Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah


Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien
Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja
terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja
yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya
personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri dan
menerapkannya di lingkungan kerjanya. Hiperkes pada dasarnya
merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis dan
teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang
sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Sejarah
hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola
dan 1559 oleh Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi Rammazini
(1633-1714), dikenakl sebagai bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes
di industry textile terutama mengenai penyakit akibat kerja (PAK).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dan tujuan dari hygiene
perusahaan
2. Bagaimana potensi bahaya pada faktor fisika dan factor kimia yang
terjadi dalam hygiene perusahaan
3. Bagaimana sejarah singkat hygiene perusahaan ?
4.   Apa definisi hygiene perusahaan ?
5. Apa prinsip dasar dari hygiene perusahaan ?
6. Apa manfaat dari penerapan hygiene perusahaan ?

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Hygiene Perusahaan

1. Tingkat Dunia
Kapan mulainya perkembangan Higiene Industri atau
Perusahaan secara tepat tidak pernah diketahui dengan pasti,
namun ada perkiraan bahwa Higiene Industri atau Perusahaan
mulai timbul sejak kesehatan Kerja ada yaitu sejak adanya
hubungan antara pekerjaan dengan penggajian.
Selanjutnnya pada abab ke-16 mulai ada petunjuk yang
lebih jelas tentang gambaran penyakit-penyakit yang diderita oleh
para tenaga kerja tambang dimana kebanyakan penyakit yang
diderita para tenaga kerja adalah penyakit saluran pernapasan
yang penyebabnya diduga sebagai akibat terjadinya pemajanan
terhadap debu dan batu-batuan yang ditambang.
Pada abad ke-17, Berdadinne Ramzz yang oleh beberapa
penulis dianggap sebagai Bapak Hiperkess (Higene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja ) telah memperjelas persoalan bahwa
pekerjaan dapat menimbulkan penyakit yang disebut sebagai
penyakit akibat kerja dan juga tentang cara-cara menegakkan
diagnose penyakit akibat kerja.
Pada pertengahan abad 18, dengan terjadinya revolusi di inggris,
dimana pada saat itu mulai di temukan cara-cara berproduksi
baru,yaitu ditemukan mesin – mesin baru untuk industry tekstil

2. Di Indonesia
Seperti halnya dengan perkembangan hygiene industry di
Negara-negra maju, perkembangan hygiene industry di Indonesia tidak
diketahui secara pasti kapan tepatnya. Kemajuan-kemajuan yang
terjadi di eropa sangat dirasakan sejak timbulnya revolusi industry,

3
namun perkembangan hygiene industry di Indonesia yang
sesungguhnya baru dirasakan (terjadi) beberapa tahun setelah kita
merdeka yaitu pada saat munculnya undang-undang kerja dan
undang-undang kecelakaan. Pokok-pokok tentang hygiene industry
dan kesehatan kerja telah dimuat dalam undang-undang tersebut,
meskipun tidak atau belum diberlakukan saat itu juga.

B. Pengertian hygiHigiene perusahaan


Hygiene perusahaan didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam
melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap
faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat
kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun
warga masyarakat juga merupakan Ilmu dan seni yang mencurahkan
perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan
stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan
kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan
ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan.
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin
ilmu yang berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan
sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Istilah Hiperkes menurut Undang – Undang
tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja yaitu lapangan
kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur
pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma
hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan,
maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi
tenaga kerja.

4
Hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh
Agricola dan 1559 oleh Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi
Rammazini (1633-1714), dikenal sebagai bapak Hiperkes, yang
membahas hiperkes di industry textile terutama mengenai penyakit akibat
kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setingg-tingginya, baik
fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum. Jenis sifat-sifat kesehatan kerja yaitu; sasaran
adalah manusia dan bersifat medis.
Kesehatan lingkungan kerja yang sering kali dikenal juga dengan
istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari
Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar
tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan
kerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang
menjadi konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan, diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Sehingga dibutuhkan
pemahaman mengenai hygiene perusahaan dan kesehatan kerja.

C. Ruang Lingkup dan Tujuan hygine perrrusahaan

Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan


langkah atau metode dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa
dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama
aktivitas industry berjalan).
Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :

5
1) Antisipasi

Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya


dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan
higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :

a. Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul


menjadi bahaya dan risiko yang nyata.
b. Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
c. Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki

Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :

a. Pengumpulan Informasi.
b. Melalui studi literature.
c.   Mempelajari hasil penelitian.
d. Dokumen-dokumen perusahaan.
e. Survey lapangan.
f. Analisis dan diskusi.
g. Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
h. Pembuatan Hasil

Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya


dan risiko yangndapat dikelompokkan:

a. Berdasarkan lokasi atau unit.


b. Berdasarkan kelompok pekerja
c. Berdasarkan jenis potensi bahaya.
d. Berdasarkan tahapan proses produksi dll

6
2) Rekognisi

Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu


bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu
metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan
bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan
pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang
konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat,
dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :

a. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,


kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran).
b. Mengetahui sumber bahaya dan area yang  berisiko.
c. Mengetahui pekerja yang berisiko

3) Evaluasi

Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,


pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen
data di tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :

a. Untuk mengetahui tingkat risiko.


b. Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
c. Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
d. Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan.

7
e. Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja.
f. Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik

4) Pengontrolan

Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:

a) Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari


sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah
yang berpotensi bahaya.
b) Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu
atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya
kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik
bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
c) Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan
lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi
kontrol kamar
d) Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain
pekerja,Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang
ditimbulkan,Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan
bahan yang kurang berbahaya, Proses kerja ditempatkan terpisah,
Menempatan ventilasi local/umum.
e) Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja
dengan sumber bahaya

8
f) Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung
diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi
terkena resiko dari bahaya.

D. Tujuan dari hygiene perusahaan

Hakikat Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah dua hal :

1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang


setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau
pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan
kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor
manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat tersebut selalu
sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan didalam suatu
negara maka Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu
harus diikut sertakan dalam pembangunan tersebut.

Tujuan utama tersebut diatas dapat terperinci lebih lanjut sebagai


berikut :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi
dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja
dan penglipatan gandaan kegairahan serta kenikmatan kerja, pelindungan
bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-
bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya
yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.

9
Tujuan utama dari Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan
demikian mungkin dicapai, oleh karena terdapatnya korelasi diantara
derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja atau
perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1) Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dengan cara yang dimaksud
meliputi diantaranya :
a) tekanan panaspenerangan ditempat kerja.
b) debu di udara ruang kerja.
c) sikap badan.
d) perserasian manusia dan mesin.
e) pengekonomisan upaya.
Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat
kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
2) Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum
yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah
sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya
kuratif yang mahal seperti itu meliputi :
a) Pengobatanperalatan rumah sakit.
b) Rehabilitasi.
c) Absenteisme.
d) kerusakan mesin.
e) peralatan dan bahan oleh karna kecelakaan.
f) terganggunya pekerjaan, dan cacat yang menetap.

10
E. Prinsip Hygiene perusahaan

Untuk penerapan higiene perusahaan di tempat kerja suatu


perusahaan akan di perlukan pemahaman terhadap tiga prinsip dasar
yaitu :
1) Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
Pengenalan dalam prinsip dasar penerapan Higiene
Industri/perusahaan yang pertama adalah pengenalan terhadap bahaya
faktor – faktor yang timbul di lingkungan kerja sebagai akibat
penerapan teknologi proses produksi suatu industri (yang meliputi
faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomik dan faktor biologi) yang dapat
berpengaruh buruk kepada pekerjaan dan lingkungan kerja, yang
terhadap tenaga kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
(sakit) yang akan mencakup pengetahuan dan pengertian tentang
berbagai jenis bahaya serta pengaruhnya terhadap kesehatan tenaga
kerja atau akibat – akibat yang dapat ditmbulkan kepada kesehatan
tenaga kerja.
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Dimana dalam
rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel),
jenis, kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari
pengenalan, yaitu :

a) Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,


kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran).
b) Mengetahui sumber bahaya dan area yang  berisiko.
c) Mengetahui pekerja yang berisiko

11
2) Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
Di dalam higiene industry/perusahaan evaluasi adalah proses
pengambilan keputusan untuk menilai tingkat resiko pajanan dari
bahaya semua faktor yang timbul (yang ada) di lingkungan tempat kerja
kepada tenaga kerja, sebagai akibat penerapan teknologi proses
produksi suatu industry ( termasuk faktor kimia, faktor fisik, faktor
ergonomic, dan faktor biologi ).
Kebutuhan untuk melakukan evaluasi terhadap bahaya tersebut
didorong oleh suatu kenyataan bahwa faktor yang timbul dilingkungan
tempat kerja dapat menyebabkan sakit, lika, cacatdan kematian yang
lebih cepat kepada tenaga kerja yag terpajan kepadanya. Maka dengan
evaluasi telah diperoleh suatu manfaat yang berupa keinginan
melakukan upaya pencegahan terhadap pajanan faktor – faktor
lingkungan kerja yang berbahaya yang dapat menghasilkan pengaruh
yang merugikan keehatan.
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan
pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui
penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara
kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan
standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya
teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus
merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran
dalam evaluasi, yaitu :

a) Untuk mengetahui tingkat risiko.


b) Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
c) Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
d) Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan.

12
e) Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja.
f) Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.

3) Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.


Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya
dimaksudkan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja
agar tetap sehat dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan dan
norma keselamatan, sehingga tenaga kerja terbebas dari ancaman
gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak menderita
penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja.
Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya
dimaksudkan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja
agar tetap sehat dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan dan
norma keselamatan, sehingga tenaga kerja terbebas dari ancaman
gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak menderita
penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja. Ada
beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja yang
dapat dilakukan , yaitu :

a) Eliminasi : Merupakan upaya menghilangkan bahaya dari


sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di
daerah yang berpotensi bahaya.
b) Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran
debu atau asap, dan mengurangi bahaya, pengendalian bahaya
kesehatan kerja dengan mengubah        beberapa peralatan
proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan
baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
c) Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau

13
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya,
dan sentralisasi kontrol kamar.
d) Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
e) Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
f) APD (Alat Pelindung Diri) : Langkah terakhir dari hirarki
pengendalian.
g) Ventilasi umum : Mengalirkan udara bersih, aman, dan untuk
menekan kadar kontaminan dari bahan yang berbahaya.
h) Ventilasi lokal : Menangkap bahan kontaminan sebelum
membahayakan pekerja

F. Potensi Bahaya Pada Factor Hygiene Perusahaan

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat


kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya
faktor kimia.

1. Bahaya Fisik :

Bahaya faktor fisik meliputi :

a) Kebisingan
b) Pencahayaan
c) klim kerja/tekanan panas
d) getaran
e) radiasi
f) Ketinggian.
g) Konstruksi (Infrastruktur).
h) Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
i) Ruangan Terbatas (Terkurung).
j) Tekanan.

14
k) Suhu.
l) Cahaya.
m) Listrik.

a) Kebisingan

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat


menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada
ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas
bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para
karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin
diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung
(penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu
komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :

a) Halilintar 120 Kantor gaduh 70,ü


b) Meriam 110 Radio 60ü
c) Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40ü
d) Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30ü
e) Pluit 80 Tetesan air 10ü

15
b) Penerangan atau pencahayaan

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja


akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan
pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu
penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang  higienis. Disamping itu cahaya yang
cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau
pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit
kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual,
menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu
kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan
matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang


tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan


kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya
cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna
kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
b) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari
penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu
ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
c) Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan
umur masing-masing tenagakerja. Misalnya tenaga kerja
yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.

16
c) Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan


bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat
getaran terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan
ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek
yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal
sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white
fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi


efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan
mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.

d) Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan


pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan
sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum
terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

e) Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat


kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak)

Contoh:
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes,
alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine
,bromine, ozone.

f) Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka


pada organ atau sistem tubuh. Contoh :

17
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese

Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide

Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers

Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons

Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis ).

g) Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
h) Reaktif.
i) Radioaktif.
j) Mudah Meledak.
k) Mudah Terbakar/Menyala.

3. Faktor Bahaya Biologi

a) Jamur.
b) Virus.
c) Bakteri.
d) Tanaman.
e) Binatang.

4. Faktor Bahaya Biomekanik

a) Gerakan Berulang.
b) Postur/Posisi Kerja.
c) Pengangkutan Manual.
d) Desain tempat kerja/alat/mesin.

18
5. Faktor Bahaya Sosial-Psikologis

a) Stress.
b) Kekerasan.
c) Pelecehan.
d) Pengucilan.
e) Intimidasi.
f) Emosi Negatif.

G. KEGIATAN-KEGIATAN HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN


KERJA
1.Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
kecelakaan akibat kerja.
2.Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
3.Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
5. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
6.Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya
pencemaran yang berasal dari perusahaan.
7.Perlindungan masyarakat luas dari bahya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk industri.
8.Pemeliharaan dan peningkatan hygiene dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.

H. LINGKUNGAN KERJA YANG SEHAT

19
Lingkungan pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan sangat
didambakan oleh setiap pekerja, sehingga dapat merasakan kenyamanan
dalam melakukan aktivitas kerja, hal ini penting untuk meningkatkan
gairah dan semangat kerja, sehingga akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang sehat meliputi :
1.         Penerangan tempat bekerja
2.      Ventilasi udara yang cukup
3.         Penataan dan desaign tempat kerja yang baik
4.         Pengaturan suhu udara ruangan memenuhi standar
5.         Kamar mandi dan tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat
6.         Sumber air bersih yang memenuhi syarat
7.         Pembuangan air limbah atau mempunyai alat untuk memproses
limbah yang dibuang
8.      Tempat pembuangan sampah khusus untuk bahan-bahan yang
berbahaya
9.         Kantin pekerja yang memenuhi syarat
10.     Menyediakan ruang istirahat khusus dan tempat ibadah
11.     Menyediakan ruang ganti pakaian
12.     Memiliki ruang isolasi untuk bahan-bahan yang berbahaya atau
mesin yang bersuara bising.

I. MANFAAT HYGIENE PERUSAHAAN

20
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan higiene
perusahaan/industry, yaitu :
1. Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
2. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
3. Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia
4. Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan
kerja.
5. Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan
pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara
pembuangan sampah, atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.
6. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu
perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari
perusahaan yang bersangkutan.
7. Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari
bahaya-bahaya yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi
perusahaan.

J. Higiene peroraga dan aspek-aspek Higiene peroragan

1. Higiene peroragan

Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga


kerja, higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene Perorangan. Higiene
Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan
hiperkes. Usaha-usaha Higiene Perorangan :

a) Kebersihan Badan,
b) kebersihan mulut,
c) Kebersihan tangan,

21
d) Kebersihan rambut,
e) Pakaian,
f) dll.

2.Aspek-aspek Higiene Perorangan


a) Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan,
b) Pemeriksaan Kesehatan berkala,
c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus,
d) Kesadaran terhadap pentingnya higiene perorangan,
e) klim perusahaan yang sehat dan memadai,
f) Lingkungan kerja yang sehat,terbuka,bersih,
g) Perlindungan thd.bahaya dan kecelakaan kerja,
h) Pelaksanaan sanitasi lingkungan,
i) Peningkatan gizi yang baik,
j) Kewajiban memenuhi mentaati syarat-syarat Kesehatan Kerja,
k) Pengendalian penyakit
l) Kebersihan Selama Kerja
m) Pendidikan dan Penyuluhan

K. Tindakan pencegahan
Ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan di
dalam perusahaan. Untuk meningkatkan produktivitas kerja. Tindakan
Pencegahan yang dilakukan :
1. Teknis.
a)  Mematuhi Hiperkes dengan baik.
b) Kerjasama dengan tenaga akhli Hiperkes.
c) Pendidikan dan Penyuluhan tentang Hiperkes,
d) Menjaga Kebersihan lingkungan kerja,

22
e) Mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan didalam
perusahaan,
f) Mengadakan penelitian statistik mengenai produktivitas TK 
g) Mengenakan pakaian pelindung dan pakaian kerja pada
waktu bekerja,
h) dll

2. Medis.
a) Pemeriksaan kesehatan rutin.
b)  Perawatan dan pengobatan buat karyawan yang sakit.
c) Peningkatan gizi karyawan.
d)  Melengkapi fasilitas perusahaan di bidang kesehatan,.
e) Mengadakan evaluasi terhadap gangguan kesehatan,.
f)  Pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja yang
memperlihatkan gejala-gejala sakit akibat   kerja.
g) Pemberantasan penyakit menular

L. Perbedaan Hygiene Perusahan dan Kesmas


1. Hygiene perusahaan
i) Tujuan utama masyarakat pekerjaan
j) Mengurus golongan karyawan yang mudah di dekati
k) Ditandai efektifnya pre-employment dan periodic screening
l) Yang dihadapi lingkungan kerja
m) Tujuan utama produktifitas
n) Dibiayai perusahaan/masyarakat pekerja
o) Perkembangan pesat setelah revolusi industri
p) Perundang-undangan dalam lingkup ketenagakerjaan

2. Kesmas

a) Masyarakat umum sebagai sasaran utama


b) Mengurusi masyarakat yang sukar dicapai

23
c) Sulit pemeriksaan periodik
d) Lingkungan umum merupakan problem pokok
e) Tujuan utama kesehatan masyarakat
f) Dibiayai pemerintah
g) Perkembangan cepat setelah kemajuan ilmu tentang jasad
renik
h) Perundang-undangan kesehatan

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa
menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat.
Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi
keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup hygiene industry terdiri
dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengontrolan.Potensi bahaya yang
terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, factor
biologi, ergonomic dan factor psikologi.

B. Saran

Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk


meminimalkan bahaya di tempat kerja(factor fisika dan factor kimia).
Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi,
substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

25
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-
health/1818121-apa-yang-dimaksud-dengan-hiperkes/#ixzz2EktSSkBX
http://kesmasy.wordpress.com/2010/02/03/hiperkes-higiene-perusahaan-
ergonomi-dan-kesehatan/
http://percikcahaya.blogspot.com/2011/01/higiene-perusahaan-dan-
kesehatan-kerja_19.html
Soeripto, M.2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Subaris, Heru.2008.Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cendika
Press.
Suma’mur.1994.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV
Haji Masagung.
Suma’mur.1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Toko
gunung agung.
Wahyu, Atjo.2003. Higiene Perusahaan. Universitas Hasanuddin.
Indan,Entjang.2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti
ajriifm.blogspot.co.id/2014/05/aspek-aspek-dalam-k3.html

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/09/pengert
ian-bahaya-dan-faktor-faktor.html

26

Anda mungkin juga menyukai