Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

BLOK 7.1

Tutor : dr. Asro Hayani Harahap

KELOMPOK 7B

Khalil Khusairi G1A114060


Tiska Astrini G1A114074
Agung Novriyan G1A114084
Puja Pramudita Sari G1A115001
Merry Nildaweni G1A115002
Shintya Nainggolan G1A115003
Vanessa Armelia Putri G1A115073
Meika Amsi Munte G1A115074
Marwiyah Khairani G1A115091
Hartati Annisa G1A115092

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI
2018
SKENARIO

Abdul, seorang dokter baru bekerja di klinik perusahaan Mining Hantam di


Rantau Rasau. Abdul mencari tahu peraturan perundangan terkait kesehatan kerja
apa saja yang sudah diterapkan di perusahaan tersebut karena ingin menerapkan
prinsip-prinsip dan pelayanan kesehatan kerja. Abdul juga ditugaskan untuk
melakukan pemeriksaan awal dan berkala pada karyawan perusahaan untuk
mendapatkan data tentang penyakit-penyakit akibat kerja dan hubungan kerja.
Pihak perusahaan juga meminta pada dokter dr. Abdul untuk memberikan
penyuluhan dan pembinaan tentang ergonomi kerja yang diharapkan berdampak
pada penurunan angka kecelakaan kerja di perusahaantersebut.
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Klinik perusahaan : klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


kerja secara optimal disuatu perusahaan terhadap masyarakat kerja
sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya.1
2. Kesehatan kerja: Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja
produktif secara sosial ekonomi tanpa membahayakan diri sendiri, teman
sekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.2
3. Penyakit akibat kerja : Penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui.3
4. Ergonomi Kerja : Ilmu tentang kemampuan keterbatasan dan sifat
manusia dalam system kerjanya serta memanfaatkan kemampuan ini
untuk mendapatkan sistem kerja yang efektif, aman, sehat dan efisien.3
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan kerja?


2. Apa saja prinsip-prinsip dasar kesehatan kerja?
3. Apa saja tujuan dan fungsi pelayanan kesehatan kerja?
4. Jelaskan tentang pelayanan kesehatan kerja?
5. Jelaskan mengenai penyakit akibat kerja?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhui penyakit akibat kerja ?
7. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja ?
8. Apa prinsip dasar ergonomi kerja ?
9. Apa saja dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ergonomi kerja?
10. Apa saja faktor risiko ergonomi kerja?
11. Bagaimana pemeriksaan kesehatan kerja ?
12. Bagaimana langkah diagnosis PAK ?
13. Bagaimana contoh penyuluhan dan pembinaan ergonomi kerja ?
14. Apa jenis-jenis kecelakaan kerja?
15. Apa saja kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja ?
16. Bagaimana penanganan pertama akibat kecelakaan kerja ?
BRAINSTRORMING

1. Apa saja peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan kerja?


Jawab :
a. UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja pasal 164
b. UU no 70, 1970 tentang keselamatan kerja
c. UU no 29, 2004 tentang Praktik Kedokteran
d. UU no 36, 2009 tentang Kesehatan
e. Keprs RI no 22, 1993 tentang panyakit yang timbul akibat hubungan kerja.

2. Apa saja prinsip-prinsip dasar kesehatan kerja?


Jawab :
Adanya penyerasian antara beban kerja , lingkungan kerja dan kapsitas kerja.

3. Apa saja tujuan dan fungsi pelayanan kesehatan kerja?


Jawab :
- Tujuan pelayanan kesehatan kerja : memelihara dan meningkatkan derajat
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, dan sosial.
- Fungsi pelayanan keseahatan kerja : mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko
gangguan kesehatan di tempat kerja.

4. Jelaskan tentang pelayanan kesehatan kerja?


Jawab :
- Melindungi pekerja
- Memelihara dan penyesuaian pekerja
- Mengevaluasi tempat kerja.

5. Jelaskan mengenai penyakit akibat kerja?


Jawab :
Ganguan muskuloskeletal, Tuli, Keracunan, Antraks, Asma, dan Osteoartritis.
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhui penyakit akibat kerja ?
Jawab :
Pendidikan, pemeriksaan awal, pengendalian bahaya, pelayanan rehabolitatif,
alat perlindungan diri.

7. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja ?


Jawab :
fisik ,kimia,biologi, psikologis

8. Apa prinsip dasar ergonomi kerja ?


Jawab :
- pencegahan primer
- pencegahan sekunder
- pembatasan isolasi
- kesehatan berkala

9. Apa saja dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ergonomi kerja?


Jawab :
menyesuiakan alat dengan kemampuan

10. Apa saja faktor risiko ergonomi kerja?


Jawab :
- Gerakan berulang
- Sikap tubuh
- Peralatan yang tidak sesuai

11. Bagaimana pemeriksaan kesehatan kerja ?


Jawab :
- Awal bekerja
- Saat bekerja
- Sesudah bekerja

12. Bagaimana langkah diagnosis PAK ?


Jawab :
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan khusus

13. Bagaimana contoh penyuluhan dan pembinaan ergonomi kerja ?


Jawab :
- Memberikan edukasi
- Melakukan pemeriksaan
- Istirahat dengan sering dalam jangka waktu yang sebentar

14. Apa jenis-jenis kecelakaan kerja?


Jawab :
- Orang jatuh
- Terjepit
- Suhu ekstrim
- Radiasi

15. Apa saja kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja ?


Jawab :
- Biaya medis
- Pelatihan ulang

16. Bagaimana penanganan pertama akibat kecelakaan kerja ?


Jawab : Melakukan manajemen P3K
ANALISIS MASALAH

1. Apa saja peraturan perundangan ang mengatur tentang kesehatan kerja ?4,5,6,7
Jawab :
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban
pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak
maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat
dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang
Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
d. UU no 29, 2004 tentang Praktik Kedokteran
e. UU no 36, 2009 tentang Kesehatan
f. UU no 70, 1970 tentang keselamatan kerja
g. Keprs RI no 22, 1993 tentang panyakit yang timbul akibat hubungan kerja
h. Permennakertrans no 2, 1980 tentang pemeriksaan keshatan tenaga kerja
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
i. Permennakertrans no 3, 1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
k. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
l. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
m. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja

2. Apa saja prinsip-prinsip dasar kesehatan kerja?2,8


Jawab :
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekeliling,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU KesehatanTahun 1992
Pasal 23). Berikut penjabaran prinsip-prinsip dasar kesehatan kerja:
 Beban kerja
Berupa beban fisik, mental dan sosial. Setiap orang dapat memikul beban
kerja pada batas tertentu atau batas optimal sehingga upaya penempatan
kerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Derajat tepat
suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman, keterampilan,
motivasi dan lainnya.
 Kapasitas kerja
Berupa kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Kemampuan kerja berbeda antara pekerja satu dengan pekerja lainnya.
Kemampuan kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal yakni tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan
sebagainya.
 Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja:
- Jenis kelamin
- Umur
- Status kesehatan,
- Daya tahan tubuh,
- Asupan gizi,
- Pendidikan, pelatihan,
- Olahraga, dll
 Lingkungan kerja
Sebagai beban tambahan, baik berupa:
o Faktor mesin/peralatan : cidera, kecelakaan kerja
o Faktor psikologik dan beban kerja : gangguan musculoskeletal
o Faktor fisik : NIHL, gangguan neurovascular
o Faktor kimia : intoksikasi, alergi
o Faktor biologik : infeksi, alergi
o Faktor psikologik : stress psikis, depresi
o Faktor psikososial : konflik, kualitas kerja

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bias dicapai suatu kesehatan
kerja yang optimal.Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

3. Apa saja tujuan dan fungsi pelayanan kesehatan kerja ?2,9,10,11

Jawab :

Menurut komite bersama ILO dan WHO :


Kesehatan Kerja (Occupational Heath) didefinisikan sebagai suatu
aspek atau unsur kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

Pelayanan kesehatan kerja adalah upaya pelayanan kesehatan yang


diberikan kepada masyarakat pekerja secara paripurna (peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan).

Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja :


a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ke tingkat yan setingi tingginya baik fisi, mental ataupun
sosial
b) Mencegah gangguan kesehatan pekerja karna lingkungan kerjanya
c) Memberikan perlingdungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dan kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yan membahayakan kesehatan
d) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yan sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Fungsi Pelayanan Kesehatan Kerja


Fungsi pelayanan kesehatan kerja itu dicantumkan pada Bab II Pasal 5
Konvensi 161 (1985) :
Tanpa meremehkan tanggung jawab masing-masing pengusaha dalam
keselamatan dan kesehatan pekerja saat menjalankan tugasnya, diharapkan
pekerja dapat ikut serta dalam bidang ini. Pelayanan kesehatan kerja itu harus
cukup dan memadai dan setara dengan dengan risiko pekerjaan diperusahaan.
Pelayanan itu mencakup beberapa hal berikut :
- Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko gangguan kesehatan ditempat kerja
- Mengadakan surveilans faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja akibat
lingkungan kerja dan pekerjaan, seperti : sanitasi, kantin, dan perumahan yang
disediakan oleh pengusaha
- Memberikan nasihat perencanaan dan organisasi kerja, seperti desain tempat
kerja, pemilihan dan pemeliharaan dan pengevaluasian kondisi mesin dan alat
lainnya serta evaluasi bahan yang dipakai ditempat kerja
- Ikut serta mengembangkan program untuk membina tata cara bekerja,
termasuk pengujian dan pengevaluasian aspek kesehatan alat baru
- Memberikan nasihat kesehatan kerja, keselamatan, hygiene, ergonomic dan
alat pelindung perorangan atau kolektif
- Mengadakan surveilans kesehatan pekerja dalam kaitannya dengan pekerjaan
- Melakukan penyesuaian pekerjaan sesuai tingkat kesehatan pekerja
- Menymbang upaya rehabilitasi kerja
- Mengadakan kerjasama dalam memberikan informasi, pelatihan, dan
pendidikan dalam bidang kesehatan kerja
- Menatalaksanakan tindakan pertolongan pertama dan gawat darurat
- Ikut serta dalam menganalisis kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

4. Jelaskan tentang pelayanan kesehatan kerja?12


Jawab :
Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari segi kesehatan umumnya,
yang lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas
hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan. Di tempat kerja,
kesehatan dan kinerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh :
a. Beban kerja, berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan
tenaga kerja sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b. Kapasitas kerja yang banyak bergantunng pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c. Beban Tambahan / Lingkungan kerja ( fisik, kimia, biologik, ergonomis &
psikososial )
1. Batasan Sistem Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan Kesehatan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja &
Transmigrasi No. 01/MEN/1982 adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan kerja serta
mengupayakan peningkatan kemampuan fisik pekerja.

2. Tujuan Sistem Pelayanan Kesehatan Kerja


a) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
b) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga
kerja
d) Memberi pengobatan, perawatan dan rehabilitasi bagi tenaga kerja.

3. Tugas Pokok Sistem Pelayanan Kesehatan Kerja


1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus.
2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan dan tenaga kerja
3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4) Pembinaan dan paengawasan terhadap perlengkapan sanitair
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan kerja
6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja.
7) P3K
8) Pendidikan untuk tenaga kerja & Latihan Petugas P3K
9) Memberi nasehat mengenai perencanaan & Pembuatan tempat kerja, alat
pelindung diri, gizi, penyelenggaraan makanan di tempat kerja
10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja
11) Pembinaan&Pengawasan Tenaga Kerja Yang mempunyai kelainan tertentu
terhadap kesehatan.
12) Memberi laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus

Program minimal kesehatan kerja dijabarkan dalam dua komponen :


1) Komponen pokok (essential component).
- Pemeriksaan kesehatan pekerja pada awal, berkala dan khusus
- Diagnosis dan pengobatan penyakit atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
- Pertolongan pertama dan pengobatan kecelakaan yang bukan akibat kerja.
- Pendidikan akan bahaya potensial akibat kerja.
- Program pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri.
- Inspeksi berkala dan evaluasi lingkungan dan tempat kerja.
- Studi epidemiologik pengaruh lingkungan kerja.
- Imunisasi penyakit infeksi.
- Pencatatan medik kesehatan kerja.
- Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi asuransi kesehatan dalam perusahaan.
- Evaluasi efektivitas program kesehatan kerja

2) Komponen Pilihan ( Elective Component).


- Penyediaan fasilitas kesehatan sederhana dan non occupational
- Pengobatan berulang dan non occupational yang disediakan untuk
mencegah hilangnya waktu kerja
- Program konsultasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan
- Pendidikan kesehatan yang lebih mendalam
- Pemantauan angka absen karena sakit.
- Imunisasi penyakit infeksi yang lebih lengkap.
- Koordinasi dengan unit lain di luar perusahaan
- Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja

1. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 500 orang.


Pelayanan kesehatan berbentuk klinik dengan 1 orang dokter yang setiap hari.
2. Perusahaan dengan tenaga kerja 200 - 500 orang dan tingkat bahaya rendah.
Pelayanan kesehatan berbentuk klinik dokter berpraktek tiap 2 hari sekali;
tenaga paramedis melayani tiap hari.
3. Perusahaan dengan tenaga kerja berjumlah 200 - 500 orang dengan tingkat
bahaya tinggi seperti point 1.
4. Perusahaan dengan tenaga kerja berjumlah 100-200 orang dengan tingkat
bahaya rendah. Pelayanan kesehatan berbentuk klinik dokter berpraktek 3 hari
sekali dan pelayanan paramedis tiap hari.
5. Perusahaan dengan tenaga kerja berjumlah 100-200 orang dengan tingkat
bahaya tinggi.pelayanan kesehatan seperti point 2.
6. Perusahaan dengan tenaga kerja berjumlah kurang dari 100 orang. Pelayanan
kesehatan diselenggarakan bersama pengurus perusahaan lain.

5. Jelaskan mengenai penyakit akibat kerja?13


Jawab :
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis
penyakit akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhui penyakit akibat kerja ?2,3


Jawab :
a. Faktor Fisik : kebisingan, suhu dan kelembaban, kecepatan aliran
udara / angin, getaran / vibrasi mekanis, radiasi gelombang
elektromagnetik dan tekanan udara / atmosfir
b. Faktor Kimia : gas, uap, debu, kabut / mist. Fume asap, larutan dan
zat padat
c. Faktor Biologi: bakteri, virus, tumbuh-tumbuhan dan hewan
d. Faktor fisiologi: sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat
e. Faktor mental : psikologis suasana kerja, hubungan antara karyawan
dan pengusaha pemilihan kerja dan lain-lain
Faktor – faktor yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga
kerja, Sebagai contoh :
- Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan
mata
- Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran dan
akibat kelelahan psikologis
- Gas – gas dan uap diserap lewat pernafasan dan mempengaruhi
penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari
udara
- Debu – debu yang dihirup paru – paru mengurangi penggunaan optimal
alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara
- Parasit – parasit yang masuk tubuh akibat higiene di tempat kerja yang
buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya
- Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja menyebabkan timbulnya
kelelahan atau kurangnya fungsi maksimal alat – alat tubuh tertentu
Hubungan kerja yang tidak sesuai dapat menyebabkan bekerja lamban atau
setengah – setengahnya.

7. Bagaimana pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja? 2


Jawab :

a. Pencegahan Primer (heath promotion)

b. Pencegahan Primer (spesific protection)


c. Pecegahan Sekunder (Early diagnosis & promt tretment)

d. Pembatasan ketidakmampuan ( Disability limitation)

e. Rehablitation
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan :
1. Subtitusi
Mengganti bahan berbahaya dengan barang yang tidak
berbahaya. Contoh : Triclor Etilen, CFC etc
2. Ventilasi Umum
Mengalirkan udara menurut perhitungan dalam ruang kerja
bahan berbahaya < NAB
3. Local Exhauster
Menghisap bahan-bahan tertentu keluar ruangan dengan kipas.

8. apa saja prinsip dasar ergonomi kerja?14


Jawab :
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari keserasian kerja dalam
suatu sistem (worksystem). Sistem ini terdiri dari manusia, mesin dan
lingkungan kerja (Bridger, 2003). Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi
aman bagi pekerja atau manusia dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai
kesejahteraan manusia.Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari
adanya perbaikanproduktivitas, efisiensi, keselamatan dan diterimanya sistem
desain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya) (Pheasant, 1999).
Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi
yang kompleks yang berlaku dalam industri sektor informal. Dengan
mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat ditentukan pekerjaan apa yang
layak digunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang
produktivitas. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan
(Anies, 2005), diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Kuratif Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah
atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau
perbaikan dari proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah
kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya terkait dengan
tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlangsung.
2. Pendekatan konseptual Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan
akan sangat efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika
terkait dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-
prinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersama-sama dengan kajian
lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Pendekatan holistik inidikenal dengan pendekatan teknologi tepat guna.
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah.
Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua, menentukan prioritas
masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.
Kemudian dilakukan analisis untuk menentukan alternatif intervensi.Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi (Anies, 2005) :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin
sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot. 3. Lingkungan kerja
harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota tubuh
sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien. 4. Pembebanan kerja
fisik dimana selama bekerja peredaran darah meningkat 10- 20 kali.
Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja memaksa
jantung untuk memompa darah lebih banyak. 5. Sikap tubuh dalam
bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk,
meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapan yang dipergunakan, diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang
menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan
gerakan-gerakan yang dibutuhkan.

9. Apa saja dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ergonomi kerja?15,16


Jawab :
a. Konsep Dasar Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya
untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kebolehan
dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara
optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang
ergonomi, antara tuntunan tugas dan kapasitas kerja harus selalu dalam
garis keseimbangan tuntunan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu
garis keseimbangan sehingga dicapai performasi kerja tinggi. Dalam kata
lain, tuntutan tuntunan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah
(underload) atau telalu tinggi (overload). Karena keduanya akan
menyebabkan stress.
b. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
c. Manfaat Ergonomi
1. Mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
2. Meningkatkan produktifitas pekerja
3. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan produktif

10. Apa saja faktor risiko ergonomi kerja?17,18


Jawab :
Faktor-faktor risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan yang dialami oleh pekerja saat
bekerja, dan jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh
pekerja yang diakibatkan kecelakaan. Faktor risiko yang terpenting dari
pengabaian faktor ergonomi dalam tempat kerja adalah MSDs
(musculoskeletal disorders). MSDs ini memungkinkan timbul dalam waktu
yang cukup lama (adanya akumulatif risiko). Menurut UCLA-LOSH( Labor
Occupational Safety and Health) (bagian K3 UCLA), ada beberapa faktor
risiko yang berhubungan dengan ergonomi, diringkas pada tabel di bawah ini;
FAKTOR RISIKO DEFINISI SOLUSI YANG MUNGKIN
Pengaturan kerja yang buruk Aspek-aspek diamana suatu Beban kerja yang
(Poor Work Organization) pekerjaan diorganisasikan proporsional, jeda kerja yang
dengan buruk. Sebagai contoh cukup, penugasan yang
tugas yang membosankan, bervariasi, otonomi individual.
pekerjaan menggunakan
mesin, jeda kerja yang kurang,
batas waktu yang banyak.
Pengulangan Berkelanjutan Melakukan gerakan yang sama Mendisain ulang pekerjaan
secara terus menerus sehingga jumlah pergerakan
(Continual Repetition) yang berulang dapat
berkurang, perputaran
pekerjaan,
Gaya Berlebih Pergerakan tubuh dengan Kurangi gaya dalam
penuh tenaga, usaha fisik yang menyelesaikan pekerjaan,
(Excessive Force) berlebih-menarik, memukul, disain ulang pekerjaan, tambah
dan mendorong. pekerja, gunakan bantuan
mesin.
Postur Janggal Meperpanjang pencapaian Disain pekerjaan dan peralatan
dengan tangan, twisting, yang dapat menjaga posisi
(Awkward Posture) berlutut, jongkok. Postur netral. Posisi netral tidak
janggal lawan dari posisi semestinya memberikan
netral. tekanan pada otot, tulang
sendi, maupun saraf.
Posisi Tidak Bergerak Terlalu lama diam dalam satu Disain pekerjaan untuk
posisi, menyebabkan kontraksi menghindari posisi tidak
(Stationary Positions) otot dan lelah. bergerak; berikan kesempatan
untuk merubah posisi.
Tekanan Langsung Berlebih Tubuh kontak langsung Hindari tubuh berpijak pada
dengan permukaan keras atau permukaan yang keras seperti
(Excessive Direct ujung benda, seperti ujung meja dan kursi. Perbaharui
meja atau alat. peralatan atau sediakan
Pressure) bantalan; seperti pulpen
ergonomis, keset untuk berdiri.
Pencahayaan yang inadekuat Sumber atau level dari Setel pencahayaan yang pas,
pencahayaan yang terlalu hindari pencahayaan langsung
(Inadequate Lighting) terang atau gelap. dan tak langsung yang dapat
mengakibatkan kerusakan
mata. Gunakan sekat cahaya
silau, tirai untuk jendela.
Catatan:

 Tidak semua pekerja terpapar oleh faktor-faktor risiko diatas akan


menimbulkan dampak.
 Beberapa pekerjaan meliputi lebih dari satu dari semua faktor-faktor risiko
diatas. Semakin banyak faktor risiko dan semakin lama anda terpapar,
maka semakin besar kemungkinan berkembang suatu gejala atau
kecelakaan.
 Jumlah paparan (gerakan, tingkatan gaya) yang isa mengakibatkan
kelainan/penyakit belum diketahui secara pasti.
Sedangkan menurut WHO, faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan ergonomi yang juga kerap menimbulkan MSDs (Musculoskeletal
Disorders) dipaparkan dalam tabel berikut:

Faktor Akibat Contoh Praktik yang Baik


Exertion of high-intensity Keram otot Mengangkat, membawa, Hindari penanganan manual
force mendorong, menarik atas objek yang berat
objek yang berat
Handling heavy loads over Penyakit degeneratif Mengenakan alat-alat Kurangi masa beban dan
long periods of time khususnya pada lumbar berat secara manual jumlah penanganan setiap
tulang belakang harinya
Frequently repeated Lelah dan perubahan Mengetik terlalu lama, Kurangi frekuensi
manipulation of object struktur otot pengulangan
Working in Gangguan pada tulang Bekerja sambil jongkok, Bekerja dengan tubuh yang
unfavorable posture dan unsur-unsur otot atau tangan diatas bahu tegak dan tangan dekat
dengan tubuh
Static muscular load Aktivitas otot yang tiada Bekerja di confined Relaksasi otot
jeda dan memungkinkan space
overload
Muscular inactivity Hilang kapasitas Duduk lama tanpa Sesekali berdiri, peregangan
fungsional otot, tendon, adanya pergerakan otot, olahraga
dan tulang
Monotonous repetitive Keluhan tidak spesifik Pekerjaan berulang pada Jeda aktivitas dan kerja
manipulations pada bagian ekstremitas otot yang sama tanpa
atas adanya relaksasi
Application of vibration Disfungsi sistem saraf, Menggunakan hand-tool, Gunakan alat serta tempat
menghambat aliran duduk diatas kendaraan duduk yang meredam getaran
darah, penyakit yang bergetar,
degenerative
Physical environmental Interaksi dengan beban Mengangkat es batu Gunakan sarung tangan
factor mesin serta penambahan dengan tangan terbuka
resiko
Psychosocial factors Peningkatan tegangan Penentuan keputusan Rotasi kerja, motivasi kerja,
fisik, meningkat pada yang rendah dalam pengurangan faktor negatif
ketidakhadiran dalam bekerja, dukungan sosial dalam social
bekerja yang rendah

11. Bagaimana pemeriksaan kesehatan kerja?2,8,19


Jawab :
Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter
yang telah memiliki sertifikasi untuk Higiene Perusahaan, Ergonomi,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Pekerja tidak boleh
dikenakan biaya untuk pemeriksaan kesehatan tersebut.
1. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja
Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk
melakukan pekerjaan. Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan
agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya yakni untuk memastikan bahwa pekerja sehat secara fisik
dan mental untuk melakukan pekerjaannya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan
yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin.
Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2)
Undang-undang No. 1 tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum Kerja. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi :
a) pemeriksaan fisik lengkap
b) pemeriksaan kesegaran jasmani,
c) pemeriksaan foto thoraks; rontgen paru-paru
d) pemeriksaan laboratorium rutin
e) pemeriksaan lain yang dianggap perlu untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu
perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna
mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.

Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman


pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga
kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannya dan
pedoman tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh
Direktur. Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja dibina dan
dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran
dalam keselamatan kerja. Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan kesehatan oleh dokter, tidak ada keraguan-raguan maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala


Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat
kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang
perlu dikendalikan dengan usahausaha pencegahan.
Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan lain
oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja. Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi :
a. pemeriksaan fisik lengkap
b. pemeriksaan kesegaran jasmani,
c. pemeriksaan foto thoraks; rontgen paru-paru
d. pemeriksaan laboratorium rutin
e. pemeriksaan lain yang dianggap perlu untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan
guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.

Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan


kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan
yang ada. Pedoman Pemeriksaan kesehatan berkala dikembangkan mengikuti
kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dalam keselamatan kerja.
Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan
pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan
tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-
sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja.
Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran yang luas, maka
pelayanan kesehatan diluar perusahaan dapat dimanfaatkan oleh pengurus
menurut keperluan.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus


Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan
pula terhadap:
a) tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
b) tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja
wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
c) tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.

Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-


keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan
Keselamatan dan Balai-balainya atau atas pendapat umum dimasyarakat.
Terhadap kelainan-kelainan dan gangguan-gangguan kesehatan yang disebabkan
akibat pekerjaan khusus ini berlaku ketentuan-ketentuan Asuransi Sosial Tenaga
Kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Bagaimana langkah diagnosis penyakit akibat kerja ?20


Jawab :
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja ada 2 pendekatan yaitu :
1. Pendekatan epidemiologis (komunitas)
Untuk identifikasi hubungan kausal abtara pajanan dan penyakit maka perlu
melihat :
 Kekuatan asosiasi
 Konsistensi
 Spesifitas
 Hubungan waktu
 Hubungan dosis
2. Pendekatan klinis (individu)
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja , maka perlu mengetahui :
 Diagnosis klinis
 Pajanan yang dialami
 Hubungan pajanan dengan penyakit
 Pernan faktor individu
 Faktor lain diluar pekerjaan

Tujuh langkah dalam diagnosis penyakit akibat kerja (PAK) :

a. Menentukan diagnosis klinis


Untuk menyatakan, bahwa suatu penyakit adalah akibat hubungan
pekerjaan, dibuat diagnosis klinis dahulu.
b. Menentkan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja tersebut. Untuk itu
perlu dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap dan kalau perlu
dilakukan pengamatan ditempat kerja dan mengkaji data sekunder yang
ada.
c. Menentukan apakah ada hubungan pajanan dengan penyakit
Untuk menentukan apakah ada hubungan pajanan dengan penyakit harus
berdasarkan dari bukti yang ada.
d. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dpt dilakukan secara kuantitatif dengan
melihat pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif
dengan mengamati pekerja bekerja.
e. Menentukan apakah data faktor-faktor individu yang berperan
Faktor individu apakah ada yang dapat mempercepat atau memperlambat
kemungkinan terjadi penyakit akibat hubungan kerja, misal kebiasaan
merokok, faktor genetik atau kebiasaan memakai alat pelindung dengan
baik.
f. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Apakah ada faktor diluar pekerjaan yang juga dapat menjadi penyebab
penyakit, misalnya kanker paru selain dapat disebabkan oleh abses, juga
dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok.
g. Menentukan diagnosis akibat kerja
Apabila dapat dibuktikan, bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan
yang beperan sebagai penyebab penyakit, maka penyakit tersebut dapat
dikategorikam sebagai penyakit akibat kerja.

13. Bagaimana contoh penyuluhan dan pembinaan ergonomi kerja ?21


Jawab :
Menurut Soehatman Ramli (2010), pengembangan pelatihan K3 yang baik
dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :
1) Analisa Jabatan atau pekerjaan
Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan
atau jabatan yang adadalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar
pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.
2) Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis
Melakukan identifikasi tentang pekerjaan yang tergolong berbahaya
dan beresiko tinggi darisemua pekerjaan yang dilakukan oleh setiap
pekerja.
3) Mengkaji data-data kecelakaan
Informasi kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting
dalam merancangpelatihan K3. Kecelakaan mengidentifikasikan
adanya penyimpangan atau kelemahan dalamsistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), salah satu diantaranya
adalahkurangnya kompetensi atau kepedulian mengenai K3. Untuk itu
perlu dilakukan pembinaan danpelatihan.
4) Survei kebutuhan pelatihan
Melakukan survei mengenai kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan
yang diperlukan untukmeningkatkan keterampilan pekerja sehingga
pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan amandan selamat di
masing-masing tempat kerja.
5) Analisa kebutuhan pelatihan
Melakukan analisa keselamatan kerja untuk mengetahui apa saja
potensi bahaya yang adadalam suatu pekerjaan. Dari analisa
keselamatan kerja dapat diidentifikasi jenis bahaya dantingat resiko
dari setiap pekerjaan.
6) Menentukan sasaran dan target pelatihan
Pelatihan K3 diharapkan akan memperbaiki atau meningkatkan
pengetahuan, keterampilan danperilaku dari masing-masing pekerja.
Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengantepat sebagai
masukan untuk merancang format dan silabus pelatihan.
7) Mengembangkan objektif pembelajaran
Pelatihan K3 harus dapat menjangkau semua tingkat dan perbedaan
pekerja yang ada dalamsuatu perusahaan.
8) Melaksanakan pelatihan
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan secara
eksternal melalui lembagapelatihan atau secara internal yang
dirancang sesuai dengan kebutuhan.
9) Melakukan evaluasi
Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan efektifitasnya.
Evaluasi dilakukan terhadapseluruh aspek pelatihan seperti materi
pelatihan dan dampak terhadap pekerja setelah kembalike tempat kerja
masing-masing.
10) Melakukan perbaikan
Langkah terakhir dalam proses pelatihan adalah melakukan perbaikan
berdasarkan hasilevaluasi yang telah dilakukan.

Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat


beberapa teknikyang dapat dilakukan (Ridley, 2008), antara lain :
1. Perkulihan dan percakapan
2. Video dan film
3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan
4. Studi kasus
5. Diskusi kelompok
6. Latihan dan praktek di luar kelas
7. Pelatihan langsung di tempat kerja

Tujuan pelatihan Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan


kemampuan mencegahkecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan
kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatankerja, memahami ancaman
bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah
pencegahankecelakaan kerja. Peraturan yang perlu ditaati UU Keselamatan
dan Kesehatan Kerja mengatur agartenaga kerja, petugas keselamatan dan
kesehatan kerja dan manajer wajib mengikuti pelatihankeselamatan dan
kesehatan kerja. Obyek pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan
kerja:
1. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer bagian operasional keselamatan dan kesehatan kerja
3. Petugas operator mesin dan perlengkapan yang berbahaya
4. Petugas operator khusus
5. Petugas operator umum
6. Petugas penguji kondisi lingkungan kerja
7. Petugas estimasi keselamatan pembangunan
8. Petugas estimasi keselamatan proses produksi
9. Petugas penyelamat
10. Tenaga kerja baru atau sebelum tenaga kerja mendapat rotasi
pekerjaan

Jenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Jadwal dan isi program pelatihan Berbagai obyek pelatihan disesuaikan
dengan peraturanmengenai jadwal dan isi program pelatihan. Prinsip analisa
keselamatan dan kesehatan kerjamencari penyebab dari seluruh tingkat
lapisan, dari lapisan umum sampai dengan pokokpenyebabnya, dicari secara
tuntas, hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan melakukanperbaikan.
Menurut Soehatman Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
dapatdiklasifikasikan sebagai berikut:
1) Induksi K3
Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai
bekerja atau memasukitempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk
pekerja baru, pindahan, mutasi, kontraktor dantamu yang berada di
tempat kerja.
2) Pelatihan Khusus K3
Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing
pekerja. Misalnya pekerja dilingkungan pabrik kimia harus diberi
pelatihan mengenai bahan-bahan kimia danpengendaliannya.
3) Pelatihan K3 Umum
Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat
umum dan diberikan kepadasemua pekerja mulai level terbawah
sampai manejemen puncak. Pelatihan ini umumnyabersifat awareness
yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan
pekerja.Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk
keselamatan seperti keadaan darurat danpemadam kebakaran.

14. Apa saja jenis-jenis kecelakaan kerja?3


Jawab :
Klasifikasi Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut :
Menurut tipe kecelakaan :
 Orang jatuh
 Terpukul benda jatuh
 Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak
 Terjepit diantara dua benda
 Gerakan yang di paksakan
 Terkena suhu yang ekstrem
 Tersengat arus listrik
 Terkena bahan – bahan berbahaya atau radiasi
 Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini.
a. Menurut benda
 Mesin
1. Penggerak utama terkecuali motor listrik
2. Gigi transmisi mesin
3. Mesin pemotong
4. Mesin kayu
5. Mesin pertambangan
6. Lain – lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi ini
 Alat pengangkat dan sarana angkutan
1. Mesin dan perlengkapan pengangkat
2. Pengangkut diatas rel
3. Alat pengangkut lainnya selain diatas rel
4. Pengangkut udara
5. Pengangkut perairan
6. Lain – lain sarana angkutan
 Perlengkapan lainnya
1. Bejana bertekanan
2. Dapur, oven, pembakaran
3. Pusat – pusat pendingin
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan
– peralatan listrik.
5. Alat – alat listrik tangan
6. Alat – alat, perkakas, perlengkapan listrik
7. Tangga, jalur landai (ramp)
8. Perancah
 Material, bahan dan radiasi
1. Bahan peledak
2. Serbuk, gas, cairan dan kimia
3. Pecahan terpelanting
4. Radiasi
5. Lain – lain
b. Lingkungan kerja
1. Diluar gedung
2. Didalam gedung
3. Dibawah tanah
 Lain – lain
1. Hewan
2. Lain – lain
c. Menurut jenis luka – luka
 Fraktur / retak
 Dislokasi
 Terkilir
 Gegar otak dan luka didalam lainnya
 Amputasi
 Luka – luka lainnya
 Luka – luka ringan
 Memar dan remuk
 Terbakar
 Keracunan akut
 Pengaruh cuaca
 Sesak nafas
 Akibat arus listrik
 Akibat radiasi
 Luka – luka majemuk berlainan
 Lain – lain luka.
d. Menurut Lokasi luka pada bagian
 Kepala
 Leher
 Badan
 Tangan
 Tungkai
 Aneka lokasi
 Luka – luka umum
 Luka – luka lainnya

Klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja jarang


disebabkan oleh faktor tertentu melainkan berbagai faktor sekaligus.
Terpenting dicatat adalah interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam
kecelakaan itu sendiri. Faktor manusia merupakan faktor utama
kecelakaan kerja.

15. apa saja kerugian dari kecelakaan kerja?2


Jawab :
A. Terhadap Perusahaan
1. Kerusakan peralatan
a. Rusak berat Kategori rusak berat pada peralatan sangat disayangkan sebab
dengan kerusakan yang parah sebuah peralatan membutuhkan perbaikan yang
lama bahkan bisa saja diganti.
b. Rusak ringan Kecelakaan pada proyek konstruksi juga dapat menyebabkan
kerusakan kecil pada peralatan seperti adanya bagian yang rusak sehingga
butuh waktu untuk memperbaikinya.
2. Terhambatnya proyek konstruksi
Kecelakaan kerja selain membawa akibat pada peralatan juga berdampak pada
jalannya konstruksi dimana apabila terjadi kecelakaan maka proyek
konstruksi yang sedang berlangsung dapat terhenti sementara waktu.
3. Biaya langsung
Adalah biaya yang harus dibayar asuransi seperti pengobatan pekerja
perawatan, biaya rumah sakit, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi
cacat, ataupun penggantian alat – alat yang rusak.
4. Biaya tidak langsung
Terhambatnya konstruksi akibat kerusakan peralatan, biaya perbaikan
peralatan yang rusak, waktu yang di habiskan untuk mengurus pekerja yang
terluka dan di investigasi, pengaruh secara mental terhadap pekerja yang
cidera.
5. Kehilangan pegawai yang terampil dan Kekurangan tenaga terampil.
6. Turunnya produksi / kualitas.
7. Kehilangan jam kerja / turunnya produksi.
8. Penggantian / perbaikan peralatan yang rusak.
9. Rehabilitasi pegawai yang mengalam ikecelakaan.
10. Timbulnya biaya ganti rugi
11. Membayar upah si korban selama korban tidak masuk kerja.
12. Mengeluarkan biaya pelatihan pegawai / pekerja yang baru.
13. Turunnya moral kerja pegawai.
B. Terhadap Karyawan
1. Meninggal dunia Kecelakaan kerja pada konstruksi dapat menyebabkan
karyawan atau pekerja meninggal dunia baik pada saat terjadi kecelakaan
maupun setelah mengalami perawatan.
2. Luka berat
Selain meninggal dunia kecelakaan pada proyek konstruksi dapat
mengakibatkan luka atau cedera berat yang bisa saja menyebabkan orang
tersebut tidak dapat bekerja dalam jangka waktu yang lama atau bahkan
seumur hidup.
3. Luka ringan
Kecelakaan pada proyek konstruksi juga dapat menyebabkan orangmengalami
luka ringan baik berupa lecet ataupun luka yang membutuhkan perawatan
singkat. Penderitaan, sakit, meninggal.Cacat badan / kehilangan sebagian
anggota badan.
Tidak mampu mengerjakan pekerjaan semula.
4. Tidak mampu bekerja untuk selamanya.
5. Effek psychologis ( karena adanya cacat badan ).
6. Kehilangan pendapatan.
7. Tidak dapat / susah mengikuti kehidupan sosial yang baik.
C. Terhadap Keluarga Korban
1. Kehilangan seorang pencari nafkah.
2. Kehilangan seseorang yang dicintai.

16. Bagaimana penanganan pertama akibat kecelakaan kerja? 2


Jawab :
Sumber bahaya di tempat kerja berisiko terhadap terjadinya kasus
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.Kecelakaan kerja adalah suatu hal yang
tidak diinginkan oleh semua pihak.Sering tenaga kerja mengetahui sumber
bahaya tetapi tidak mengerti bagaimana upaya pencegahannya sehingga
menyebabkan kecelakaan atau sakit.Untuk itu maka perlu adanya pelaksanaan
P3K di tempat kerja, guna menangani kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan perusahaan. Pertolongan pertama dengan sedikit tindakan dengan
peralatan sederhana akan banyak manfaatnya dalam mencegah keparahan,
mengurangi penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa korban. Beberapa
kecelakaan yang terjadi seperti:
 Luka dan perdarahan
 Patah tulang
 Luka bakar
 Pajanan bahan kimia
 Gangguan pernafasan, peredaran darah dan kesadaran
 Sengatan listrik
 Kekurangan oksigen
 Pajanan suhu ekstrim
 Adanya gas beracun

Penyediaan fasilitas P3K di tempat kerja yang didukung petugas yang


mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K di tempat
kerja akan dapat menekan atau mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan.
Petugas P3K di tempat kerja dengan rasio sebagai berikut:

Tabel 1 : Petugas P3K di tempat kerja

Fasilitas P3K di tempat kerja meliputi : Ruang P3K, Kotak P3K dan
isi, Alat evakuasi dan alat transportasi, dan fasilitas tambahan berupa alat
pelindung diri dan atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki
potensi bahaya yang bersifat khusus. Alat pelindung diri khusus disesuaikan
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam
keadaan darurat, misalnya alat untuk pembasahan tubuh cepat (shower) dan
pembilasan atau pencucian mata.Kotak P3K harus terbuat dari bahan yang
kuat dan mudah dipindah atau diangkat dari tempatnya jika ada kecelakaan
dan diberi label.Kotak P3K ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau, diberi tanda arah yang jelas serta cukup cahaya.Penempatan dan
jumlah minimum kotak P3K disesuaikan dengan jenis tempat kerja dan
jumlah pekerja.
Tabel 2 : Isi kotak P3K

Pelaksanaan P3K di tempat kerja harus menjamin sistem penanganan


kecelakaan di tempat kerja sampai mendapatkan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan penyediaan fasilitas P3K yang sesuai dengan
sifat pekerjaan. Fasilitas pelayanan yang menjadi rujukan P3K dapat diberikan
pada klinik perusahaan atau kerjasama dengan klinik atau rumah sakit di luar
perusahaan.Untuk menjaga atau mempertahankan kondisi kesehatan pekerja
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bridge, R. S. Introduction to Ergonomics. New York: Mc Graw Hill; 1995.


2. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi Ke-3. Jakarta:
EGC, 2005.
3. International Labour Office (ILO). Kesehatan dan Keselamatan Kerja:Saran
dan Produktivitas. Jakarta: ILO; 2013
4. Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
5. Indonesia.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
6. Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
7. Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Djatmiko RD. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Cetakan 1.
Yogyakarta: Deepublish
9. Modul Kesehatan Kerja bagi Petugas Kesehatan. Jambi: Bagian
IlmuKedokteran Komunitas / Keluarga; 2011
10. Menteri Kesehatan RI. Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Calon Tenaga Kerja Indonesia.
11. Departemen Kesehatan RI. Pedoman klinik di tempat kerja/perusahaan.
Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2009.
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 01/MEN/1982.
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER01/MEN/1981
dan Keputusan Presiden RI No 22/1993.
14. Septiantri. 2015. Ergonomi Kerja. Malang; jurnal universitas muhammadiyah
malang.
15. Sudiajeng L, Bakri, Solichul HA, Tarwaka. Ergonomi untuk Keselamatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS. 2014.
16. International Ergonomic Association. Ergonomic Guidelines for Occupational
Health Practicr in Industrially Developin Countries. 2010.
17. UCLA-LOSH. Handout of Ergonomic Risk Factors. Diunduh pada tanggal 28
agustus 2018 : http://www.afscme3090.org/ergo/pdf/handout_d_02-23.pdf
18. World Health Organization. Protecting Workers’ Health Series No. 5
Preventing musculoskeletal disorders in the workplace.
Diunduh pada tanggal 28 agustus 2018:
http://www.who.int/entity/occupational_health/publications/oehmsd3.pdf

19. Peraturan menteri tenaga kerja & transmigrasi tentang pemeriksaan kesahatan
tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja no. Per. 02/men/1980
20. Darmawan A, dr. M.Epid. Penyakit Akibat Kerja (PAK)/Penyakit yang
Berhubungan dengan Pekerja (PAHK) [Slide pembelajaran]. Prodi
Kedokteran FKIK Unja. 2018.
21. Sukarmin, Y. 1997. Penanganan Faktor Manusia sebagai Upaya Pencegahan
Kecelakaan.Cakrawala Pendidikan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai