Anda di halaman 1dari 12

MATERI DASAR 2

KESEHATAN KERJA DAN RUANG LINGKUPNYA


(Waktu T : 2 JPL, P : 0 JPL, Ol: 0 JPL)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pengantar dan Ruang Lingkup Kesehatan Kerja diberikan untuk memberikan
pengetahuan tentang pengertian dan tujuan Kesehatan Kerja, Ruang Lingkup Ilmu
Kesehatan Kerja dan penerapannya di berbagai lapangan kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum: Kesehatan kerja dan ruang lingkupnya.
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami

B. Tujuan pembelajaran khusus:


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu::
1. Menjelaskan sejarah kesehatan kerja
2. Menjelaskan konsep kesehatan kerja
3. Menjelaskan ruang lingkup kesehatan kerja
4. Menjelaskan bahaya potensial di tempat kerja dan pegendaliannya
5. Menjelaskan aplikasi ilmu kesehatan kerja

III. POKOK BAHASAN:


1. Sejarah Kesehatan Kerja
2. Konsep Kesehatan kerja
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip
3. Ruang lingkup kesehatan kerja
4. Bahaya potensial di tempat kerja
5. Aplikasi ilmu Kesehatan kerja

IV . METODE
Ceramah-Tanya –Jawab

MD2-1
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
 Modul
 Bahan Tayang
 Laptop/ computer
 LCD

VI. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN


1. Faslitator menjelaskan Secara Singkat Pengertian, Tujuan, pokok bahasan , dan
metode yang dipakai
2. Diskusi dan curah pendapat berbagai masalah kesehatan yang masuk dalam
ruang lingkup kesehatan kerja sesuai kasus yang disampaikan.
3. Presentasi hasil oleh peserta
4. Tanggapan dan masukan dari peserta.
5. Tutup acara dengan melakukan refleksi oleh peserta.

VII. URAIAN MATERI.

MD2-2
KESEHATAN KERJA DAN RUANG LINGKUPNYA

I. PENDAHULUAN

i. Latar belakang
Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya.Dengan bekerja manusiamerasa mempunyai harga
diri dan kepuasan batin, karena mempunyai kegiatan atau aktifitas, menciptakan sesuatu,
berkreasi untuk mendapatkan penghasilan.Namun demikian, bekerja juga mempunyai risiko
bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan.Telah diketahui sejak lama, bahwa berbagai jenis
pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja,
kecelakaan kerja bahkan berakhir dengan kematian bila tidak diantisipasi dengan baik secara
dini.
Kesehatan Kerja merupakan bagian dari Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3),
yang lebih mengutamakan perhatiannya terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
pekerja baik fisik, mental dan sosial; mencegah terjadinya ganguan kesehatan yang diakibatkan
pekerjaan, serta dengan menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat hingga tidak
menimbulkan atau menyebarkan penyakit serta aman karena terbebas dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan.
Di era globalisasi yang disertai adanya krisis moneter ini, terjadi persaingan yang ketat baik
pada industri besar, menengah ataupun kecil untuk dapat menghasilkan produk dengan kualitas
baik namun harganya terjangkau. Dengan demikian penggunaan berbagai teknologi menjadi
semakin cangggih dan dengan perubahan yang cepat untuk kemudahan dalam bekerja agar
bisa mencapai target produksi yang sudah ditentukan.Dalam hal ini kemajuan perkembangan
industri memberikan keuntungan berupa tersedianya lapangan pekerjaan akan tetapi juga
berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja akibat penggunaan bahan, alat dan
teknologi yang canggih tersebut.Disamping itu limbah/sisa produksi yang di buang
sembarangan dapat mempengaruhi lingkungan yang pada akhirnya akan memberikan dampak
yang negative pada kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Berbagai undang-undang dan peraturan menteri serta standar operasional prosedur telah dibuat
untuk mengantisipasi dampak buruk dari pekerjaan baik terhadap kesehatan dan keselamatan
pekerja maupun masyarakat disekitar tempat kerja. Untuk memelihara kesehatan, manusia
memerlukan berbagai sarana kesehatan seperti kebutuhan akan gizi, lingkungan kerja yang baik

MD2-3
dan pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam situasi seperti ini, kegiatan peningkatan
kesehatan pekerja serta pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja menjadi
pilihan utama. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan pelaksanaan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja menjadi sangat penting dan pencegahan menjadi pilihan utama agar tidak
terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.

ii. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan kerja


Pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja telah dirasakan sejak 1700 tahun sebelum
masehi.Raja Hamurabi dari kerajaan Babylonia dalam kitab undang-undangnya menyatakan; Bila
seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pelaksanaan pembuatannya tidak
berjalan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli
bangunan tersebut harus mati juga.”
Dalam zaman Mozai kurang lebih 5 abad setelah Hamurabi; dinyatakan bahwa ahli
bangunan bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerja dengan menetapkan
bahwa pemasangan pagar pengamanan pada setiap sisi luar atap rumah.
Kurang lebih 8 abad sesudah masehi, Plinius seorang ahli Encyclopedia bangsa Roma
telah mensyaratkan agar para pekerja tambang diharuskan memakai tutup hidung
Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk di tengah lapangan St.
Pieter Roma.Ia selalu mensyaratkan agar para pekerja memakai topi baja.
Bernardino Ramazini (1633-1714), seorang professor di Modena, Italia dikenal sebagai
‘Bapak Kesehatan Kerja’ karena prestasi dan jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kesehatan kerja.Beliau menulis buku yang berjudul “De Morbus Artificum Diatriba “atau Diseases
of Workers yang membahas penyakit yang terdapat di kalangan pekerja. Kepada para dokter ia
menekankan bahwa mereka harus meluangkan waktu untuk pemeriksaannya dengan melakukan
apa yang direkomendasikan oleh Hippocrates, namun harus menambahkan satu pertanyaan lagi:
”Apakah pekerjaan Anda?“
Dalam sejarah tercatat banyak sekali dokter, ahli filsafat bahkan negarawan di benua
Eropa dan Amerika yang telah berjasa merintis upaya kesehatan kerja, antara lain:
- A Ulrich Ellenborg (1440-1499) sering disebut sebagai penerus Ramazinni, telah
menerbitkan pamphlet tentang asap beracun yang dapat menyebabkan penyakit dan
cedera dikalangan penambang emas, beliau juga menulis tentang toxisitas carbon
monoxide, mercury, lead, dan nitric acid.

MD2-4
- Sir Percivall Pott (1714 – 1788) menyatakan penemuannya pada pekerja pembersih
cerobong asap untuk penghangat ruangan, terjadi kanker skrotum yang disebabkan
pajanan jelaga dari dinding cerobong

- Anthony Ashley Cooper, 7th Earl of Shaftesbury (1801-1885) mengusulkan dan


menerapakan pengurangan jam kerja serta meningkatkan kondisi kerja bagi pekerja anak
dan wanita di pertambangan, dan di tempat kerja lainnya;

- Dr Thomas Legge (1863-1932) adalah inspektor pabrik yang pertama di Inggris dan penulis
buku Industrial Maladies (1934);

- Alice Hamilton, MD (1869–1970) menjelaskan berbagai keracunan pd pekerja, misalnya


keracunan timbal pada pembuat enamelers bathtub, keracunan CO pada pekerja baja,
penyakit jantung pada pekerja amunis, dli;

II. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA.


A. Ilmu Kesehatan Kerjamerupakan bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat yang mempelajari
secara khusus, luas dan mendalam permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Dalam Ilmu Kesehatan Kerja dipelajari berbagai teknik, metoda serta berbagai upaya
penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja agar pekerja dapat
tetap sehat dan produktif dan terhindar dari berbagai bahaya potensial di tempat kerja

B. Kesehatan Kerja adalah kondisi kesehatan pekerja pada suatu saat tertentu yang
dipengaruhi oleh 4 faktor penentu, yaitu Lingkungan kerja, Perilaku kerja, Pelayanan
Kesehatan,dan Faktor genetik.

C. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).

MD2-5
III. FILOSOFI KESEHATAN KERJA
Filosofi dasar keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjaga dan melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-
upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya..
Kesehatan kerja merupakan bagian dari K3 sehingga Filosofi kesehatan kerja melekat secara
inheren pada filosofi K3, yaitu bahwa:
- Kesehatan kerja adalah suatu tanggung jawab moral/etik dari pekerja sendiri,
manajemen, dan juga semua orang;jadi hendaklah menjadi cerminan dari budaya dalam
suatu organisasi kerja; bukan sekedar pemenuhan perundangan atau kewajiban agar
memperoleh penghargaan dan sertifikat. K3.
- Kesehatan kerja harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan
pekerja sesuai jenis pekerjaan dan karakteristik pekerjaannya.
- Gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan menghindarkan
atau meminimalkan bahaya potensial ditempat kerja serta membangun mental dan
perilaku pekerja untuk hidup sehat.
- Program Kesehatan kerja harus dirancang secara spesifik untuk masing-masing
organisasi kerja atau perusahaan berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat
kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial dll.
- Melaksanakan Kesehatan kerja jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya
tambahan, melainkan sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.
- Kondisi Kesehatan pekerjaakan memberikan manfaat terhadap kelangsungan bisnis
perusahaan dan adalah pencerminan dari kondisiketenagakerjaan dalam perusahaan.

IV. TUJUAN KESEHATAN KERJA


The Joint ILO WHO Committee on Occupational Healthpada tahun 1950 telah menetapkan
Garis Besar dan tujuan Kesehatan Kerja antara lain:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua


lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja karena lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dan kemungkinan bahaya
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

MD2-6
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaanya.

Selanjutnya pada tahun 1995, direvisi menjadi sbb:


1. Peningkatan Kapabilitas pekerja:
- kesehatan fisik, psikis dan keselamatan kerja, serta kesejahteraan (kemampuan utk
Hidup produktif secara ekonomi dan sosial)
2. Peningkatan mutu lingkungan kerja
3. Pengorganisasian yang menjamin berlangsungnya kesehatan dan keselamatan kerja,
(The Joint ILO WHO Committee on Occupational Health thn 1995)

V. PRINSIP KESEHATAN KERJA


Penyerasian antara Kapasitas pekerja, Beban kerja dan Lingkungan kerja
 Kapasitas kerja adalah kemampuan bekerja seseorang yang dipengaruhi oleh status
kesehatan, jenis kelamin, umur, gizi, pendidikan dan ketrampilan.
 Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya,
seperti mengangkat, mendorong, mencangkul, berlari, memikul, mendayung dan lain-lain.
 Lingkungan kerja adalah lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat menjadi beban
tambahan pekerja seperti bising, cuaca panas, debu, alat kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh, meja kerja yang terlalu tinggi atau rendah dsb.

Masalah Kesehatan Kerja dapat terjadi bila ada ketidak serasian pada kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja dan pekerja terpajan dgn agen / bahaya potensial lingkungan kerja
sehingga mulanya timbul gangguan kesehatan selanjutnya terjadi Penyakit Akibat Kerja

VI. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA


A. Ruang lingkup Ilmu Kesehatan kerja yang bermula dari dukungan ilmu-ilmu dasar antara lain
biologi, fisiologi, psikologi, fisika, kimia, hukum, dan ekonomi. kemudian berkembang
menjadi multidisiplin ilmu yang meliputi:
- Hygiene industri,
- Toxicologiindustri,
- Psikologi industri,

MD2-7
- Ergonomi,
- Keselamatan Kerja,
- Statistik,
- Epidemiologi kesehatan kerja,
- Penyakit akibat kerja
- Pelayanan kesehatan kerja,
- Gizi kerja,
- Promosi kesehatan di tempat kerja,
- Manajemen risiko kesehatan kerja,
- Manajemen Limbah,
- Perilaku kerja dan sosial,
- Pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja dsb.
Dalam penerapanya diperkuat dengan peraturan dan perundang-undangan di bidang K3.
B. Ruang Lingkup Penerapan Program Kesehatan Kerja.
Berbagai Jenis Institusi kerja dapat mengambil manfaat dari ilmu Kesehatan Kerja dengan
menerapkan Progam Kesehatan Kerja yang sesuai dengan cabang Ilmu Kesehatan Kerja
yang spesifik dengan kegiatan sehari hari dari institusi tersebut; antara lain:
- Kesehatan Kerja/K3 Pertambangan,
- Kesehatan Kerja/K3 Industri;
- Kesehatan Kerja/K3 Konstruksi;
- Kesehatan Kerja/K3 Perkantoran;
- Kesehatan Kerja/K3 Rumah Sakit/ Sarana Kesehatan;
- Kesehatan Kerja/K3 Pertanian/ Perkebunan;
- Kesehatan Kerja/K3 Maritim/ Nelayan;
- Kesehatan Kerja/K3 Pariwisata;
- Kesehatan Kerja/K3 Transportasi;
- Kesehatan Kerja/K3 Perhotelan dan Rumah makan;
- dll

VII. BAHAYA POTENSIAL DI LINGKUNGAN KERJA


Faktor-faktor bahaya potensial di lingkungan Kerja mempunyai pengaruh terhadap pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya ialah:

MD2-8
1. Faktor Fisik
a. Suhu
b. Tekanan
c. Pencahayaan
d. Radiasi
e. Getaran

2. Faktor Kimia
Dalam bentuk Debu, uap logam, gas, dan larutan

3. Faktor Biologi
 Penyakit anthrax, sering terdapat di tempat penjagalan, Penyamakan Kulit,
Pengeringan tulang, Peternakan dan lain-lain.
 Penyakit jamur, sering diderita oleh tukang cuci
 Penyakit parasite, sering diderita oleh pekerja di tambang perkebunan dan
pertanian.

4. Faktor Ergonomi
Dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun terjadi gangguan otot tulang
rangka akibat kerja bahkan perubahan fisik tubuh/cacat. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesalahan konstruksi mesin , sikap/postur tubuh yangjanggal, melakukan pekerjaan
secara repetitif, mengangakat beban secara manual.dll.

5. Faktor Psikososial.
Dapat menimbulkan kebosanan dan cenderung meningkatkan kecelakaan. Hal ini di
sebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik, keadaan kerja yang monoton, sistem
pengupahan tidak transparan, dsb.

Pemajanan bahan-bahan berbahaya dilingkungan kerja dapat menimbulkan gangguan


kesehatan dan penyakit akibat kerja. Hal initergantung dari:
- Lamanya dan jumlahnya atau banyaknya pemajanan
- Kerentananan dan daya tahan pekerja
- Penemuan penyakit pada stadium awal (early diagnosis)
- Pengobatan yang cepat dan tepat (prompt treatment)

MD2-9
Pada penyakit akibat kerja benar-benar berlaku motto “Mencegah lebih baik daripada
mengobati”.

Dikenal beberapa pendekatan perlindungan seperti Nilai Ambang Batas (NAB) dan Konsentrasi
Maksimum yang diperkenankan (KMD):
 NAB atau TLV (Threshold Limit Value) yaitu kadar suatu zat yang diukur pada batas
mana pekerja masih sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan kelainan
atau penyakit dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari atau 40
jam seminggu.
 Konsentrasi Maksimum yang dikerkenankan atau Maximum Allowable Concentration
(MAC) yaitu nilai tertinggi kadar sesuatu zat yang diukur yang merupakan batas
maksimum yang tidak boleh dilewati pada setiap saat.

Pengkajian bahaya potensial di tempat kerja ditempuh melalui tiga langkah utama, yaitu :
 Pengenalan bahaya potensial di tempat kerja
 Evaluasi bahaya potensial di tempat kerja
 Pengendalian bahaya potensial

VIII. UPAYA PENGENDALIAN / PENANGGULANGANKESEHATAN KERJA


Prinsip pengendalian dan pencegahan dilaksanakan tidak saja untuk mencegah kejadian
penyakit, namun juga diterapkan untuk mencegah penurunan produktivitas kerja.
Gangguan kesehatan dan penyakit-penyakit akibat kerja dapat dicegah bila ada saling
pengertian, kemampuan dan kerjasama yang baik antara pimpinan atau pemilik perusahaan
dan pekerjanya.

Pengendalian Kesehatan Kerja atau cara pencegahan penyakit akibat kerja antara lain sbb.:
1. Pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan (legislative control)
2. Pengendalian secara teknis (engineering control)
a. Eliminasi yaitu menghilangkan/membuang bahan baku, alat, atau proses kerja yang
berbahaya bagi kesehatan pekerja
b. Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya potensial dengan bahan
yang kurang atau tidak berbahaya namun masih mempunyai fungsi/efek yang sama
pada hasil produksi.

MD2-10
c. Ventilasi yaitu mengatur alur udara dalam lingkungan kerja.
d. Isolasi yaitu dengan meletakkan bahan baku, alat, mesin atau proses kerja yang
berbahaya terhadap kesehatan di dalam ruangan yang tertutup.
e. Perbaikan pada proses produksi,pemantauan pencemaran.

3. Pengendalian melalui administrasi atau organisasasi (administrative control).


a. Persyaratan kesehatan pada penerimaan pegawai baru
b. Pelatihan keterampilan dan pengetahuan sesuai jenis kegiatan/tugas kerja
c. Pengaturan shift kerja
d. Rotasi kerja berkala
e. Penyediaan dan pemakaian alat perlindungan diri.

4. Pencegahan/Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control)


a. Pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala saat sudah bekerja: sekali setiap 1 – 2 tahun
dan tiap 6 bulan untuk pekerjaan yang berbahaya
c. Pemeriksaan kesehatan Khusus: untuk pekerja yang berisiko tinggi terkena
penyakit akibat kerja
d. Pemeriksaan kesehatan sebelum kembali bekerja pasca sakit/ccelaka
e. Pemeriksaan kesehatan sebelum pensiun/ berhenti kerja.

Prinsip pencegahan dilaksanakan tidak saja untuk mencegah kejadian penyakit, namun
juga dapat di terapkan untuk mencegah bila telah terjadi kasus penyakit yang dapat
mengurangi produktivitas kerja penderita.

IX. PENUTUP.
Ilmu Kesehatan Kerja merupakan bidang keilmuan yang sangat luas yang didukung oleh
berbagai disiplin ilmu.
Pemberi kerja baik pemerintah maupun swasta menurut Undang-undang wajib
melaksanakan Upaya kesehatan kerja dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang layak dan
perlindungan kesehatan pekerjanya.Koordinasi yang baik antara pekerja, pengusaha dan
pemerintah akan banyak memberikan manfaat dalam pencegahan terjadinya kecelakaan
ataupun penyakit akibat kerja.

MD2-11
Prinsip dan Ruang Lingkup Kesehatan Kerja penting utk dipelajari dan diterapkan disetiap
tempat kerja antara lain memelihata dan meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya
promosi kesehatan, perbaikan lingkungan dan pekerjaan dengan upaya higiene industri dan
ergonomi, serta mengembangkan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang kondusif
bagi kesehatan pekerja.
Kesehatan kerja menjamin kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekonomi penduduk Indonesia
di masa datang
.
VIII. REFERENSI
 Occupational Health and Safety Manajement ( Lewis)
 Occupational and Environmental Medicine ( McCunney)
 Encyclopedia of Occupational Health (ILO)
 Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia (Depkes RI)

MD2-12

Anda mungkin juga menyukai