Anda di halaman 1dari 17

MODUL HYGIENE INDUSTRI

(KKK 471)

MODUL SESI 1
SEJARAH INDUSTRIAL HYGIENE

DISUSUN OLEH
EKA CEMPAKA PUTRI, SKM, MKKK

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
SUBTOPIK 1 SEJARAH INDUSTRIAL HYGIENE DI DUNIA

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui sejarah hygiene industri di dunia
2. Mengetahui perkembangan hygiene industri di dunia
3. Mengetahui tokoh-tokoh dunia yang berperan dalam ilmu hygiene industri

B. Uraian dan Contoh


Setiap ilmu yang kita pelajari saat ini tidak terlepas dari sejarah yang
mengiringinya. Dengan memahami sejarah maka kita akan dapat mengetahui
runutan hubungan sebab akibat sehingga pada akhirnya menjadi suatu disiplin
ilmu yang kita pelajari saat ini. Dengan mengetahui sejarah kita dapat lebih
mudah memahami suatu disiplin ilmu.

Hygiene industri merupakan bagian dari ilmu kesehatan kerja yang berfokus pada
updaya-upaya untuk mengenali bahaya-bahaya kesehatan yang berada
dilingkungan kerja, melakukan pengukuran, megevaluasi dan melakukan tindakan
pengendalian sehingga lingkungan kerja bebas dari bahaya-bahaya kesehatan
kerja dimana hygiene industri ini bersifat teknis-teknologis.

Hygiene industri bersinergi dengan kesehatan kerja dalam rangka mencapai


derajat kesehatan yang tinggi, dimana hal ini termaktub dalam undang-undang no.
14 tahun 1969 dimana lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan
dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, yang dilakukan dengan
mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat
pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi
perumahan tenaga kerja. Hal ini diperkuat dengan undang-undang Nomer 13
tahun 2003 mengenai upaya meningkatan derajat kesehatan para pekerja/buruh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Menurut DR. Suma’mur P.K, MSC hygiene industri dan kesehatan kerja dengan
kesehatan masyarakat memiliki berbagai perbedaan. Perbedaan tersebut
ditunjukan dengan tabel berikut ini :

Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat


Kerja
Kesehatan masyarakat tenaga kerja Kesehatan masyarakat umum sebagai
merupakan tujuan utama sasaran utama
Yang diurusi masyarakat terorganisasi Mengurusi masyarakat tidak
yang biasanya mudah diakses terorganisasi dan kurang mudah diakses
Ditandai dengan sangat efektifnya Sulit untuk melaksanakan pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, kesehatan sebagai upaya promotif dan
pra penempatan, periodik dan khusus preventif
Yang dihadapi adalah pekerjaan dan Lingkungan hidup pada umumnya
lingkungan kerja merupakan problema pokok
Terutama bertujuan meningkatkan Tujuan pokoknya adalah kesehatan dan
kesehatan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan
produktifitas kerja aspek produktifitas hanya menonjol
apabila terjadi wabah penyakit
Dibiayai oleh perusahaan atau dunia Dibiayai oleh anggaran pemerintah atau
usaha masyarakat
Perkembangan sangat pesat sesudah Perkembangan sangat cepat setelah
revolusi industri terdapat kemajuan di bidang ilmu
mengenai jasad renik
Perundang-undangan terutama berada Perundang-undangan terutama dalam
dalam lingkungan ketenagakerjaan lingkungan kesehatan
khususnya keselamatan dan kesehatan
kerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
Produktivitas kerja sangat erat kaitannya dengan derajat kesehatan pekerja.
Meskipun ada faktor lain yang mempengaruhi produktifitas seperti motivasi kerja,
latar belakang pendidikan, keterampilan tenaga kerja yang bersangkutan,
profesionalitas, pengalaman, kompetensi kerja, tingkat kesejahteraan, jaminan
kontinuitas kerja, jaminan sosial, reward dan punishment, hubungan kerja dan
hubungan industrial, dinamika dan inovasi dari usaha perusahaan, citra
perusahaan, lingkungan sosial budaya dan lainnya namun tanpa tubuh yang sehat
pekerja tidak dapat menjalankan fungsi pekerjaan dengan baik yang berakibat
pada menurunnya produktifitas pekerja. DR Suma’mur mejabarkan kondisi
kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktifitas kerja antara lain :
1. Penyakit-penyakit umum di tempat kerja
2. Penyakit akibat kerja
3. Status gizi pekerja
4. Lingkungan kerja yang tidak optimal
5. Ketidaksesuaian antara station kerja dengan ukuran tubuh pekerja
6. Kondisi psikologis dan emosional tenaga kerja
7. Kesehatan tenaga kerja yang kurang memadai
8. Pekerja dan tenaga kerja belum memahami adanya hubungan yang erat antara
produktivitas dan kesehatan kerja
9. Fasilitas kesehatan yang jauh dari memenuhi pesyaratan dan harapan
10. Implementasi dari aturan hygiene industri belum optimal

- Sejarah Hygiene Industri


Kesadaran mengenai penyakit akibat kerja dimulai pada abad ke 4 sebelum
masehi dimana hippocrates menulis mengenai keracunan timbal pada pekerja di
Industri pertambangan. Setelah tulisan hippocrates mengenai keracunan timbal
pada pekerja di industri pertambangan, Pliny the elder pada abad pertama sebelum
masehi menulis mengenai pekerja pada industri penyulingan yang menutup wajah
mereka dengan kantung untuk mencegah terhirup debu yang mematikan dan
menemukan dampak kesehatan yang disebabkan oleh zinc dan sulfur.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
Pengakuan hubungan kausal antara bahaya dan penyakit di tempat kerja adalah
kunci dalam pengembangan hygiene industri. Pengamatan oleh dokter-dokter dari
sebelum masehi hingga abad 20 mengenai hubungan antara pekerjaan dan
penyakit merupakan dasar dari profesi hygiene industri. Namun, temuan bahaya
tanpa intervensi dan pengendalian tanpa adanya pencegahan penyakit seharusnya
tidak memenuhi syarat sebagai hygiene industri.

Pada awal abad ke 20 di Inggris dan Amerika, hygiene industri mulai berkembang.
Pemerintah mulai melakukan pengendalian lingkungan kerja. Inggris mulai
menerapkan pengendalian ini di tahun 1802, namun pengendalian tersebut gagal
dikarenakan tidak dilakukan inspeksi dan paksaan secara hukum. Peraturan “The
British Factory Act of 1864” menyatakan bahwa perusahaan harus membuat
ventilasi untuk mengurangi kontaminasi udara dan di sempurnakan ventilasi
tersebut menggunakan fan pada tahun 1878. Pada tahun 1901, peraturan di
inggris semakin berkembang terutama untuk bahaya perdagangan “The British
Factory Act of 1901”, peraturan ini mendorong untuk dibuatnya pengendalian
lingkungan kerja dan penegakan hukum terkait langkahlangkah pengendalian
tersebut.

Pada tahun1905, Departemen kesehatan Massachusetts, Amerika Serikat


menunjuk Inspektor di bidang kesehatan untuk mengevaluasi bahaya di
lingkungan kerja. Dengan demikian pemerintah sudah membangun peran dalam
bidang kesehatan kerja. Peran pemerintah ini saja belum cukup dalam hygiene
industri, diperlukan pengukuran lingkungan secara kuantitatif dan komprehensif
beserta tindakan pengendalian yang tepat sehingga penyakit-penyakit yang
diakibatka pekerjaan dapat di cegah. Hal ini sejalan dengan penemuan dr. Alice
Hamilton sebagai pioner yang mengemukakan penyakit industrial. Dr. Alice
Hamilton mengungkapkan bahwa bahaya paparan timah dan silika di lingkungan
kerja dapat menyebabkan penyakit yang akut, sebagai bagian dari penyebab dan
dampaknya. Dr. Alice Hamilton tidak hanya menemukan penyakit akibat kerja
melainkan mencari bagaimana cara menanggulangi dan mencegah terjadinya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
penyakit tersebut melalui kerja sama dengan berbagai bidang seperti teknik,
kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pada abad ke-2 masehi Galen menemukan patologi dari timah dan penemuan
paparan uap asam pada pekerja tambang tembaga. Setelah penemuan galen ini,
tidak ada dokumentasi lain mengenai penyakit akibat kerja hingga abad
pertengahan. Pada tahun 1473 Ulrich Ellenbog menemukan uap dari logam yang
berbahaya dan menjelaskan mengenai gejala dari keracunan timah, asam nitrat
dan mercury dan bagaimana menanganinya.

Pada tahun 1556, Agricola menulis buku “De Re Metallica” buku ini membahas
mengenai penyakit pekerja tambang dan bagaimana menanganinya, agricola juga
mengungkapkan mengenai penyakit “silicosis” terkait Aktivitas pertambangan.
Setelah Agricola, Bernardino Ramazzini yang dikenal sebagai bapak industrial
medicine menulis mengenai “De Morbis Artificum Diatriba” mengenai penyakit
akibat kerja dan pada tahun 1775, Percival Pott mengungkapkan hasil temuannya
mengenai efek jelaga pada pekerja penyapu cerobong asap dan menandai tindakan
kompensasi untuk setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

C. Latihan
a. Siapa yang pertama kali menemukan hygiene industri dan kaitannya
dengan penyakit di pekerjaan?
b. Siapa yang menemukan adanya kanker skrotum pada pekerja
pembersih jelaga di cerobong ?
c. Siapa yang diangkat menjadi bapak industrial medicine karena
karyanya ”De Morbis Artificum Diatriba”?

D. Kunci Jawaban
a. Hippocrates
b. Percival Pott
c. Bernadino Ramazzini

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
SUBTOPIK 2 SEJARAH INDUSTRIAL HYGIENE DI INDONESIA

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mengetahui sejarah perkembangan hygiene industri di Indonesia
2. Mengetahui perkembangan hygiene industry di Indonesia
3. Mengetahui tokoh-tokoh hygiene industri di Indonesia

B. Uraian dan Contoh


A. Perkembangan Hygiene Industri di Indonesia
Di Indonesia perkembangan hygiene industri dimulai pada tahun 1957 dengan
dibentuknya lembaga kesehatan buruh dan pada tahun 1967 dirubah menjadi
lembaga keselamatan dan kesehatan buruh. Pada tahun 1969 Hiperkes disepakati
sebagai perpaduan upaya ketenagakerjaan dan kesehatan dengan pendekatan
kesehatan dan kedokteran, hygiene perusahaan dan rgonomi untuk mewujudkan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selanjutnya pemerintah gencar untuk
mensosialisasikan mengenai hiperkes sejalan dengan perkembangan industri dan
ekonomi di Indonesia, namun hal ini terhenti dengan terjadinya krisis ekonomi
dan pergerakan politik pada tahun 1997. DR. Suma’mur telah merincikan
perkembangan Hiperkes di Indonesia dalam jangka waktu 40 tahun sebagai
berikut ini : 1. Selama 40 tahun konsep hiperkes yang memadukan unsur-unsur
dalam kesehatan. Koordinasi antara dokter dan insinyur, personil medis dan HSE
sudah berjalan dengan baik. 2. Hiperkes telah menjadi bagian dari kebijakan
pemerintah dimana hiperkes merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Pemerintah memiliki aparat operasional yang melaksanakan fungsi-fungsi utama
hiperkes. Dimana fungsi tersebut antara lain mengawasi kepatuhan peraturan
perundangan pada pelayanan, penelitian serta penyuluhan. Undang-undang
tentang hiperkes ini digabungkan dengan undang-undang keselamatan dan
kesehatan kerja. 3. Dalam waktu 40 tahun puluhan ribu buku-buku terkait
hiperkes dan publikasi lain yang memuat materi publikasi dan 20,000 dokter

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
perusahaan dan dokter umum telah diberikan pelatihan mengenai hiperkes. 4.
Karya-Karya hiperkes selama 4 dekade selain manfaatnya besar juga mempunyai
arti khusus. Berbagai upaya rintisan hiperkes telah menjadi program sekala besar,
Nilai ambang batas (NAB) faktor kimia dan fisik menempatkan Indonesia sebagai
negara yang memiliki perlindungan terhadap faktor-faktor kimia dan fisik. 5.
Sebagai hasil dari kegiatan hiperkes terdapat peningkatan produktifitas sebagai
upaya untuk menunjukan perbaikan tenaga kerja dan terwujudnya kenyamanan
kerja serta perbaikan individu. Dimana hal ini dibuktikan dari industri perkebunan
terdapat kenaikan rata-rata 4,7% dengan kisaran tertinggi 10,3%. Intervensi gizi
yang dilakukan perusahaan konveksi menyebabkan kenaikan produktifitas
sebesar 5%. 6. Perkembangan ilmu-ilmu terkait kedokteran kerja, hygiene industri
beserta ergonomi yang terus-menerus meningkatkan masing-masing bidang
keilmuannya sehingga menjadi disiplin ilmu masing-masing.

Hygiene industri berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri, ergonomi


berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dan kedokteran okupasi juga menjadi
bidang disiplin ilmu sendiri. Kedokteran okupasi memiliki program kedokteran
kerja dari perhimpunan profesi kedokteran kerja mencakup 4 prioritas utama
yaitu : - Mensosialisasikan prakarsa : Ajakan gerakan hidup sehat, kerja produktif,
bebas dari penyakit akibat kerja, dengan 10 pokok pikiran sebagai dasar bagi
mengembangkan upaya merealisasikannya. - Upaya pelayanan kesehatan kerja
merupakan unsur yang harus ada pada setiap institusi pelayanan kesehatan kerja
dimana pun dan inti dari pelayanan kesehatan kerja tersebut adalah praktek
kedokteran kerja - Sosialisasi alih kemampuan kerja dalam kedokteran kerja dari
spesialis kedokteran kerja kepada dokter perusahaan dan dokter praktek umum
yang melakukan pelayanan kesehatan kerja melalui latihan kerja pengembangan
profesi dokter - Advokasi perlindungan kesehatan tenaga kerja/pekerja agar
tenaga kerja/pekerja memperoleh hak-haknya dalam kesehatan dan keselamatan
kerja serta jaminan sosial terhadap penyakit akibat kerja yang menurut ketentuan
perundang-undangan merupakan kecelakaan kerja.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
Buku pertama yang membahas mengenai hygiene industri di Indonesia ditulis oleh
Dr. Suma’mur PK, Msc pada tahun 1968 dan pada tahun 1986 melalui kongres
nasional hiperkes yang diadakan di Sahid Garden Hotel Yogyakarta, Dr.
Suma’mur diangkat menjadi Bapak Hiperkes Indonesia.

B. Industrial Hygiene dalam Praktik


Industrial hygiene dalam prakteknya melibatkan berbagai departemen, organsiasi
otonomi daerah, perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi. Perusahaan dan
instansi memiliki peran yang paling penting dalam perkembangan hygiene
industri. Menurut Suma’mur dalam bukunya Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja pola organisasi hygiene perusahaan dari berbagai level di tunjukan dalam
table dibawah ini :
Tabel 1. Pola Organisasi, Fungsi dan Gambaran Tentang Keadaannya
TINGKAT ORGANISASI FUNGSI GAMBARAN
KEADAAN
NASIONAL Komisi/badan Kebijakan Tertinggi Telah ada suatu
nasional bentuk organisasi
tetapi masih perlu
pengembangan
yang lebih terarah.
Lembaga pusat Pembinaan Telah berfungsi
pembinaan pelayanan, perlu terus
pelatihan, penelitian dikembangkan
dan standardisasi
Organ pusat Pengawasan Telah benyak
pengawasan peraturan
perundang-
undangan, urgensi
pelaksanaan,
penegakan hukum
(law enforcement)
yang efektif

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
Organisasi pusat Pengembangan Telah tumbuh
sektoral pelaksanaan memerlukan
program sektor akselerasi
pengerahan sumber pengembangan
daya insani
Kordinator program Kordinasi program Baik organisasi
pada organisasi sektor pemerintah
yang bersangkutan maupun swasta
telah memilikinya
perlu akselarasi
pengembangannya
Perhimpunan/ikatan Wadah Telah aktif namun
profesi pengembangan perannya perlu
profesi dan keahlian ditingkatkan
OTONOMI Organisasi- Pelayanan/sosialisasi Perlu aktif
DAERAH Organisasi melakukan
kemasyarakatan sosialisasi dan
swasta menyelenggarakan
pelayanan
Organisasi di Umumnya baru
Perusahaan perusahaan besar,
perusahaan
berjumlah banyak
merupakan
tantangan,
sedangkan
perusahaan
menengah, kecil
dari mikrohanya
presentasi sangat
kecil yang
terjangkau oleh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
kegiata pelayanan
PERUSAHAAN Organisasi di Pelayanan Pelatihan dan
LOKAL tingkat perusahaan penyuluhan telah
dilakukan pada
umumnya,
pelayanan
dilakukan oleh
tenaga part time,
upaya kesehatan
komprehensif
telah dilakukan
perusahaan besar,
perusahaan mikro,
kecil, menengah
dan koperasi
sangat
memerlukan
bantuan

Hiperkes di Indonesia dijalankan oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Nasional (DK3N), dimana DK3N ini adalah sebuah organisasi yang berada di
bawah departemen tenaga kerja dan transmigrasi dimana didalamnya terdapat
wakil-wakil dari berbagai sektor, perwakilan pengusaha dan wakil serikat pekerja.
Oragnisasi tersebut menjadi wadah aspirasi semua pihak yang berkepentingan
dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. Selain organisasi DK3N Berbagai
kerjasama antara kementrian juga berperan dalam perkembangan hiperkes di
Indonesia. Kerjasama kementrian tersebut antara lain departemen tenaga kerja,
departemen kesehatan, departemen perindustrian, departemenenergi dan sumber
daya mineral, departemen perhubungan, departemen pertanian dan lain-lainnya.

Bentuk kerjasama antar kementrian dimulai dari lahirnya surat keputusan bersama
menteri tenaga kerja dan menteri kesehatan pada tahun 1971 sebagai upaya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
rintisan ke arah institusionalisasi kordinasi fungsi kedua departemen dimaksud
dan memuat hal-hal berikut ini :
 Menteri tenaga kerja dan menteri kesehatan bekerja sama dalam pembinaan
dan peningkatan kegiatan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
 Departemen kesehatan bersama-sama departemen tenaga kerja mengambil
langkah-langkah guna mengembangkan hygiene perusahaan dan kesehatan
kerja dengan perluasan upaya kesehatan masyarakat melalui unit pelayanan
kesehatan.
 Departemen tenaga kerja bersama-sama departemen kesehatan mengadakan
upaya dalam hal pengaturan pengorganisasian kegiatan hygiene industry
perusahaan dan kesehatan kerja di perusahan-perusahaan dan pada lapangan
kerja lainnya serta melakukan pembinaan dan pengawasan dengan pengaturan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
 Departemen kesehatan dan departemen tenaga kerja mengupayakan
pembinaan terhadap dan melakukan pengerahan tenaga kesehatan, teknisi
serta sarjana lain dalam bidang hygiene perusahaan dan kesehatan kerja yang
pelaksanaannya disesuaikan menurut kebutuhan dan potensi yang ada
 Kedua departemen tersebut diatas bekerja sama dalam memanfaatkan bantuan
luar negeri kepada program hygiene perusahaan dan kesehatan kerja.

Pembagian tugas dan wewenang di antara departemen-departemen yang ideal


dalam keselamatan kerja dan hiperkes adalah sebagai berikut :
 Departemen tenaga kerja
- Melaksanakan kordinasi segala kegiatan hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes) dan juga keselamatan kerja, antara lain
merumuskan kebijakan dan norma-norma pelaksanaan hygiene perusahaan
dan kesehatan kerja yang kemudian dituangkan dalam undang-undang
(sesuai dengan prosedur yang berlaku), peraturan pemerintah, instruksi dan
lain-lain (tugas dan wewenang direktorat atau idealnya direktorat jenderal
atau mungkin pula badan yang namanya keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) atau hiperkes dan keselamatan kerja (nama tidak begitu penting
melainkan misi dari padanya lebih utama)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
- Melaksanakan upaya/program/kegiatan operasional pelayanan, penyuluhan,
pelatihan, penelitian dll, yang membantu meningkatkan mutu pelaksanaan
hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (tugas dan
wewenang lembaga yang kegiatannya tidak melakukan pengawasan tetapi
melakukan pembinaan dan memberikan pelayanan)
- Mendelegasikan kewenangan atas dasar perundang-undangan yang berlaku
mengenai hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja kepada
departemen lain atau institusi lain agar tumbuh dan berkembang upaya
mandiri dengan motivasi kuat dari organisasi yang bersangkutan.
 Departemen kesehatan
- Bersama-sama dengan otoritas dalam lingkungan hidup dan juga dengan
yang mempunyai kewenangan dalam pengawasan penggunaan bahan
kimia dan makanan serta organisasi yang melindungi konsumen
melaksanakan kegiatan yang bersifat melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan oleh perusahaan dan dari bahaya oleh-produk-
produk industri terhadap kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku (tugas dan wewenang direktorat yang menangani
hygiene umum dan sanitasi).
- Membantu departemen-departemen, perusahaan-perusahaan, lembaga-
lembaga dan institusi lainnya dalam hal memenuhi kebutuhan sumber daya
insani di bidang kedokteran/kesehatan khususnya tenaga dokter sehingga
pelayanan kesehatan kerja dan praktek kedokteran kerja kian berkualitas
- Melakukan pembinaan dan lebih mendorong organisasi-organisasi
pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya berada dalam
kewenangan pemerintah pusat, wilayah dan daerah untuk berperan secara
berarti dalam menyelenggarakan upaya hygiene perusahaan dan kesehatan
kerja
 Departemen-departemen lainnya
Departemen-departemen lainnya seperti departemen perindustrian, departemen
energy dan sumber daya mineral, departemen pekerjaan umum, departemen
perhubungan, departemen pertanian, departemen kehutanan, departemen

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
kelautan dan lain-lain adalah penyelenggaraan hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Sedangkan untuk perusahaan kegiatan hygiene industry tidak dapat disamakan


antara 1 perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini tergantung pada besarnya
perusahaan, jumlah tenaga kerja, risiko bahaya pekerjaan dan lingkungan kerja.
Perusahaan besar dengan skala nasional, dengan jumlah pekerjanya sangat
besar diperlukan hygine industry dan kesehatan kerja yang lebih komprehensif,
bahkan diperlukan klinik atau rumah sakit lengkap yang khusus untuk hygiene
industry dan kesehatan kerja.

Perusahaan besar sekelas nasional ini membutuhkan tim untuk hygieme


industry, dimana tim tersebut terdiri dari ahli hygiene industry sebagai
kordinator, dokter, perawat, teknisi hygiene industry, teknisi, ahli faal kerja,
ahli ilmu jiwa, perawat, teknisi dan keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut
Suma’mur dalam bukunya hygiene perusahaan dan kesehatan kerja tahun
2009 minimal ada 1 dokter untuk 2000 karyawan, namun hal ini akan sulit
dilakukan selama jumlah tenaga kesehatan masih terbatas dan hygiene
industry belum menjadi prioritas. Untuk perusahaan-perusahaan berkelas
menengah penyelenggaraan industrial hygiene dilakukan oleh dokter paruh
waktu di klinik perusahaan. Program yang dilakukan disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan dalam menentukan program-program pemeliharaan
perusahaan.

Perusahaan-perusahaan berskala mikro dimana jumlah pekerja kurang dari 50


orang, tidak mungkin memiliki klinik sendiri, penyelenggaraan kesehatan
kerja dilakukan melalui klinik bersama/gotong royong/kolektif yang dibuat
untuk penyelenggaraan kesehatan kerja beberapa perusahaan yang berdekatan.
Pelayanan kesehatan kerja merupakan kewajiban perusahaan dimana hal ini
diatur dalam undang-undang no. 1 tahun 1970. Adapun tujuan dari pelayanan
kesehatan kerja meliputi :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam menyesuaikan diri baik
disik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atas lingkungan kerja
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
tenaga kerja
d. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
tenaga kerja
e. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.

Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja


a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala
dan pemeriksaan kesehatan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja
f. Pencegahan dan pengobatanterhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Memberi nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukandan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
i. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja
j. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
k. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
C. Latihan

1. Siapakah bapak hiperkes di Indonesia?


2. Sebutkan lembaga yang mengurus mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja?
3. Jelaskan fungsi utama departemen tenaga kerja dalam hiperkes?

D. Kunci Jawaban

1. Suma’mur
2. DK3N
3. Melaksanakan kordinasi segala kegiatan hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes) dan juga keselamatan kerja, antara lain
merumuskan kebijakan dan norma-norma pelaksanaan hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja yang kemudian dituangkan dalam
undang-undang (sesuai dengan prosedur yang berlaku), peraturan
pemerintah, instruksi dan lain-lain (tugas dan wewenang direktorat
atau idealnya direktorat jenderal atau mungkin pula badan yang
namanya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau hiperkes dan
keselamatan kerja (nama tidak begitu penting melainkan misi dari
padanya lebih utama)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
E. Daftar Pustaka
AIHA. What is an Industrial Hygienist. di
https://www.aiha.org/aboutaiha/Press/Documents/What%20is%20IH.pdf
(akses 25 Agustus 2018) Barbara Plog, Fundamental of Industrial Hygiene,
5th Edition, National Safety Council

Cherilyn Tillman. 2007. Principles of Occupational Health & Hygiene.


Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta : UI Press

E, Rose, Vernon. History and Philosophy of Industrial Hygiene. Di


https://mafiadoc.com/history-and-philosophy-of-industrial-
hygienehigieneindustrial2011_5a09798d1723dd6bca65a2ed.html (akses 20
Maret 2018)

O. ALLI, Benjamin. 2008. Fundamental Principles of Occupational


Health and Safety. 2rd Edition. ILO Office

Hughes, Phil, Ferret, Ed. 2009. Introduction to Health and Safety at


Work. NEBOSH

Suma’mur. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes)


Ed. 2. Jakarta : Agung Seto

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai