Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga merupakan karunia
Tuhan, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Menurut konsep Mandala
of Health, manusia sebagai individu yang terdiri dari fisik, mental dan spiritual merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan lingkungannya. Lingkungan sendiri dapat
berupa lingkungan fisik dan lingkungan psiko-sosio-ekonomis. Faktor perilaku dan lingkungan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas kesehatan, dan merupakan
pilar-pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010/2013. Masalah perilaku menyangkut
kebiasaan, budaya, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi. Untuk itu semua perlu
peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, perlunya pengembangan
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat.
Bagi individu yang bekerja, maka lingkungannya bukan hanya di mana ia tinggal, namun
juga lingkungan di mana ia bekerja. Pekerja sebagai suatu komunitas tersendiri yang memiliki
berbagai risiko maupun bahaya pada pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang dapat
mempengaruhi kesehatankarena itu dalam ilmu kedokteran berkembang suatu cabang ilmu yang
dikenal sebagai kedokteran okupasi yang mempelajari bagaimana pekerjaan dan lingkungan
kerja dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
UU no 14 th 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yang memuat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dg martabat manusia dan moral agama, dan pemerintah membina perlindungan kerja
yang mencakup norma kesehatan, norma keselamatan kerja, norma kerja dan pemberian ganti
rugi, perawatan, rehabilitasi dalam kecelakaan kerja, menekankan dokter sebagai tenaga
kesehatan untuk melaksanakan tugas mengenai kesehatan pekerja dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam pembahasan mengenai kedokteran okupasi, terdapat beberapa disiplin dan
juga istilah yang relevan dan perlu diketahui, yaitu:
Kedokteran industri
Kedokteran kerja
Kesehatan kerja
Kesehatan industri
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes)
Ergonomi
Keselamatan kerja
Ilmu Kedokteran Okupasi:
Disiplin ilmu kedokteran yang bertujuan agar pekerja/komunitas pekerja
memperolehderajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial
dengan

usaha-usaha

promotif,

preventif,kuratif

dan

rehabilitatif

terhadap

penyakit/gangguankesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.


Kesehatan Kerja
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan
agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baikfisik atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktorfaktor pekerjaan

dan

lingkungan

kerja,

serta

terhadap

penyakit-penyakit

umum (Sumamur,1967)
Higiene Perusahaaan & Kesehatan Kerja
Lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi
derajatkesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan,
2

perawatantenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat
yangmemenuhi

norma-norma

hygiene

perusahaan

dan

kesehatan

kerja

untuk

mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta
menetapkansyarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja (UU no. 14 th 1969
tentangKetentuan-ketentua Pokok mengenai tenaga kerja).
Keselamatan Kerja
Ilmu dan penerapan teknologi untuk meningkatkan keselamatan yang
berkaitandengan

alat

kerja,

bahan

kerja,

proses

kerja,

tempat

kerja

dan

lingkungannya(Sumamur, 1981).
Ergonomi
Ilmu yang mempelajari manusia dan hubungannya dengan mesin/alat kerja dalam
tatakerja dan lingkungan kerja dan bertujuan mencari integrasi antara pekerja, mesin
danlingkungan untuk memperoleh hasil kerja yang optimum (Sutarman, 1985).
B. Sejarah perkembangan
Orang yang pertama kali melakukan pengamatan terhadap pekerja dan penyakit
yangdialaminya, dalam hal ini adalah pekerja tambang adalah Agricola (1494-1555)
danParacelsus (1493-1541) pada abad 16. Namun yang dikenal sebagai bapak
ilmukedokteran okupasi adalah Dr. Bernardino Ramazzini (1633-1714) yang merupakan
orang pertama yang melakukan penelitian secara sistematis mengenai penyakit
pada pekerja dalam tulisannya yang berjudul De Morbis Artificum Diatriba. Ia adalah
orang

yang

pertama

kali

merekomendasikan

bahwa

setiap

dokter

harus

menanyakan pekerjaan pasiennya. Perkembangan teknologi akibat revolusi industri di


abad ke 18 dan 19 menyebabkan pekerjaan menjadi semakin berisiko, sedangkan
perhatian terhadap keselamatan dankesehatan pekerja masih sangat kurang. Di antara
sedikit orang yang memberikan perhatian adalah Sir Robert Peel, Robert Owen dan
Michael Sadler yang mempengaruhi parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang
yang mengatur jamkerja dan melarang pekerja anak.Di antara para dokter di Inggris

sendiri semakin banyak yang mulai mempelajariakibat buruk dari pekerjaan, di antaranya
adalah:

Percivall Pott (1713-1788): kanker skrotum pada pembersih cerobong

asap.
Charles Turner Thackrah (1795-1833): publikasi pertama mengenai

penyakit akibat kerja.


William Farr dan Edward Headlam Greenhow (1814-1888): pengukuran
angka mortalitas okupasi.

Pada

awal

abad ke

19

di

Inggris

diberlakukan

undang-undang

yang

mengharuskanadanya pelayanan kesehatan bagi pekerja pabrik yang semakin


berkembang dengandibentuknya Health of Munition Workers Committee yang
ditujukan untukmengembangkan penelitian mengenai efek pekerjaan terhadap kesehatan
danefisiensi.Perkembangan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Amerika diawali
dengandiberlakukannya undang-undang yang melarang perusahaan mempekerjakan anak
di bawah usia 10 tahun pada tahun 1835. Selanjutnya dibentuk Departemen TenagaKerja
yang bertanggungjawab membuat peraturan yang melindungi pekerja dari jamkerja yang
berlebihan, proses kerja dan lingkungan kerja yang berbahaya. Kemudian pada tahun
1884 dibentuk Biro Pekerja, Biro Pertambangan pada tahun 1910 danKantor Higiene
Industri pada tahun 1914 sebagai bagian dari United States HealthService. Selain itu
juga mulai diberlakukan undang-undang kompensasi bagi pekerja pada tahun 1911.Pada
tahun 1916 mulai dibentuk Asosiasi Kedokteran Industri dan pada tahun 1954kedokteran
okupasi menjadi suatu bidang spesialis.
C. Perundangan
VR (Veilligheids Reglement) tahun 1910
UU kecelakaan 1947-1957, tentang kompensasi
UU no 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yg
memuat :

1. Tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,


kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
2. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup norma kesehatan dan
higene perusahaan, norma keselamatan kerja, norma kerja dan pemberian ganti
rugi, perawatan, rehabilitasi dlm kecelakaan kerja.
UU no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Berisi tentang :
- Istilah-istilah : tempat kerja, pengurus, pengusaha, direktur, pengawas, ahli
keselamatan kerja
- Ruang lingkup
- Syarat-syarat keselamatan kerja
- Pengawasan, pembinaan
- P2k3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
- Pelaporan kecelakaan
- Hak dan kewajiban tk
- Kewajiban pengurus
- Pengaturan-pengaturan : ancaman hukuman, peraturan peralatan
Kewajiban Pengurus :
- Memasang syarat keselamatan kerja, UU 1 tahun 1970, peraturan pelaksanaan.
- Memasang gambar-gambar keselamatan kerja, bahan-bahan pembinaan lainnya.
- Menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri untuk karyawan & orang
lain.
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup kedokteran okupasi tidak hanya terbatas pada kesehatan dan
keselamatan pekerja tetapi juga kesejahteraannya baik secara psikologis maupunsosial, dan
peningkatan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang produktif secarasosial dan
ekonomi. Untuk dapat lebih memahami hubungan antara pekerjaan dan kesehatan
manusia,lihat juga konsep Mandala of Health. Tenaga kerja (program kesehatan kerja)

Industrialisasi selain membawa banyak kemajuan bagi umat manusia juga membawadampak
yang tidak baik bagi kesehatan, di antaranya:
Terhadap kesehatan komunitas:
O Fungsi kesehatan terganggu
O Sanitasi lingkungan tidak adekuat
O Masalah gizi, kemiskinan, dan pengangguran
Terhadap kesehatan pekerja:
O Bahaya potensial kesehatan meningkat
O Potensi kecelakaan meningkat
O Tekanan psikologis, jam kerja, kerja malam, dll.
E. Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja
Dalam pekerjaan/lingkungan kerja terdapat berbagai bahaya potensial (hazard) bagi
kesehatan yang dapat dikelompokkan menjadi:
Bahaya potensial faktor fisik: suhu ekstrim, tekanan, radiasi (infra red, ultraviolet, dsb)
dan gelombang elektromagnetik, getaran, bising, tekanan tinggi dll.
Bahaya potensial faktor kimia: logam-logam berat, silika, pestisida, gas-gas beracun
dll.
Bahaya potensial faktor biologis: virus, bakteri, jamur, parasit, dll.
Bahaya potensial faktor psikologis: stress kerja, kerja yang monoton, beban kerja,dll.
Bahaya potensial faktor ergonomi: postur tubuh, disain tempat kerja, posisi kerja,dll.
Risiko kecelakaan kerja
Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja
Beban kerja :
fisik, mental, sosial
Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja :
- Golongan fisik - golongan fisiologis
- Golongan kimia - golongan psikologis
- Golongan biologis
Kapasitas Kerja :
- Ketrampilan -jenis kelamin
6

- Keserasian/fittness -usia
- Gizi
- Ukuran tubuh
Ergonomi
semua pekerjaan sebaiknya dalam sikap duduk / duduk berdiri bergantian
semua sikap tubuh yang tak alami hindari. bila tak mungkin usahakan beban
statik diperkecil
tempat duduk harus menjamin relaksasi otot-otot, tidak ada penekanan pada
paha sehingga terjaga sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha.
Gizi Kerja
Pengertian:
Gizi kerja adalah nutrisi

(zat makanan) yg diperlukan pekerja untuk

memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya
kerja menjadi maksimal.
Dipertimbangkan dalam menyusun menu :

pola makan: kebiasaan makanan pokok


kepercayaan / agama: pantang makanan tertentu
keuangan: ekonomis tetapi tetap bergizi
daya cerna: makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar
praktis: mudah diselenggarakan
volume: cukup mengenyangkan
variatif: jenis menu bervariasi

Faktor Yang Mempengaruhi Tenaga Kerja :

Ekonomi
pengetahuan tentang gizi
prasangka buruk terhadap bahan makanan
faddisme: kesukaan berlebihan thd. jenis makanan tertentu
Lingkungan kerja :
tekanan panas: air 1,9 - 2,8 l, garam 0,1- 0,2 %
pengaruh kronis bahan kimia: vit c mengurangi pengaruh racun
logam berat, larutan organik, fenol, sianida dll
parasit & mikro organisme
psikologis
kesejahteraan tinggi, tanpa perhatian gizi & olah raga

F. Penyakit Akibat Kerja


7

Adanya hazard pada pekerjaan/lingkungan kerja dapat menimbulkan gangguan


kesehatan pada tenaga kerja yang dikenal sebagai penyakit akibat kerja. PenyakitAkibat
Kerja (PAK) biasanya terjadi akibat pajanan kumulatif yaitu setelah bekerja bertahuntahun pada lingkungan kerja atau mengerjakan pekerjaannya pada kondisiyang tidak
memenuhi standar. Penyakit Akibat Kerja biasanya bersifat kronissulit/tidak bisa
disembuhkan dan menyebabkan kecacadan atau/dan kematianBerbagai istilah yang
berhubungan:
Penyakit akibat kerja Occupational Disease:
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat
dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
sudah diakui
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Work Related Disease:
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaanmemegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks
Penyakit

yang

mengenai

populasi

pekerja

Diseases

affecting

working populations
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab
ditempatkerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatanKeppres RI no 22/1993
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja:
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjaHubungan penyakit akibat kerja
& penyakit yang berhubungan.dengan pekerjaanP.A.K
G. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja: Man Made Disease, merupakan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan

dan

lingkungan

kerja

(Permenaker&trans

no.01/1981)

Penyakit yang disebabkan oleh:


-

pekerjaan
proses kerja
alat kerja
8

lingkungan kerja
bahan kerja

Contohnya:
-

pneumoconiosis

bronkopulmoner
asma kerja
alveolitis alergis
penyakit oleh Be
penyakit oleh Cd
penyakit oleh P
penyakit oleh Cr
penyakit oleh Mg

(Permenaker&trans no.01/1981) :
-

penyakit oleh Pb
penyakit oleh As
penyakit oleh Hg
penyakit oleh carbon disulfide
penyakit oleh dernat halogen beracun
penyakit oleh benzena & homolog racun
penyakit oleh nitrogen & amino bezena
kebisingan, vibrasi, radiasi, dll.

Penyakit akibat kerja (Kepmenaker no. 333/1989):


Ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala oleh:
1. pemeriksaan klinis
2. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
Tujuan dan manfaat diagnosis PAK
Ingat: aspek medis, aspek komunitas, aspek legal
Tujuan:
1. Dasar terapi
2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian
3. Melindungi pekerja lain
4. Memenuhi hak pekerja
Diagnosis PAK Berkontribusi terhadap:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengendalian pajanan
Identifikasi pajanan baru secara dini
Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera
Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan
Perlindungan pekerja lain
9

6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja


7. Identifikasi ada hubungan baru pajanan melawan penyakit
Penyebab penyakit akibat kerja
1. Gol. Fisik
- suara: tuli
-radiasi: rontgen: penyakit darah, kelainan kulit
infra merah: katarak
ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik
- suhu: panas: heat stroke, heat cramps
dingin: frostbite
- tekanan udara: tinggi (caisson disease)
- cahaya: silau, asthenopia, myopia
2. Golongan kimia
- debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis
- uap: metal fume fever, dermatitis
- gas: H2S, CO
- larutan: dermatitis
- awan/kabut: insektisida, racun jamur
3. Golongan biologis
- anthrax
- brucella (kulit), dll
4. Golongan fisiologis (ergonomi)
-konstruksi mesin / tata letak / tata ruang
- sikap badan, dll
5. Golongan mental psikologis
- monotoni
-hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll
Identifikasi penyakit akibat kerja
1. Pendekatan epidemiologis (komunitas)
Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit: Kekuatan
asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis.
2. Pendekatan klinis (individu)

10

Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami,
hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan
faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK
Diagnosis (dokter perusahaan) berdasarkan:
1. Klinis
2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang
3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan
Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja
1. Tentukan diagnosis klinis
2. Tentukan pajanan yang dialami
3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?
4. Apa jumlah pajanan cukup besar
5. Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh
6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan
7. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:
a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja
b. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan
Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja membedakan:
Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit, pajanan ditempat kerja merupakan
salah satu penyebab bermakna bersama dengan faktor risiko lain dan pajanan
ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya
1.Diagnosis klinis
- lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku
- bila perlu lakukan:
* pemeriksaan penunjang /tambahan
* rujukan informasi ke spesialis lain
2. Pajanan yang dialami
Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya
Beberapa pajanan -> 1 penyakit atau sebailknya
Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif):
* deskripsi pekerjaan secara kronologis
11

* periode waktu kerja masing-masing


* apa yang diproduksi
* bahan yang digunakan
* cara bekerja
3. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit
- Lakukan identifikasi pajanan
- Evidence based: pajanan-penyakit
- Bila tidak ada: pengalaman -> penelitian awal
4. Jumlah pajanan cukup?
- Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis
- Dapat dengan pengamatan kualitatif -> cara kerja, proses kerja,
bagaimana lingkungan kerja
- Masa kerja
- Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?
5. Faktor individu berperan
- Berapa besar berperan?
- Riwayat atopi/alergi
- Riwayat penyakit dalam keluarga
- Higiene perorangan
6. Faktor lain di luar pekerjaan
Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit -> Bukan faktor
pekerjaan
- Rokok, pajanan di rumah, hobi
7. Menentukan diagnosis PAK
- Kaji semua langkah-langkah
- Bukti + referensi -> PAK?
- Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit & faktor pekerjaan faktor
yang dianggap paling bermakna terhadap terjadinya penyakit -> diagnosis
PAK.
Langkah-langkah medis
12

1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan


a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan
perjalanan penyakit
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat pekerjaan:
- faktor di tempat kerja
- riwayat penyakit dan gejala
- riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu,
lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll)
# Anamnesis pekerjaan
- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
- Waktu, lamanya bekerja per hari dan masa kerja
- Apa yang diproduksi
- Bahan apa yang digunakan
- Jumlah pajanan (kuantitatif)
- Alat pelindung diri yang digunakan
- Hubungan gejala dengan waktu kerja
- Pengaruh terhadap pekerjaan lain
- Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)
4. Pemeriksaan rontgen

untuk paru-paru

5. Pemeriksaan tempat kerja


- faktor penyebab
- hasil pengukuran
6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial
7.

Diagnosis

okupasi:

Ada

hubungan

diagnosis

kerja

dengan

pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja


Penatalaksanaan PAK:
A. Terapi medikamentosa:
13

- Terhadap kasual (bila mungkin)


- Pada umumnya PAK/PAHK irreversibel, sehingga terapi sering kali
hanya secara simptomatis saja
contoh: silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri
dada
Prinsip: lebih baik mencegah PAK/PAHK
B. Terapi okupasi:
- Pindah ke bagian yang tidak terpapar
- Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
Prinsip pencegahan:
Pencegahan awal (primer):
- penyuluhan
- perilaku K3 yang baik
- olahraga
Pencegahan setempat (sekunder)
- pengendalian melalui undang-undang
- pengendalian melalui administrasi/organisasi
- pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi, ventilasi,
alat pelindung diri)
Pencegahan dini (tertier)
- pemeriksaan kesehatan berkala
Penatalaksanaan kasus -> cepat dan tepat
Upaya rehabilitasi
Rujukan
1. Rujukan kasus: diagnosis, terapi, perawatan
2. Rujukan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap
3. Rujukan untuk pengendalian di perusahaan
- Pengelolaan penyakit akibat kerja: deteksi dini PAK,
pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan
berkala, pemeriksaan kesehatan khusus.
- Pelayanan kesehatan: Promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif
- Penilaian potential hazard di tempat kerja
- Pengendalian lingkungan kerja
- Surveilans PAK

14

H. Manajerial Kedokteran Okupasi


Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan kapasitas kerja, beban kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depekes, 1995; 2)
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) adalah bagian dari usaha
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produksi
perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, dan dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Langkah-langkah Manajerial Kedokteran Kerja
Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah- langkah manajerial
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Langkah-langkah Usaha Kesehatan
Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam manajemen kedokteran okupasi.
UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah :
a.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

kecelakaan akibat kerja.


Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya.
pencemaran yang berasal dari perusahaan.
Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

i.

ditimbulkan oleh produk-produk industri.


Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.

Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja

15

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal
cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas
kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara
baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat
merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendirisendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja dipengaruhi tidak
hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan kingkungan kerja tetapi juga
faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya.
Lingkungan Kerja dan Penyakit Yang Ditimbulkannya
Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Dewasa ini terhadap
16

kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan


berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang sesat
bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi
terkendalikan. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan
memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan
lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah' Hanya
dengan diagnosa" dan "pengobatan/ penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam
hal ini disetarakan berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian
efektif" dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja yang
sebelumnya tidak sehat menjadi sehat.
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahaya
dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja utamanya
terhadap para pekerja, ditempuh 3 langkah utama yaitu : Pengenalan lingkungan kerja,
evaluasi lingkungan kerja dan pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko
kerja.
Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan dilingkungan kerja
biasanya pada waktu survai pendahuluan dengan cara melihat dan mengenal ("walkthrough survey"), yang salah satu langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan
dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut
dapat denganmudah dikenali, seperti masalah kebisingan disuatu tempat, bilamana
sebuah percakapan sulit untuk didengar, atau masalah panas disekitar tungku pembakaran
atau peleburan yang dengan segara dapat kita rasakan. Beberapa hal lainnya yang tidak
jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk dari suatu rangkaian
proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat,
sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai
proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya, hasil
antara hasil akhir hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan
17

terbentuknya

zat-zat

kimia

yang

berbahaya

secara

tak

terduga

perlu

pula

dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pula yaitu efek-efek terhadap
kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk pula jumlah pekerja
yang potensial terpapar, sehingga langkah yang ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya
dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada.
Evaluasi Lingkungan kerja
Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya
dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya

serta memberikan

gambaran cakupan besar dan luasnya pemajanan. Tingkat pemajanan dari zat/bahan yang
berbahaya dilingkungan kerja yang terkendali selama survai pendahuluan harus
ditentukan secara kualitatif dan atau kuantitatif, melalui berbagai teknik misalnya
pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan panas, pengumpulan dan analisis dari
sampel udara untuk zat-zat kimia dan partikelpartikel (termasuk ukuran partikel) dan
lain-lain. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses
pemajanan kemudian dapat dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku,
maka penilaian dari bahaya atau risiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja yang
telah tercapai.
Pengendalian Lingkungan kerja
Pengendalian

lingkungan

kerja

dimaksudkan

untuk

mengurangi

atau

menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya dilingkungan kerja.
kedua tahapan sebelumnya pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah
lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi
pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan
para pekerja. Walaupun setiap kasus mempunyai keunikan masing-masing, terdapat
prinsip-prinsip dasar teknologi pengendalian yang dapat diterapkan, baik secara sendiri
maupun dalam bentuk kombinasi, terhadap sejumlah besar situasi tempat kerja untuk
memulainya ada beberapa pertanyaan yang perlu dikemukakan, dan jawabanya
diharapkan dapat memberi pedoman terhadap jenis teknologi pengendalian yang paling
tepat dan mungkin untuk dilaksanakan.

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB I dan BAB II, maka ditariklah kesimpulan
bahwa Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan kapasitas kerja, beban
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depekes, 1995; 2). Langkah-langkah
Manajerial Kedokteran Kerja, diantaranya: pencegahan dan pemberantasan penyakitpenyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja, pemberantasan kelelahan tenaga kerja, meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja, perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya
pencemaran yang berasal dari perusahaan, perlindungan masyarakat luas dari bahayabahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri, pemeliharaan dan
peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti kebersihan, pembuangan limbah,
sumber air bersih dan sebagainya.
B. Saran

19

Saran yang dapat saya berikan adalah kesehatan adalah hak asasi setiap orang dan
merupakan investasi, juga merupakan karunia Tuhan. Oleh karena itu, siapapun,
kelompok manapun, dimanapun, harus senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia : Kesehatan
Lingkungan Kerja;Lingkungan Fisik. Ceetakan II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1990.
Buchari, 2007.,Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. Universitas Sumatera
Utara, Medan
Milyandra, 2009, http://milyandra.wordpress.com/2009/02/27/kesehatan-dan-keselamatan-kerja.
Silalahi, Bennet N.B. [dan] Silalahi,Rumondang 1995. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Pustaka Binaman Pressindo.
Sumamur.1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Mas Agung

20

Anda mungkin juga menyukai