Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia;
telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan kesehatan kerja

merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan

tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
suatu perusahaan atau tempat kerja.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang telah
mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yaitu :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui tugas pelayanan kesehatan


Mengetahui dasar syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja
Mengetahui cara mencegah atau tindakan pencegahan terhadap gangguan-gangguan
pada kesehatan dan daya kerja

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Kerja


Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja dengan
kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuan
untuk melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya dalam menanggulangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dengan penerapan peraturan
perundangan antara lain melalui :
A. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
B. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
C. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-pemeriksaan
langsung di tempat kerja.
ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan
psikologisnya.

kerja

yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan
kerja , yaitu:
1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan
kesehatan
3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan suasana sosial yang positif dan
operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja antara lain:
1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja , pemilihan
alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
kerja
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja

2.2 Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang

baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,
misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap
pekerja. Beban beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja
menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-undang No. 36
tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja
2.3 Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang

dimaksud

dengan

pelayanan

kesehatan

menurut

Permenakertrans

No

Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang
dilaksanakan dengan tujuan:
1.

Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun
mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja

2.

Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja

3.

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga
kerja

4.

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan


pelayanan

kesehatan

kerja

ini

dapat:

diselenggarakan

sendiri

oleh

pengurus,

diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan
kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas
dalam:
a.

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan


khusus

b.

Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja

c.

Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

d.

Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair

e.

Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja

f.

Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja

g.

Pertolongan pertama pada kecelakaan

h.

Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan

i.

Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan


alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat
kerja

j.

Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja

k.

Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan


tertentu dalam kesehatannya

l.

Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang
dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan ini
diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki
tempat-tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut
wajib diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per
03/Men/1982).

2.4 Pemeriksaan Kesehatan


Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan
lain yang dianggap perlu. Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan
kesehatan secara berkala maupun secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam pekerjaannya,
serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin
yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. jika pada pemeriksaan kesehatan
secara berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada

tenaga kerja maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainankelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan
kesehatan kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai
sasaran yang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar
perusahaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu.
Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula terhadap:
a.

Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan lebih dari 2 (dua minggu)

b.

Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

c.

Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan


kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan diantara
tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau
atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas pendapat
umum di masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini
adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan
syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).
2.5 Penyakit Akibat Kerja

Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat
ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis
penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat
antara penyakit dan pekerjaannya.setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh
dokter pemeriksa maka dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep
333/Men/1989).
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakan-tindakan
preventif. Dalam hal ini pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya (Per 01/Men/1981)

2.6 Pelayanan Kesehatan Kerja


Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di tempat
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang berdampak positif bagi peningkatan produktifitas
kerja.
Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :

UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang medik.

Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja dimana


Pelayanan Kesehatan kerja diadakan tergantung pada jumlah tenaga kerja & tingkat
bahayanya

RUANG LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja

Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)

Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja

Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja

Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan kesehatan


kerja

JENIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif dan

Pelayanan Rujukan

1.

Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :

Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Pemeliharaan berat badan yang ideal

Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman,
Higiene Kantin.

Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)

Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran

Konseling berhenti merokok /napza

Koordinasi Lintas Sektor

Advokasi

2.

Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :

Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)

Imunisasi

Identifikasi & pengukuran potensi risiko

Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)

Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja


(PAHK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya.

3.

Monitoring Lingkungan Kerja .

Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :

Pertolongan pertama pada kasus emergency.

Pemeriksaan fisik dan penunjang

Melakukan rujukan

Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan.

Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun


penyakit akibat kerja.

Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi
simtomatis

4.

Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :

Rehabilitasi medik

Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang


masih ada secara maksimal.

5.

Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan


kesehatan yang lebih tinggi.

yaitu Rujukan pasien /penderita ke sarana

RUJUKAN MEDIK > pengobatan & rehabilitasi > Pos UKK > Puskesmas
> BKKM > RSU/RS.Khusus

RUJUKAN KESEHATAN :
1. Sampel Lingkungan > Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
2. Sampel Laboratorium > Balai Latihan Kerja
3. Kasus Pencemaran > Kabupaten/Ko

2.7 Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja

Beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja :


1) Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud adalah beban
fisik, mentak dan sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan muat
barang di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental dan sosial.
Sebaliknya seorang pengusaha, mungkin tanggung jawabnya merupakan beban mental
yang relatif jauh lebih besar. Kesehatan kerja membantu mengurangi beban kerja dengan
modifikasi cara kerja atau perencanaan mesin serta alat kerja. Contoh sederhana ialah,
beban kerja akibat memikul atau menjinjing suatu barang dapat dikurangi dengan
penggunaan kereta dorong.

2) Beban tambahan akibat lingkungan kerja :


Terdapat lima faktor penyebab beban tambahan, antara lain :
1.
2.
3.
4.

Faktor fisik seperti: penerangan, suhu udara, kelembaban, dll;


Faktor kimia seperti : gas, uap, dll;
Faktor biologi seperti : tumbuhan dan hewan;
Faktor fisiologis seperti: sikap dan cara kerja;

5. Faktor mental-psikologis seperti : suasana kerja dan hubungan kerja antara pekerja dan
juga antar pengusaha.
Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang
tenaga kerja, sebagai contohnya adalah :
1. Penerangan yang kurang menyebabkan kelelahan mata;
2. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran;
3. Gas-gas debu diserap tubuh lewat pernafasan;
Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja dan timbul kelelahan.
Sebaliknya apabila faktor-faktor tersebut dicari kemanfaatannya dapat diciptakan suasana
kerja yang lebih serasi misalnya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penggunaan musik di tempat kerja;


Penerangan diatur penyebarannya;
Dekorasi warna di tempat kerja;
Bahan-bahan yang beracun dalam keadaan dikendalikan bahayanya;
Penggunaan suhu yang nikmat untuk bekerja;
Perencanaan mesin dan manusia dengan sebaik-baiknya.

3) Kapasitas Kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu orang dengan orang lainnya dan
sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, usia, dan ukuran tubuh.
Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki seseorang, maka semakin efisien badan
dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Kesegaran jasmani dan
rohani adalah penunjang penting dalam produktifitas seseorang dalam bekerja. Tingkat gizi
seseorang, terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktifitas
kerjanya.
Mencegah Gangguan Pada Kesehatan dan Daya Kerja Berikut ini adalah beberapa cara
mencegah atau tindakan pencegahan terhadap gangguan-gangguan pada kesehatan dan
daya kerja, antara lain:
1. Substitution, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan yang kurang
berbahaya;

2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya ke dalam ruangan


kerja agar kadar bahan berbahaya diencerkan;
3. Menggunakan local exhausters, seperti penghisap udara di tempat kerja agar bahanbahan yang membahayakan dihisap dan dialirkan keluar;
4. Isolasi, yaitu mengisolasi mesin yang sangat gaduh, agar kegaduhan yang
disebabkannya dapat berkurang;
5. Pakaian pelindung, misalnya :masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, helmet;
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan perusahaan;
7. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada para pekerja secara
terus menerus, agar tenaga kerja tetap waspada dalam mengerjakan pekerjaannya
4) faktor bahaya

Suara
Suhu
Cahaya
Radiasi ro / ra, infrared, ult. Violet
Tekanan tinggi
Getaran
Bahan kimia
Debu, uap, gas, larutan
biologics
fisiologis
mental-psikologis
tuli, ggn komunikasi
heat stroke, heat cramps,
hyperpyrexia
frostbite
ggn penglihatan, silau, kecelakaan
kelainan kulit, kelainan ssn darah
katarak pada lensa mata
conjunctivitis photoelectrica
caisson disease
kelelahan, ggn. gerak, penglihatan
pneumoconiosis, dermatosis
keracunan, dermatitis, metal fume
fever

hewan, tumb, parasit, kuman dll


konstruksi mesin, sikap, cara kerja
hubungan sosial tk, monoton

5) Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor didalam tempat kerja yg bersifat fisika diantaranya adalah :

iklim kerja
kebisingan
pencahayaan
Getaran
gelombang mikro, dll

6) Faktor Kimia
Debu

: menyebabkan pneumoconiosis,silicosis

uap menyebabkan

: metal fume fever, dermatitis, keracunan

gas menyebabkan

: keracunan mis h2s, co dll

larutan menyebabkan

: dermatitis, keracunan dll

awan, kabut menyebabkan

: keracunan

7) Ergonomi
Mempermasalahkan hal-ihkwal manusia kerja dengan tujuan membina keserasian antara
kesanggupan tenaga kerja dengan sarana kerjanya, tata kerja dan lingkungannya sehingga
diperoleh efisiensi dan produktivitas kerja tinggi dan akhirnya meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan pekerja.sikap tubuh dlm kerja :

semua pekerjaan sebaiknya dalam sikap duduk / duduk berdiri bergantian

semua sikap tubuh yang tak alami hindari. bila tak mungkin usahakan beban statik

diperkecil
tempat duduk harus menjamin relaksasi otot-otot, tidak ada penekanan pada paha shg
terjaga sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha.

8) Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yg diperlukan pekerja unt memenuhi kebutuhan
sesuai dg jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya kerja menjadi setinggi-tingginya.
Gizi pada umumnya mempelajari bagaiman amemberikan makanan sebaik-baiknya
sehingga kesehatan tubuh optimal
dipertimbangkan dlm menyusun menu :

pola makan
kepercayaan / agama
keuangan
daya cerna
praktis
volume
variatif

: kebiasaan makanan pokok


: pantang makanan tertentu
: ekonomis tetapi tetap bergizi
: makanan yg biasa dimakan masyarakat sekitar
: mudah diselenggarakan
: cukup mengenyangkan
: jenis menu bervariasi

9) Faktor Internal Mempengaruhi Tenaga Kerja :

ekonomi
pengetahuan ttg. Gizi
prasangka buruk thd. bahan makanan
faddisme: kesukaan berlebihan thd. jenis makanan tertentu
Lingkungan kerja :
tekanan panas: air 1,9 - 2,8 l, garam 0,1- 0,2 %
pengaruh kronis bahan kimia: vit c mengurangi pengaruh racun
logam berat, larutan organik, fenol, sianida dll
parasit & mikro organism

psikologis
kesejahteraan tinggi, tanpa perhatian gizi & olah raga
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pelayanan kesehatan bertugas dalam :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan
i.

Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan


alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja

j.

Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja

k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan


tertentu dalam kesehatannya
l.

Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus

2. Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :


A. UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
B. Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang medik.
C. Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja dimana
Pelayanan Kesehatan kerja diadakan tergantung pada jumlah tenaga kerja & tingkat
bahayanya

3. Beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja :


1) Beban kerja
2) Beban tambahan akibat lingkungan kerja
3) Kapasitas kerja
4. Beberapa cara mencegah atau tindakan pencegahan terhadap gangguan-gangguan pada
kesehatan dan daya kerja, antara lain:
1. Substitution, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan yang kurang
berbahaya;
2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya ke dalam ruangan
kerja agar kadar bahan berbahaya diencerkan;
3. Menggunakan local exhausters, seperti penghisap udara di tempat kerja agar bahanbahan yang membahayakan dihisap dan dialirkan keluar;
4. Isolasi, yaitu mengisolasi mesin yang sangat gaduh, agar kegaduhan yang
disebabkannya dapat berkurang;
5. Pakaian pelindung, misalnya :masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, helmet;
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan perusahaan;
7. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada para pekerja secara
terus menerus, agar tenaga kerja tetap waspada dalam mengerjakan pekerjaannya

Anda mungkin juga menyukai