KESEHATAN KERJA
JAKARTA
2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan merupakan hak bagi tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas
nasional. Dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut diharapkan akan
lebih menjamin kondisi lingkungan kerja yang aman dan tenaga kerja selalu dalam kedan sehat,
selamat dan sejahtera sehingga pada akhirnyan dapat mencapai suatu tingkat produktivitas
kerja yang tinggi. Untuk mencapai kondisi tersebut maka diperlukan upaya kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja perlu dilaksanakan karena di tempat kerja terdapat faktor-fsktor
risiko bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 1970 , bahwa pengurus
perusahaan wajib untuk melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja, dimana terdapat lebih
dari 50% merupakan syarat-syarat kesehatan kerja. Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja tersebut.
Kondisi di masyarakat pelaku di tempat kerja baik pekerja maupun pengusaha masih
banyak yang belum menyadari dan memahami adanya sumber-sumber bahaya di tempat kerja
dan peraturan perundangan bidang kesehatan kerja, sehingga masih banyak perusahaan yang
belum menerapkan upaya kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk meningkatkan penerapan peraturan perundangan di bidang kesehatan kerja
sebagai bagian dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3), diperlukan pembinaan dan
pengawasan yang lebih intensif bagi ahli K3. Untuk memperluas jangkauan pengawasan oleh
pegawai pengawas yang jumlahnya terbatas diperlukan peningkatan jumlah ahli K3 melalui
pembinaan calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
BAB II
POKOK BAHASAN
A. DASAR-DASAR KESEHATAN KERJA DAN PERATURAN PERUNDANGAN KESEHATAN
KERJA
1. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA
Menurut Joint ILO/WHO Committee on Occupational Health tahun 1995
pengertian kesehatan kerja adalah :
“Kesehatankerja bertujuan pada promosi dan pemeliharaan derajat yang
setinggi-tingginya dari kesehatanfisik, mental dan sosial dari pekerjan pada
semua pekerjaan; pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang
disebabkan oleh kondisi kerja mereka; perlindungan pekerja dalam pekerjaan
mereka dari resiko akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan;
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya; dan sebagai kesimpulan,
penyesuaian pekerjaan, terhadap manusia dan setiap manusia terhadap
pekerjaannya. Fokus utama dari kesehatan kerja terletak pada tiga obyek yang
berbeda: (i) pemeliharaan promosi kesehatan kerja dan kapasitas kerja; (ii)
perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan sehingga kondusif terhadap
keselamatan dan kesehatan; (iii) pengembangan organisasi dan budaya kerja
dalam arah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja dan dalam
pelaksanaannya. Juga mempromosikan iklim sosial yang positif dan operasi
yang lancar dan dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Konsep dari
budaya kerja dalam konteks ini adalah refleksi dari sistem-sistem nilai yang
essensial yang diterapkan dalam perusahaan. Budaya tersebut tercermin dalam
praktek sistem manajemen, kebijakan personalia, prinsi-prinsip partisipasi,
kebijakan pelatihan dan manajemen mutu dari perusahaan.”
Berdasarkan paradigma baru diatas, di dunia international telah
dikembangkan beberapa sistem manajemen seperti sistem manajemen mutu
(ISO 9000), sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
Upaya kesehatan kerja mempunyai tujuan utama menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Dalam hal tujuan utama tersebut terdapat
korelasi yang erat antara derajat kesehatan tenaga kerja dengan produktifitas
kerja. Apabila tenaga kerja bekerja dengan beban pekerjaan yang dilakukan
dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat0syarat
kesehatan kerja serta dengan derajat kesehatan tenaga kerja yang baik akan
dicapai efisiensi kerja dan produktifitas kerja yang optimal.
Dalam usaha mencapai tujuan kesehatan tenaga kerja guna
mendappatkan tenaga kerja yang produktif dan mempunyai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya perlu dilaksanakan berbagai upaya antara lain melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.
a. Beban kerja:
Setiap pekerjaan merupakan beban dari pelakunya. Beban kerja tersebut
antara lain:
- Beban fisik; seperti pada mengangkat, memikul, menempa (pandai besi)
dll.
- Beban mental; seperti pada manajer, pengusaha dll.
Undang-Undang
1. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konfensi
Organisasi Pemburuhan International Nomor 120 Mengenai Higiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
Undang-undang ini menjelaskan bahwa dalam Konfensi No. 120 secara
garis besar mengatur kebersihan, ventilasi, suhu, penerangan, persediaan
air minum, kakus, tempat mencuci, tempat tukar pakaian dalam tempat
kerja.
Selanjutnya Konfensi ini hendak melindungi pekerja terhadap bahaya
getaran dan sebagainya.
Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa atau bagiannya yang
tunduk kepada konfensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan
kemungkinan bahaya yang akan terjadi, maka harus melaksanakan P3K di
tempat kerja.
2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan Bab III pasal 3 dalam
peranturan perundangan ini menunjukan bahwa lebih dari 50% dari syarat-
syarat tersebut adalah syarat-syarat kesehatan kerja, yaitu:
a. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
b. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
c. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar/radiasi, suara dan getaran;
d. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
e. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
f. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
g. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
h. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
i. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara
dan proses kerjanya.
Di dalam pasal 8 menyebutkan kewajiban pengusaha untuk :
KEPUTUSAN PRESIDEN
PUTUSAN MENTERI
1. DASAR HUKUM
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1976 tentang Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi dan Keseloamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan.
c. Perturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per-01/Men/1979 tentang
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Paramedis Perusahaan.
d. Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
e. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
2. PENGERTIAN/DEFINISI
a. Dokter Perusahaan: tenaga dokter yang bekerja untuk menjalankan higiene perusahaan,
keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan.
b. Paramedis Perusahaan: tenaga dokter yang bekerja untuk menjalankan higiene perusahaan,
keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan.
c. Dokter Pemeriksa Kesehatan tenaga Kerja: dokter yang ditunjuk perusahaan untuk
melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan telah mendapatkan penunjukan
dari Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
d. Pelayanan Kesehatan Kerja (Occupational Health Service) adalah suatu pelayanan yang
dilakukan untuk pencegahan, diagnosa, manangani kecelakaan kerja atau penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan serta pemberian rehabilitasi terhadap pekerja yang
mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja.
No Jenis Sarana
A SARANA DASAR :
1 Ruangan :
a. Ruang tunggu
b. Ruang periksa
c. Ruang/almari obat
d. Kamar mandi dan WC
2 Peralatan medis :
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Termometer
c. Sarung tangan
d. Alat bedah ringan (minor set)
e. Lampu senter
f. Obat-obatan
g. Sarana/Perlengkapan P3K
h. Tabung oksigen dan isinya
3 Perlengkapan umum :
a. Meja dan kursi
b. Tempat tidur pasien
c. Wastafel
d. Timbangan badan
e. Meteran/pengukur tinggi badan
f. Kartu status
g. Register pasien berobat
B SARANA PENUNJANG
3 Peralatan pemantau/pengukur lingkungan kerja : sound level meter, lux meter, gas detector dll.
Catatan :
Sarana dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja pada poin A 1 sd 3 adalah minimal yang
harus dipenuhi, sedangkan sarana pada poin B 1 sd 3 merupakan sarana penunjang, yang dapat
disediakan sesuai kebutuhan peusahaan.
Tabel 2. Pelayanan kesehatan kerja melalui lembaga pelayanan kesehatan kerja di perusahaan
(Wajib untuk perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1.000 orang atau lebih atau perusahaan dengan
tingkat risiko bahaya tinggi).