Anda di halaman 1dari 15

MATERI DASAR 1

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN KERJA


(Waktu T : 2 JPL; P : 0 JPL; OL : 0 JPL)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. Dalam konstitusi WHO disebut “Health is
a fundamental human right”. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 1 mengamanatkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia melakukan pekerjaan. Agar
hasil pekerjaan produktif, maka diperlukan kondisi fisik yang sehat dan bugar. Produktivitas
seseorang sangat ditentukan oleh keseimbangan antara beban kerja, kapasitas kerja dan
lingkungan kerja.

Kesehatan kerja merupakan suatu layanan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan (fisik, mental dan social) yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia dengan jabatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan program
kesehatan kerja

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan dasar hukum program kesehatan kerja
2. Menjelaskan analisa situasi masalah kesehatan kerja
3. Menyebutkan visi, misi, strategi dan indikator kesehatan kerja
4. Menjelaskan program kesehatan kerja
5. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan kesehatan kerja
6. Menjelaskan pembinaan dan pengendalian program kesehatan kerja
MD 1-1
7. Menjelaskan tentang Germas

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan subpokok bahasan sebagai berikut:
1. Dasar hukum program kesehatan kerja
2. Analisa situasi masalah kesehatan kerja
3. Visi, misi dan strategi kesehatan kerja
4. Program kesehatan kerja
5. Pokok-pokok kegiatan kesehatan kerja
6. Pembinaan dan pengendalian program kesehatan kerja
7. Menjelaskan tentang Germas

IV. METODE:

Ceramah, Tanya jawab (CTJ)

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayang
 Modul
 Laptop/komputer
 LCD
 Flipchart

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1 Pengkondisian (5 menit)

Langkah pembelajaran:

a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan materi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalan diri dimulai
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah2. Penyampaian Materi (75 menit)


Langkah pembelajaran:

MD 1-2
a. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan materi secara singkat
b. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang kesehatan kerja
c. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub
pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi
dengan metode curah pendapat, kemudian ceramah tanya jawab.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat dan
atau pertanyaan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:

a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi


yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1: ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN

1. Arah Kebijakan
Kerangka arah pembangunan kesehatan dan pembangunan berwawasan kesehatan telah
ditungkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-
2025. RPJMN I (2005-2009) hingga RPJMN IV (2020-2025) telah memantapkan visi
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dengan arah pengembangan upaya
kesehatan dari kuratif bergerak kearah promotive, preventif sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Pembangunan kesehatan era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat ini
meneguhkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin berkualitas.

Sejalan dengan arah tersebut, visi Kabinet Kerja untuk lima tahun kedepan adalah
terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong dengan misi diantaranya mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju dan sejahtera. Salah satu agenda prioritas dari NAWACITA bidang kesehatan
pemerintah saat ini adalah peningkatan layanan masyarakat dengan menginisiasi katu
“Indonesia Sehat”. Program operasional Kementerian Kesehatan diarahkan pada visi, misi,
dan agenda prioritas tersebut.

Sebagai upaya yang berkesinambungan, pada RPJMN 2015=2019 pembangunan


kesehatan diarahkan untuk memantapkan akses masyarakat terhadap pelayanan
MD 1-3
kesehatan yang berkualitas, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan umur harapan
hidup melalui orientasi peningkatan upaya promotif preventif. Berlandaskan Sistem
Kesehatan Nasional, pembangunan kesehatan juga dirahkan kepada perlindungan
finansial dan responsiveness pelayanan kesehatan melalui upaya kesehatan dengan
penguatan manajemen kesehatan dan pembiayaan kesehatan termasuk Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Selain Kartu Indonesia Sehat, isu strategis RPJMN 2015-2019
adalah peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia produktif dan lansia;
peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; pengembangan JKN,
pemenuhan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan akses masyarakat pada
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas.

Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan komponen utama upaya pembangunan


kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan masyarakat diarahkan pada tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan dengan indicator utama adalah Usia Harapan Hidup
(UHH), Infant Mortality Rate (IMR), Maternal Mortality Rate (MMR) dan Kurang Gizi. Selain
tantangan tersebut, permasalahan kesehatan masyarakat lain yang menonjol diantaranya
adalah tentang penyakit menular, penyakit tidak menular dan perilaku hidup bersih dan
sehat. Adapun arah kebijakan mencakup:
a. Meningkakan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia kerja, dan
lanjut usia
b. Meningkatkan status gizi masyarakat
c. Meningkatkan pengendalian penyakit menular, tidak menular, dan penyehatan
lingkungan
d. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan
e. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
f. Menguatkan Jaminan Kesehatan Nasional
g. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
h. Manajemen dan Pembiayaan Kesehatan
i. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan kualitas sumber daya manusia kesehatan

2. Isu Strategis
Isu strategis pembangunan kesehatan dalam lima tahun kedepan (2015-2019) adalah:
a. Peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia produktif, dan lansia
b. Perbaikan status gizi masyarakat
c. Pengendalian beban ganda penyakit dan penyehatan lingkungan
d. Pemenuhan ketersediaan farmasi, alat kesehatan, dan pengawasan obar dan makanan
e. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
MD 1-4
f. Pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional
g. Pemenuhan sumber daya manusia kesehatan
h. Penguatan manajemen dan sistem informasi
i. Peningkatan efektifitas Pembiayaan Kesehatan
j. Peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
k. Peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas

Pokok Bahasan 2
B. DASAR HUKUM PROGRAM KESEHATAN KERJA
1. Peraturan Perundangan
a. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28H ayat (1) tentang hak untuk Memperoleh
Pelayanan Kesehatan
b. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
d. Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang Jaminan sosial Nasional
e. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
f. Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
g. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
h. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja
i. Permenakertrans No.03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
j. Permenkes No, 1758 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar
k. Permenkes No. 038 tahun 2007 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Kerja pada
Puskesmas Kawasan Industri

2. Komite Kerjasama WHO/ILO

Komite kerjasama WHO/ILO tahun 1950 menyatakan bahwa “ kesehatan kerja sebaiknya
ditujukan pada promosi dan pemeliharaan kesehatan pekerja setinggi-tngginya, baik dalam
hal fisik, mental dan kesejahteraan sosial disemua jenis pekerjaan; pencegahan penyakit
akibat kerja pada pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerja; perlindungan terhadap
pekerja dari risiko yang dihasilkan oleh faktor-faktor yang merugikan kesehatan;
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
peralatan fisiologis dan psikologisnya.

MD 1-5
3. Organisasi Kesehatan Dunia
Strategi pelayanan kesehatan kerja diadopsi thun 1979 pada resolusi Kongres Kesehatan
Dunia (WHA 32.14) mengenai Program Kesehatan Kerja Lanjutan yang menekankan
pelayanan kesehatan dasar didekatkan dengan tempat tinggal dan tempat kerja.

Pada tahun 1996 WHO membentuk resolusi baru (WHA 49.12) yang menghasilkan Strategi
Global Kesehatan Kerja yang terdiri dari 10 tujuan yaitu:

a. Memperkuat kebijakan internasional dan nasional bagi kesehatan kerja


b. Pelaksanaan lingkungan kerja yang sehat
c. Pengembangan praktek kesehatan kerja dan promosi kesehatan di tempat kerja
d. Memperkuat pelayanan kesehatan kerja
e. Pembetukan pelayanan pendukung kesehatan kerja
f. Pengembangan standar pelayanan kesehatan kerja berdasarkan kajian risiko secara
ilmiah
g. Pengembangan sumberdaya manusia kesehatan kerja
h. Pembentukan sistem regristrasi dan data, pembentukan pelayanan informasi bagi pakar,
transmisi data efektif dan peningkatan kesadaran public
i. Memperkuat penelitian
j. Pembentukan kerjasama kesehatan kerja dengan pelayanan lainnya.

Pada tahun 2007 pertemuan kesehatan dunia ke-16 menghasilkan agenda baru (resolusi
WHA 60.26) menghasilkan 5 tujuan yaitu:
a. Merancang dan mengimplementasikan instrumen kebijakn kesehatan kerja
b. Melindungi dan mempromosikan kesehatan di tempat kerja
c. Meningkatkan performa dan akses pelayanan kesehatan kerja
d. Menyajikan dan mensosialisasikan bukti yang ada untuk pelaksanaan aksi
e. Memasukan kesehatan kerja ke dalam kebijakan lain

Pokok Bahasan 3
C. ANALISA SITUASI MASALAH KESEHATAN KERJA
Bahaya di tempat kerja berkontribusi terhadap kematian dini pada jutaan orang di seluruh
dunia dan mengakibatkan penyakit serta kecacatan bagi lebih ratusan orang setiap
tahunnya. Hampir separuh dari jumlah penduduk Indonesia merupakan pekerja. BPS
(2013) menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,64 juta orang dengan usia
kerja 121,19 juta dan yang bekerja 114 juta. Dari jumlah yang bekerja tersebut, sebanyak
45,6 juta berada pada usaha menengah besar dan 68,4 juta pada usaha skala usaha
mandiri, mikro dan kecil. Dengan jumlah pekerja yang besar tentunya potensi kasus

MD 1-6
penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja akan tinggi jika tidak dilakukan upaya
pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik.

Menurut ILO (2012) terdapat lebih dari 2 juta kasus kematian tahunnya akibat kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan 300 ribu orang meninggal dari 250 juta kecelakaan dan
sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan kerja. ILO (2013) mencatat
bahwa setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja serta
sebanyak 190 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Peningkatan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja menimbulkan dampak negative bagi individu pekerja, keluarga, kelompok
pekerja dan negara. Menurut ILO (2013) kesakitan dan kematian karena penyakit dan
kecelakaan akibat kerja menimbulkan kerugian disetiap negara sebesar 4% Produk
Domestik Bruto (PDB).

Selain penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, juga terdapat penyakit lain yaitu
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007
dan 2013 menunjukan kecenderungan kasus penyakit tidak menular (DM, stroke, obesitas)
pada usia ≥ 15 tahun.

Pelayanan kesehatan bagi pekerja telah banyak dilakukan oleh sarana kesehatan baik
pemerintah maupun swasta seperti Puskesmas dan jaringannya, sarana pelayanan
kesehatan di perusahaan dan perkantoran, praktek swasta, balai kesehatan kerja
masyarakat, rumah sakit dan lain-lain. Guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
saat ini telah dilakukan akreditasi pada sarana kesehatan. Pelayanan kesehatan kepada
pekerja masih sangat terbatas pada pelayanan kuratif dan belum semua pelayanan
kesehatan mampu memerikan pelayanan kesehatan secara paripurna.

Dari gambaran kesehatan kerja di Indonesia, didapatkan permasalahan kesehatan kerja


yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Tenaga kesehatan belum optimal melaksanakan kesehatan kerja dengan baik, karena
masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan kerja
2. Pemahaman kesehatan kerja pengelola tempat kerja baru dikaitkan dengan
keselamatan kerja belum dengan kesehatan kerja
3. Masih kurangnya sinergi koordinasi para pengambil keputusan pada berbagai tingkat
administrasi
4. Pelayanan kesehatan kerja belum merata karena belum menjangkau seluruh
masyarakat pekerja
5. Perkembangan teknologi yang cepat tidak sesuai dengan peningkatan pelayanan
kesehatan kerja, sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang cenderung menurun.
6. Data dan informasi mengenai kesehatan kerja belum banyak tersedia

MD 1-7
7. Penanganan pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, pada umumnya bersifat kuratif,
belum dilaksanakan secara komprehensif

Pokok Bahasan 4
D. VISI, MISI, STRATEGI DAN INDIKATOR KESEHATAN KERJA

1, Visi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga:


“Masyarakat Sehat Bugar dan Produktif”

2. Misi:
a. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan prilaku
sehat dan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam mendukung program kesehatan kerja dan
olahraga
c. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan kualitas sumber daya kesehatan
d. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

3. Arah Kebijakan:
a. Membangun masyarakat yang sehat bugar dan produktif dengan menitik beratkan pada
upaya promotif dan preventif
b. Memperkuat kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam membangun masyarakat
yang sehat bugar dan produktif
c. Penyelenggaraan Program kesehatan kerja dan olahraga sesuai standart profesi,
standart pelayanan dan standart prosedur operasional
d. Program kesjor dilaksanakan secara bertahap terpadu dan berkesinambungan
berdasarkan kebutuhan masyarakat
e. Pengembangan program kesjaor melibatkan lintas program, lintas sektor, pemda, dunia
usaha, swasta serta masyarakat

4. Strategi:
a. Kemitraan dan pemberdayaan kesehatan pada kelompok pekerja berbasis masyarakat
pekerja.
b. Advokasi dan sosialisasi kesehatan kerja dan olahraga
c. Penguatan layanan kesehatan bagi pekerja
d. Penguatan kebijakan dan manajemen kesehatan kerja dan olahraga
e. Penguatan sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga

MD 1-8
5. Indikator
a. Jumlah pos UKK yang terbentuk di wilayan Puskesmas
b. Persen Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani

Indikator 2015 2016 2017 2018 2019


Jumlah pos UKK yang terbentuk di wilayan 230 1020 3000 4000 5000
Puskesmas
Persen Jemaah haji yang diperiksa kebugaran 0 30% 40% 50% 60%
jasmani

Pokok Bahasan 5
E. PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Pokok program Kesehatan kerja dan Olahraga meliputi:
1. Pembinaan Kesehatan Kerja pada kelompok pekerja di sector Informal
2. Pembinaan Kesehatan Kerja pada kelompok pekerja di sector formal
3. Pembinaan pelayanan kesehatan pekerja
4. Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan Dan Lingkungan Kerja
5. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)- K3 Rs, K3 Fktp, K3 Perusahaan,
Ergonomi, K3 Di Tempat Kerja
6. Pembinaan SDM dan Profesi Kesehatan Kerja
7. Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat (Anak Sekolah, Pekerja, Haji, Bumil)
8. Pembinaan Kesehatan Olahraga Prestasi

Pokok Bahasan 6
F. POKOK-POKOK KEGIATAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Pokok kegiatan kesehatan kerja dan olahraga meliputi:
1. Penyusunan Kebijakan Kesehatan kerja
2. Penguatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
3. Peningkatan kapasitas SDM Kesehatan kerja
4. Program Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP)
5. Pembinaan Pelaksanaan K3 di tempat kerja
6. Peningkatan Kesehatan Nelayan
7. Penanganan TKIB
8. Pembinaan Lingkungan Kerja
9. Pembinaan Profesi
10. Peningkatan kebugaran Pegawai
11. Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat
MD 1-9
12. Pembinaan Institusi

Pokok Bahasan 7
G. PEMBINAAN PROGRAM KESEHATAN KERJA
Pembinaan kesehatan kerja dilaksanakan secara holistik dimulai dari komitmen kesehatan
kerja, kebijakan kesehatan kerja, koordinasi dan sinkronisasi program melalui penguatan
dukungan manajemen tempat kerja, peningkatan kesehatan lingkungan kerja, peningkatan
pengetahuan pekerja, peningkatan pengetahuan/keterampilan petugas kesehatan, dan
peningkatan fasilitas kesehatan, obat, alat kesehatan, dll.

Pembinaan kesehatan kerja dilaksanakan secara berjenjang pada setiap level administratif.
Pembinaan pusat kepada provinsi, provinsi kepada kabupaten/kota dan kabupaten/kota
kepada Puskesmas serta Puskesmas kepada tempat kerja formal maupun informal.
Pembinaan pusat kepada provinsi melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan SDM kesehatan kerja dan olahraga, pelayanan kesehatan olahraga,
pembinaan BKKM dan BKOM, serta dukungan manajemen. Pembinaan provinsi kepada
kabupaten/kota melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan SDM
kesehatan kerja dan olahraga, pelayanan kesehatan olahraga, sosialisasi dan advokasi,
serta pembinaan kesehatan kerja dan olahraga. Pembinaan puskesmas kepada tempat
kerja formal maupun informal melalui pemberdayaan masyarakat dan pembentukan pos
UKK, pelayanan kesehatan kerja dan olahraga, pembinaan dan evaluasi serta pencatatan
dan pelaporan kesehatan kerja dan olahraga.

Pembinaan kesehatan kerja dapat dilaksanakan secara terpadu dengan lintas program
lainnya, dapat pula dilaksanakan tersendiri. Bentuk pembinaan lain adalah diberikannya
penghargaan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja yang telah berhasil
melaksanakan kesehatan kerja.

Pokok Bahasan 8
F. GERMAS
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah suatu tindakan yang sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.

Gerakan ini merupakan perwujudan revolusi mental yang dilakukan oleh semua
komponen bangsa karena kesehatan akan mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi
Indonesia yang berperan dalam daya saing bangsa.

MD 1-10
1. Tujuan Germas
Tujuan umum adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan khusus adalah:
a. Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat
b. Meningkatkan produktivitas masyarakat
c. Mengurangi nenam biaya kesehatan.

2. Pelaksanaan Germas
Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka Germas antara lain:
a. Peningkatan aktivitas fisik
b. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
c. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
d. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
e. Peningkatan kualitas lingkungan
f. Peningkatan edukasi hidup sehat

3. Fokus kegiatan pada tahun 2016-2017


Kegiatan Germas akan melibatkan kementerian/lembaga sesuai dengan tugas dan
fungsinya untuk bersama-sama dan bergantian menetapkan fokus kegiatan. Pada tahun
2016-2017 difokuskan pada 3 kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan aktivitas fisik
b. Konsumsi syur dan buah
c. Memeriksa kesehatan secara berkala

4. Pelaku Germas
Germas harus dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk mendorong
kepentingan bersama yang dilakukan bersama juga, yaitu:
a. Pemerintah pusat dan daerah
b. Dunia pendidikan
c. Swasta dan dunia usaha
d. Organisasi kemasyarakatan
e. Individu, keluarga, dan masyarakat

5. Kerangka Konsep
Keterlibatan seluruh kementerian/lembaga bersama masyarakat dalam mendukung
Germas perlu ditegaskan untuk memasyarakatkan hidup sehat dan memperkuat upaya
promotif dan preventif secara terintegrasi berperan aktif sesuai denga tugas dan
fungsinya masing-masing.

MD 1-11
KEGIATAN
Kemen PAN&RB, Kemendes PRIORITAS
PDTT, Kemenko PMK, Kemenkeu,
Kemendagri, Kemenkes
Kemensos, BKKBN,
Kemendikbud,
Kemenhan, Kemen PP&PA,
Kemenag, Kemenhub,
Kemenkominfo, Kemenkes,
Kemenkes,
BNN, Kemenag, Kemenkes,
Kemenhub
BPOM, BKKBN,
Kemendikbud, Kemenag,
KemendesPDTT,
Kemenristekditi, Kemenaker,
BPJS

POLRI,
Kemenhan,
Kemenkeu,
Kemendikbud,
Kemen PAN&R,
Kemenag, POLRI,
Kemenkes,
Kementerian ESDM,
BPOM,
Kemenpar,
Kemendikbud,
Kementerian BUMN,
Kemenag,
Kemenkes, Kemenag,
Kemenristekdikti,
Kementan,
Kemendag
Kemenristekdikti,
Kemenkes, BPJS
Kemenpora, Kemenpar,
Kemen PU&PE RA, BPOM, Kementan,
Kementerian BUMN, Kementerian Kelautan dan
Kemenkes, Kemendikbud, Perikanan, Kemenperin,
Kemenag, Kemenhub, Kemenkes, KemenkovPMK,
Kemenristekdikti, Kemenaker Kemendikbud, Kemenag,
Kemenristekdikti, Kementan,
Kemendag
PROGRAM
PRIORITAS Kemensos, Kementerian ATR/BPN, Kemenpar, Kemen PU&PR,
KemenLH dan Kehutanan, Kemenag, Kemendikbud, Kemenristekdikti

6. Aktivitas Fisik
Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bergerak agar manusia dapat melakukan aktivitas
fisik sehari-hari. Hidup aktif dengan menjaga aktivitas fisik menjadi kebiasaan akan
meningkatkan ketahanan fisik. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan menjadi latihan fisik yang
dilakukan secara baik, benar, terukur, teratur sesuai kaidah kessehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani. Bila latihan fisik dilakukan
mengikuti aturan tertentu dan ditujukan untuk prestasi menjadi kegiatan olahraga.

Aktivitas fisik di sekolah ditujukan untuk mewujudkan peserta didik yang sehat, bugar,
berprestasi melalui pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik, dan/atau
olahraga yang baik, benar, terukur, teratur. Kegiatan yang dilakukan antara lain gerak
sebelum masuk kelas, gerak di antara pergantian jam pelajaran, gerak dan bermain pada

MD 1-12
waktu istirahat, gerak dan senam pada jam pelajaran olahraga.

Aktivitas fisik di tempat kerja ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan
produktvitas kinerja pekerja pada usia produktif. Posisi yang sama untuk waktu lama pada
saat bekerja dapat mengakibatkan otot menjadi kaku dan mudah lelah. Kegiatan
peregangan dapat dilakukan secara perorangan, mandiri, dan/atau berkelompok antara
lain dengan senam bersama, peregangan di sela-sela jam kerja. Gerak peregangan
bermanfaat untuk mengurangi kekakuan atau ketegangan otot, mengurangi keluhan pada
otot rangka, dll.

Pokok Bahasan 9
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga
diwilayah kerjanya.

Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan


pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari
upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan
berikut:
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga
dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat mengenali


masalahmasalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang dihadapi
keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga yang perlu
mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan
UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk
memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini
merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM
MD 1-13
dan/atau petugas profesional Puskesmas. Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap
keluarga di wilayah Puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga.

Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya kesehatan


masyarakat (UKM) dari Puskesmas. Karena keluarga merupakan lembaga
terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan masyarakat harus dimulai
dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang selama ini
dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif. Dalam pedoman ini disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat
desa/kelurahan merupakan kelanjutan dari pemberdayaan keluarga melalui
pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga. Tujuan
dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif itu tidak lain adalah terciptanya Desa
Sehat dan Kelurahan Sehat. Kegiatan Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan
perorangan (UKP) tingkat pertama memang dapat menghasilkan individu sehat, yang
diukur dengan Indikator Individu Sehat (IIS). Tetapi dengan cara ini saja, Kecamatan Sehat
akan sulit dicapai. Melalui pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayah
kerjanya, Puskesmas akan lebih cepat mencapai Kecamatan
Sehat. Dengan mengembangkan dan membina desa dan kelurahan, Puskesmas
melaksanakan pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
keluarga akan menghasilkan keluarga-keluarga sehat yang diukur dengan Indeks Keluarga
Sehat (IKS). Sedangkan pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan akan
menghasilkan peran serta masyarakat berupa UKBM seperti Posyandu, Posbindu,
Polindes, Pos UKK, dan lain-lain. Sementara itu, kegiatan Puskesmas dalam
pelaksanaan pembangunan wilayah berwawasan kesehatan akan menghasilkan tatanan-
tatanan sehat, seperti sekolah sehat, pasar sehat, kantor sehat, masjid
dan mushola sehat, dan lain-lain yang diukur dengan Indikator Tatanan Sehat (ITS), dan
masyarakat sehat yang diukur dengan Indikator Masyarakat Sehat
(IMS).

Pelaksanaan pendekatan keluarga oleh puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan


sebagai berikut.
1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina
Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).
2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data
Puskesmas.
3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana
Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
MD 1-14
4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina
Keluarga.
5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga
teknis/profesional Puskesmas.
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.

Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas)


indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai berikut:
1. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
5. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

VIII. REFERENSI

1. Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Komite Kerjasama WHO/ILO

3. Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019

MD 1-15

Anda mungkin juga menyukai