Vectrin 3x1 cth
Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

Tanggal 17 Oktober 2015


S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (+) sudah berkurang, di mata (+),
demam (-), batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mencret (-),

O
A
P

BAK tidak ada keluhan


T : 37,0oC
HR: 78x/menit RR : 22x/menit TD: 130/90 mmHg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
IVFD Asering 12 tpm
Furosemide 2x40 mg (IV)
PCT 3x1 tab
Meptin syr 2x1 cth
Vectrin 3x1 cth
Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)
17

Tanggal 18 Oktober 2015


S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (+) di mata (+), demam (-), batuk (+),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mencret (-), BAK sedikit-sedikit, nafsu

O
A
P

makan baik
T : 36,8oC
HR: 88x/menit RR : 20x/menit TD: 130/90 mmHg
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
IVFD Asering 12 tpm
Furosemide 2x40 mg (IV)
PCT 3x1 tab
Meptin syr 2x1 cth
Vectrin 3x1 cth
Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

Tanggal 19 Oktober 2015


S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (-) di mata (-), demam (-), batuk (+),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (+), mencret (-), BAK sedikit-sedikit, nafsu

O
A
P

makan baik
T : 36,7oC
HR: 80x/menit RR: 21x/menit
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
IVFD Asering 12 tpm
Furosemide 2x40 mg (IV)
PCT 3x1 tab
Meptin syr 2x1 cth
Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

TD: 130/100mmHg

Tanggal 20 Oktober 2015


S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (-) di mata (-), demam (-), batuk (-),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mencret (-), BAK tidak ada keluhan, nafsu

O
A
P

makan baik
T : 36,7oC
HR: 84x/menit RR: 21x/menit
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
PCT 3x1 tab

TD: 120/90 mmHg

18

Meptin syr 2x1 cth


Eritromisin 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

Tanggal 21 Oktober2015
S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (-) di mata (-), demam (-), batuk (-),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mencret (-), BAK tidak ada keluhan, nafsu

O
A
P

makan baik
T : 36,7oC
HR: 80x/menit RR : 21x/menit
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertnesi
PCT 3x1 tab
Eritromisisn 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

TD: 120/70 mmHg

Tanggal 22 Oktober 2015


S

Bengkak di tangan (-) di kaki (-) di wajah (-) di mata (-), demam (-), batuk (-),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mencret (-), BAK tidak ada keluhan, nafsu

O
A
P

makan baik.
T : 36,7oC
HR 80x/menit RR: 21x/menit
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
GNAPS
Hipertensi
PCT 3x1 tab
Eritromisisn 3x500 mg
Captopril 2x12,5 mg
Nifedipin 1x10 mg (bila diastolik > 120)

TD; 120/70 mmHg

ANALISA KASUS
1. GNAPS
Pada pasien ini, didiagnosis GNAPS berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.

A. Anamnesis
19

Berdasarkan teori: terdapat riwayat infeksi streptokokus sebelumnya


seperti faringitis atau pioderma. Pada umumnya, periode laten selama 1-2
minggu setelah faringitis dan 3-6 minggu setelah infeksi pioderma.

Terdapat edema periorbital, urin berwarna seperti cucian daging.


Berdasarkan kasus: pasien mengatakan terdapat batuk dan nyeri
tenggorokan sejak 8 hari yang lalu. Bengkak dikeluhkan pasien 3 hari
SMRS. Ebengkak pertama kali disadari pasien pada kelopak mata, lalu
pagi hari setelah bangun tidur pasien mengatakan bahwa bengkak juga
terjadi pada wajah. Pasien juga BAK pada pagi hari setelah bangun tidur
sedikit, namun pasien mengatakan warna air kencingnya tidak berwarna

merah. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala.


B. Pemeriksaan fisik
- Berdasarkan teori: ditemukannya tekanan darah tinggi. Bila disertai
dengan hipertensi, dapat timbul nyeri kepala. Demam tidak selalu ada.
Pada kasus berat, dapat timbul edema anaarka atau asites dan berbagai
gangguan fungsi ginjal yang berat. Oliguria tampak pada 10-50% kasus,
-

pada 15% output urin <200 ml.


Berdasarkan kasus: pada pengukuran tekanan darah pasien adalah
150/110 mmHg. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala terutama
didaerah tengkuk. Pasien juga mengeluhkan demam. Edema terdapat
pada kelopak mata, wajah, tangan dan kaki. Pasien mengeluh BAK pada

pagi hari setelah bangun tidur sedikit.


C. Pemeriksaan penunjang
A. Berdasarkan teori: dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan.
Laboratorium: adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan
melakukan biakan tenggorok dan kulit. Biakan mungkin negatif
apabila telah diberikan antimikroba. Beberapa uji serologis
tergadap antigen streptokokus dapat dipakai untu membuktikan
adanya infeksi streptokokus antara lain yaitu antistreptozim,
ASTO, dan anti DNA-se . hematuria dan proteinuria dapat
muncul beberapa bulan hingga tahunan. Pada pemeriksaan
serologi didapatkan penurunan komplemen C3. Pada urinalisis
menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria yang
muncul pada semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit,
20

leukosit, granular. Terdapat gangguan fungsi ginjal sehingga urin

tampak menjadi lebih terkonsentrasi dan asam.


Pemeriksaan pencitraan: USG ginjal menunjukan gambaran yang

normal.
B. Berdasarkan kasus: pada pasien diatas selama perawatan tidak dilakukan
pemeriksaan biakan tenggorok dan kulit. Pada pasien dilakukan uji
serologis terhadap antigen streptokokus yaitu ASTO. Hasil ASTO pada
pasien 400 menunjukan adanya infeksi streptokokus. Pada hasil
pemeriksaan urinalisa didapatkan urin warna kuning keruh menunjukan
telah terjadi penurunan tekanan onkotik yang ditandai dengan protein +2.
Pada pemeriksaan urin juga didapatkan darah samar positif serta eritrosit
20-35/LPBmenunjukan adanya hematuria pada pasien. Hematuria pada
pasienterjadi karena kerusakan pada membrana basali ginjal. Pada pasien
tidak dilakukan pemeriksaan pencitraan.
2. Hipertensi
Hipertensi pada anak adalah keadaan dimana rata-rata TD sistoloik dan diastolik >95
pesentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut. Tabel
dibawah ini menunjukan klasifikasi hipertensi.
Normal

Istilah

Batasan
TD sistolik dan diastolik < 90 persentil

Normal tinggi

menurut umur dan jenis kelamin


Rata-rata Tdsistolik dan diastolik diantara 90
dan 95 persentil memurut umur da jenis
kelamin
Rata-rata TD sistolik dan diastolik > 95

Hipertensi

persentil menurut umur dan jenis kelamin


Pada pasien ini gejala yang ditemukan adanya hipertensi yang mencapai 150/110 mmHg
pada pertama kali dan pada follow up selanjutnya meningkat mencapai 180/120 mmHg.

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam

21

Tinjauan Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan
oleh suatu mekanisme imunologis. Istilah akut (glomerulonefritis akut, GNA) mencerminkan
adanya korelasi kliniko-patoligis selain menunjukan adanya gambaran tentang etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.1
Glomerulonefritis akut menunjukan adanya kejadian pasca infeksi dengan etiologi
berbagai mavam bakteri dan virus. Kuman penyebab tersering adalah Streptokokus B
hemolitikus group A yang nefritogenik. Insiden tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan
jauh lebih tinggi dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukan fejala sehingga tidak pernah terdeteksi.glomerulonefritis pasca streptokokus
terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.jarang menyerang anak dibawah usia 3
tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dqn peremouan adalah 2:1. Hasil penelitian
multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5), kemudian
disusul berturut0turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2). Pasien lelaki
dan perempuan berbanding 1,3:2 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-8 tahun
(40,6%)2.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan adanya
inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel-sel glomeluraus akibat proses
immunologik.istilah akut, misal glomerulonefritis akut (GNA), glomerulonefritis akut pasca
streptokokus (GNAPS) secara klinik berarti bersifat temporer atau suatu onset yang bersifat
tiba-tiba, sedangkan secara histopatologuk didapatkan leukosit polimormonuklear dalam
glomerulus.1
Glomerulonefritis Akut pasca Streptokokus (GNAPS) ditandai oleh onset yang tiba-tiba
dari kombinasi gejala-gejala hematuria gros, sembab periorbita, dan hipertensi dengantorak sel
darah merah, serta adanya infeksi Streptokokus sebelumnya. GnAPS merupakan penyebab
22

terbanyak nefritis akut pada anak di negara berkembang, sedangkan di negara maju terjadi
dalam laju prevalensi yang rendah dengan sekali-kali timbul epidemi.1
Etiologi
GNAPS berarti penyebabnya adalah streptokokus B hemolitikus group A. Hanya sedikit
sterptokokus hemolitikus B grup A strain nefritogenik yang mampu mengakibatkan timbulnya
GNAPS. Beberapa tipe yang sering menyerang saluran napas atas adalah tipe M 1,2,4,12,18,25
dan yang menyerang kulit adalah M 49,55,57,60. Sedangkan untuk penyebab lain selain
streptokokus B hemolitikus grup A, biasanya disebut sebagai glomerulonefritis akut pasca
infeksi.1
Patogenesis
Mekanisme bagaimana terjadinya jejas renal pada GNAPS sampai sekrang belum jelas
benar, meskipun telah diduga terdapat sejumlah faktor host dan faktor kuman yang berperan.1,2
Faktor host
Fakta yang menunjukan mengapa hanya 10-15% pasien yang terinfeksi kuman stertokokus grup
A strain nefritogenik menderita GNAPS masih sulit dijelaskan, mungkin oleh karena adanya
faktor-faktor host tertentu yang berperan. GNAPS menyerang semua kelompok umur dimana
kelompok umur 5-15 tahun merupakan kelompok umur tersering dan paling jarang pada bayi.
Anak laki-laki menderita 2kali lebih sering dibandingkan dengna wanita. Rasia anak laki-laki
dibandingkan anak wanita adalah 76,4&:58,2& atau 1,3:1,6. GNAPS lebih sering dijumpai
didaerah tropis dan biasanya menyerang anak-aanak dari golongan ekonomi rendah.1,2
Faktor kuman
GNAPS berawal apabila host rentan yang terpapar kuman streptokokus grup A strain
nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibodi terhadqap antigen yang menyerang. Tetapi apa
saja komponen antoigen streptokokus yang mampu memicu proses patologik terjadinya
GNAPS sampai sekarang belum dapat diidentifikasikan dengan pastoi, namun paling tidak telah
diketahui 7 komponen antigen streptokokus yang mungkin berperan, yaitu proteinM,
endostreptosin (pre-absorbing antigen), caution icproteins, streptococcal pyrogenic exotoxin B,
streptokinase, neuramidase, dan nephritis-associated plasmin receptor. Kemungkinan besar
lebih dari satu antigen yang terlibat, yang bekerja pada stadium yang berbeda.1,2
Mekanisme imunopatoge nik terjadinya GNAPS

23

GNAPS adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen-antibodi yang terjadi dalam
sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Proses inflamasi yang mengakibatkan terjadinya jejas
renal dipicu oleh:1,2
1. Aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh streptokinasi yang kemudian diikuti oleh
aktivase kaskade komplemen
2. Deposisi kompleks Ag-Ab yang telah terbentuk sebelumnya ke dalam glomerulus
3. Ab antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya berikatan dnegan molekul tiruan
dari protein renal yang menyerupai Ag streptokokus (jaringan glomerulus yang normal
yang bersifat autoantigen bereaksi dengan circulating Ab yang terbentuk sebelumnya
untuk melawan Ag Streptokokus)
Manifestasi klinis
Onset GNAPS biasanya berlangsung secara tiba-tiba, terjadi 7-14 hari setelah anam
menderita faringitis atau infeksi saluran nafas atas, atau 3-6 minggu setelah infeksi kulit. Gejala
klinis biasanya berupa sindrom nefritik akut yang terdiri

atas sekumpulan gejala berupa

hematuria gros, sembab preorbita, dan hipertensi dengan torak sel darah merah, proteinuria, dan
oloiguria.1,2
Gejala overload cairan berupa sembab (85%), sedangkan di Indonesia 76,3% kasus
menunjukan gejala sembab orbita dan kadang-kadang didapatkan tanda-tanda sembab paru
(14%) atau gagal jantung kongestif (2%). Hematuria mikroskopik ditemukan pada hampir
semua pasien. Hematuria gros terloihat sebagai urin berwarna merah kecoklatan seperti warna
coca cola, tanpa disertai rasa sakit. Kebanyakan pasien tam[pak pucat, akibat dilusi dan
pembengkakan jaringan subkutan. Penurunan fungsi ginjal biasanya ringan sampai sedang
dengan meningkatnya kadar kreatinin (45%). Takipnea dan dispnea yang disebabkan kongesti
paru dengan efusi pleura sering ditemukan pada pasien glomerulonefritis akut. Takikarida,
kongesti hepar dan irama gallop timbul bila terjadi gagal jantung kongesti. Proteinuria biasanya
bukan tpe proteinuria nefrotik. Hipoalbuminemia tidak hebat, disebabkan karena efek dilusi
ekspansi volume cairan intravaskulafr. Gejala sindrpm nefrotik dapat terjadi pada kurang dari
5% asien. Hipertensi ringan sampai sedang terloihat pada60-80% pasien yang biasanya sudah
muncul sejak awal penyakit tingkat hipertensi beragam dan tidak proprosional dengan hebatnya
sembab. Kadang-kadang terjadi krisis hipertensi yaitu tekanan darah mendadak meningkat
tinnggi dengan tekanan sistolik melampaui 200 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 130
mmHg. Sekitar 5% pasien srawat inap mengalamu ensefalopatihipertensi (di Indonesia 9,2%)
dengan keluhan sakit kepala hebat, perubahan mental, koma, dan kejang. Adanya anuria,
24

proteinuria nefrotik. Dan penurunan fungsi ginjal yang lebih parah, mungkin suatu
glomerulonefritis progresif cepat yang terjadi pada 1% kasus GNAPS. 1,2
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Adanya infeksi streptokokkus harus dicari dengan melakukan biakan tengorok
dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan antimikroba. Bebrapa uji
serologis terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untum membuktikan adanya
infeksi streptokokus, anatara lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti
DNAse B. Skrining antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur
antibodi terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolisin O meningkat
pada 75-80% pasien dengan glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan faringitis,
lebih dari 90% kasus menunjukan adanya infeksi streptokokus.3,4,5
Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus GNAPS pasca impetigo, tetapi
antihialuronidase atau antibodi yang lain terhadap antigen streptokokus biasanya positif.
Pada awal penyakit titer antibodi streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji
titer dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali lipat berarti menandakan adanya
infeksi. Tetpai meskipun terdapat bukti adanya infeksi streptokokus, hal tersebut belum
dapat memastikan bahwa glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabkan karena
infeksi streptokokus. Gejala klinis dan perjalanan penyakit pasien sangat penting untuk
menemukan apakah biopsi ginjal memang diperlukan.3,4,5
Titer antibodi streptokokus positif pada 95% pasien dengan faringitis.
antistreptolisin, antiDNAse B postif setelah faringitis terjadi. Titer antibodi meningkat
dalam 1minggu puncaknya pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa bulan.
Pada pemeriksaan seologi didapatkan juga penurunan komponen serum C3.
Penurunan C3 terjadi pada 90% anak dengan GNAPS. Pada pemeriksaan kadar
komplemen, C3 akan kembali normal dalam 3 hari atau paling lama 30 hari setelah
onset.3,4,5
Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya biasanya transien. Bila
peningkatan ini menetap beberapa minggu atau bulan menujukan pasien bukan GNAPS
sebenarnya. Pasien yang mengalami bentuk kresentik GN mengalami perubahan cepat,
dan penyembuhan tidak sempurna. Adanya hiperkalemia dan asidosis metabolik
menunjukan adanya gangguan fungsi ginjal. Selain itu didapatkan juga hiperfosfatemia
dan Ca serum yang menurun.3,4,5

25

Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria, dan proteinuria muncul


pada semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular. Terdapat
gangguan fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan asam. Ditemukan
juga glukosuria, eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi hari, terdapat 60-85%
pada anak yang dirawat di RS. Hematuria biasanya menghlang dalam waktu 3-6 bulan
dan mungkin dapat bertahan 18 bulan. Hematuria mikroskopik dapt munculmeskipun
klinis sudan membaik. Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang
dalam 6 bulan. Pasien dengan proteinuria berat memiliki prognosis buruk.3,4,5
b. Pemeriksaan pencitraan
- USG ginjal biasanya menunjukan ukuran ginjal yang normal
c. Biosi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubhan fungsi ginjal yang menetap,
abnormalitas urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap.
Diagnosis
Diagnosis GNAPS ditegakan berdasarkan adanya riwayat infeksi streptococcus B hemolitikus
group A sebelumnya (7-14hari). bila tidak didapatkan kultur positif, dapat dikonfirmasikan
dengan peningkatan titer ASTO atau peningkatan antibodi antistreptokokus lainnya.
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.

Sindrom Nefrotik
Nefropati IgA
Nefritis Lupus
Nefritis Henoch Schonlein

Penatalaksanaan
GNAPS tipikal tidak memrlukan penatalaksanaan spesifik. Terapi antibiotik yang sesuai
merupakan indikasi bila infeksi tetap ada. gangguan fungsi ginjal yang mengakibatkan
hipertensi memerlukan penanganan yang lebih spesifik, pengurangan konsumsi natrium,
pengobatan dengan diuretik atau obat antihipertensi. Pada kasus berat yang telah terjadi
kegagalan ginjal, dapat dilakukan hemodialisa. Kortikosteroid juga dapat diberikan untuk
mengurangi perjalanan infeksi. 4,5
1. Terapi simptomatis untuk engontrol oedem dan tekanan darah
- Pada fase akut batasi garam dan air, jika hipertensi dapat diberikan diuretik. Loop
diuretik meningkatkan output urin.
2. Untuk hipertensi yang tidak dapat dikontrol dengan diuretik, bisasnya calsium channel
blocker.
3. Antibiotik golongan penisilin jika infeksi primer masih berlangsung
26

4. Pembatasan aktifitas fisik diperlukan pada beberapa hari pertama sakit.


5.
Prognosis
Hanya sedikit pasien denganGNA yang memerlukan perawatan dirumah sakit. Sebagian
besar akan pulang dalam waktu 2-4 hari. semakin cepat tekanan darah berada dalam nilai
normal dan diuresis telah kembali, sdebagian besar anak dapat dirawat jalan.
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan
penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 710 setelah awal penyakit, dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah
menjadi normal dalam waktu 304 minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8
minggu. Tetapi kelainan sedimen urin masih akan tetap terlihat berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun pada sebagian besar pasien.
Monitoring pasien rawat jalan:5,6
1. 0-6 minggu setelah onset: hipertensi telah terkonrol. Edema sudah perbaikan. Gros
hematuria semakin mebaik.
2. 8-10 minggu setelah onset: hipertensi telah membaik, C3 dan C4 telah kembali ke nilai
normal.
3. 3,6,9 bulan setelah onset: hematuria dan proteinuria telah menghilang sedikit demi
sedikit, tekanan darah telah kembali normal.
4. 12 bulan setelah onset: proteinuria telah menghilang,hematuria mikroskopik telah
menghilang.
5. 2,5,10 tahun setelah onset: urin telah normal, tekanan darah dan kadar kretainin serum
telah normal.

27

BAB III
KESIMPULAN
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Istilah akut (glomerulonefritis akut, GNA) mencerminkan
adanya korelasi kliniko-patoligis selain menunjukan adanya gambaran tentang etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
Glomerulonefritis akut menunjukan adanya kejadian pasca infeksi dengan etiologi
berbagai mavam bakteri dan virus. Kuman penyebab tersering adalah Streptokokus B
hemolitikus group A yang nefritogenik. Insiden tidak dapat diketahui dengan tepat,
diperkirakan jauh lebih tinggi dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya
pasien yang tidak menunjukan gejala sehingga tidak pernah terdeteksi. Glomerulonefritis
pasca streptokokus terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.jarang menyerang
anak dibawah usia 3 tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dan peremouan adalah 2:1.

28

Daftar Pustaka
1. Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas H, tambunan T, Trihono P, Pardede S.
Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2006. Hlm.345-52.
2. Noer MS. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. Dalam: Kumpulan Makalah
Simposium dan Workshop Sehari: Kegawatan pada Penyakit Ginjal Anak. Balai
penerbit FKUI. 2006. Hlm.57-61.
3. Geetha D. Post StreptococcalGlomerulonephritis. Diunduh padatanggal 16 Oktober
2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview. Accessed on 23
April 201.
4. Lum GM. Glomerulonephritis in: Hematuria & Glomerular Disease. In: Kidney &
Urinary Tract. 2006. p-.713
5. Bhimma R. Acute Post Streptoccocal Glomerulonephritis. Diunduh pada tanggal 16
Oktober 2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/980685-overview. Acceced
on 23 April 2010
6. Parmar. Soemyarso N. Acute Glomerulonephritis. Diunduh pada tanggal 16 Oktober
2015 dari http://emedicne.medscape.com/article/239278-overview. Acceced on 23
april 2010

29

Anda mungkin juga menyukai