Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH K3

PRINSIP HYGIENE INDUSTRI

Di Susun Oleh :
Kelompok 4
3C Kesmas

1. Alfia Puspa Andini (181040500121)


2. Heri Lamahdi (181040500082)
3. Putri Al-Maida (181040500101)
4. Rahma Afriyeti (181040500105)
5. Yuli Sri Oktaviani (181040500120)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes KHARISMA PERSADA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja.

Tidaklah akan terwujud dan terlaksana penulisan ini tanpa adanya


kebijaksanaan dan bantuan dari pihak-pihak lain, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan makalah. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada :
1. Ibu Ayatun Fil Ilmi selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan.
3. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat.
4. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, adanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu kesehatan
masyarakat.

Pamulang, November 2019

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja merupakan hak semua pekerja. Kesehatan lingkungan kerja
sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan.
Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar
tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja
diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang
mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di
lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya
di lingkungan kerjanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar hygiene industry?
2. Apa pengertian dan ruang lingkup hygiene industry?
3. Bagaimanakah profesi sebagai industrial hygienist?
4. Bagaimana kode etik profesinya?
5. Apa saja program hygiene industri ditempat kerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar hygiene industry
2. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup hygiene industry
3. Untuk mengetahui profesi industrial hygienist
4. Untuk mengetahui kode etik profesi hygiene
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Higiene Industri


1. Filosofi
Sebelum abad kedelapan belas (yaitu sebelum tahun 1911), konsep–
konsep tentang keselamatan dan kersehatan kerja belum terjamah , dan
diterima secara luas dalam tahun–tahun perang dunia. Organisasi keselamatan
kerja pertama didunia diketemukan di Perancis pada tahun 1867, yang diiukti
oleh Jerman pada tahun 1884, Belgia pada tahun 1890, dan Inggris pada tahun
1914–1918 selama perang, di Amerika Serikat didirikan pada tahun 1900.
Pada 1939 organisasi profesi higiene industri didirikan ‘’ American Industrial
Hygiene Association (AIHA)’’, tahun 1946 didirikan organisasi yang
menangani tentang kesehatan kerja dan dampak di lingkungan kerja American
Conference of Governmental Industrial Hygienists ACGIH), dan tahun 1959
AIHA dan ACGIH, mendirikan Dewan Industri “ American Board of
Industrial Hygiene (ABIH)” organisasi professional yang keanggotan bersifat
sukarela. kualifikasi hygienists industri, praktiksi higiene industri, dan yang
telah memenuhi standar profesional yang ditetapkan oleh Dewan Direksi.
Adapun dari setiap afiliasi profesional lainnya, ABIH Kode Etik
(Kode) berlaku untuk: masing-masing individu bersertifikat oleh ABIH
sebagai Certified Industrial Higiene (CIH) atau Certified Associate Higiene
Industri (CAIH) (certificants), dan, masing-masing individu mencari ABIH
sertifikasi (calon). Dengan didirikan Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO), adalah suatu badan yang bukan saja untuk pertukaran informasi untuk
kepentingan keselamatan kerja, tetapi juga berupa kegiatan-kegiatan untuk
memberikan sumbangan terhadap penurunan jumlah kecelakaan .
2. Prinsip Dasar Higiene Industri
Higiene industry, adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art),
dalam usaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol
faktor-faktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin
mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan atau rasa kenyamanan dan
menyebabkan menurunnya efisiensi kerja diantara para pekerja.
Kesehatan kerja ,menurut defenisi bersama antara “ ILO & WHO “
berisikan hal-hal sebagi berikut :
a. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingginya baik
jasmani, rohani, maupun sosial tenaga kerja dalam semua jabatan atau
lapangan kerja.
b. mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kondisi
kerja
c. melindungi tenaga kerja dalam pekerjaan terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan.,
d. menempatkan tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai
dengan faal badan dan rohaninya .
Keselamatan kerja , menurut America Society of safety and Engineering
(ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja, dan (sesuai UU No.1 tahun 1970 ), adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin/alat, bahan baku, lingkungan tempat kerja, serta cara
melakuakan pekerjaan, yang bebas dari interaksi
Lingkungan Kerja : Area / ruang yang dipergunakan untuk aktivitas
industri antara lain : tempat/ ruang kerja, ruang/ tempat penyimpanan bahan
baku hasil produksi, ruang/ tempat proses berikut, dan semua benda-benda di
sekitarnya, mesin dan bahan baku. Faktor-Faktor Lingkungan Kerja adalah
unsur-unsur dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan sakit, gangguan
kesehatan, ketidak nyamanan dan keselamatan dalam bekerja, sehinga
mengakibatkan efisiensi kerja menurun. Faktor-faktor lingkungan kerja yaitu,
unsur fisika, kimia, biologi, dan ergonomi .
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah kadar suatu substansi dalam
udara/tempat kerja yang merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja
masih dapat menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak boleh lebih 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
TLV (Threshold Limit Values), adalah kosentrasi air bone dari suatu
subtansi diudara/tempat kerja yang mana memapar tenaga kerja selama jam
kerja secara berulang-ulang setiap hari kerja, dianggap tidak menimbulkan
dampak TLV- TWA (Time Weigthed Average) adalah kosentrasi rata-rata
dari substansi diudara/tempat kerja yang mana memapar para pekerja selama
jam kerja, 8 jam per hari 40 jam per minggu, dianggap tidak menimbulkan
dampak. ..
3. Pengertian dan Ruang Lingkup
Hagine Industri adalah ilmu dan seni untuk memelihara kesehatan
melalui Pengenalan, penilaian, pengawasan terhadap penyebab –penyebab
lingkungan dan sumber sumber penyakit (potensial hazard), Dan perancangan
peniadaan atau pengawasan . (Patty Frank A : Preface Industrial Hygiene and
Toxicologi , Volume 1. New York Interscience Publisher, Inc, 1948, P.VI)
Hagine Perusahaan : adalah spesialisasi dalam higene beserta
prakteknya yan dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan , bila
perlu pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat
kesehatan yg optimal. Jelas, sifat-sifat Higiene Perusahaan : Sasaran adalah
lingkungan kerja dan bersifat teknik.(Suma’mur P.K: Higiene perusahaan dan
kesehatan Kerja, Jakarta, PT Gunung Agung, 1975, hal.1).
Object dari Hagine Industri adalah melindungi kesehatan tenaga kerja
di tempat kerja, Disamping itu juga melindungi tenaga kerja dari penyakit-
penyakit Industri. Ruang lingkup Hagine Industri :
 Lingkungan Kerja,
 Kepadatan yg berlebihan
 Jam Kerja
 Masa Istirahat
 Rotasi Kerja
 Tenaga Kerja anak & Wanita
 Ganti Rugi
 Pelayanan
 Pemeriksaan Fisik
 Personal Hygiene, Kes. Jiwa
(Rosenau, M.J. Preventive Medicine and Hygiene , 6 th ed New York
Appleteon Century, 1935, p. 1261).
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan
langkah atau metode dalam implementasi Hagine Industri ,dimana urutan
tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir
(selama aktivitas industry berjalan). Ruang lingkup hygiene industry terdiri
dari :
1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan
risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene
industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
 Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi
bahaya dan risiko yang nyata
 Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan
atau suatu area dimasuki
 Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki
Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
 Pengumpulan Informasi
 Melalui studi literature
 Mempelajari hasil penelitian
 Dokumen-dokumen perusahaan
 Survey lapangan
 Analisis dan diskusi
 Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
 Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan
risiko yangndapat dikelompokkan:
 Berdasarkan lokasi atau unit
 Berdasarkan kelompok pekerja
 Berdasarkan jenis potensi bahaya
 Berdasarkan tahapan proses produksi dll
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu
bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode
yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias
dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan
pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang
konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
1. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran)
2. Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
3. Mengetahui pekerja yang berisik
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan
terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku,
sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada
atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
 Untuk mengetahui tingkat risiko
 Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
 Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
 Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
 Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1. Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta
menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
2. Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau
asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja
dengan mengubah beberapa
3. peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan
baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
4. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
5. Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi
pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
a. Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
b. Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang
kurang berbahaya,
c. Proses kerja ditempatkan terpisah,
d. Menempatan ventilasi local/umum.
e. Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
f. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan
sumber bahaya
g. Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian.
Jenis-jenis alat pelindung diri :
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh
yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
1. Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu,
katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety
spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
2. Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85
dB. APD: ear plug, ear muff, canal caps.
3. Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras,
rambut terlilit benda berputar. APD: helmet, bump caps.
4. Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen
defiency). APD: respirator, breathing apparatus
5. Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan
bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor,
penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi. APD: boiler suits,
chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
6. Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa
benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD:
sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
7. Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda
jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety
shoes, safety boots, legging, spat.
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya
faktor kimia, factor biologi, factor ergonomic dan factor psikologi.
1. Bahaya Fisik :
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim
kerja/tekanan panas, getaran, radiasi dsb
a. Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada
ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi
yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka
harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna
mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga
dapat mengganggu komunikasi.
b. Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan
menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan
tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan
dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang
higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan
pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya
penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan
mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan
mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak
cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
 Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna
objek yang dikerjakan.
 Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan
diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja
perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
 Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-
masing tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur
diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
c. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan
bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat
getaran terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan
memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek
negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan
mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
2. Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
a. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
b. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh : Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes,
alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,
ozone.
c. Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh. Contoh :
 Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
 Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
 Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
 Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
 Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
3. Faktor biologi
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda,
faktor biologi merupakan salah satu bahaya yang kemungkinan
ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal yang
mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian
seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak
dikenal, dikontrol, diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu
ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat
kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut :
Bakteri : Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat
(kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab
penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan
yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan
hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan
oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
sebagainya
Virus : Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 –
300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya.
Jamur : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi
berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil
makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme
atau hewan lain. Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang
mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
 Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa
tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme
seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau
keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
 Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) : Di tempat
kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah
bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis
dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
 Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan. Penyakit-penyakit yang mungkin
ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang
penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.
 Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko
yang besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang
menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung
organisme pathogen
 Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami. Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat
berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu
penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan
organisme yang hidup pada air yang terdapat pada system
pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan
dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja
dengan usia lanjut.
4. Faktor ergonomic
Faktor bahaya fisologis adalah potensi bahaya yang berasal
atau disebabkan oleh penerapan ergonomic yang tidak baik atau tidak
sesuai dengan norma – norma ergonomic yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan cara
kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja
yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja atau ketidakserasian
antara manusia dan mesin.
5. Faktor psikososial
Factor psikososial adalah potensi bahaya psikososial yang
ditimbulkan oleh kondisi aspek – aspek psikologis ketenagakerjaan
yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian, seperti :
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen, atau pendidikannya, system
seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dlam melakukan pekerjaannya
4. Profesi Industrial Hygienist
Seorang Industrial hygienist adalah detektif, sebab kita diharuskan
mengetahui informasi lebih mengenai bahaya-bahaya di dalam tempat kerja.
Monitor lingkungan kerja dan menganalisa metodenya yang nanti digunakan
untuk menganalisa dampaknya terhadap pekerja yang terpajan.
Yang dapat dilakukan oleh seorang Industrial Hygienist adalah menerapkan
ilmu Medical Scientist, Detective, dan Engineer. Pengetahuan yang luas
mengenai ilmu kesehatan sangat membantu seorang Industrial Hygienist dalam
memandang permasalahan di tempat kerja.
Analisa bahaya di tempat kerja merupakan tahap pertama terpenting dari
seorang Industrial Hygienist untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja
terhadap pekerja. Pengenalan lapangan kerja yang merupakan daerah tanggung
jawab Kita harus dikontrol setiap waktu, sehingga perubahan-perubahan yang
terjadi di area kerja dapat termonitor setiap saat.
Dalam memonitor lingkungan kerja, selain lingkungan fisik, perlu juga
dilakukan monitoring terhadap para pekerja dengan melakukan interview untuk
menanyakan apakah ada isu-isu kesehatan yang terjadi di areanya. Sebelumnya
kita harus memberikan informasi kedatangan Kita kepada Foreman atau
Supervisor yang berwenang di area tersebut. Sehingga apabila ditemukan hal-hal
yang substandard bisa dilakukan klarifikasinya kepada mereka. Ini dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan informasi antara kondisi lapangan dengan keterangan dari
mereka.
Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:
 Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-
permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat
diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
 Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan
sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di
tempat kerja.
 Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya
kimia dan fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan
pengukuran.
 Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan
untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.
Setiap tempat kerja tentunya memiliki bahaya-bahaya yang dapat mengancam
kesehatan dan keselamatan pekerja dalam waktu singkat maupun jangka panjang.
Tugas seorang IH adalah memastikan pekerja terbebas dari bahaya-bahaya yang
ada di tempat kerja.
Bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja dalam scoop IH dapat dibagi
menjadi:
1. Bahaya Fisik : Kebisingan, Temperature ekstrim (Heat Stress), Vibrasi
(HAV/WBV), dll
2. Bahaya Kimia: Dust, Vapor, Mist, Fume, Asbestos, dll
3. Bahaya Radiasi : Non-ionizing radiation, IR, RF, dll
4. Ergonomi : Working position, ilumination, dll
5. Bahaya Biologi : Jamur,bakteri, virus, dll
6. Bahaya Psikologis
Dari ke enam bahaya-bahaya tersebut, seorang IH ditantang untuk
mengevaluasi dan mengendalikan secara profesional. Oleh karena itu terkadang
IH akan terlibat untuk mempelajari: Asbestos, Bio-safety, Biological Monitoring,
Confined space, Lead, Emergency Response,Exposure assessment, IAQ,
Toksikologi, dan banyak lagi.
Untuk saat ini di Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi IH, rekan-rekan
tentunya harus mengikuti Training dan Sertifikasi yang diselenggarakan oleh
Majelis Hygiene Industri Indonesia (MHII).
1. Ahli higiene industriharus mempraktekkan profesi mereka sesuai prinsip-
prinsip ilmiah yang diakui dengan realitas bahwa hidup, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat mungkin tergantung pada pertimbangan profesional
mereka dan bahwamereka berkewajiban untuk melindungi kesehatan dan
kesejahteraan orang.
2. Ahli higiene industriharus memberitahukan pihak-pihak mengenai potensi
resiko kesehatan dan pencegahan diperlukan untuk menghindari efek yang
merugikan kesehatan berdasarkan fakta yang didapat.
3. Ahli higiene industriharus menjaga rahasia pribadi dan informasi bisnis yang
diperoleh selama pelaksanaan kegiatan kebersihan industri, kecuali jika
diperlukan oleh hukum atau dengan pertimbangan utama kesehatan dan
keselamatan.
4. Ahli higiene industriakan menghindari situasi dimana suatu kompromi
penilaian profesional atau konflik kepentingan mungkin terjadi.
5. Ahli higiene industriakan melakukan layanan hanya di bidang kompetensi
mereka.
6. Ahli higiene industriharus bertindak secara bertanggung jawab untuk
menegakkan
integritas profesi.
7. Ahli higiene industri harus memiliki sertifikat, lisensi atau dokumen
pendaftaran diperlukan oleh pemerintah nasional atau lokal yang kompeten
sebelum bekerja di bidang kebersihan kerja, di mana hal tersebut diperlukan.
5. Kode etik profesi Kesehatan Kerja
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja dengan subjek manusia tersebut
memerlukan etika, karena ada unsur HAM yang harus dihormati dan dijaga. Etika
kesehatan kerja tidak persis sama dengan etika kedokteran, karena:
a. tanggung jawab profesi kesehatan kerja yang kompleks terhadap pekerja,
pemberi kerja, lembaga terkait kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan
hukum;
b. profesi kesehatan kerja terdiri dari banyak individu yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu; dan
c. pendekatan multidisiplin dengan latar belakang yang bervariasi.
Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun oleh
beberapa organisasi profesi, antara lain:
a. Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999).
b. Kode Etik Spesialis Kedokteran Okupasi disusun PERDOKI (2004).
c. Di tingkat internasional, kode etik pertama profesi kesehatan kerja dipublikasi
oleh ICOH pada tahun 1992 dan direvisi pada tahun 2002. Kode etik ini
relevan bagi profesional yang bertugas di perusahaan, sektor swasta/ umum,
berkaitan dengan K3, hygiene dan lingkungan kerja. Kode etik tersebut juga
berlaku bagi individu/ organisasi pelayanan K3 terhadap pelanggan dan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat atau komersial.
Prinsip etika dan nilai dalam kode etik ICOH tersebut mencakup:
a. Kesehatan kerja bertujuan memberikan pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan sosial bagi pekerja, individu atau kelompok. Praktik kesehatan
kerja harus berdasarkan standar tertinggi profesi dan prinsip etika.
b. Kebijakan dan program kesehatan kerja melindungi kehidupan & kesehatan
pekerja, menjunjung HAM dan etika Berintegritas, tidak apriori, menjaga
kerahasiaan data dan privacy pekerja.
c. Bebas berkarya sebagai ahli dalam menjalankan fungsi kesehatan kerja.
Mendapatkan dan menjaga kompetensi serta kondisi yang diperlukan dalam
menjalankan tugas sesuai praktik yang baik dan etika profesi.
B. Program Hygiene Industri
Program dan implementasinya yang meliputi ruang lingkup berikut ini;
1. Pemeliharaan tempat dan lingkungan kerja yang mendukung efisiensi dan
produktifitas serta kenyamanan kerja atau memungkinkan kondisi kerja
berada dalam koridor yang aman menurut standar hygiene perusahaan,
kesehatan kerja dan ergonomic.
2. Penyerasian pekerjaan dan lingkungan kerja kepada karakteristika factor
manusia serta penerapan cara bekerja yang memenuhi syarat keselamatan,
kesehatan, hygiene ondustri dan ergonomic.
3. Pelaksanaan program kedokteran-kesehatan kerja promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative sebagai perwujudan upaya kedokteran-kesehatan yang
komprehensif antara lain pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
sebelum bekerja, pra penempatan, alih tugas, pasca pelaksanaan suatu tugas,
berkala, dan saat memasuki masa pensiun.
4. Penerangan, penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kesehatan dengan
eisiensi dan produktifitas kerja, serta upaya agar terhindar dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Upaya kuratif (P3K, pengobatan dan perawatan, rehabilitasi medis) yang
mengurangi secara kuantitatif dan kualitatif absenteisme dan kecacatan akibat
kerja.
6. Pengumpulan dan analisis data hubungan tingkat kesehatan dan produktifitas
tenaga kerja dan juga produktifitas perusahaan atas dasar angka sakit,
absenteisme, tingkat keparahan penyakit dan kecelakaan serta hasil
pelaksanaan kerja.
7. Pembinaan fisik, mental dan social terhadap tenaga kerja secara luas yang
menunjang kualitas kesehatan dan efisiensi serta produktifitas kerja.
8. Penelitian dan upaya pengembangan dalam peningkatan program hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja.
9. Pencegahan terhadap pencemaran lingkungan sebagai akibat beroperasinya
industri atau juga kegiatan lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Higiene industry, adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art), dalam
usaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol
faktor-faktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin
mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan atau rasa kenyamanan dan
menyebabkan menurunnya efisiensi kerja diantara para pekerja.
2. Ruang lingkup higiene indutri meliputi :
a. antisipasi dan rekognisi (debu, gas, uap, logam berat, non logam,
vapor, fume, asap, panas, getaran, ioniasing radiation, tekanan, suhu,
listrik, bising, pencahayaan, dan gelombang elektromagnitik)
b. evaluasi (konsep identifikasi dan penilaian resiko, sampling partikel,
samling gas dan uap), dan
c. kontrol (Hirarki Kontrol, ventilasi, dan alat pelindung diri)
3. Ruang lingkup faktor- faktor lingkungan kerja di industri terdiri dari :
a. faktor fisik (panas, cahaya, noise, vibrasi, ioniasing radiation, debu,
tekanan, suhu, listrik, gelombang elektromagnitik, dll ),
b. faktor kimia ( logam berat, non logam, gas, vapor, uap, fume, asap ,
dll),
c. factor biologie ( jamur, bakteri, dll), dan
d. factor ergonomi.
4. Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun
oleh beberapa organisasi profesi, antara lain:
a. Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999).
b. Kode Etik Spesialis Kedokteran Okupasi disusun PERDOKI (2004).
c. Di tingkat internasional, kode etik pertama profesi kesehatan kerja
dipublikasi oleh ICOH pada tahun 1992 dan direvisi pada tahun 2002.

B. Saran
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa sebagai calon
ahli k3 dan akan bekerja di bidang hygiene industry dapat memahami dan
mengenal bidang kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://latar.blog.esaunggul.ac.id/2012/06/01/dasar-dasar-higiene-industri/

http://media.kompasiana.com/buku/2012/04/17/makalahq-higiene-industry-
455253.html
idki.org
http://nuisyeutea.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-kesehatan-keselamatan.html

Anda mungkin juga menyukai